JUDUL:
PERCOBAAN I
TEKNIK LABORATORIUM
Disusun Oleh :
Afifa Ayu Mufida 22030117120023
Firda Safhira 22030117140021
Nur Indah Insani Kamilia 22030117120021
Puspitaloka Triwidyastuti 22030117110025
Yoanita Rosa 22030117140023
Tanggal Praktikum : 30 Oktober 2017
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
DEPARTEMEN ILMU GIZI
LABORATORIUM KIMIA
2017
PERCOBAAN 1
TEKNIK LABORATORIUM
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenal beberapa alat laboratorium kimia sederhana dan penggunaannya.
Buret
Alat ini terbuat dari kaca dengan skala dan kran pada
bagian bawah. Digunakan untuk melakukan titrasi
(sebagai tempat titran).9
3. Peralatan analisis
Termometer
Termometer adalah alat pengukur suhu.2
Piknometer
Piknometer adalah alat untuk membandingkan berat
jenis zat cair atau zat padat.2
Hidrometer
Hidrometer adalah alat yang dapat digunakan untuk
mengukur berat jenis atau kepekatan air.2
Salinometer
Salinometer adalah alat yang dapat digunakan untuk
mengukur kadar garam yang terkandung dalam suatu
larutan.2
c. Peralatan Non Gelas
1. Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang sampel. Memiliki
kemampuan dan ketelitian penimbangan yang bervariasi.
Timbangan yang digunakan di dalam laboratorium terbagi dua,
yaitu:2
a. Timbangan kasar untuk menimbang bobot yang cukup besar,
contohnya timbangan triple beam.
b. Timbangan analitik untuk menimbang bobot yang relatif
ringan, misalnya mg atau mikrogram.
2. Penjepit
Penjepit adalah alat yang digunakan untuk menjepit. Bahan yang
digunakan untuk membuat penjepit adalah logam, plastik, karet
atau kombinasi ketiganya. Bentuk penjepit bermacam-macam,
tergantung dari fungsinya. Oleh karena itu, pemilihan penjepit
yang digunakan harus disesuaikan dengan alat yang akan dijepit.2
3. Botol semprot
Botol cuci dengan kapasitas yang sesuai yang dapat mengalirkan
air suling dari dalam ujung paruh yang disambung ke bagian utama
botol ini. Digunakan untuk membilas dinding dalam bejana kaca,
untuk menjamin tidak adanya tetesan larutan sampel yang hilang.10
4. Kasa asbes
Terbuat dari kawat/seng dengan tengah yang berlapis asbes.
Sebagai alas pada pemanasan alat-alat kaca yang berisi cairan atau
larutan dengan maksud agar panasnya merata.7
5. Kaki tiga
Merupakan alat penopang kasa asbes atau segitiga porselen yang
ditumpangi alat kaca atau cawan porselen yang akan dipanaskan.
Terbuat dari besi. Diantara ketiga kakinya, dapat ditempatkan
pembakar bunsen atau alat pemanas lainnya.7
6. Pipa gondok
Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu
sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggembung.11
2. Reaksi Kimia dan Stoikiometri
Reaksi kimia adalah perubahan kimia yang menghasilkan zat baru, dimana
sifat-sifat baru tersebut berbeda dengan sifat zat sebelumnya. Ada dua
komponen yang terlibat dalam reaksi kimia, yaitu zat-zat sebelum
(pereaksi/reaktan) dan zat-zat setelah reaksi (hasil reaksi/produk). Ciri-ciri
reaksi kimia adalah sebagai berikut :12
a. Reaksi kimia menghasilkan endapan
b. Reaksi kimia menghasilkan perubahan warna
c. Reaksi kimia menghasilkan perubahan suhu. Reaksi yang melepaskan
panas disebut reaksi eksoterm, sedangkan reaksi yang menyerap panas
disebut reaksi endoterm.
Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan
kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Berasal dari bahasa
Yunani stoikheion (elemen) dan metria (ukuran). Stoikiometri reaksi adalah
penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa dalam
pembentukan senyawanya.13
6. Analisa Bahan
a. Aquadest
Aquadest atau yang disebut juga sebagai air murni merupakan suatu
pelarut yang penting dan memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak
zat kimia seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas, dan banyak
macam molekul organik sehingga aquadest disebut sebagai pelarut
universal.17
b. Indikator Fenolftalein
Fenolftalein biasanya digunakan sebagai indikator keadaan suatu zat
yang bersifat lebih asam atau lebih basa. Prinsip perubahan warna ini
digunakan dalam metode titrasi. Fenolftalein cocok untuk digunakan
sebagai indikator untuk proses titrasi HCl dan NaOH. Fenolftalein tidak
akan berwarna (bening) dalam keadaan zat yang asam atau netral, namun
akan berwarna kemerahan dalam keadaan zat yang basa. Tepatnya pada
titik pH di bawah 8,3 fenolftalein tidak berwarna, namun jika mulai
melewati 8,3 maka warna merah muda yang semakin kemerahan akan
muncul. Semakin basa maka warna yang ditimbulkan akan semakin
merah.18
c. HCl
HCl atau biasa disebut asam klorida adalah larutan akuatik dari gas
hidrogen klorida yang juga memiliki rumus kimia HCl. HCl merupakan
asam kuat sebagai komponen utama asam lambung serta merupakan cairan
yang bersifat merusak atau korosif. HCl biasa digunakan secara luas
dalam industri.19
d. NaOH
NaOH merupakan basa kuat yang mudah larut dalam air , bersifat
kaustik, dan sering digunakan dalam laboratorium, terutama pada
percobaan titrasi asam basa.20
e. Reagen Fehling A dan B
Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A dan Fehling B.
Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan Fehling B merupakan
campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereaksi Fehling
dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut sehingga diperoleh
suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+
terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai
larutan CuO. Reaksi Aldehida dengan pereaksi Fehling menghasilkan
endapan merah bata dari Cu2O.21
f. Glukosa
Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat
terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan
tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan
awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa,
terutama pada industri pangan.22
Glukosa (C6H12O6) adalah heksosa—monosakarida yang mengandung
enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus
-CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut
"cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon enam.
Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan
hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam
di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada
dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya
0.0026% pada pH 7.22
Dalam respirasi, melalui serangkaian reaksi terkatalisis enzim, glukosa
teroksidasi hingga akhirnya membentuk karbon dioksida dan air,
menghasilkan energi, terutama dalam bentuk ATP. Sebelum digunakan,
glukosa dipecah dari polisakarida. 22
g. Laktosa
Laktosa adalah bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat dipecah
menjadi bentuk lebih sederhana yaitu galaktosa dan glukosa. Laktosa ada
di dalam kandungan susu, dan merupakan 2-8 persen bobot susu
keseluruhan. Mempunyai rumus kimia C12H22O11.23
3. Titrasi
VOLUME
NO VOLUME HCl KETERANGAN
NaOH
1 20 mL 13.6 mL Dari ungu menjadi tak
2 20 mL 14.6 mL
berwarna
3 20 mL 12 mL
Rata-Rata Volume 13,4 mL
2 Penjepit
3 Druple plat
4 Pengaduk gelas
5 Pipa bengkok
6 Corong
7 Gelas arloji
8 Gelas beker
9 Gelas ukur
10 Labu takar
11 Pipet paseur
12 Pipet ukur
13 Pipet volume
14 Buret
15 Erlenmeyer
16 Botol timbang
17 Labu didih
18 Botol semprot
19 Botol spiritus
20 Pipa gondok
21 Kaki tiga
22 Kasa asbes
VI. PEMBAHASAN
Percobaan yang dilakukan adalah mereaksikan suatu zat dalam tabung reaksi
berupa uji glukosa dan uji laktosa, pengenceran larutan NaOH dan penentuan
konsentrasi NaOH, dan titrasi.
1. Mereaksikan suatu zat dalam tabung reaksi
Dalam percobaan ini, reaksi yang dilakukan pertama kali adalah uji
glukosa. Glukosa berwarna bening sebelum diteteskan dengan fehling A dan
fehling B. Setelah 5 tetes glukosa dicampurkan dengan 5 tetes fehling A dan
5 tetes fehling B, dihasilkan warna biru muda. Pada saat pembakaran,
larutam glukosa tersebut berubah warna menjadi orange. Setelah proses
pembakaran dihentikan, di dalam larutan glukosa terbentuk endapan merah
bata.
