Anda di halaman 1dari 3

Aku mengagumi sang pangeran. Pangeran tampan yang selalu duduk diseberang sana.

Dengan
rambut hitam yang sedikit berantakan dan wajah rupawan yang selalu tersenyum, ia seakan tengah
menghipnotis perhatianku. Seorang pria yang lebih bersinar terang diantara jutaan bintang yang
menghiasi langit malam. Dan kini aku menyadari satu hal yang telah ku yakini. Aku mulai
mencintainya. Cinta pada pandangan pertama. Jatuh cinta pada sang pangeran yang telah
meluluhkan hatiku.

-Author POV-

Sang mentari kini mulai bersinar terik di lazuardi. Memberikan suatu kehangatan bagi para makhluk
yang terlahir di dunia. Gadis itu –Jung Hye Jin, kini tengah terduduk masih disebuah bangku taman
sembari bersenandung kecil dan sesekali mengayunkan kedua kaki jenjangnya. Dengan kamera SLR
yang bertengger manis dipangkuannya, gadis itu terus menatap sekeliling untuk mencari suatu objek
benda yang dapat menarik perhatiannya. Sejenak Hye Jin memejamkan kedua mata indahnya saat
deru angin menerpa tubuh mungilnya. Membuat beberapa helai anak rambut panjangnya yang
tergerai melambai-lambai. Ia menarik nafas dalam, berusaha memenuhi paru-parunya dengan udara
pagi yang terasa begitu segar. Nafasnya tercekat saat sebuah tangan lembut membelai pelan puncak
kepalanya. Menyalurkan suatu ketenangan dan kedamaian tersendiri bagi Hye Jin. Belaian hangat itu
tiba-tiba berhenti dan Hye Jin mulai membuka kedua matanya perlahan. Gadis itu tersenyum simpul
saat merasakan suatu kehangatan lain hadir. Kehangatan dari segaris senyum seorang pria yang
selalu meluluhkan hati bekunya. Sebuah senyum manis yang selalu mengingatkannya pada suatu
kepingan memori manis yang sangat mengejutkan dan tak pernah ia duga sebelumnya. Suatu
kenangan indah yang tak akan pernah ia lupakan selama hidupnya.

***

-Flashback-

-Author POV-

Kabut putih yang menyelimuti langit kota Seoul kini kian menipis. Hujan deras yang sempat
mengguyur permukaan kota kini telah digantikan oleh rintikan air hujan yang terbang tersapu angin.
Gumpalan kapas yang semula kelabu kini telah kembali menjadi putih dan mulai bergeser dari
tempatnya. Memberikan sedikit celah bagi sang mentari yang telah siap menampakkan diri dan
kembali menghangatkan bumi.

Hye Jin –gadis itu terus mengayuh sepeda putihnya melintasi jalanan kota yang masih terasa sepi.
Tak jarang rambut lurusnya yang terterpa angin ikut melambai-lambai. Gadis itu terus mengulum
seulas senyum manis dibibir merah jambunya. Aroma segar rerumputan dan tanah basah yang
terkena hujan kini menyeruak memenuhi indra penciuman Hye Jin. Membuat gadis itu sesekali
menarik nafas dalam dan membiarkan aroma wangi yang terbawa sapuan udara lembap itu mengisi
rongga paru-parunya.

Cuaca musim semi yang hangat semakin mendukung para rerumputan dan kuncup-kuncup bunga
kecil siap untuk merekah. Dan tak lama lagi, gunung yang menjulang, padang luas yang membentang
dan bukit-bukit mungil akan segera terpenuhi rumput hijau segar dan bunga musim semi yang indah.
Kicauan burung yang merdu kini semakin terdengar, menyemangati Hye Jin untuk semakin
mempercepat laju sepedanya kesebuah tempat favorite-nya yang terletak disudut kota.

