Oleh:
APRILIYANA
PO.62.31.3.15.195
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ginjal adalah salah satu organ sistem kemih atau uriner (traetsu urinalius)
yang bertugas menyaring dan membuang cairan, sampah metabolisme dari dalam
tubuh seperti diketahui setelah sel-sel tubuh mengubah, makanan menjadi energi,
maka akan dihasilkan pula sampah sebagai hasil sampingan dari proses metabolisme
tersebut yang harus dibuang segera agar tidak meracuni tubuh (Vita Health, 2008).
Gagal ginjal kronis ( GGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah),
(Mansjoer, 2005). Penyakit ini merupakan sindrom klinis yang terjadi pada stadium
gagal ginjal yang dapat mengakibatkan kematian kecuali jika dilakukan terapi
pengganti pada sistem sekresi tubuhnya.
Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal cukup tinggi. Di Amerika
Serikat misalnya angka kejadian penyakit gagal ginjal meningkat tajam dalam 10
tahun. Tahun 1996 terjadi 166.000 kasus. GGT (gagal ginjal tahap akhir) dan pada
tahun 2000 menjadi 372.000 kasus. angka ini diperkirakan, amsih akan terus naik.
Pada tahun pada tahun 2010 jumlahnya diperkirakan lebih dari 650.000 kasus.Selain
diatas, sekitar 6 juta hingga 20 juta individu di Amerika diperkirakan mengalami
GGK (gagl ginjal kronis) tahap awal. Hal yang sama juga terjadi di Jepang di negeri
Sakura itu, pada akhir tahun 1996 di dapatkan sebanyak 167.000 penderita yang
menerima, terapi pengganti ginjal. Sedangkan tahun 2000 terjadi peningkatan lebih
dari 200.000 penderita. (Santoso Djoko, 2008).
Di indonesia peningkatan penderita penyakit ini mencapai angka 20%. Pusat data
dan informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PDPERSI) menyatakan
jumlah penderita gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta
penduduk.berdasarkan data dari Indonesia Renal Registry, suatu kegiatan registrasi dari
2
perhimpunan nefrologi Indonesia, pada tahu 2008 jumlah pasien hemodialisa (cuci
darah) mencapai 2260 orang dari 2146 orang pada tahun 2007.(Roderick, 2008).
Sedangkan salah satu penatalaksanaan pada penderita gagal ginjal kronik
adalah hemodialisa. Hal ini karena hemodialisa merupakan terapi pengganti ginjal
yang bertujuan untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme protein atau mengoreksi
gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Terapi hemodialisa yang dijalani penderita
gagalginjal tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin
yang dilaksanakan ginjal akan berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien (Raharjo,
2006).
Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk
mengeluarkan sisa-sisah metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia
seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui
membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisa pada ginjal buatan
dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi. Pasien gagal ginjal menjalani
proses hemodialisa 1-3 kali seinggu dan sitiap kali nya memerlukan waktu 2-5 jam,
kegiatan ini akan berlangsung terus menerus sepanjang hidupnya (Hadibroto, 2007).
Pasien gagal ginjal kronik sangat bergantung kepada terapi hemodialisa untuk
menggantikan fungsi ginjalnya. “HD dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas,
namun tindakan ini tidak akan mengubah perjalanan alami penyakit ginjal yang
mendasari, juga tidak akan memperbaiki seluruh fungsi ginjal. Pasien tetap akan
mengalami sejumlah permasalahan dan komplikasi”. Secara tidak langsung menjalani
terapi hemodialisa juga berarti menggangu pekerjaannya dan gairah bekerja menurun,
karna harus menjalankan peraturan pengobatan yang dirasakan. Begitu juga prilaku yang
dijalankan selama ini harus berubah, seperti perubahan diet yang tadinya bebas sekarang
dibatasi baik dalam asupan protein maupun jumlah cairan yang masuk, tidak boleh
merokok, tidak boleh minum yang beralkohol dan lain sebagainya. Perubahan prilaku ini
sangat sulit sehingga kecenderungan untuk mengikiti peraturan pengobatan yang telah
ditetapkan sangat rendah karna peraturan tersebut sangat mengikat dengan aktifitas
individu. (Smeltzer dan Bare, 2004).
Adapun salah satu komplikasi atau dampak dilakukan hemodialisa pada pasien
gagal ginjal kronik ( GGK) adalah hipoglikemia. Hal ini karena terlalu banyak darah
yang terbuang saat sirkulasi hemodialisa, termasuk glukosa (gula darah) yang
terkandung dalam darah juga terbuang bersama sisa – sisa metabolisme lainnya.
Sehingga kadar gula darah dalam tubuh mengalami penurunan, yang mengakibatkan
3
pasien mengalami kelelahan atau lemas setelah dilakukan hemodialisa ( NKDEP,
2011)
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Melakukan proses asuhan gizi terstandar pada pasien dengan diagnosis CKD on
HD + syndrome uremicum di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan skrinning gizi pada pasien di ruang Aster (penyakit dalam pria)
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
b. Melakukan assessment (antropometri, biokimia, klinis/fisik, dietary history)
pada pasien penyakit CKD on HD + Syndrome uremicum di Doris Sylvanus
Palangkaraya.
c. Menetapkan diagnosa gizi pada pasien laki-laki di ruang Aster RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya.
d. Mampu menyusun NCP pada pasien laki-laki di ruang Aster yang terdiri dari
assessment, diagnose gizi, intervensi, monitoring dan evaluasi gizi.
e. Mampu melakukan edukasi/konsultasi gizi.
4
BAB II
GAMBARAN UMUM PASIEN
A. Narasi Kasus
Tn. R berumur 47 th dengan BB (kering) pada tanggal 16 maret 2018 sebesar 52,9 kg,
tinggi badan estimasi yaitu 160 cm dan LILA 25,4 cm. Tn. R tinggal bersama dengan
keluarganya sebanyak 5 orang.
Tn. R dirawat di ruang Aster tanggal 16 maret 2018. Pada saat dilakukan
pemeriksaan, di diagnosa yaitu CKD on HD dan Abdomen Asites. Keluhan pasien
sesak nafas, nyeri perut, tubuh bergetar-getar dan tidak bisa tidur. Selain itu secara
klinis pasien tampak lemah dan susah berdiri karena nyeri di bagian lutut. Pasien telah
menderita Gagal Ginjal Kronik selama 5 tahun, dan selama 2 tahun tidak buang air
kecil. Riwayat makan Tn. R terdahulu yaitu pasien suka mengkonsumsi sayuran dan
ikan sungai. Pola makan SMRS yaitu 3x sehari. Makanan yang dikonsumsi pasien
lebih sering diolah dengan cara di goreng dan direbus. Dan pasien tidak memiliki
riwayat alergi makanan.
5
Tidak terjadi penurunan nafsu makan
Konumsi cairan sebanyak 500-600 ml/hari
Tidak memiliki alergi pada makanan
Klien menyukai lauk hewani yang berasal dari sungai dan sangat menyukai
konsumsi sayur.