Selanjutnya adalah uji laktosa pada tabung yang berbeda namun dengan
perlakuan yang sama seperti uji glukosa. Warna laktosa setelah ditambahkan
dengan fehling A dan fehling B menjadi biru pekat, lalu dibakar. Setelah
proses pembakaran diakhiri, larutan berubah warna menjadi kuning
kehijauan dan membentuk endapan berwarna merah bata.
2. Pengenceran Larutan NaOH dan Menentukan Kadarnya
Pada percobaan ini, larutan yang diencerkan adalah larutan NaOH 1N
dengan pelarut akuades. Volume larutan setelah pengenceran yang
diinginkan adalah 100 mL dengan molaritas 0,1 N. Maka hal yang dilakukan
adalah menghitungnya terlebih dahulu dengan rumus pengenceran sebagai
berikut.
M1× V1 = M2× V2
N × V1= 0,1 N × 100 mL
V1 = 0,1 N × 100 mL
V1= 10 mL
Masukkan larutan NaOH pekat sebanyak 10 ml kedalam labu takar
dengan volume 100 mL menggunakan pipet. Kita dapat menggunakan pipet
ukur atau volume agar lebih mudah. Setelah itu tambahkan akuades hingga
mencapai garis batas menggunakan pipet ukur atau volume, tidak boleh
melebihi atau kurang dari batas skala karena akan mempengaruhi nilai
normalitas hasil. Maka larutan NaOH dengan molaritas 0,1 N pun telah siap.
Adapun alat yang digunakan selama proses pengenceran adalah labu takar
dan pipet volume. Labu takar dan pipet volume merupakan alat lab yang
sangat memudahkan pengenceran karena dilengkapi dengan skala ukur.
3. Titrasi
Percobaan titrasi ini menggunakan 20 mL NaOH yang berfungsi sebagai
titrat, yaitu larutan yang akan dititrasi dan HCl yang befungsi sebagai titran,
yaitu larutan penitrasi. Titrasi tersebut dilakukan sebanyak 3 kali dan
menggunakan indikator fenolftalein dengan hasil yang berbeda. Pada titrasi
yang pertama dibutuhkan 13,6 mL HCl untuk menitrasi 20 mL NaOH.
Jumlah NaOH yang dibutuhkan pada titrasi kedua mengalami kenaikan
untuk mendapatkan warna bening kembali, yaitu 14,6 mL. Sedangkan pada
titrasi yang ketiga, dibutuhkan 12,5 mL larutan NaOH untuk mendapatkan
perubahan warna yang semula berwarna merah muda menjadi bening.
Dalam menentukan normalitas NaOH, volume NaOH tetap 20 mL,
sedangkan volume HCl yang disubstitusikan dalam rumus perhitungan
didapatkan dari volume rata-rata ketiga percobaan titrasi, yakni 13,4 mL
sehingga didapatkan normalitas NaOH adalah 0,067 N.
Penentuan kadar NaOH didapatkan melalui rumus yang dibahas dalam
perhitungan di atas. Volume NaOH yang digunakan adalah 20 mL, massa
molekul relatif NaOH adalah 40 dan konsentrasi NaOH adalah 0,067 N
sehingga kadar NaOH yang diperoleh adalah 3,35 %.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan data percobaan tersebut diperoleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Pada percobaan uji glukosa didapatkan hasil terjadi perubahan dari warna
biru langit sebelum dibakar kemudian menjadi warna orange saat dibakar
dan terdapat endapan merah bata setelah pembakaran dihentikan.
2. Pada percobaan uji laktosa didapatkan hasil terjadi perubahan dari warna
biru pekat sebelum dibakar kemudian menjadi warna kuning kehijauan saat
dibakar dan terdapat endapan merah bata.
3. Kadar NaOH 0,1 N adalah 3,35%.
4. Normalitas NaOH yang diperoleh melalui proses titrasi adalah 0,067 N.
Semarang, 16 Oktober 2017
Praktikan V,
Yoanita Rosa
(22030117140023)
KONSULTASI
TANGGAL TANGGAL
NO REVISI KE- PARAF
PRAKTIKUM REVISI