Sepi. Taman itu kini masih terasa begitu sepi dan sunyi.  Hanya ada beberapa orang saja yang
berdatangan untuk menikmati suasana pagi musim semi sembari bermain dengan para anak TK yang
tengah bercanda ria bawah pohon-pohon yang rindang. Hye Jin menyandarkan sepeda putihnya
disebuah pohon cherry blossom yang mulai dipenuhi kuncup-kuncp bunga yang telah siap untuk
merekah dengan indah. Gadis itu terus melangkahkan kakinya, menapak jalanan yang sedikit basah
karena rintikan air hujan. Sesekali ia mengarahkan lensa kameranya kesuatu objek yang menarik
perhatiannya. Terkadang ia memotret kuncup bunga, rerumputan, burung mungil atau seorang
pangeran tampan yang tengah tertawa ria bersama kumpulan anak kecil yang menggemaskan.
Pangeran ? Dia adalah seorang pria tampan yang akhir-akhir ini selalu menarik perhatian Hye Jin
dengan sikap lembutnya dan juga senyum mempesona khas milik si pangeran. Hye Jin –gadis itu
tanpa sadar telah menaruh hatinya kepada sang pangeran. Pangeran idaman yang begitu bersinar.

-Hye Jin POV-

Aku melihat kearahnya. Kearah seorang pria yang tengah asyik mendengar lagu dari earphone-nya.
Matanya yang terpejam dan segaris senyum manis yang terukir dibibr merahnya membuat wajah
tampannya terlihat begitu damai. Bodoh, aku bahkan hanya dapat menatapnya saja. Aku bukanlah
gadis yang buruk rupa, tapi aku juga bukanlah seorang gadis yang cantik sempurna. Aku terlalu tidak
percaya diri akan sosok diriku yang kaku dan pemalu. Aku hanya takut jika pria itu mengacuhkanku.

“Oppa, lihatlah ! Eonni cantik yang duduk disana tengah menatap kearahmu” sebuah suara imut
khas anak kecil membuat kedua mataku membulat. –Blush- rona kemerahan mulai menjalar
menghampiri pipiku. Anak cantik itu kini tersenyum manis sembari menunjuk tepat kearahku.

“Lihat oppa ! Eonni itu cantik sekali saat pipi putihnya merona. Bukankah begitu ?”tanya gadis
mungil itu meminta pendapat. Sang pangeran kini menatap kearahku dengan hangat. Tangan
lembutnya mngusap pelan puncuk kepala anak kecil yang lucu itu.

“Ne, sudah kau mainlah lagi bersama dengan teman-temanmu. Oppa, sedang ada urusan sebentar”

“Uhm….Arraseo”

Kini pria itu mulai mendekat, dan semakin mendekat kearahku. Membuat detak jantungku berdebar
tak menentu. Ia kini telah berada dihadapanku, dengan senyum simpulnya ia mulai menunduk dan
mendekatkan wajahnya kewajahku. Sangat dekat hingga aku dapat merasakan hembusan nafasnya.

“Hei, aku Lee Min Ho. Siapa namamu ?”

“A –aku ?”

“Ne, tentu saja. Memang siapa lagi ?”

“A–aku Jung Hye Jin”ucapku tergagap. Sungguh ini sangat memalukan. Bahkan aku terlihat bodoh
disaat sebuah kesempatan berharga menghampiriku.

“Nama yang cantik”ujarnya dengan senyum manis lalu mulai menjauhkan wajahnya dan terduduk
disisiku.

Hening. Sejenak kami sama-sama memilih untuk terdiam dan menikmati suasana taman yang
semakin menghangat. Aku kini tersenyum malu sembari menundukkan kepala. Tak jarang, sudut
mataku mengekor kearahnya. Pria itu kini hanya terdiam dan masih setia untuk mengulum senyum
manisnya. Hingga akhirnya sebuah suara kembali mengejutkan diriku. Dan membuat hatiku semakin
melonjak bahagia.

“Aku menyukaimu. Semenjak melihatmu di taman ini. Aku selalu memimpikanmu. Dan kurasa kau
juga menyukaiku, karena sering kali aku melihatmu tengah asik memotret diriku. Kau terlihat seperti
seorang   stakler yang begitu mengagumkan. Jadi apa kau mau menjadi kekasihku ?”terangnya secara
blak-blakan. Kedua iris matanya kini menatap dalam kearah mataku dengan serius. Membuatku
semakin salah tingkah karenanya.

“Ne- Aku bersedia menjadi kekasihmu”

Dan sejak saat itulah kisah cintaku bersama sang pangeran dimulai dan mengisi lembaran lembaran
cerita baru.

Anda mungkin juga menyukai