Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

JUDUL:
PERCOBAAN I
TEKNIK LABORATORIUM

Disusun Oleh :
Afifa Ayu Mufida 22030117120023
Firda Safhira 22030117140021
Nur Indah Insani Kamilia 22030117120021
Puspitaloka Triwidyastuti 22030117110025
Yoanita Rosa 22030117140023
Tanggal Praktikum : 30 Oktober 2017

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
DEPARTEMEN ILMU GIZI
LABORATORIUM KIMIA
2017
PERCOBAAN 1

TEKNIK LABORATORIUM

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenal beberapa alat laboratorium kimia sederhana dan penggunaannya.

II. DASAR TEORI


1. Laboratorium Kimia dan Peralatan Gelas
a. Laboratorium Kimia
Laboratorium kimia adalah tempat dilaksanakannya berbagai
aktivitas yang melibatkan pemakaian bahan kimia tertentu.
Laboratorium di perguruan tinggi memiliki fungsi utama sebagai
tempat mahasiswa untuk melaksanakan riset dan kegiatan praktikum.1
b. Peralatan Gelas
Peralatan gelas merupakan salah satu perlatan utama dalam
melakukan analisis mutu bahan dan produk pangan.2
Peralatan gelas dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Peralatan dasar
 Gelas beaker
Gelas beaker atau sering disebut sebagai gelas piala
adalah gelas pyrex yang dilengkapi dengan bibir tuang
dan skala. Fungsi utama adalah untuk menyimpan atau
mencampur senyawa kimia. Selain itu, gelas piala yang
berukuran tinggi dan berbentuk kerucut berfungsi
sebagai tempat memanaskan senyawa kimia.2
 Gelas ukur
Gelas ukur memiliki bibir tuang dan kaki berbentuk
heksagonal atau berupa polipropilen yang dapat dilepas.
Fungsi utamanya untuk mengukur volume suatu cairan
sesuai keperluan.2
 Labu Erlenmeyer
Labu Erlenmeyer adalah gelas dari bahan pyrex
berbentuk kerucut dengan mulut sempit atau lebar.
Memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk menyimpan,
memanaskan atau mencampur senyawa kimia dan unit
skala tidak terlalu teliti namun cukup memadai untuk
penggunaan yang tidak memerlukan ketelitian tinggi.2
 Labu filtrasi
Labu filtrasi merupakan gelas pyrex yang memiliki
dasar bulat dan kapasitas 100, 250, 500, dan 1000 ml.
Fungsi utamanya adalah untuk proses penyaringan
Buchner dan dapat dihubungkan ke pompa hisap.2
 Labu volumetri
Labu volumetri atau labu ukur terbuat dari gelas jernih,
dengan atau tanpa tutup polipropilen. Fungsi utamanya
untuk menyimpan hasil ekstraksi.2
 Labu dasar rata/bulat
Labu merupakan gelas pyrex yang memiliki dasar bulat
atau datar. Fungsi utama labu adalah untuk memanaskan
cairan.2
 Labu didih
Labu didih terbuat dari gelas bening dengan dasar rata
atau bulat.2
 Cawan petri
Terbuat dari pyrex dengan tinggi 18 mm. Fungsi utama
cawan petri adalah untuk wadah media kultur mikroba.2
 Tabung reaksi
Tabung reaksi terbuat dari gelas tahan panas, pyrex
atau borosilikat. Berfungsi untuk melakukan reaksi atau
menyimpan senyawa kimia.2
 Botol pereaksi
Terbuat dari gelas jernih atau berwarna dengan leher
sempit hingga lebar dan tanpa atau dilengkapi penutup.
Tutup botol terbuat dari bahan gelas atau polipropilen.
Fungsi utamanya adalah untuk menyimpan senyawa
pereaksi.2
 Corong
Corong terbuat dari kaca bening, pyrex, plastik atau
porselen. Kegunaan corong adalah untuk proses
penyaringan.2
 Tabung spiritus
Biasa digunakan untuk membakar zat atau
memanaskan larutan dan dapat pula digunakan sebagai
strelisasi suatu proses.3
 Druple plate
Disebut juga sebagai plat tetes. Berfungsi sebagai
tempat untuk mereaksikan zat dalam jumlah kecil.3
 Pengaduk gelas
Biasanya terbuat dari kaca pejal dengan ukuran hampir
sama dengan sedotan minum, hanya sedikit lebih panjang
dan ujungnya membulat. Seperti kebanyakan peralatan
gelas laboratorium lainnya, batang pengaduk terbuat dari
borosilikat (umum dikenal sebagai pyrex). Digunakan
untuk mencampur larutan.4
 Gelas arloji
Cawan gelas berbentuk irisan bola yang digunakan
sebagai alat untuk penguapan atau pengeringan zat yang
terlarut.5
 Botol timbang
Botol timbang berfungsi untuk menentukan kadar air
suatu zat. Selain itu digunakan untuk menyimpan bahan
yang akan ditimbang terutama untuk bahan cair yang
bersifat higroskopis. Saat menimbang zat cair yang
bersifat mudah menguap, botol timbang harus dalam
kondisi tertutup agar tidak terjadi penguapan.6
 Labu takar
Labu gelas yang mempunyai volume tertentu, serta
mempunyai leher dan mulut yang sangat kecil
dibandingkan dengan labunya. Digunakan untuk
mengencerkan larutan, menampung larutan atau zat cair
dengan volume yang tepat, dan membuat larutan standar
dengan tepat dan teliti.3
 Pipa bengkok
Terbuat dari gelas. Berfungsi untuk mengalirkan ke
dalam suatu tempat tertutup atau kedalam larutan.7
2. Peralatan ukur
 Pipet
Pipet adalah alat yang digunakan untuk mengambil
atau memisahkan zat cair dengan volume tertentu.2
Berdasarkan bentuknya, pipet dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
a. Pipet tidak berskala/paseur
Pipet pasteur, juga dikenal sebagai pipet pentil atau
penetes adalah pipet plastik atau kaca yang
digunakan untuk memindahkan sedikit cairan,
tetapi tidak dikalibrasi untuk suatu volume
tertentu.8
b. Pipet berskala
1. Pipet ukur
Pipet ini memiliki skala, digunakan untuk
mengambil larutan dengan volume tertentu.
Gunakan bulb atau karet penghisap untuk
menyedot larutan, jangan dihisap dengan
mulut.9
2. Pipet volume
Pipet ini terbuat dari kaca dengan
skala/volume tertentu, digunakan untuk
mengambil larutan dengan volume tepat sesuai
dengan label yang tertera pada bagian yang
menggelembung (gondok) pada bagian tengah
pipet. Gunakan propipet atau bulb untuk
menyedot larutan.9