Konsumsi makanan klien bervariasi karena terdiri dari nasi, lauk hewani/lauk
nabati dan sayuran.
Tabel 1.1 Hasil Recall Asupan Makanan Klien Selama 24 jam Berdasarkan
Menu dan Pola Makan klien saat awal masuk RS
6
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas, nyeri perut, tubuh bergetar-getar
dan tidak bisa tidur
4. Data Sosial Ekonomi
Pekerjaan istri : Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan Suami : Swasta
Suku : Dayak
5. Personal History
Sesak nafas
Tubuh bergetar - getar
Tidak bisa tidur
Susah untuk berdiri
Tn. R tidak pernah mendapatkan edukasi gizi sebelumnya
1.2.3 Data Obyektif
3.1 Data Antropometri
- TB estimasi : 160 cm
- BB estimasi : 59,6 kg
- RL : 73 cm
- LILA : 32 cm
3.2 Data Biokimia
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 15 Maret 2018
Data laboratorium Hasil lab Nilai normal Interpretasi
GDS 86 mg/dl < 200 mg/dl Normal
Ureum 132 mg/dl 21 – 53 mg/dl Tinggi
Creatinin 10,19 mg/dl 0,7 – 1,5 Tinggi
Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 16 Maret 2018
7
- Nadi : 91 x/mnt
- Pernafasan : 34 x/mnt
- SPO2 : 97%
A. TERAPI DIET RS
Terapi diet yang diberikan adalah Diet Tinggi Protein (HD II 65 gr)
BAB III
SKRINNING GIZI
8
Nama : Tn. R
No. RM : 11.37.18
Ruang/ Kelas : Aster/Kelas I (A 4)
Jenis Kelamin : Laki - laki
Usia : 47 tahun
Berat Badan : 59,6 kg (BB estimasi)
Tinggi Badan : 160 cm (B estimasi)
Pekerjaan : Swasta
Tgl MRS : 15 Maret 2018
Tgl pemeriksaan : 15 maret 2018
Status gizi : Baik
Diagnosa : CKD on HD & Abdomen Asites
Dari hasil skrinning total skor yang didapat yaitu skor 3 (resiko sedang). Artinya,
perlu dilakukan assesmen lanjut oleh Ahli Gizi.
ASSESSMENT GIZI I
RIWAYAT PERSONAL
9
Sesak nafas, tubuh bergetar-getar dan tidak bisa tidur
CH 3.1 Riwayat Sosial
CH 3.1 Situasi rumah/hidup
Klien tinggal ber- 5 dalam satu rumah yang teridiri dari, istri, dan 3 orang anak.
CH 3.1.6 Pekerjaan
Klien seorang pekerja swasta
CH 3.1.7 Agama
Klien beragama Kristen Protestan
Identifikasi : klien tinggal bersama anak dan istrinya sebagai kepala keluarga.
Identifikasi : diketahui bahwa asupan gizi klien masuk ke dalam kategori deficit berat.
d. Sayuran
i. Sayur bening 5 sdm sebanyak 10 gram 1x/hari
10
FH 1.2.2.5 Variasi Makanan
Makanan yang dikonsumsi klien sudah bervariasi
FH 1.5 Asupan zat gizi makro
FH 1.5.1 Asupan Lemak dan kolestrol
FH 1.5.1.1 Lemak Total
Asupan Lemak total klien saat di lakukan recall yaitu 33 gr (76,19% dari total
kebutuhan lemak)
FH 1.5.2 Asupan Protein
FH 1.5.2.1 Protein Total
Asupan protein total klien saat dilakukan recall yaitu 29 gr. (71,60% dari total
kebutuhan protein)
FH 1.5.3 Asupan karbohidrat
FH 1.5.3.1 Karbohidrat Total
Asupan karbohidrat total klien saat dilakukan recall yaitu 135,5 gr (40,14% dari
total kebutuhan karbohidrat)
Identifikasi: dari data tersebut diketahui bahwa asupan zat gizi makro yaitu:
11
dalam makanan. Furosemide adalah obat untuk mengurangi cairan berlebih
dalam tubuh (edema) yang disebabkan oleh kondisi seperti gagal jantung,
penyakit hati, dan ginjal. Obat ini juga digunakan untuk mengobati tekanan darah
tinggi. Amlodipin digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi dan nyeri
dada (angina). CaCo3 adalah antasida yang bekerja dengan menurunkan jumlah
asam dalam perut. Obat ini juga dapat untuk mencegah atau mengobati kadar
kalsium darah yang rendah pada orang yang tidak mendapatkan kalsium yang
cukup dari makanan.Asam Folat adalah Obat yang digunakan untuk mengobati
kekurangan asam folat dan beberapa jenis anemia atau kekurangan sel darah
merah yang disebabkan oleh kekurangan asam folat.
AD.1.1.1 TB/PB
BIOKIMIA
FISIK KLINIS
12
Keadaan umum klien sadar/baik
Klien dapat berkomunikasi dengan baik
PD 1.1.9 Tanda-Tanda Vital
Suhu tubuh klien yaitu 36,40C
Tekanan darah 160/110 mmHg
Nadi 91 x/mnt
Pernafasan 34 x/mnt
SPO2 97%
Identifikasi : berdasarkan data tersebut diketahui bahwa keadaan klien secara umum yaitu
dalam keadaan sadar/baik.
DIAGNOSA GIZI I
A. Domain Intake
13
NI -2.2.1 Kekurangan makanan dan minuman oral berkaitan dengan factor
fisiologis akibat penyakit gagal ginjal kronik dibuktikan dengan asupan energi
energi & karbohidrat dalam kategori deficit berat dan asupan protein & lemak
dalam kategori deficit sedang.
NI -5.10.2 Kelebihan Intake mineral (Na) berkaitan dengan makanan dan nutrisi
yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dibuktikan dengan klien
mengalami Hipertensi dengan TD 160/110mm/Hg.
B. Domain Klinik
NC 1.1.4 Perubahan fungsi gastrointestinal akibat penyakit gagal ginjal kronik
dibuktikan dengan pasien mengalami nyeri perut.
NC – 2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi protein (Ureum, kreatinin)
berkaitan dengan gangguan fungsi ginjal dibuktikan dengan kadar ureum 132
mg/dl (N : 21-53), kreatinin 10,19 mg/dl (N : 0,7-1,5)
C. Domain Behavior
NB 1.1.1 Pengetahuan yang kurang dikaitkan dengan makanan dan gizi berkaitan
dengan kurangnya informasi dibuktikan dengan klien tidak pernah mendapatkan
konseling gizi sebelumnya.
INTERVENSI GIZI I
A. Tujuan Diet
Jangka pendek :
14
1. Meningkatkan asupan makan Tn. R dengan target energi dan zat gizi sebesar 100%
dari kebutuhan.
2. Memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan makan Tn. R
3. Menggantikan zat gizi dan protein yang hilang selama proses Dialisis
4. Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat
turunnya laju GFR.
5. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah dan kadar kreatinin yang tinggi
6. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Menurunkan tekanan darah tinggi
Jangka panjang :
1. Mempertahankan status gizi agar pasien dapat melakukan aktivitas normal dengan
memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan fungsi ginjal.
