Anda di halaman 1dari 65

Case Report Session

Anemia + Infeksi
Saluran Kemih +
Diabetes Melitus Tipe II

Oleh :
Rindy Adelia Ruslinda
1210070100005

Preseptor :
dr. Elvi Fitraneti, SpPD
Definisi
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai
penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass)
sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke
jaringan perifer (penurunan oxygen carrying
capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan oleh
penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau
hitung eritrosit (red cell count).
Kriteria Anemia

Tabel 1. Kriteria Anemia Menurut WHO (dikutip dari


Hoffbrand AV, et al, 2001)
Kelompok Kriteria Anemia (Hb)
Laki-laki dewasa < 13 g/dL
Wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dL
Wanita hamil < 11 g/dL
Epidemiologi
Berdasarkan data WHO sejak tahun 1993
hingga 2005, anemia diderita oleh 1,62 milyar orang
di dunia. Prevalensi tertinggi terjadi pada anak usia
belum sekolah dan prevalensi terendah pada laki-
laki dewasa. Asia Tenggara merupakan salah satu
daerah yang dikategorikan berat dalam prevalensi
anemia termasuk Indonesia.
Di Indonesia, sekitar 44,5% populasi
diperkirakan mengalami anemia dengan kadar Hb <
11,0 g/dL, sehingga Indonesia masuk ke dalam
kategori berat dalam prevalensi anemia.
Etiologi dan Klasifikasi
Anemia hanyalah suatu kumpulan gejala yang
disebabkan oleh bermacam penyebab. Pada
dasarnya anemia disebabkan oleh gangguan
pembentukan eritrosit di dalam sumsum tulang,
kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan),
proses penghancuran eritrosit dalam tubuh
sebelum waktunya (hemolisis).
Patogenesis
Anemia dapat disebabkan oleh :

Perdarahan

Kekurangan gizi

Penyakit khronis

Kelainan darah
Ketidakmampuan sumsum tulang
belakang
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan penyaring

Pemeriksaan darah seri


anemia

Pemeriksaan sumsum tulang

Pemeriksaan khusus
Diagnosis

Tahap-tahap dalam diagnosis anemia, yaitu:


Menentukan adanya anemia
Menentukan jenis anemia
Menentukan etiologi atau penyakit dasar anemia
Menentukan ada atau tidaknya penyakit
penyerta yang akan mempengaruhi hasil
pengobatan
Penatalaksanaan
Definisi

Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan istilah


yang digunakan untuk menunjukkan bakteriuria
patogen dengan colony forming units per mL CFU
atau ml urin > 105 dan lekositouria > 10 per lapangan
pandang besar disertai manifestasi klinik.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) akhir-akhir ini juga
didefinisikan sebagai suatu respon inflamasi tubuh
terhadap invasi mikroorganisme pada urothelium.
Epidemiologi
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu
penyakit yang paling sering ditemukan di praktik
umum. Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai
factor, seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria
dan faktor predisposisi yang mengakibatkan
perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal.
ISK cenderung terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki
jarang dilaporkan, kecuali disertai factor
predisposisi.
Menurut penelitian, hampir 25-35% perempuan
dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya.
Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering
ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama
periode sekolah (School girls) 1% meningkat
menjadi 5 % selama periode aktif secara seksual.
Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat
mencapai 30% pada laki-laki dan perempuan jika
disertai faktor predisposisi.
Etiologi
Patogenesis
Peranan Patogenisitas Bakteri (agent)

Peranan Perlengketan Mukosa oleh


Bakteri (Bacterial attachment of mucosa)

Peranan Faktor Virulensi

Peranan Variasi Fase Faktor Virulensi

Peranan Faktor Tuan Rumah (host)