 Buret
Alat ini terbuat dari kaca dengan skala dan kran pada
bagian bawah. Digunakan untuk melakukan titrasi
(sebagai tempat titran).9
3. Peralatan analisis
 Termometer
Termometer adalah alat pengukur suhu.2
 Piknometer
Piknometer adalah alat untuk membandingkan berat
jenis zat cair atau zat padat.2
 Hidrometer
Hidrometer adalah alat yang dapat digunakan untuk
mengukur berat jenis atau kepekatan air.2
 Salinometer
Salinometer adalah alat yang dapat digunakan untuk
mengukur kadar garam yang terkandung dalam suatu
larutan.2
c. Peralatan Non Gelas
1. Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang sampel. Memiliki
kemampuan dan ketelitian penimbangan yang bervariasi.
Timbangan yang digunakan di dalam laboratorium terbagi dua,
yaitu:2
a. Timbangan kasar untuk menimbang bobot yang cukup besar,
contohnya timbangan triple beam.
b. Timbangan analitik untuk menimbang bobot yang relatif
ringan, misalnya mg atau mikrogram.
2. Penjepit
Penjepit adalah alat yang digunakan untuk menjepit. Bahan yang
digunakan untuk membuat penjepit adalah logam, plastik, karet
atau kombinasi ketiganya. Bentuk penjepit bermacam-macam,
tergantung dari fungsinya. Oleh karena itu, pemilihan penjepit
yang digunakan harus disesuaikan dengan alat yang akan dijepit.2
3. Botol semprot
Botol cuci dengan kapasitas yang sesuai yang dapat mengalirkan
air suling dari dalam ujung paruh yang disambung ke bagian utama
botol ini. Digunakan untuk membilas dinding dalam bejana kaca,
untuk menjamin tidak adanya tetesan larutan sampel yang hilang.10
4. Kasa asbes
Terbuat dari kawat/seng dengan tengah yang berlapis asbes.
Sebagai alas pada pemanasan alat-alat kaca yang berisi cairan atau
larutan dengan maksud agar panasnya merata.7
5. Kaki tiga
Merupakan alat penopang kasa asbes atau segitiga porselen yang
ditumpangi alat kaca atau cawan porselen yang akan dipanaskan.
Terbuat dari besi. Diantara ketiga kakinya, dapat ditempatkan
pembakar bunsen atau alat pemanas lainnya.7
6. Pipa gondok
Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu
sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggembung.11
2. Reaksi Kimia dan Stoikiometri
Reaksi kimia adalah perubahan kimia yang menghasilkan zat baru, dimana
sifat-sifat baru tersebut berbeda dengan sifat zat sebelumnya. Ada dua
komponen yang terlibat dalam reaksi kimia, yaitu zat-zat sebelum
(pereaksi/reaktan) dan zat-zat setelah reaksi (hasil reaksi/produk). Ciri-ciri
reaksi kimia adalah sebagai berikut :12
a. Reaksi kimia menghasilkan endapan
b. Reaksi kimia menghasilkan perubahan warna
c. Reaksi kimia menghasilkan perubahan suhu. Reaksi yang melepaskan
panas disebut reaksi eksoterm, sedangkan reaksi yang menyerap panas
disebut reaksi endoterm.
Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan
kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Berasal dari bahasa
Yunani stoikheion (elemen) dan metria (ukuran). Stoikiometri reaksi adalah
penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa dalam
pembentukan senyawanya.13

