Dosen pengampu :
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi
Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si.
Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD
Disusun oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU GIZI
2019
I. LATAR BELAKANG
M adalah seorang wanita berusia 37 tahun dengan diagnosis fistula Crohn’s
disease yang menjalani colectomy abdominal total (TAC) dengan ileostomi (end
ileostomy). Dia mengalami kesulitan pasca operasi dengan komplikasi ileus, ostomi
yang tinggi,dan kesulitan diet oral. Pasien dirujuk konsul gizi karena output ostomi
tinggi dan malabsorpsi. Limbah ileostomi-nya encer dan berair.
Pasien memiliki usus kecil untuk ileostomi dan tidak ada usus besar yang tersisa,
tidak ada katup ileocecal (ICV), tidak ada rektum, dan tidak ada anus. Pasien tidak
memiliki potensi lebih lanjut untuk operasi penyambungan kembali usus.
M mengalami penurunan nafsu makan dan asupan oral selama 3 bulan yang lalu
karena sakit perut, mual, dan diare. Sebelum masuk, dia makan ½ dari makanannya
yang biasa. Tidak dapat memakan suplemen nutrisi. Dalam sehari mengonsumsi
cairan 8-10 gelas perhari baik berupa kopi, es teh, maupun air mineral.
Pasien saat ini mengonsumsi 50% makanan yang disediakan, bisa makan camilan,
dan asupan dari oral rehydration solution (ORS) 500 mL setiap hari. Dia merasa
nafsu makanannya perlahan membaik.
Pengukuran antropometri M saat ini yaitu berat badan 42,8 kg dan 151,9 cm.
Berat badan pasien sebelum sakit 3 bulan yang lalu adalah 51 kg. Pemeriksaan fisik
pasien adalah mata cekung, rongga mata gelap, skapula menonjol, paha depan dan
betis kurus, kehilangan lemak di tulang rusuk, tidak ada edema. Tingkat energi M
rendah selama 3 bulan terakhir, kerap merasa lelah dan letih sepanjang waktu.
Obat-obatan yang dikonsumsi oleh M berupa loperamide 2 mg sebelum makan
dan tidur, multivitamin, cairan IV untuk menggantikan kehilangan stoma. Output
urin dan ostomy pasien selama 24 jam adalah 650 mL dan 2200 mL. Pemeriksaan
laboratorium yang M lakukan yaitu serum natrium 130 (rendah), serum kalium 3,4
(rendah), serum magnesium 2 (rendah normal), CRP tidak tersedia, dan analisis
toksin feses untuk clostridium difficile negatif. Diet yang diberikan untuk pasien
berupa diet rendah serat dan rendah gula sederhana.
II. SKRINING (DATA UMUM)
A. Pemilihan Metode Skrining
SNAQ merupakan metode skrining untuk mendapatkan informasi tentang
status gizi pasien dengan cepat dan mudah. Penggunaan metode skrining ini
dirasa paling pas untuk pasien M dikarenakan pasien mengalami penurunan
berat badan, kehilangan nafsu makan, dan menggunakan asupan suplemen.
B. Pengisian kuosioner
V. INTERVENSI GIZI
A. Tujuan Intervensi Gizi
1. Mencukupi kebutuhan gizi dengan menyesuaikan kondisi sakit
2. Penambahan berat badan pasien
3. Meningkatkan konsistensi ostomi menjadi lebih padat
4. Memberikan edukasi mengenai penyakit yang tengah diderita oleh pasien M
5. Menggantikan cairan elektrolit yang hilang dan menjaga keseimbangan cairan
tubuh
B. Perencanaan (Planning)
1. Pemberian Diet
a. Preskripsi diet
1) Rekomendasi asupan sesuai kebutuhan, yaitu energi 2186,9 kkal;
lemak 60,7 gram; protein 82 gram; dan karbohidrat 328 gram
2) Rekomendasi asupan serat larut air dan rendah gula sederhana
3) Menyediakan camilan tinggi kalori
4) Hindari kafein dan cairan hipertonik
5) Rekomendasi asupan tinggi cairan 1 kkal/1 cc
b. Syarat diet
Jenis diet : diet rendah sisa 2
Bentuk makanan : lunak
Jadwal makan : makanan utama 3 kali dan selingan 3 kali
Rute : oral
Kebutuhan gizi di rumah sakit
2. Pemberian Konseling Gizi
C. Implementasi
1. Jenis Diet
Jenis diet yang diberikan adalah diet rendah sisa 2. Makanan diberikan
sebanyak 6 kali yaitu 3 makanan utama dan 3 selingan. Metode
penggorengan tidak dianjurkan dalam pemasakan makanan di diet ini.