Klasifikasi

Infeksi Saluran
Kemih Atas

Infeksi Saluran
Kemih Bawah
Pemeriksaan Penunjang

Analisis urin rutin

Uji Biokimia

Mikrobiologi

Renal Imaging Procedures


Terapi
Infeksi saluran kemih atas (ISKA)
Pada umumnya pasien dengan pielonefritis
akut (PNA) memerlukan rawat inap untuk
memelihara status hidrasi dan terapi antibiotik
parenteral minimal 48 jam.
The Infectious Disease Society of America
menganjurkan satu dari tiga alternative terapi
antibiotic IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam,
sebelum adanya hasil kepekaan biakan yakni
fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa
ampisilin dan sefalosporin spektrum luas dengan
atau tanpa aminoglikosida.
Infeksi saluran kemih bawah (ISKB)
Prinsip manajemen ISKB adalah dengan
meningkatkan intake cairan, pemberian antibiotik
yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik
untuk alkanisasi urin dengan natrium bikarbonat
16-20 gram per hari.
Pada sistitis akut, antibiotika pilihan pertama
antara lain nitrofurantoin, ampisilin, penisilin G,
asam nalidiksik dan tetrasiklin. Golongan
sulfonamid cukup efektif tetapi tidak ekspansif.
Pada sistitis kronik dapat diberikan nitrofurantoin
dan sulfonamid sebagai pengobatan permulaan
sebelum diketahui hasil bakteriogram.
Komplikasi

ISK sederhana
(uncomplicated)

ISK tipe
berkomplikasi
(complicated)
Definisi

Menurut American Diabetes Association


(ADA) tahun 2010, Diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya.
Klasifikasi
Epidemiologi
World Health Organization (WHO)
memperkirakan, prevalensi global diabetes melitus
tipe 2 akan meningkat dari 171 juta orang pada 2000
menjadi 366 juta tahun 2030. WHO memperkirakan
Indonesia menduduki ranking ke-4 di dunia dalam hal
jumlah penderita diabetes setelah China, India dan
Amerika Serikat. Pada tahun 2000, jumlah penderita
diabetes mencapai 8,4 juta dan diperkirakan pada
tahun 2030 jumlah penderita diabetes di Indonesia
akan berjumlah 21,3 juta. Tetapi, hanya 50% dari
penderita diabetes di Indonesia menyadari bahwa
mereka menderita diabetes, dan hanya 30% dari
penderita melakukan pemeriksaan secara teratur.
Patogenesis
Diabetes Melitus Tipe 2
Pasien DM tipe 2 mempunyai dua defek fisiologik :
sekresi insulin abnormal dan resistensi terhadap kerja
insulin pada jaringan sasaran (target). Abnormalitas
yang utama tidak diketahui. Secara deskriptif, tiga fase
dapat dikenali pada urutan klinis yang biasa. Pertama,
glukosa plasma tetap normal walaupun terlihat
resistensi insulin karena kadar insulin meningkat. Pada
fase kedua, resistensi insulin cenderung memburuk
sehingga meskipun konsentrasi insulin meningkat,
tampak intoleransi glukosa dalam bentuk
hiperglikemia setelah makan. Pada fase ketiga,
resistensi insulin tidak berubah, tetapi sekresi insulin
menurun, menyebabkan hiperglikemia puasa dan
diabetes yang nyata.
Diagnosa
Pemeriksaan Penyaring

Pemeriksaan penyaring dilakukan pada mereka


yang mempunyai risiko DM,namun tidak
menunjukkan adanya gejala DM. Pemeriksaan
penyaring bertujuan untuk menemukan pasien
dengan DM, TGT, maupun GDPT, sehingga dapat
ditangani lebih dini secara tepat.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan
melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu
atau kadar glukosa darah puasa. Pemeriksaan
penyaring dianjurkan dikerjakan pada saat
pemeriksaan untuk penyakit lain atau general
check-up
Penatalaksanaan
Edukasi
Pemberdayaan penyandang diabetes
memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan
masyarakat.
Terapi gizi medis
Terapi gizi medik merupakan ssalah satu dari
terapi non farmakologik yang sangat
direkomendasikan bagi penyandang diabetes.
Terapi ini pada prinsipnya melakukan pengaturan
pola makan yang didasarkan pada status gizi
diabetes dan melakukan modifikasi diet
berdasarkan kebutuhan individual.
Komplikasi
Komplikasi Akut
Ketoasidosis diabetik (KAD)
Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH)
Hipoglikemia