3. Larutan Standar dan Penentuan Konsentrasi Larutan


Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara
pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan
standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah
larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu
zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa -
volume larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil
standardisasi.14
4. Titrasi
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan
standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen
yang tidak dikenal. Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran dan
yang lain sebagai titrat. Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk
mentitrasi (biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Titrat
adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu.
Titik ekuivalen adalah titik yang menyatakan banyaknya titran secara kimia
setara dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion,
gugus, molekul) yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau
strukturnya. Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi
diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu
yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses
pengenceran. Pengenceran adalah proses penambahan pelarut yang tidak
diikuti terjadinya reaksi kimia sehingga berlaku hukum kekekalan mol.15
5. Indikator Asam-Basa
Indikator umumnya adalah suatu asam atau basa organik lemah yang akan
berubah warnanya pada harga-harga daerah pH tertentu. Akan tetapi, tidak
semua indikator akan berubah warnanya pada pH dimana diperkirakan titik
ekuivalen akan tercapai. Berikut daftar beberapa indikator beserta perubahan
warna, pH, dan daerah perubahan warnanya , yaitu:16
Daerah pH dimana terjadi
Indikator Perubahan warna
perubahan warna
Fenolftalein Merah - kuning 1,2 – 2,8
Bromfenol biru Kuning – biru 3,0 – 4,6
Merah kongo Biru – merah 3,0 – 5,0
Metil jingga Merah – kuning 4,8 – 6,0
Bromkresol hijau Kuning – biru 3,8 – 5,4
Metil merah Merah – kuning 4,8 – 6,0
Bromkresol ungu Kuning – ungu 5,2 – 6,8
Bromtimol biru Kuning – biru 6,0 – 7,6
Kresol merah Kuning – merah 7,0 – 8,8
Timol biru Kuning – biru 8,0 – 9,6
Fenolftalein Tak berwarna merah muda 8,2 – 10,00
Alizarin kuning Kuning – merah 10,1 – 12,0
Tabel Beberapa Indikator Dengan Daerah Perubahan Warnanya.