B. Jenis Diet
“Diet Tinggi Protein (HD II 65 gr)”
15
= 60 – 6,0 = 54 kg
25 % x 1890
Lemak = = 52,5 gr
9
±5% = 2,62 (49,88 – 55,12)
61,29 % x 1890
Karbohidrat = = 289,59
4
±5% = 14,47 (275,12 – 304,06)
16
E : 1890 – 208 = 1682 (1597,9 – 1766,1)
P : 64,8 – 10,4 = 54,4 (51,68 – 57,12)
L : 52,3 – 4,8 = 47,7 (45,02 – 50,08)
KH : 289,59 – 31,2 = 258,39 (245,48 – 271,3)
BBA
1. Fe (Besi) ¿ x Fe ( AKG )
BB Standar
52,93
¿ x 13
62
¿ 11,28 mg
BBA
2. Natrium ¿ x Na ( AKG )
BB Standar
52,93
¿ x 1500
62
¿ 1280,56 mg
BBA
3. Kalium ¿ x Kalium (AKG)
BB Standar
52,93
¿ x 4700 mg
62
¿ 4012,43 mg
BBA
4. Kalsium ¿ x Kalsium (AKG)
BB Standar
52,93
¿ x 1000 mg
62
¿ 882,16 mcg
BBA
5. Fosfor ¿ x Fosfor (AKG)
BB Standar
52,93
¿ x 700 mg
62
¿ 597,59 mg
(TKK : Test kreatinin kliren) sering digunakan untuk pemeriksaan fungsi ginjal.
Diketahui : kreatinin : 6,71 mg
17
Berat badan : 52,93 kg
Umur : 47 tahun
( 140−U ) BB
KK =
KS x 72
( 140−47 ) x 52,93
=
6,71 x 72
4919,7
=
483,12
= 10,18 (gagal ginjal kronik)
D. Prinsip Diet
1. Energi cukup
2. Protein tinggi
3. Lemak cukup
4. Karbohidrat cukup
5. Cairan rendah
6. Natrium rendah
7. Kalium rendah
E. Syarat Diet
1. Energi cukup yaitu sebesar 1890 kkal, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan
sebagai sumber energi.
2. Protein tinggi sebesar 64,8 gram untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen
dan menggantikan asam amino yang hilang selama dialisis.
18
3. Lemak cukup sebesar 52,5 gram atau sebesar 25% dari kebutuhan total energi.
4. Kabohidrat cukup sebesar 289,59 gram digunakan untuk sumber energi agar
protein tidak dipecah menjadi energi. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa
perhitungan protein dan lemak berkisar antara 61,29% dari total energi.
5. Natrium dibatasi, banyaknya natrium yang diberikan antara 1-3 gr. Untuk
mengatasi rasa haus dan dapat mencegah kelebihan asupan cairan.
6. Kalium dibatasi (40-70 mEq) apabila ada hiperglikemia (kalium darah > 5,5
mEq), oliguria atau anuria.
7. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan
melalui keringat dan pernafasan (±500ml).
F. Bentuk Makanan
Makanan lunak (nasi tim)
G. Frekuensi
• 3 kali makanan utama (pagi,siang,malam)
• 2 kali selingan
H. Rute
Oral
I. Edukasi
Materi : Diet Tinggi Protein (HD II 65 gr)
Sasaran : diberikan kepada pasien dan keluarga pasien yang menunggu
Waktu : penyampaian edukasi kepada pasien yaitu ketika pasien mendapatkan makanan
atau sudah mnghabiskan makanannya
Tempat : Ruang Aster Kelas I (A 4)
Edukasi yang diberikan : Edukasi yang diberikan yaitu berupa konseling untuk tidak
mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit dan tanyakan apakah pasien ada
mengkonsumsi makanan dari luar. Menanyakan alasan apabila pasien tidak
menghabiskan makanannya dan tanyakan kondisi pasien sekarang.
19
PERENCANAAN MENU
A. Pembagian Kedalam Penukar
Energi = 1890 kkal (1795,5 – 1982,5)
Protein = 64,8 gr (61,56 – 68,04)
Lemak = 52,5 gr (49,88 – 55,12)
Karbohidrat = 289,59 gr (275,12 – 304,06)
20
Minyak - - - - -
Total 425 kkal 17 gr 16 gr 52 gr
PENUKAR SELINGAN 5 %
Bahan makanan Penukar Energi Protein Lemak KH
Susu Nephrisol 1 104 5,2 2,4 15,6
PENUKAR SELINGAN 5 %
Bahan makanan Penukar Energi Protein Lemak KH
Susu Nephrisol 1 104 5,2 2,4 15,6
21
10.00 WIB Ikan patin goreng tidak Ikan patin 40 gr 1P
kering Minyak 5 gr 1P
Tahu goreng Tahu 55 gr ½P
Minyak 2,5 gr ½P
Sayur bening dayak Kacang panjang 50 gr ½P
22
Tahu goreng Tahu 55 gr 55 gr -
Puding Gula 26 gr 26 gr -
Selingan Susu Nephrisol Susu Nephrisol 61 gr 61 gr -
siang
Makan Nasi lunak Nasi lunak 200 gr 111 gr 89 gr
malam Ayam masak kari Ayam 94,82 gr 55,82 gr 39 gr
Tempe goreng Tempe 25 gr 9 gr 16 gr
Cah gambas Wortel 150 gr 131 69 gr
Gambas 50 gr
23
Makan Nasi lunak Nasi lunak 111 gr 130 kkal 2,4 gr - 28,5 gr
sore Ayam masak Ayam 55,82 gr 159 kkal 7,8 gr 10,5 gr -
kari
Tempe Tempe 9 gr 31,9 kkal 1,5 gr 2,4 gr 1,2gr
goreng
Cah gambas Wortel 131 gr 39,5 kkal 0,1 gr - 10,1 gr
Gambas
1667,2 kkal 63 gr 43,7 gr 256,7 gr
BDD
BDD ikan = 40/80x100 = 50 gr
BDD ayam = 55/58x100 = 94,82 gr
Penyerapan minyak
Ikan = 14/100x 40 = 5,6
Ayam = 10/100 x 55 = 5,5
MONITORING EVALUASI I
Dampak Asuhan Gizi Jangka pendek
Outcome a. Kekurangan intake makanan oral
Indicator Outcome Jangka pendek
a. Asupan energi saat recall, 56,21 %
b. Asupan protein saat recall yaitu 71,60%
c. Asupan lemak saat recall yaitu 76,19%
d. Asupan karbohidrat saat recall yaitu 40,14%
Kriteria Jangka pendek
a. Menurut Depkes RI tahun 1996 hasil asupan recall
energy, karbohidrat defisit berat dan protein, lemak, klien
termasuk kategori deficit sedang
Dokumentasi Pada kunjungan awal
Monitoring Evaluasi Jangka pendek
- Energi 56,21% (DB)
- Protein 71,60% (DS)
- Lemak 76,19% (DS)
- Karbohidrat 40,14% (DB)
Dokumentasi Jangka pendek
Monitoring Evaluasi a. Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi, target
yang direncanakan belum, tercapai yaitu energi 88,20%
(DS), protein 97,22% (N), lemak 83,23% (DS) dan
karbohidrat 88,64% (DS)
24
PERBANDINGAN TOTAL ASUPAN DENGAN KEBUTUHAN PASIEN (17 MARET 2018)
Zat gizi Asupan Kebutuhan Tingkat Kons. Interpretasi
Energi 1667,2 kkal 1890 kkal 88,20% Deficit ringan
Protein 63 gr 64,8 gr 97,22 % Normal
Lemak 43,7 gr 52,5 gr 83,23% Deficit ringan
Karbohidrat 256,7 gr 289,59 88,64% Deficit ringan
ASSESSMENT GIZI II
RIWAYAT PERSONAL
25
DIETERY HISTORY (RIWAYAT GIZI )
Identifikasi : diketahui bahwa asupan gizi klien masuk ke dalam kategori deficit
ringan.