Komplikasi Menahun
Makroangiopati
Mikroangiopati
Neuropati
Identitas Pasien :
Nama : Ny. D
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Koto Baru
No. MR : 034790
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal / Jam Masuk : 23 Oktober 2016 / 16.15
WIB
Keluhan Utama :
Badan terasa letih sejak 3 hari sebelum masuk RS.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengeluhkan badan terasa letih sejak 3
hari sebelum masuk RS. Badan terasa letih ini
dirasakan terus-menerus oleh pasien meskipun saat
beraktivitas ringan.
Pasien juga mengeluhkan sesak nafas sejak 3 hari
sebelum masuk RS. Sesak nafas dirasakan hilang
timbul serta mengganggu aktivitas sehari-hari.
Nyeri perut (+) di regio epigastrium sejak 2 hari
sebelum masuk RS. Perut terasa tidak enak seperti
rasa penuh di dalamnya.
Mual (-), Muntah (+) dengan frekuensi 1X yang
isinya seperti air.
BAB (+) berwarna hitam seperti aspal sejak 2 hari
sebelum masuk RS. BAB tidak terlalu encer dan
masih ada ampasnya.
BAK (+) sering berwarna kekuningan sejak 2 hari
sebelum masuk RS. Kadang BAK pasien tidak bisa
dikontrol karena keluar dengan sendirinya sebelum
pasien sempat ke kamar mandi.
Penurunan nafsu makan sejak 3 hari yang lalu.
Pasien menjadi jarang makan bahkan sampai
kehilangan nafsu makannya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah dirawat sebelumnya di poli jantung.
Bahkan 3 hari yang lalu pasien dianjurkan untuk
dirawat dengan diagnosis ADHD tapi pasien
menolak. Pasien rutin kontrol ke poli jantung.
Riwayat penyakit DM (+) sejak 3 tahun yang lalu
Riwayat transfusi darah disangkal
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat penyakit TB disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti
ini sebelumnya
Riwayat penyakit DM (+) pada kakak pasien
Riwayat Hipertensi (ayah, ibu dan saudara)
disangkal
Riwayat Penyakit Jantung (ayah, ibu dan saudara)
disangkal
Riwayat penyakit TB (ayah, ibu dan saudara)
disangkal
Riwayat Psikososial dan Kebiasaan :
Pasien seorang perempuan yang berusia 60
tahun yang berprofesi sebagai seorang Ibu
Rumah Tangga. Pasien sehari-hari berjalan
dengan menggunakan tongkat atau dibantu oleh
anggota keluarga yang lainnya. memiliki Pasien
tidak merokok, tidak minum kopi dan tidak
minum alcohol.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis Cooperative
Vital Sign :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 75x/menit, reguler
Nafas : 21x/menit
Suhu : 36,5oC
Status Gizi :
BB : 52 kg
TB : 160cm
BMI : 20,3 (normoweight)
Status Generalisata :
Kulit : Ikterik (-), Sianosis (-)
Kepala : Normocephal, Rambut hitam
dengan sedikit uban tidak
mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (+), Sklera
ikterik (-), Pupil isokor kiri dan
kanan
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal
Leher : JVP 5-2 cmH2O, Tidak ada
pembesaran KGB
Thorak :
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba 2 jari di RIC V linea
midclavicula sinistra
Perkusi :
Batas kanan : RIC IV linea sternalis dextra
Batas kiri : 2 jari di RIC V linea midclavicula
sinistra
Batas atas : RIC II linea parasternalis sinistra
Auskultasi : Irama murni, Bising jantung (-)
Paru :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan dalam
keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor dikedua lapangan paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit,
Sikatrik (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada epigastrium,
Nyeri lepas (-), Hepar tidak teraba dan
Lien tidak teraba
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas :
Superior :
Inspeksi : Edema (-), Sianosis (-)
Palpasai : Perabaan hangat, Pulsasi
A. Radialis kuat angkat
Tes Sensibilitas : Sensibilitas halus (+),
sensibilitas kasar (+)
Refleks
REFLEK FISIOLOGIS KANAN KIRI
Reflek biceps ++ ++
Reflek triceps ++ ++
Reflek brachioradialis ++ ++
REFLEK PATOLOGIS KANAN KIRI
Reflek Hoffman-Tromer - -