6. Analisa Bahan
a. Aquadest
Aquadest atau yang disebut juga sebagai air murni merupakan suatu
pelarut yang penting dan memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak
zat kimia seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas, dan banyak
macam molekul organik sehingga aquadest disebut sebagai pelarut
universal.17
b. Indikator Fenolftalein
Fenolftalein biasanya digunakan sebagai indikator keadaan suatu zat
yang bersifat lebih asam atau lebih basa. Prinsip perubahan warna ini
digunakan dalam metode titrasi. Fenolftalein cocok untuk digunakan
sebagai indikator untuk proses titrasi HCl dan NaOH. Fenolftalein tidak
akan berwarna (bening) dalam keadaan zat yang asam atau netral, namun
akan berwarna kemerahan dalam keadaan zat yang basa. Tepatnya pada
titik pH di bawah 8,3 fenolftalein tidak berwarna, namun jika mulai
melewati 8,3 maka warna merah muda yang semakin kemerahan akan
muncul. Semakin basa maka warna yang ditimbulkan akan semakin
merah.18
c. HCl
HCl atau biasa disebut asam klorida adalah larutan akuatik dari gas
hidrogen klorida yang juga memiliki rumus kimia HCl. HCl merupakan
asam kuat sebagai komponen utama asam lambung serta merupakan cairan
yang bersifat merusak atau korosif. HCl biasa digunakan secara luas
dalam industri.19
d. NaOH
NaOH merupakan basa kuat yang mudah larut dalam air , bersifat
kaustik, dan sering digunakan dalam laboratorium, terutama pada
percobaan titrasi asam basa.20
e. Reagen Fehling A dan B
Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A dan Fehling B.
Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan Fehling B merupakan
campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereaksi Fehling
dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut sehingga diperoleh
suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+
terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai
larutan CuO. Reaksi Aldehida dengan pereaksi Fehling menghasilkan
endapan merah bata dari Cu2O.21
f. Glukosa
Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat
terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan
tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan
awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa,
terutama pada industri pangan.22
Glukosa (C6H12O6) adalah heksosa—monosakarida yang mengandung
enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus
-CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut
"cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon enam.
Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan
hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam
di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada
dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya
0.0026% pada pH 7.22
Dalam respirasi, melalui serangkaian reaksi terkatalisis enzim, glukosa
teroksidasi hingga akhirnya membentuk karbon dioksida dan air,
menghasilkan energi, terutama dalam bentuk ATP. Sebelum digunakan,
glukosa dipecah dari polisakarida. 22
g. Laktosa
Laktosa adalah bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat dipecah
menjadi bentuk lebih sederhana yaitu galaktosa dan glukosa. Laktosa ada
di dalam kandungan susu, dan merupakan 2-8 persen bobot susu
keseluruhan. Mempunyai rumus kimia C12H22O11.23

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Neraca analitis
b. Tabung reaksi
c. Penjepit
d. Druple plat
e. Pengaduk gelas
f. Pipa bengkok
g. Corong
h. Gelas arloji
i. Gelas beker
j. Gelas ukur
k. Labu takar
l. Pipet paseur
m. Pipet ukur
n. Pipet volume
o. Buret
p. Erlenmeyer
2. Bahan
a. Reagen Fehling A dan B
b. NaOH
c. Glukosa
d. Laktosa
e. Akuades
f. HCl
g. Indikator PP

