100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
280 tayangan32 halaman
Analisis vegetasi digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi. Terdapat beberapa teknik sampling yang digunakan, seperti metode dengan petak, metode jalur, dan metode tanpa petak seperti metode berpasangan acak dan metode titik pusat kuadran. Ukuran petak contoh disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan pohon seperti 20x20m untuk pohon dewasa dan 1x1m untuk tumbuhan bawah.
Analisis vegetasi digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi. Terdapat beberapa teknik sampling yang digunakan, seperti metode dengan petak, metode jalur, dan metode tanpa petak seperti metode berpasangan acak dan metode titik pusat kuadran. Ukuran petak contoh disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan pohon seperti 20x20m untuk pohon dewasa dan 1x1m untuk tumbuhan bawah.
Analisis vegetasi digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi. Terdapat beberapa teknik sampling yang digunakan, seperti metode dengan petak, metode jalur, dan metode tanpa petak seperti metode berpasangan acak dan metode titik pusat kuadran. Ukuran petak contoh disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan pohon seperti 20x20m untuk pohon dewasa dan 1x1m untuk tumbuhan bawah.
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan: 1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya. 2. Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar. Dari segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara random sampling hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai systematic sampling, bahkan purposive sampling pun boleh digunakan pada keadaan tertentu. Karena titik berat analisis vegetasi terletak pada komposisi spesies, maka dalam menetapkan besarnya atau banyaknya petak-petak sampling perlu digunakan suatu kurva (lengkung) spesiesnya. Kurva spesies tersebut diperlukan untuk: 1. Luas atau besar minimum suatu petak yang dapat mewakili tegakan. 2. Jumlah minimal petak-petak sampling kecil yang diperlukan agar hasilnya mewakili tegakan. 1. Penentuan Luas Minimum Area 2. Teknik Analisa Vegetasi a. Metode Dengan Petak b. Metode Jalur c. Metode Garis Berpetak d. Kombinasi Antara Metode Jalur dan Metode Garis Berpetak 3. 3. Teknik Sampling Tanpa Petak Contoh a. Metode Berpasangan Acak(Random Pair Method) b. Metode Titik Pusat Kuadran (Point Centered Quarteted Method) c. Metode Titik Sentuh (Point Intercept Method) d. Metode Garis Sentuh (Line Intercept Method) e. Metode Bitterlich Pada cara ini kita hanya mempelajari satu petak sampling yang mewakili suatu tegakan hutan. Besarnya petak contoh ini tidak boleh terlalu kecil hingga tidak menggambarkan tegakan yang dipelajari. Ukuran minimum dari suatu petak tunggal tergantung pada kerapatan tegakan dan banyaknya jenis-jenis pohon yang terdapat. Makin jarang tegakannya atau makin banyak jenisnya makin besar ukuran petak tunggal yang digunakan. Ukuran minimum ini ditetapkan dengan menggunakan kurva spesies-area. Caranya dengan mendata jenis-jenis pohon yang terdapat dalam suatu petak kecil. Ukuran petak ini lalu diperbesar dua kali dan jenis-jenis pohon yang terdapat didata pula. Pekerjaan ini dilanjutkan sampai saat dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan yang berarti pada banyaknya jenis. Biasanya, luas minimum ini ditetapkan dengan dasar: penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 10% atau 5%. Kesukaran dalam penggunaan lengkungan area adalah menentukan bagian kurva yang mulai mendatar. Banyak penelitian di daerah tropika menghasilkan spesies area yang terus naik, karena banyaknya jenis pohon yang terdapat dalam tegakan. Untuk kebanyakan hutan-hujan tropika petak tunggal seluas 1,5 ha sudah cukup mewakili tegakan. Berikut hasil penelitian luas minimum area di berbagai tipe hutan dan tempat. Tipe hutan dan tempat Luas petak minimum (ha) Hutan kerangas, Serawak 2,5 2,6 Hutan Diptercarpaceae, Filipina 1,9 2,2 Hutan hujan campuran, Serawak 4,4 Hutan hujan, Kalimantan Selatan 2,6 3,1 Hutan hujan, Liberia 3,6 4,2 Hutan hujan, Nigeria 3,7 4,9 Dari data tersebut untuk luas minimum hutan hujan tropic lebih kurang 3 ha a.Metode Dengan Petak / Teknik Sampling Kuadrat (Quadrat Sampling Technique)