26
Asupan karbohidrat total klien yaitu 256,7 gr (88,64% dari total kebutuhan
karbohidrat)
Identifikasi: dari data tersebut diketahui bahwa asupan zat gizi makro yaitu:
d. Asupan lemak total klien 43,7 gr masuk ke dalam kategori deficit ringan
dengan persentase 82,23% dari lemak total kebutuhan 52,5 gr.
e. Asupan protein total klien 63 gr masuk ke dalam kategori normal dengan
persentase 97,22% dari protein total kebutuhan 64,8 gr.
f. Asupan karbohidrat total klien yaitu 256,7 gr masuk ke dalam kategori deficit
ringan dengan persentase 88,64% dari karbohidrat total kebutuhan 289,59
gr.
27
AD.1.1.1 TB/PB
BIOKIMIA
FISIK KLINIS
28
DIAGNOSA GIZI II
A. Domain Intake
NI -2.2.1 Kekurangan makanan dan minuman oral berkaitan dengan factor
fisiologis akibat penyakit gagal ginjal kronik dibuktikan dengan asupan energi
energi & karbohidrat dalam kategori deficit berat dan asupan protein & lemak
dalam kategori deficit sedang.
NI -5.10.2 Kelebihan Intake mineral (Na) berkaitan dengan makanan dan nutrisi
yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dibuktikan dengan klien
mengalami Hipertensi dengan TD 160/110mm/Hg.
B. Domain Klinik
NC 1.1.4 Perubahan fungsi gastrointestinal akibat penyakit gagal ginjal kronik
dibuktikan dengan pasien mengalami nyeri perut.
NC – 2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi protein (Ureum, kreatinin)
berkaitan dengan gangguan fungsi ginjal dibuktikan dengan kadar ureum 68
mg/dl (N : 21-53), kreatinin 6,71 mg/dl (N : 0,7-1,5)
C. Domain Behavior
NB 1.1.1 Pengetahuan yang kurang dikaitkan dengan makanan dan gizi berkaitan
dengan kurangnya informasi dibuktikan dengan klien tidak pernah mendapatkan
konseling gizi sebelumnya.
29
Dari 3 domain diagnosa gizi di atas didapatkan prioritas pada domain intake
karena pasien memiliki kekurangan intake makanan dan minuman oral pada zat
gizi makro yang harus diperbaiki agar mencapai keseimbangan.
Ketidakseimbangan zat gizi yang dikonsumsi klien terutama pada energi,
karbohidrat defisit berat dan lemak, protein defisit sedang. Oleh karena itu, klien
perlu menerapkan edukasi atau konseling gizi mengenai pengaturan asupan
makanan atau perubahan pola makan serta perilaku yang sesuai dengan kebutuhan
seimbang klien. Jadi, untuk itu klien harus meningkatkan asupan Energi dan zat
gizi makro seperti, protein, karbohidrat, lemak dan cairan.
INTERVENSI GIZI II
A. Tujuan Diet
Jangka pendek :
1. Meningkatkan asupan makan Tn. R dengan target energi dan zat gizi
sebesar 100% dari kebutuhan.
4. Memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan makan Tn. R
5. Menggantikan zat gizi dan protein yang hilang selama proses Dialisis
6. Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat
turunnya laju GFR.
7. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah dan kadar kreatinin yang tinggi
8. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
9. Menurunkan tekanan darah tinggi
Jangka panjang :
1. Mempertahankan status gizi agar pasien dapat melakukan aktivitas normal dengan
memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan fungsi ginjal.
B. Jenis Diet
“Diet Tinggi Protein (HD II 65 gr)”
30
11. BBA estimasi sesudah HD = (2.592 x LILA ) -12.902
= (2.592 x 25,4 cm) – 12.902
= 52,93 kg
12. TB estimasi = (1,40 x demispan ) + 57,8
= (1,40 x 73 cm ) + 57,8
= 160 cm
*Diketahui : n: umur klien 47 tahun
BBI = (TB-100) – 10% (TB-100)
= (160 – 100) – 10% (160 – 100)
= 60 – 6,0 = 54 kg
Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Makro
Energi = 35 kkal x 54 = 1890 kkal
±5% = 94,5 (1795,5 – 1982,5)
25 % x 1890
Lemak = = 52,5 gr
9
±5% = 2,62 (49,88 – 55,12)
61,29 % x 1890
Karbohidrat = = 289,59
4
±5% = 14,47 (275,12 – 304,06)
31
200
Energi : x 260 = 208
250
200
Protein : x 13 = 10,4
250
200
Lemak : x6 = 4,8
250
200
Karbohidrat : x 39 = 31,2
250
BBA
1. Fe (Besi) ¿ x Fe ( AKG )
BB Standar
52,93
¿ x 13
62
¿ 11,28 mg
BBA
2. Natrium ¿ x Na ( AKG )
BB Standar
52,93
¿ x 1500
62
¿ 1280,56 mg
BBA
3. Kalium ¿ x Kalium (AKG)
BB Standar
52,93
¿ x 4700 mg
62
¿ 4012,43 mg
BBA
4. Kalsium ¿ x Kalsium (AKG)
BB Standar
52,93
¿ x 1000 mg
62
¿ 882,16 mcg
32
BBA
5. Fosfor ¿ x Fosfor (AKG)
BB Standar
52,93
¿ x 700 mg
62
¿ 597,59 mg
(TKK : Test kreatinin kliren) sering digunakan untuk pemeriksaan fungsi ginjal.
Diketahui : kreatinin : 6,71 mg
Berat badan : 52,93 kg
Umur : 47 tahun
( 140−U ) BB
KK =
KS x 72
( 140−47 ) x 52,93
=
6,71 x 72
4919,7
=
483,12
= 10,18 (gagal ginjal kronik)
D. Prinsip Diet
a. Energi cukup
b. Protein tinggi
c. Lemak cukup
33
d. Karbohidrat cukup
e. Cairan rendah
f. Natrium rendah
g. Kalium rendah
E. Syarat Diet
1. Energi cukup yaitu sebesar 1890 kkal, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan
sebagai sumber energi.