IV. CARA KERJA


1. Mereaksikan Suatu Zat dalam Tabung Reaksi
a. Menyediakan 2 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan larutan glukosa
dan laktosa
b. Menambahkan kepada masing-masing tabung dengan larutan Fehling A
dan B kemudian dipanaskan dengan spiritus
c. Mengamati perubahan yang terjadi dan menulis hasilnya di laporan
sementara
2. Pengenceran Larutan NaOH dan Penentuan Konsentrasi
a. Mengambil 10 mL larutan baku NaOH 1,000 N dengan pipet volume
b. Memasukkan ke dalam labu takar 100 mL
c. Mengencerkan NaOH dengan akuades sampai batas skala volume.
Perhatikan bahwa volume hasil pengenceran tidak boleh melebihi atau
kurang dari batas skala, karena akan mempengaruhi nilai normalitas hasil.
3. Titrasi
a. Mencuci buret dengan larutan pencuci sampai bersih kemudian biilas
dengan akuades
b. Memasukkan larutan standar (titran) yaitu HCl 0,1000 N sampai tanda
batas skala nol
c. Mengambil larutan NaOH hasil proses pengenceran sebanyak 20 mL
dengan pipet volume
d. Memasukkan ke dalam Erlenmeyer lalu tambahkan indicator fenolftalein
sebanyak 1 tetes
e. Melakukan titrasi larutan NaOH tersebut dengan larutan standar HCl
sambil digoyang-goyang hingga terjadi perubahan warna (warna pink
teppat hilang)
f. Mencatat volume HCl yang digunakan pada laporan sementara
V. HASIL PENGAMATAN
1. Mereaksikan Suatu Zat dalam Tabung Reaksi

N NAMA PERLAKUAN HASIL


SEBELUM SESUDAH
O PERCOBAAN
1 Laktosa Fehling A + Biru Kuning
Fehling B kehijauan
endapan merah
bata
2 Glukosa Fehling A + Biru Orange
Fehling B endapan merah
bata

2. Pengenceran Larutan NaOH dan Penentuan Konsentrasi


Perhitungan pengenceran volume NaOH:
a. V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1 = 100 x 0,1
V1 = 10 mL
b. V1 x N1 = V2 x N2
20 x N1 = 13,4 x 0,1
20 x N1= 1,34
N1 = 0,067
N NaOH x V NaOH
c. Kadar= x 100 %
Mr
0,067 x 20
¿ x 100 %=3,35 %
40

3. Titrasi

VOLUME
NO VOLUME HCl KETERANGAN
NaOH
1 20 mL 13.6 mL Dari ungu menjadi tak
2 20 mL 14.6 mL
berwarna
3 20 mL 12 mL
Rata-Rata Volume 13,4 mL