merupakan suatu teknik survey vegetasi yang
sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan: Petak contoh yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Adapun petak-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling. Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi sampling pola penyebarannya Untuk memudahkan, petak contoh biasanya dibagi-bagi ke dalam kuadrat-kuadrat berukuran lebih kecil. Ukuran kuadrat-kuadrat tersebut disesuaikan dengan bentuk morfologis jenis dan lapisan distribusi vegetasi secara vertikal (stratifikasi). Oosting (1956) menyarankan penggunaan kuadrat berukuran 10 x 10 m untuk lapisan pohon, 4 x 4 m untuk lapisan vegetasi berkayu tingkat bawah (undergrowth) sampai tinggi 3 m, dan 1 x 1 m untuk vegetasi bawah/lapisan herba. Umumnya para peneliti membedakan pohon ke dalam beberapa tingkat pertumbuhan, yaitu: 1. semai (permudaan tingkat kecambah sampai setinggi < 1,5 m), 2. pancang (permudaan dengan > 1,5 m sampai pohon muda berdiameter < 10 cm), 3. tiang (pohon muda berdiameter 10 sampai 20 cm), dan 4. pohon dewasa (diameter > 20 cm). Untuk memudahkan pelaksanaannya ukuran kuadrat disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan tersebut, yaitu umumya 20 x 20 m (pohon dewasa), 10 x 10 m (tiang), 5 x 5 m (pancang), 1 x 1 m atau 2 x 2 m (semai dan tumbuhan bawah). Agar data vegetasi hasil survey memungkinkan, setiap lokasi pohon beserta tajuknya (termasuk pancang, semai, dan tiang) begitu pula pohon yang masih berdiri atau yang roboh dalam petak contoh, dipetakan.
Hal ini akan sangat berguna untuk
mengetahui pola distribusi setiap jenis vegetasi, proporsi gap, menduga luasan tajuk dari diameter, dll. Metode ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut kondisi tanah, topografi, misalnya tegak lurus garis pantai, memotong sungai, menaik atau menurun lereng gunung. Metode ini dapat dianggap sebagai modifikasi metode petak ganda atau metode jalur, yakni dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama. Dalam metode ini risalah pohon dilakukan dengan metode jalur dan permudaan dengan metode garis berpetak. Metode ini pada dasarnya memanfaatkan pengukuran jarak antara individu tumbuhan atau jarak pohon yang dipilih secara acak terhadap ind-ind tumbuhan yang terdekat dengan asumsi ind tumbuhan menyebar secara acak. Dengan demikian disamping metode ini akan menghemat waktu karena tidak memerlukan pembuatan petak contoh di lapangan, kesalahan sampling dalam proses pembuatan petak contoh dan penentuan apakah ind tumbuhan berada di dalam atau di luar kuadrat dapat dikurangi. Prosedur pelaksanaan teknik ini adalah sebagai berikut : a. Meletakkan titik-titik contoh secara acak atau beraturan (pada jarak tertentu sepanjang garis rintisan). b. Pemilihan satu ind (tumbuhan) pohon yang terdekat dengan titik contoh. Kemudian tarik suatu garis khayal yang melalui titik contoh dan ind. Pohon yang terpilih dan satu garis khayalan lagi yang tegak lurus terhadap garis khayalan pertama. Tahap selanjutnya pilih salah satu ind tumbuhan yang terdekat dengan ind tumbuhan pertama, tetapi letaknya berada di sektor lain (di luar sektor 180 tempat pohon pertama berada yang dibatasi oleh garis khayalan pertama) c. Mengukur jarak antar pohon (ind tumbuhan) pertama dan kedua. Selain itu parameter- parameter vegetasi yang diinginkan dapat diukur pada kedua individu tumbuhan tersebut. Untuk memudahkan analisis di lapangan