2. Protein tinggi sebesar 64,8 gram untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen
dan menggantikan asam amino yang hilang selama dialisis.
3. Lemak cukup sebesar 52,5 gram atau sebesar 25% dari kebutuhan total energi.
4. Kabohidrat cukup sebesar 289,59 gram digunakan untuk sumber energi agar
protein tidak dipecah menjadi energi. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa
perhitungan protein dan lemak berkisar antara 61,29% dari total energi.
5. Natrium dibatasi, banyaknya natrium yang diberikan antara 1-3 gr. Untuk
mengatasi rasa haus dan dapat mencegah kelebihan asupan cairan.
6. Kalium dibatasi (40-70 mEq) apabila ada hiperglikemia (kalium darah > 5,5
mEq), oliguria atau anuria.
7. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan
melalui keringat dan pernafasan (±500ml).
F. Bentuk Makanan
Makanan lunak (nasi tim)
G. Frekuensi
• 3 kali makanan utama (pagi,siang,malam)
• 2 kali selingan
H. Rute
Oral
I. Edukasi
Materi : Diet Tinggi Protein (HD II 65 gr) & makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan.
Sasaran : diberikan kepada pasien dan keluarga pasien yang menunggu
34
Waktu : penyampaian edukasi kepada pasien yaitu ketika pasien mendapatkan makanan
atau sudah mnghabiskan makanannya
Tempat : Ruang Aster Kelas I (A 4)
Edukasi yang diberikan : Edukasi yang diberikan yaitu berupa konseling untuk tidak
mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit dan tanyakan apakah pasien ada
mengkonsumsi makanan dari luar. Menanyakan alasan apabila pasien tidak
menghabiskan makanannya dan tanyakan kondisi pasien sekarang.
PERENCANAAN MENU
A. Pembagian Kedalam Penukar
Energi = 1890 kkal (1795,5 – 1982,5)
Protein = 64,8 gr (61,56 – 68,04)
Lemak = 52,5 gr (49,88 – 55,12)
Karbohidrat = 289,59 gr (275,12 – 304,06)
35
Bahan Makanan Penukar Pagi Selinga Siang Selinga Malam
n siang n sore
Makanan Pokok 4 1 - 2 - 1
Lauk Hewani 3½ 1 - 1½ - 1
Lauk Nabati 2¼ ½ - 1½ - ½
Sayuran 4 1½ - 1½ - 1
Buah 2 - 2 - -
Minyak 3 - - - - 1½
Susu Nephrisol - - 1 - 1 -
PENUKAR SELINGAN 5 %
Bahan makanan Penukar Energi Protein Lemak KH
Susu Nephrisol 1 104 5,2 2,4 15,6
PENUKAR SELINGAN 5 %
36
Bahan makanan Penukar Energi Protein Lemak KH
Susu Nephrisol 1 104 5,2 2,4 15,6
37
Waktu Menu Bahan Pemorsian Asupan Sisa
Makanan
Pagi Nasi lunak Nasi lunak 200 gr 110 gr 90 gr
06.30 Nila goreng Ayam 66 gr 66 gr -
WIB saus tiram
Tahu goreng Tahu 54 gr 37 gr 17 gr
Cah kacang Kacang panjang 50 gr 36 gr 14 gr
panjang
Wortel 75 gr 50 gr 25 gr
Toge 25 gr 10 gr 15 gr
Selinga Susu Nephrisol Susu Nephrisol 61 gr 61 gr -
n siang
Siang Nasi lunak Nasi lunak 400 gr 308 gr 92 gr
10.00 Ayam masak Ayam 135 gr 53 gr 82 gr
WIB tomat
Sayur urap Kacang panjang 100 gr 51 gr 49 gr
Wortel 50 gr 28 gr 22 gr
Tempe Tempe bacem 50 gr 12 gr 38
Puding Gula 26 gr 26 gr -
Selinga Susu Nephrisol Susu Nephrisol 61 gr 61 gr -
n sore
Sore Nasi lunak Nasi lunak 200 gr 169 gr 31 gr
16.00
Ikan patin saos Ayam 56 gr 56 gr -
WIB
kecap
Tumis wortel Wortel 50 gr 50 gr -
buncis
Buncis 50 gr 30 gr 20 gr
Tahu Tahu 54 gr - 54 gr
38
WIB saus tiram
Tahu goreng Tahu 37 gr 76,2 kkal 1,4 gr 7,5 gr 0,6 gr
Cah kacang Kacang 36 gr 12,6 kkal 0,7 gr - 2,8 gr
panjang panjang
Wortel 50 gr 9,4 kkal 0,1 gr - 2 gr
Toge 10 gr 6,1 kkal 0,2 gr - 0,5
Selingan Susu Susu 61 gr 104 kkal 5,2 gr 2,4 gr 15,6 gr
siang Nephrisol Nephrisol
Siang Nasi lunak Nasi lunak 308 gr 360,7 kkal 6,3 gr - 79,2 gr
10.00 Ayam masak Ayam 135 gr 348,6 kkal 25,3 25,5 gr -
WIB tomat
Sayur urap Kacang 53 gr 18,5 kkal 1 gr - 4,2 gr
panjang
Wortel 28 gr 5,3 kkal 0,3 gr - 1,1 gr
Tempe Tempe bacem 12 gr 28,5 kkal 1,1 gr 1,8 gr 2,1 gr
Puding Gula 26 gr 100,6 kkal - - 26 gr
Selingan Susu Susu 61 gr 104 kkal 5,2 gr 2,4 gr 15,6 gr
siang Nephrisol Nephrisol
Sore Nasi lunak Nasi lunak 169 gr 197 kkal 3,7 gr - 43,4 gr
16.00
Ikan patin Patin 56 gr 54,9 kkal 4,1 gr 1,3 gr -
WIB
saos kecap
Tumis wortel Wortel 50 gr 9,4 kkal 0,1 gr - 2 gr
buncis
Buncis 30 gr 10,5 kkal 0,3 gr - 2,4 gr
Tahu Tahu 0 - - - -
1639,8 64,7 gr 42,5 gr 199,8
BDD
Pagi & sore BDD ikan = 40/80x100 = 50 gr
Siang BDD ayam = 82,5/58x100 = 142,24 gr
Penyerapan minyak
Ikan = 14/100x 40 = 5,6
Ayam = 10/100 x 82,5 = 8,25
MONITORING EVALUASI II
Dampak Asuhan Gizi Jangka pendek
Outcome - Kekurangan asupan :
1. Energi
2. Lemak
3. Karbohidrat
Indicator Outcome Jangka pendek
- Audit asupan energi yaitu 88,20 %
39
- Audit asupan protein yaitu 97,22 %
- Audit asupan lemak yaitu 83,23%
- Audit asupan karbohidrat yaitu 88,64%
Kriteria Jangka pendek
b. Menurut Depkes RI tahun 1996 hasil ausit asupan energi,
lemak dan karbohidrat masuk dalam kategori deficit
ringan dan protein masuk dalam kategori normal.