4. Gambar Alat-Alat Laboratorium

N NAMA ALAT GAMBAR


O
1 Tabung reaksi

2 Penjepit

3 Druple plat

4 Pengaduk gelas

5 Pipa bengkok
6 Corong
7 Gelas arloji

8 Gelas beker

9 Gelas ukur

10 Labu takar

11 Pipet paseur

12 Pipet ukur
13 Pipet volume

14 Buret

15 Erlenmeyer

16 Botol timbang

17 Labu didih
18 Botol semprot

19 Botol spiritus

20 Pipa gondok

21 Kaki tiga

22 Kasa asbes

VI. PEMBAHASAN
Percobaan yang dilakukan adalah mereaksikan suatu zat dalam tabung reaksi
berupa uji glukosa dan uji laktosa, pengenceran larutan NaOH dan penentuan
konsentrasi NaOH, dan titrasi.
1. Mereaksikan suatu zat dalam tabung reaksi
Dalam percobaan ini, reaksi yang dilakukan pertama kali adalah uji
glukosa. Glukosa berwarna bening sebelum diteteskan dengan fehling A dan
fehling B. Setelah 5 tetes glukosa dicampurkan dengan 5 tetes fehling A dan
5 tetes fehling B, dihasilkan warna biru muda. Pada saat pembakaran,
larutam glukosa tersebut berubah warna menjadi orange. Setelah proses
pembakaran dihentikan, di dalam larutan glukosa terbentuk endapan merah
bata.
Selanjutnya adalah uji laktosa pada tabung yang berbeda namun dengan
perlakuan yang sama seperti uji glukosa. Warna laktosa setelah ditambahkan
dengan fehling A dan fehling B menjadi biru pekat, lalu dibakar. Setelah
proses pembakaran diakhiri, larutan berubah warna menjadi kuning
kehijauan dan membentuk endapan berwarna merah bata.
2. Pengenceran Larutan NaOH dan Menentukan Kadarnya
Pada percobaan ini, larutan yang diencerkan adalah larutan NaOH 1N
dengan pelarut akuades. Volume larutan setelah pengenceran yang
diinginkan adalah 100 mL dengan molaritas 0,1 N. Maka hal yang dilakukan
adalah menghitungnya terlebih dahulu dengan rumus pengenceran sebagai
berikut.
M1× V1 = M2× V2
N × V1= 0,1 N × 100 mL
V1 = 0,1 N × 100 mL
V1= 10 mL
Masukkan larutan NaOH pekat sebanyak 10 ml kedalam labu takar
dengan volume 100 mL menggunakan pipet. Kita dapat menggunakan pipet
ukur atau volume agar lebih mudah. Setelah itu tambahkan akuades hingga
mencapai garis batas menggunakan pipet ukur atau volume, tidak boleh
melebihi atau kurang dari batas skala karena akan mempengaruhi nilai
normalitas hasil. Maka larutan NaOH dengan molaritas 0,1 N pun telah siap.
Adapun alat yang digunakan selama proses pengenceran adalah labu takar
dan pipet volume. Labu takar dan pipet volume merupakan alat lab yang
sangat memudahkan pengenceran karena dilengkapi dengan skala ukur.
3. Titrasi
Percobaan titrasi ini menggunakan 20 mL NaOH yang berfungsi sebagai
titrat, yaitu larutan yang akan dititrasi dan HCl yang befungsi sebagai titran,
yaitu larutan penitrasi. Titrasi tersebut dilakukan sebanyak 3 kali dan
menggunakan indikator fenolftalein dengan hasil yang berbeda. Pada titrasi
yang pertama dibutuhkan 13,6 mL HCl untuk menitrasi 20 mL NaOH.
Jumlah NaOH yang dibutuhkan pada titrasi kedua mengalami kenaikan
untuk mendapatkan warna bening kembali, yaitu 14,6 mL. Sedangkan pada
titrasi yang ketiga, dibutuhkan 12,5 mL larutan NaOH untuk mendapatkan
perubahan warna yang semula berwarna merah muda menjadi bening.
Dalam menentukan normalitas NaOH, volume NaOH tetap 20 mL,
sedangkan volume HCl yang disubstitusikan dalam rumus perhitungan
didapatkan dari volume rata-rata ketiga percobaan titrasi, yakni 13,4 mL
sehingga didapatkan normalitas NaOH adalah 0,067 N.
Penentuan kadar NaOH didapatkan melalui rumus yang dibahas dalam
perhitungan di atas. Volume NaOH yang digunakan adalah 20 mL, massa
molekul relatif NaOH adalah 40 dan konsentrasi NaOH adalah 0,067 N
sehingga kadar NaOH yang diperoleh adalah 3,35 %.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan data percobaan tersebut diperoleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Pada percobaan uji glukosa didapatkan hasil terjadi perubahan dari warna
biru langit sebelum dibakar kemudian menjadi warna orange saat dibakar
dan terdapat endapan merah bata setelah pembakaran dihentikan.
2. Pada percobaan uji laktosa didapatkan hasil terjadi perubahan dari warna
biru pekat sebelum dibakar kemudian menjadi warna kuning kehijauan saat
dibakar dan terdapat endapan merah bata.
3. Kadar NaOH 0,1 N adalah 3,35%.
4. Normalitas NaOH yang diperoleh melalui proses titrasi adalah 0,067 N.
Semarang, 16 Oktober 2017

Praktikan I, Praktikan II,

Afifa Ayu Mufida Firda Safhira


(22030117120023) (22030117140021)

Praktikan III, Praktikan IV,

Nur Indah Insani Kamilia Puspitaloka Triwidyastuti


(22030117120021) (22030117110025)

Praktikan V,

Yoanita Rosa
(22030117140023)