Inferior :
Inspeksi : Edema (-), Sianosis (-)
Palpasi ` : Perabaan hangat, Pulsasi A.
Femoralis, A. Dorsalis pedis, A.
Tibialis posterior dan A. Poplitea
kuat angkat
Refleks

REFLEKS FISIOLOGIS KANAN KIRI


Reflek Patella ++ ++
Reflek Achiles ++ ++
REFLEKS PATOLOGIS KANAN KIRI
Reflek Babinski - -
Reflek Gordon - -
Reflek Oppeinheim - -
Reflek Chaddoks - -
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan laboratorium (23 Oktober 2016) :
Darah Rutin :
Hb : 7,5 g/dL
Ht : 20,7 %
Leukosit : 5.680 mm3
Trombosit : 199.000 mm3
Faal Ginjal :
Ureum : 116,4 mg/dL
Creatinin : 2,42 mg/dL
Metabolisme Karbohidrat :
GDR : 151 mg%
a. Diabetes
Insipidus

Diagnosa Banding
b. Anemia Fanconi
Diagnosa Kerja

a. Anemia
b. ISK c. Leukemia
c. DM Tipe II d. Anemia Aplastik
e. Defisiensi
Nutrisi
f. AKI
Penatalaksanaan :
Non Farmakologis :
Tirah baring
IVFD RL 12 jam/ kolf
Transfusi PRC 3 unit (1 unit/hari post Lasix)
Farmakologis :
Inj. Ceftriaxon 1x2 g (IV) skin test
Inj. Transamin 3x1 (IV)
Inj. Vitamin K 3x1 (IV)
Inj. Ranitidin 2x1 amp (IV)
Sucralfat syrup 3x1 cth I
Asam Folat 1x5 mg
Bicnat 3x1 tab
Pemeriksaan Anjuran :
Cek ulang darah rutin
Pemeriksaan urinalisa
Pemeriksaan faal hepar
EKG

Prognosis :
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad fuctionam : dubia ad bonam
Hari,Tanggal Subject Object Assesment Plan

Senin, 24 Okt 2016 - Badan terasa TD: 110/60 mmHg Anemia, Diabetes Terapi :
letih Nadi: 74x/menit Melitus Tipe II - Tirah baring
- Mual (+) Nafas: 20x/menit - IVFD RL 12 jam/
- Muntah (-) Suhu : 36,4oC kolf
- BAK > 4 kali Hasil pemeriksaan : - Transfusi PRC 1
- Nyeri pinggang Faal ginjal : unit pre Lasix
Ureum : 114,8 mg/dL kolf ke-2
Creatinin : 2,95 - Diet MLDD
mg/dL 1.500 RP 35
Metabolisme - Inj. Ranitidin aff
karbohidrat : - Inj. Omeprazol
GDP : 141 mg% 1x1
2 jam PP : 164 mg% - Glukoidon 2x30
Urinalisa : mg
Leukosit : 9-12/LPB Anjuran :
Cek faal hepar
Cek faal ginjal
Selasa, 25 Okt 2016 - Badan terasa TD: 110/60 mmHg ISK + Anemia + Terapi :
letih Nadi: 72x/menit Diabetes Melitus Tipe - Tirah baring
- Nyeri pinggang Nafas: 20x/menit II - IVFD RL 12 jam/
- BAB hitam (+) Suhu : 36,5oC kolf
Hasil pemeriksaan : - Transfusi PRC 1
Faal ginjal : unit pre Lasix
Ureum : 119,2 mg/dL kolf ke-3
Creatinin : 2,54 - Diet MLDD 1.500
mg/dL RP35
Faal hepar : - Inj. Ranitidin aff
Bilirubin total : 1,08 - Inj. Omeprazol
mg/dL 1x1
SGOT (AST): 35,8 u/L - Inj. Transamin +
SGPT (ALT): 26,7 u/L Vit. K 3x1 amp
Total Protein: 6,94 Anjuran :
g/dL Cek darah rutin
Albumin: 3,74 g/dL Cek ureum, creatinin
Globulin: 3,20 g/dL Cek GDP, 2 jam PP
HBsAg : -
Rabu, 26 Okt 2016 - Badan terasa TD : 100/70 mmHg ISK + Anemia + Terapi :
letih Nadi: 70x/menit Diabetes Melitus Tipe - Tirah baring
- Kepala pusing Nafas: 19x/menit II - IVFD NaCl 0.9%
(+) Suhu : 37,5oC 6 jam/ kolf
- BAB (-) Hasil pemeriksaan : - Inj. Omeprazole
Darah rutin : 1x1
Hb : 12,2 g/dL - Inj. Transamin +
Ht : 34,3 % Vit. K 3x1 amp
Leukosit : 4.390 mm3 (IV)
Trombosit : 175.000 Anjuran :
mm3 Cek faal ginjal
Faal ginjal :
Ureum : 105,6 mg/dL
Creatinin : 2,56
mg/dL
Metabolisme
karbohidrat :
GDP : 117 mg%
2 jam PP : 179 mg%
Kamis, 27 Okt 2016 - Kepala terasa TD: 110/70 mmHg ISK + Anemia + Terapi :
pusing Nadi: 74x/menit Diabetes Melitus - Tirah baring
Nafas: 19x/menit Tipe II - IVFD NaCl
Suhu : 36,5oC 0.9% 6 jam/
Hasil pemeriksaan kolf
: - Inj.
Faal ginjal : Omeprazole
Ureum : 105,8 1x1
mg/dL - Inj. Transamin
Creatinin : 2,57 + Vit. K 3x1
mg/dL amp (IV)
Anjuran :
Terapi lanjut
Jumat, 28 Okt 2016 - Kepala pusing TD: 110/700 mmHg Anemia + ISK + Terapi :
Nadi: 78x/menit Diabetes Melitus - Tirah baring
Nafas: 19x/menit Tipe II - IVFD NaCl
Suhu : 36,3oC 0.9% 6 jam/
kolf
- Inj.
Omeprazole
1x1
- Inj. Transamin
+ Vit. K 3x1
amp (IV)