Dokumentasi Pada kunjungan awal
Monitoring Evaluasi Jangka pendek
Energi 88,20% (DR)
Protein 97,22% (N)
Lemak 83,23% (DR)
Karbohidrat 88,64% (DR)
Dokumentasi Jangka pendek
Monitoring Evaluasi C. Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi,
target yang direncanakan belum tercapai yaitu energi
86,76% (DR), protein 99,84% (N), lemak 80,95%
(DR) dan karbohidrat 68,99% (DB).
40
disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun,berlangsung progresif,
dan cukup lanjut.
Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50
mL/menit (Suhardjono dkk,2001). Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi
ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi
penumpukan sisa metabolit(toksit uremik) di dalam darah.(Arif mutaqin
dkk,2011)
2. Patofisiologis
Secara ringkas patofisiologis gagal ginjal kronis dimulai pada fase awal
gangguan,kesei mbangan cairan penanganan garam,serta penimbunan zat-zat sisa
masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit .Sampai fungsi
ginjal turun kurang dari 25 % normal,manifestasi klinis gagal ginjal kronik
mungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi
nefron yang rusak .Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan
filtrasi,reabsobrpsi,dan sekresinya,serta mengalami hipertrofi (Arif mutaqin
dkk,2011). Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati,maka nefron yang
tersisa menghadapi tugas yang semakin berat sehingga nefron-nefron.
3. Penyebab Gagal ginjal kronik
Penyebab Gagal ginjal kronik menurut( Price,2002)
1. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih (SIK) sering terjadi dan menyerang manusia
tanpa memandang usia, terutama wanita. Infeksi saluran kemih umumnya
dibagi dalam dua kategori : Infeksi saaluran kemih bagian bawah
(uretritis,sistitis,prostatis) dan infeksi saluran kencing bagian atas
(pielonepritis akut). Sistitis kronik dan pielonepriti dan infeksi saluran kencing
bagian ginjal tahap akhir pada anak-anak (Price,2002).
2. Penyakit Peradangan
Kematian yang diakibatkan oleh gagal ginjal umumnya disebabnya
oleh glomerulonepritis Kronik. Pada glomerulonepritis kronik,akan terjadi
kerusakan glomerulus secara progresif yang pada akhirnya akan menyebabkan
terjadinya gagal ginjal(Price,2002).
3. Nifrosklerosis Hipertensif
41
Hipertensi dan gagal ginjal kronik memiliki kaitan yang erat.
Hipertensi mungkin merupakan penyakit primer dan menyebabkan kerusakan
pada ginjal,sebaliknya penyakit ginjal kronik dapat menyebabkan hipertensi
atau ikut berperan pada hipertensi melalui mekanisme retensi natrium dan
air,serta pengaruh vasopresor dari sistem renin angitensin (Price,2002).
5. Gangguan Metabolik
Penyakit metabolik yang dapat mengakibatkan gagal ginjal kronik
antara lain diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme primer dan amiloidosis
(Price,2002).
6. Nefropati Toksik
Ginjal khusnya rentan terhadap efek toksik,obat-obatan dan bahan–
bahan kimia karena alsan-alasan :
a. Ginjal menerima 25% dari curah jantung ,sehingga sering dan
b. mudah kontak dengan zat kimia dalam jumlah yang besar. Interstitium
yang hiperosmotik memungkinkan zat kimia dikonsentrasikan pada
daerah yang relatif hipovaskular.
c. Ginjal merupakan jalur ekskresi obligatorik untuk kebanyakan
obat,sehingga insufisiensi ginjal mengakibatkan penimbunan obat dan
meningkatkan konsentrasi dalam cairan tubulus (Price,2002).
B. Hemodialisa
Menurut Price dan Wilson (1995) dialisa adalah suatu proses dimana solute
dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari
kompartemen cair menuju kompartemen lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal
merupakan dua tehnik utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua
teknik tersebut sama yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai
42
respon terhadap perbedaan konsentrasiatautekanantertentu.Sedangkan menurut Tisher
dan Wilcox (1997) hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air dari
darah pasien melewati membran semipermeabel (dializer) ke dalam dialisat. Dializer
juga dapat dipergunakan untuk memindahkan sebagian besar volume cairan.
Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana tekanan hidrostatik
menyebabkan aliran yang besar dari air plasma (dengan perbandingan sedikit larutan)
melalui membran. Dengan memperbesar jalan masuk pada vaskuler, antikoagulansi
dan produksi dializer yang dapat dipercaya dan efisien, hemodialisa telah menjadi
metode yang dominan dalam pengobatan gagal ginjal akut dan kronik di Amerika
Serikat (Tisher &Wilcox, 1997).
C. Asupan Protein
Penderita Gagal Ginjal Kronik Asupan protein adalah banyaknya zat gizi
protein yang dikonsumsi rata–rata per hari dibandingkan kebutuhan untuk mencapai
kebutuhan normal. Asupan Protein sangat diperlukan mengingat fungsinya dalam
tubuh. Asupan protein dapat dipengaruhi oleh konsumsi protein yang rendah dalam
diit, asupan makanan yang kurang pengaruh dari melemahnya kekebalan tubuh.
Pengaruh asupan protein disamping asupan kalori memegang peranan yang penting
dalam penanggulangan gizi penderita gagal ginjal kronik, karena gejala sindrom
uremik disebabkan karena menumpuknya katabolisme protein tubuh. Asupan protein
cukup 1-1,2 gr/kg BB/hari, untuk menjaga keseimbangan nitrogen dan kehilangan
protein selama didialisis. Sekurang-kurangnya 50% asupan protein berasal dari
protein bernilai biologi tinggi, yang lebih lengkap kandungan asam amino
escensialnya sumber protein ini biasanya dari golongan hewani, misalnya telur,
daging, ayam, ikan, susu,kerang dan lain-lain dalam jumlah sesuai
anjuran(Roesma,1992).
43
dan disana ia berubah menjadi ureummelalui reaksi-reaksi bersambung. Ureum adalah
satu molekul kecil yang mudah mendifusi ke dalam cairan ekstrasel, tetapi pada
akhirnya ia dipekatkan dalam urin dan diekskresi. Jika keseimbangan nitrogen dalam
keadaan mantap, ekskresi ureum kira-kira 25 gr setiap hari (Apleton Lange, 2005)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1.1 Hasil Recall Asupan Makanan Klien Selama 24 jam Berdasarkan Menu
dan Pola Makan klien saat awal masuk RS
44
Protein (gr) 29 gr 40,5 gr 71,60% Defisit sedang
Diketahui :
1. BBA estimasi sebelum HD = (2.592 x LILA ) -12.902
= (2.592 x 27,9 cm) – 12.902
= 59,6 kg
2. BBA estimasi sesudah HD = (2.592 x LILA ) -12.902
= (2.592 x 25,4 cm) – 12.902
= 52,93 kg
3. TB estimasi = (1,40 x demispan ) + 57,8
= (1,40 x 73 cm ) + 57,8= 160 cm
45
Monitoring evaluasi I
Monitoring evaluasi II
46
- Audit asupan karbohidrat yaitu 88,64%
Kriteria Jangka pendek
a. Menurut Depkes RI tahun 1996 hasil ausit asupan
energi, lemak dan karbohidrat masuk dalam kategori
deficit ringan dan protein masuk dalam kategori
normal.