KONSULTASI
TANGGAL TANGGAL
NO REVISI KE- PARAF
PRAKTIKUM REVISI

VIII. DAFTAR PUSTAKA


1
Tahir, Iqmal dan Eko Sugiharto. 2002. Pengelolaan dan Implementasi Material Safety Data Sheet
(MSDS) Pada Riset Mahasiswa untuk Mendukung Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Fakultas MIPA Jurusan Kimia.
2
Afrianto, Eddy. 2008. Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan Jilid 2 Untuk SMK. Departemen
Pendidikan Nasional: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
3
http://www.ilmusahid.com/2016/08/praktikum-kimia-pengertian-fungsi-dan.html (Diakses pada
tanggal 3 November 2017 pukul 00.40 WIB).
4
https://id.wikipedia.org/wiki/Batang_pengaduk (Diakses pada tanggal 3 November 2017 pukul 00.14
WIB).
5
https://www.academia.edu/19596840/Laporan_Kimia_Pertanian (Diakses pada tanggal 3 November
2017 pukul 00.14 WIB).
6
http://www.jagadkimia.com/2014/12/fungsi-dan-jenis-alat-gelas-laboratorium.html (Diakses pada
tanggal 4 November 2017 pukul 05.01 WIB).
7
Sofihan, Winda. 2012. Laporan Praktikum Kimia Dasar I Keterampilan Dasar di Laboratorium.
Jakarta: Universitas Negeri Jakarta Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
8
https://id.wikipedia.org/wiki/Pipet (Diakses pada tanggal 3 November 2017 pukul 00.27 WIB).
9
Tim Pengampu Mata Kuliah Kimia Dasar I. 2013. Modul Praktikum Kimia Dasar I/Kimia Organik.
Malang: Universitas Brawijaya Laboratorium Kimia Fakultas Teknologi Pertanian.
10
http://dwitaariyanti.blogspot.co.id/2010/10/pengenalan-ala-t-alat-laboratorium.html (Diakses pada
tanggal 4 November 2017 pukul 05.30 WIB).
11
https://www.scribd.com/doc/216073330/Kimia-Dasar (Diakses pada tanggal 4 November 2017 pukul
05.25 WIB).
12
Nugroho A, Supliyasi, Zajuri M, Winarsih A, Prabowo H. 2008. Siap Menghadapi Ujian Nasional
SMP/MTs 2009 IPA Terpadu. Jakarta:Grasindo
13
Alfian Z. 2009. Kimia Dasar. Medan:USU Press
14
Rohaeti, Eli Widjajanti dan E. Padmaningrum Tutik Regina. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa.
Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Inovasi Pendidikan, vol 10. No 1. Mei 2009. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta
15
Rohaeti, Eli Widjajanti dan E. Padmaningrum Tutik Regina. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa.
Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Inovasi Pendidikan, vol 10. No 1. Mei 2009. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta
16
Putri N. 2016. Pembuatan Indikator Alami dari Ekstrak Kulit Jengkol Sebagai Alternatif Praktikum
pada Materi Pokok Titrasi Asam Basa di Madrasah Aliyah.Riau: UIN Suska Riau
17
Hasanah, Faridatul. 2016. Desain Sensor Kapasitif Untuk Penentuan Level Aquades. Jember:
Universitas Jember Jurusan Fisika.
18
Chang R. 2003. Kimia Dasar : Konsep-konsep Inti Jl. 2 Ed. 3. Jakarta : Erlangga.
19
https://id.wikipedia.org/wiki/Asam_klorida (Diakses tanggal 1 November 2017 pukul 13.10 WIB)
20
http://www.academia.edu/7838808/Permanganometri (Diakses pada tanggal 1 November 2017 pukul
13.46 WIB).
21
Putrianti E. 2009. Pemanfaatan Polianilin dan Berbagai Modifikasinya dengan H2SO4 Pekat Untuk
Uji Formalin. Depok:Universitas Indonesia.
22
https://id.wikipedia.org/wiki/Glukosa (Diakses tanggal 1 November 2017 pukul 14.41 WIB)
23
https://id.wikipedia.org/wiki/Laktosa (Diakses tanggal 1 November 2017 pukul 14.43 WIB)

Anda mungkin juga menyukai