Anjuran :
Boleh Pulang
Telah dilaporkan seorang pasien perempuan umur 60
tahun dirawat di RSUD Solok masuk bangsal penyakit dalam
wanita pada tanggal 23 Oktober 2016 jam 16.15 WIB dengan
diagnosa akhir Anemia + ISK + Diabetes Melitus Tipe II.
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Diagnosa Anemia ditegakkan dari hasil anamnesa, yaitu
badan terasa letih sejak 3 hari sebelum masuk RS, sesak
nafas sejak 3 hari sebelum masuk RS, nyeri perut (+) di regio
epigastrium sejak 2 hari sebelum masuk RS, muntah (+)
dengan frekuensi 1x yang isinya seperti air serta BAB (+)
berwarna hitam seperti aspal sejak 2 hari sebelum masuk RS
tidak terlalu encer dan masih ada ampasnya. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan hasil pemeriksaan
Darah Rutin : Hb 7,5 g/dL, Ht 20,7%, Leukosit 5.680 mm,
Thrombosit 199.000 mm dan Faal Ginjal : Ureum 116,4 mg/dL
dan Creatinin 2,42 mg/dL.
Diagnosa ISK ditegakkan dari hasil anamnesa, yaitu
pasien mengeluhkan nyeri pinggang saat dirawat. Pada
pemeriksaan Urinalisa ditemukan hasil Protein (+), Leukosit
9-12/LPB dan Epitel 7-9/LPK
Diagnosa Diabetes Melitus Tipe 2 ditegakkan dari
anamnesa, yaitu badan mudah lelah dan letih, BAK (+) sering
berwarna kekuningan sejak 2 hari sebelum masuk RS,
kadang BAK pasien tidak bisa dikontrol karena keluar dengan
sendirinya sebelum pasien sempat ke kamar mandi dan pasien
juga memliki riwayat DM sejak 3 tahun yang lalu tapi tidak
rutin kontrol. Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunan
berat badan, poliuria, polidipsi dan palifagia . Pada
pemeriksaan laboratorium tanggal 24 Oktober 2016
ditemukan GDP 141 mg%.

Anda mungkin juga menyukai