Dokumentasi Pada kunjungan awal
Monitoring Evaluasi Jangka pendek
- Energi 88,20% (DR)
- Protein 97,22% (N)
- Lemak 83,23% (DR)
- Karbohidrat 88,64% (DR)
Dokumentasi Jangka pendek
Monitoring Evaluasi a. Pada pengkajian gizi selanjutnya setelah intervensi,
target yang direncanakan belum tercapai yaitu energi
86,76% (DR), protein 99,84% (N), lemak 80,95%
(DR) dan karbohidrat 68,99% (DB).
B. Pembahasan
Dalam melakukan asuhan gizi terstandar khusunya di rumah sakit perlu
adanya pelayanan yang lebih intensif terutama pada pasien rawat inap. Pemenuhan
kebutuhan dan diet yang patuh kepada pasien sangat menentukan kesembuhan pasien
yang dapat di lihat dari asupan nutrisi. Khususnya pada pasien yang mengalami
infeksi berat dan juga trauma perlu di upayakan penangan secara maksimal.
Pada saat praktek kerja lapapangan yang di lakukan di RSUD.dr. doris
sylvanus, saya mendapatkan kasus di ruang Penyakit Dalam Pria Aster di kelas I A 4
dengan asuhan gizi pada pasien dengan diagnose CKD on HD & Abdomen Asites.
Pada hari pertama saya melakukan anamnesa pasien dengan menggunakan skrining
dari rumah sakit. Tujuan di lakukan di lakukannya skrining yaitu untuk mengetahui
tingkat keparahan suatu penyakit atau keadaan seorang pasien yang telah di rawat di
rumah sakit.
Gagal ginjal kronis ( GGK) atau Chronic Kidney Disease( CKD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
47
elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah),
(Mansjoer, 2005).
Pada saat masuk rumah sakit pemberian diet pasien yaitu diet HD 65 gr yang
mana tujuan dari diet nya protein tinggi untuk mempertahankan keseimbangan
nitrogen dan menggantikan asam amino yang hilang selama dialisis.
Saat saya melakukan asuhan gizi pada Tn. R selama 2 hari pada tanggal 16
maret 2018 sampai 17 maret 2018. Dengan proses asuhan gizi sebagai berikut:
1. Skringing gizi
Tn. R pada saat di lakukan skrining awal yaitu untuk mengetahui apakah Tn. R
beresiko tinggi atau tidak sehingga perlu di lakukan tindakan lebih lanjut. Dari
hasil skrining yang di peroleh Tn. R memperoleh skor 3 yang mana Tn. R
beresiko sedang dan perlu di lakukan assessment lanjut oleh ahli gizi dan kembali
di assesmen setelah 3 hari. Pada saat di tanyakan penurunan berat badan pada Tn.
R dalam 6 bulan terkahir yaitu Tn. R terjadi peurunan berat badan 1-5 kg. Tn. R
tidak punya gangguan menelan dan mengunyah.
2. Antropometri
Pada saat pengukuran antropometri untuk mengetahui tinggi badan saya
menggunakan pengukuran panjang depa mengggunakan metlin di karenakan Tn. R
tidak bisa berdiri sehingga di dapatkan hasil tinggi badan estimasi yaitu 160 cm.
Untuk pengukuran berat badan saya menggunakan beat badan koreksi menggunakan
Pita LILA sehingga di dapat berat badan estimasi 59,6 kg dengan nilai LILA yang di
dapat yaitu 27,9 cm. Dan untuk mengetahui status gizi Tn. R saya menggunakan
perhitungan IMT, IMT Tn. R 23,38 kg/m2 (Normal).
3. Biokimia
Hasil pemeriksaan laboratorium yang saya lihat dari buku rekam medik pasien yaitu
pemeriksaan hanya di lakukan sekali yaitu pada saat pasien msuk ruang IGD
RSUD.dr.doris sylvanus palangka raya tanggal 15 Maret 2018 yang mana
pemeriksaan di lakukan bertujuan untuk mengetahui kada kreatinin dan ureum Tn. R.
Berikut data biokimia pasien :
Data Biokimia
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 15 Maret 2018
Data laboratorium Hasil lab Nilai normal Interpretasi
GDS 86 mg/dl < 200 mg/dl Normal
Ureum 132 mg/dl 21 – 53 mg/dl Tinggi
48
Creatinin 10,19 mg/dl 0,7 – 1,5 Tinggi
Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 16 Maret 2018
4. Pemeriksaan fisik
Pada saat di lakuakan pemeriksaan fisik klinis yaitu keadaan pasien dalam keadaan
tekanan darah normal, suhu normal, pernafasan normal, badan pasien bergetar-getar
dan sesak nafas.
5. Monitoring evaluasi makanan pasien
Perkembangan asupan makanan pasien dapat di lihat dari banyaknya pasien itu
makanan, yang mana makanan yang di makanan dari rumah sakit. Apabila asupan
makan pasein tinggi maka keadaan pasien dalam keadaan baik. Apabila asupan
makanannya menurun maka keadaan pasien bisa di katakan dalam keadaan kurang
baik.
Untuk melihat asupan makanan pasien maka perlu di lakukan evaluasi terkait
dengan asupan makan yang pasien makan dari rumah sakit yaitu di lakukannya
dengan metode berat saat pemorsian – berat sisa (berat makanan yang tidak di
habiskan).
Pada saat asupan makanan pasein, pasien hanya mengkonsumsi makanan dari
dalam rumah sakit saja, karena kepatuhan pasien terhadap anjuran dari ahligizi
bahwasanya pasien harus mengkonsumsi makanan yang di berikan dari rumah sakit
dan harus di habiskan sendiri.
Recall Asupan Makanan Klien Selama 24 jam Berdasarkan Menu dan Pola Makan
klien saat awal masuk RS
Zat Gizi Asupan Kebutuhan Tingkat Kons. (%) Interprestasi
Makanan
Energi (kkal) 1062,5 kkal 1890 kkal 56,21% Defisit berat
Protein (gr) 29 gr 40,5 gr 71,60% Defisit sedang
Lemak (gr) 32 gr 42 gr 76,19% Defisit sedang
49
Karbohidrat (gr) 135,5 gr 337,50 gr 40,14% Defisit berat
2000
1800 1890
1600
1400
1200
Asupan
1000 1062.5
Kebutuhan
800 Tingkatan
600
400
337.5
200
56.21% 71.60% 76.19% 135.5 40.14%
0 29 40.5 32 42
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Pada hari pertama atau sebelum pemorsian dapat di lihat audit gizi tingkat konsumsi
pasien lebih menunjukkan bahwa asupan gizi pasien dalam kategori deficit berat dan deficit
sedang dan masih jauh dari kebutuhan.