Mengonsumsi makanan serat larut air dan rendah karbohidrat sederhana.
2. Bentuk Makanan
Makanan berbentuk lunak.
3. Menu
Waktu Menu Bahan Makanan Berat (gram)
Pagi Nasi tim Nasi tim 200
Omelet Telur ayam 55
Minyak 5
Selingan Biskuit Biskuit 20
Teh manis Gula pasir 10
Siang Nasi tim Nasi tim 200
Bistik daging cincang Daging sapi 30
Tim tahu Tahu 55
Setup wortel Sayuran B 50
Jus jeruk Jeruk 100
Gula pasir 10
Pepaya Pepaya 75
Selingan Puding tapioka Tapioka 50
Gula pasir 10
Malam Nasi tim Nasi tim 200
Sup ayam makaroni Ayam tanpa kulit 40
Makaroni 50
Brokoli 50
Tahu bacem Tahu 55
Jus jeruk Jeruk 100
Gula pasir 10
Margarine 5
Selingan Pisang selai kacang Pisang 50
Selai kacang 30
VI. PERENCANAAN MONITORING-EVALUASI GIZI
A. Antropometri (AD)
Pelaksanaa
Indikator Evaluasi Target Pencapaian
n
Menamba Penimbanga Penimbanga Berat badan pasien mengalami
h berat n badan n badan kenaikan hingga mendekati berat
badan dilakukan badan ideal
pasien seminggu
sekali
B. Biokimia (BD)
Pelaksanaa
Indikator Evaluasi Target Pencapaian
n
Menormalka Pemeriksaa Pemeriksaan Kadar sodium dan potassium
n jumlah n dilakukan dapat mencapai angka normal
sodium, laboratoriu satu minggu dan volume urine yang
potassium, m sekali dikeluarkan juga normal
dan volume
urine
C. Klinis/Fisik (PD)
Pelaksanaa
Indikator Evaluasi Target Pencapaian
n
Mengembalika Pemeriksaa Pemeriksaan Lemak tubuh pasien kembali
n lemak yang n fisik dilakukan normal dan nafsu makan
hilang pada setiap hari kembali stabil
tulang rusuk
serta
menambah
nafsu makan
pasien
VIII. PENUTUPAN/KESIMPULAN
Diet yang diberikan berupa diet rendah sisa 2. Diet ini memberikan makanan
dengan serat larut air dan rendah karbohidrat sederhana. Makanan yang diberikan
pun berupa makanan lunak agar lebih mudah dicerna.
IX. LAMPIRAN
1. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi
BBI = (𝑇𝐵 −100) + 10%(𝑇𝐵 −100)
= 51,9 + 5,19
= 57,09 kg
= 57 kg
BMR = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
= 655 + (9,6 x 57) + (1,8 x 151,9) – (4,7 x 37)
= 655 + 547,2 + 273,42 – 173,9
= 1301,72 kkal
TEE = BMR x Faktor Aktivitas x Faktor Stress
= 1301,72 x 1,2 x 1,4
= 2186,9 kkal
2186,9
Lemak = x 25 %
9
= 60,7 gram
2186,9
Protein = x 15 %
4
= 82 gram
2186,9
Karbohidrat = x 60 %
4
= 328 gram
Cairan = 35 ml x 57 kg
= 1995 ml
2. Leaflet
DAFT
AR PUSTAKA
1. Suryawinata K. Penyakit Crohn - Diagnosis Histopatologi Pasca Operasi dengan
Indikasi Apendisitis Akut. Jakarta: Unika Atma Jaya. 2010
2. Santoso A. Serat Pangan (Dietary Fiber) dan Manfaatnya Bagi Kesehatan. Unwidha
Klaten. 2011.