d. Dilakukan analisis data lapangan dengan rumus sebagai berikut : Dominasi suatu jenis = Kerapatan x rata-rata nilai dominasi dari jenis INP = KR + DR +FR e. Pembuatan rekapitulasi hasil analisis data yang diperoleh dengan teknik sampling ini adalah seperti pada Tabel6.4. Berdasarkan hasil penelitian Cottam dan Curtis (1956), metode ini merupakan metode sampling tanpa petak contoh yang paling efisien karena pelaksanaannya di lapangan memerlukan waktu yang lebih sedikit, mudah, dan tidak memerlukan faktor koreksi dalam menduga kerapatan ind tumbuhan. Tetapi, dalam pelaksanaannya metode ini mempunyai dua macam keterbatasan, yaitu : 1) setiap kuadran harus terdapat paling sedikit satu ind tumbuhan, dan 2) setiap ind (seperti halnya pada random pair method) tidak boleh terhitung lebih dari satu kali Prosedur metode ini dalam pelaksanaan di lapangan sebagai berikut: a. Peletakan sejumlah titik contoh secara acak dalam komunitas tumbuhan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, sebaiknya dibuat suatu seri garis arah kompas 9 garis rintis) dalam komunitas tumbuhan yang akan diteliti, kmd sejumlah titik contoh dipilih secara acak atau secara teratur sepanjang garis rintis tersebut. Cottam dan Curtis (1956) menyarankan paling sedikit 20 contoh harus dipilih untuk meningkatkan ketelitian sampling dengan teknik ini. b. Pembagian areal sekitar titik contoh menjadi empat kuadran yang berukuran sama (Gambar 22). Hal ini dapat dilakukan dengan kompas atau bila suatu seri garis rintis digunakan kuadran-kuadran tersebut dapat dibentuk dengan menggunakan Metode ini cocok untuk komunitas tumbuhan bawah seperti rumput, herba dan semak. Dalam pelaksanaannya di lapangan dapat digunakan alat pembantu seperti pada Gambar 23. Dengan mengangkat dan menyentuh pin yang terbuat dari kawat, maka kita catat jenis yang tersentuh sehingga dominansi dari jenis tersebut dapat dihitung Hal yang sama dapat dilakukan dengan alat b dengan cara memindahkan alat tersebut pada plot tiap 10 cm, sehingga didapatkan dominansi dari jenis-jenis yang disentuh.
18 cm Metode Garis Sentuh (Line Intercept Method)
Cara ini digunakan untuk komunitas rumput dan
semak/ belukar. Prosedur pelaksanaan metode ini di lapangan adalah sebagai berikut : a. Salah satu sisi areal dibuat garis dasar yang akan menjadi tempat titik tolak garis intersep, dan b. Garis intersep diletalkan secara acak atau sistematis pada areal yang akan diteliti. Garis tersebut sebaiknya berupa : 1. Pita ukur dengan panjang 50-100 kaki (1 kaki = 30,48 cm) 2. Tambang/ tali Alat bantuan berupa pita ukur atau tambang/ tali tersebut dibagi ke dalam interval-interval jarak tertentu. Hanya tumbuhan-tumbuhan yang tersentuh, di atas atau di bawah garis intersep yang diinventarisir. Jenis data yang diinventarisir adalah : a. Panjang garis yang tersentuh oleh setiap ind tumbuhan b. Panjang segmen garis yang berupa tanah kosong c. Jumlah interval yang diisi oleh setiap jenis d. Lebar maksimum tumbuhan yang disentuh garis intersep Sebaiknya, kalau komunitas tumbuhan terdiri atas beberapa starata, penarikan contoh dilaksanakan secara terpisah pisah untuk setiap strata. Metode Bitterlich
Di dalam metode ini pengukuran dilakukan
dengan tongkat Bitterlich (tongkat sepanjang 66 cm yang ujungnya dipasangi alat seng berbentuk bujur sangkar berukuran 2 x 2 cm). Dengan mengangkat tongkat setinggi mata, plat seng diarahkan ke pohon-pohon yang ada disekelilingnya. Pohon yang tampak berdiameter lebih besar dan sama dengan plat seng didaftarkan dan diukur. Sedangkan pohon yang tampak berdiameter lebih kecil dari sisi seng tidak masuk hitungan Untuk setiap jenis ditentukan luas bidang dasarnya dengan rumus : B = N x 2,3 m2/ ha
Keterangan: N = banyaknya pohon dari jenis yang bersangkutan = banyaknya titik-titik pengamatan jenis yang ditemukan 2,3 = factor bidang untuk alat