Keterangan grafik :
Asupan energi mengalami defisit berat dengan tingkat konsumsi 56, 21%
50
2000
1800 1890
1600 1667.2
1400
1200
Asupan
1000
Kebutuhan
800 Tingkatan
600
525
400
200 289.59
256.7
88.20%
0 63 64.8 43.7 83.23%
Energi 97.22%
Protein Lemak 88.64%
Karbohidrat
Pada hari kedua atau pada pemorsian pertama dapat di lihat audit gizi % tingkat
konsumsi pasien mengalami peningkatan pasien hampir menghabiskan makanannya. Hanya
ada sedikit sisa makanan. Setelah ditanyakan apakah pasien menyukai lauk nabati atau tidak
pasien menjawab menyukai lauk nabati dan sangat menyukai makan sayuran. Dan untuk nasi
tim, pada pemorsian siang pasien mengaku porsi nasi terlalu banyak makanyak tidak
dihabiskan.
51
Lemak 42,5 gr 52,5 gr 80,95 % Deficit ringan
Karbohidrat 199,8 gr 289,59 gr 68,99 % Deficit berat
2000
1800 1890
1600 1639.8
1400
1200
Asupan
1000
Kebutuhan
800 Tingkatan
600
400
200 289.59
199.8
86.76% 99.84% 80.95% 68.99%
0 64.764.8 42.552.5
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Pada hari ketiga atau pada pemorsian kedua dapat di lihat audit gizi % tingkat
konsumsi pasien mengalami peningkatan pasien hampir menghabiskan makanannya.
Hanya ada sedikit sisa makanan. Setelah ditanyakan mengapa kacang panjang nya
tidak dihabiskan, pasien menjawab bahwa apabila mengkonsumsi kacang panjang
akan menyebabkan kakinya sakit.
6. Biokimia
Hasil pemeriksaan laboratorium yang saya lihat dari buku rekam medik pasien
pada tanggal 15 maret 2018 yaitu kadar ureum 132 mg/dl dan kreatinin 10,19 mg/dl.
Dan terjadi penurunan kadar ureum dan kreatinin pada hasil laboratorium tanggal 16
maret 2018 yaitu kadar ureum 68 mg/dl dan kreatinin 6,71 mg/dl. Terjadi penurunan
tetapi masih termasuk dalam kategori tinggi.
52
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil skrining yang di peroleh Tn. R memperoleh skor 3 yang mana Tn. R
beresiko sedang dan perlu di lakukan assessment lanjut oleh ahli gizi dan kembali
di assesmen setelah 3 hari.
2. Pengukuran antriopometri hanya untuk mengetahui berat badan, tinggi badan, dan
status gizi. Yang masing masing di lakukan dengan pengukuran panjang depa,
pengukuran LILA dan LILA/U untuk mengetahui status gizi. Diketahui TB
estimasi pasien 160 cm, BB estimasi 59,6 kg (sebelum HD), BB estimasi 52,93
(setelah HD) dan status gizi pasien tergolong normal jika dilihat dari IMT.
3. Data biokimia didapat dari hasil laboratorium pada tanggal 15 maret 2018 kadar
Ureum : 132 mg/dl dan kadar kreatinin 10,19 mg/dl. Dan pada tanggal 16 maret
terjadi penurunan kadar ureum : 68 mg/dl dan kadar kreatinin 6,71 mg/dl.
4. Keadaan fisik/klinis klien sadar penuh, TD 160/110 mmHg dan nadi 91x/menit.
5. Data riwayat gizi klien tidak mempunyai alergi/pantangan terhadap makanan.
Klien suka mengkonsumsi sayur dan ikan sungai. Klien di berikan diet Tinggi
Protein (HD 65 gr) yang mana tujuan dari diet ini adalah untuk untuk
mempertahankan keseimbangan nitrogen dan menggantikan asam amino yang
hilang selama dialisis. Karena Tn. R baru selesai menjalani terapi hemodialisa.
6. Monitoring dan evaluasi yang di lakukan pada hari pertama dan hari kedua terjadi
peningkatan secara signifikan.
B. Saran
Di harapkan kepada mahasiwa agar lebih teliti dalam melakukan posedur
asuhan gizi standar di rumah sakit baik dari melakukan skrining gizi, antropometri,
menghitung kebutuhan dan pemorsian.
53
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1 Cetakan keenam.
Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah 2, Edisi 8.
Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta : EGC
Tjokronegoro, Hendra Utama. 1996. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1. Jakarta : FKUI
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 1994. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC
Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta : FKUI
Alexander, Fawcett, Runciman. 2000. Nursing Practice Hospital and Home the Adult,
Second edition aaToronto : Churchill Livingstone
54
LAMPIRAN
Perhitungan RP :
E = 35 x 54
= 1890 kkal
P = 0,75 x 54
= 40,5 gr
40,5 x 4
= x 100 % = 8,57 %
1890
20 % x 1890
L = = 42 gr
9
71,43 x 1890
KH = =337,50 gr
4
55
Pemorsian 1 (Hari pertama)
Ayam 93 gr Tempe 51 gr
56
Bihun 25 gr
Tempe 19 gr
57
Ayam 28 gr
58
Jagung muda 100 gr
Jagung muda 30 gr
59
Pemorsian 3 (Hari pertama)
Ayam 94 gr Tempe 26 gr
60
Sisa pemorsian 3 (Hari pertama)
Nasi lunak 89 gr
Sayur 69 gr
Tempe 16 gr
61
Ayam 39 gr
62
Tauge 25 gr Ikan Nila 66 gr
Tahu 54 gr
Nasi Lunak 90 gr
63
Kacang panjang 14 gr Wortel 25
Tauge 15 gr
Tahu 17 gr
64
Ayam 135 gr Tempe 72 gr
Nasi lunak 92 gr
65
Wortel 22 gr Kacang panjang 49 gr
Tempe 38 gr Ayam 82 gr
66
Ikan patin 56 gr Tahu 54 gr
Wortel 50 gr Buncis 50 gr
67
Pemorsian 1 (Hari pertama)
68
Ayam 93 gr Tempe 51 gr
Bihun 25 gr
Tempe 19 gr
69
Ayam 28 gr
70
Labu waluh 25 gr Kacang panjang 100 gr
Jagung muda 30 gr
71
Kacang panjang 36 gr
Ayam 94 gr Tempe 26 gr
72
Wortel 50 gr Gambas 100 gr
Nasi lunak 89 gr
73
Sayur 69 gr
Tempe 16 gr
Ayam 39 gr
74
Kacang panjang 50 gr Wortel 75 gr
Tahu 54 gr
Nasi Lunak 90 gr
75
Kacang panjang 14 gr Wortel 25
Tauge 15 gr
Tahu 17 gr
76
Ayam 135 gr Tempe 72 gr
Nasi lunak 92 gr
77
Wortel 22 gr Kacang panjang 49 gr
Tempe 38 gr Ayam 82 gr
78
Ikan patin 56 gr Tahu 54 gr
Wortel 50 gr Buncis 50 gr
LAMPIRAN
Edukasi Awal
79
Edukasi Akhir
80