Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN GIZI PADA

PENYAKIT GINJAL KRONIK


GUNTARI PRASETYA, SGZ, MSC

2023
Sumber:
• Sylvia Escott-Stump. 2012. Nutrition and Diagnosis-Related Care. 7th Edition.
• Suryani et al. 2018. Bahan Ajar Gizi: Dietetik Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kemenkes RI.
• Raymond JL, Morrow K. 2021. Krause and Mahan’s Food & The Nutrition Care Process. 15 th Edition.
SUB-CPMK

Setelah menyelesaikan kuliah ini, mahasiswa


mampu menjelaskan asuhan gizi pada penyakit
ginjal kronik.
OUTLINE

 Asesmen gizi pada penyakit ginjal kronik


 Diagnosis gizi pada penyakit ginjal kronik
 Intervensi gizi pada penyakit ginjal kronik
 Monitoring dan evaluasi gizi pada penyakit ginjal
kronik
THE NEPHRON
FUNGSI GINJAL

 Mengeluarkan hasil sisa metabolisme tubuh yg tidak terpakai melalui urine


seperti ureum, kreatinin, asam urat, air, dan elekterolit (Na & Kalium)

 Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara menyerap


kembali zat yang masih dibutuhkan

 Sintesis (membuat) enzim renin untuk mengatur tekanan darah


 Sintesis hormon eritropoietin yg merangsang sumsum tulang untuk
memproduksi sel darah merah (eritrosit)
 Memproduksi 1,25-dihydroxy-vitamin D3 atau calcitriol yang
meningkatkan absorbsi kalsium dan membuang kelebihan phosfor untuk
menjaga kesehatan tulang
DEFINISI

 Penyakit ginjal kronis adalah penurunan progresif fungsi ginjal


dalam beberapa bulan atau tahun.
 Penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai kerusakan ginjal
dan atau penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR)
kurang dari 60mL/min/1,73 m2 selama minimal 3 bulan.

(Kidney Disease Improving Global Outcome, KDIGO, 2012 Clinical Practice


Guideline for the Evaluation and Management)
FAKTOR RISIKO

 Faktor risiko penyebab progresi PGK adalah diabetes, hipertensi, usia


lanjut dan penyebab lain seperti glomerulonefritis primer, lupus serta
penyakit ginjal polisistik. Diabetes dan hipertensi merupakan faktor risiko
terpenting terjadinya penyakit kardiofaskuler pada PGK.
Coresh et al. (2003)

❑ Faktor risiko PGK menurut NKF K/DOQI (2000), terbagi dalam 4 tipe,
yaitu pertama faktor susceptibility, kedua faktor inisiasi, ketiga faktor
progresi dan keempat faktor End Stage Renal Disease (ESRD).
FAKTOR RISIKO

 Faktor susceptibility terjadi pada kelompok rentan seperti lansia, riwayat keluarga
dengan PGK, penurunan massa ginjal, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), ras dan sosio
ekonomi rendah.
 Faktor inisiasi yaitu faktor yang mempercepat kerusakan ginjal seperti pada
diabetes, hipertensi, autoimun, infeksi sistemik, infeksi saluran kencing, batu ginjal,
toksisitas obat dan penyakit genetik.
 Faktor progresi adalah faktor yang mempercepat kerusakan fungsi ginjal setelah
inisiasi : peningkatan proteinuria, peningkatan level hipertensi, glukosa yang tidak
terkontrol pada diabetes, dislipidemia dan merokok.
 Faktor keempat ESRD yaitu peningkatan morbiditas dan mortalitas seperti dosis
dialysis rendah, anemia, penurunan albumin serum, dan peningkatan fosfor serum.
ETIOLOGI

 INFODATIN (Pusat Data Dan Informasi) Kementerian


Kesehatan RI tahun 2017, penyakit ginjal kronik dapat
disebabkan oleh:
 Diabetes mellitus, Hipertensi, Glomerulonefritis kronis, Nefritis
intersisial kronis, Penyakit ginjal polikistik, Obstruksi-infeksi saluran
kemih, Obesitas, Tidak diketahui.
ASESMEN GIZI

 Antropometri : Tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB), Indeks Massa Tubuh
(IMT), Lingkar Lengan Atas (LLA), Tebal Lipatan Kulit (TLK).
 Biokimia : Albumin serum, Kolesterol total, Kreatinin serum, Transferin
serum, Prealbumin serum, Bikarbonat serum, status inflamasi : seperti
CReactive Protein (CRP).
 Klinik fisik : Interdyalitic Weight Gain (IDWG), Bioelektrical Impedance
Analysis (BIA), Subjective Global Assesment (SGA).
 Riwayat makan : Food recall and food record.
 Malnutrition Inflammation Score (MIS).
ASESMEN GIZI
ASESMEN GIZI
 Tujuan Penilaian Status Gizi adalah menentukan status gizi, menentukan
Derajat malnutrisi, memperkirakan risiko komplikasi, merekomendasikan
dan memonitor kecukupan nutrisi.

 Indikator Malnutrisi:
 SGA (B) : Gizi kurang dan SGA (C) : gizi buruk
 Albumin serum < 3 – 8 g/dl
 Kreatinin serum < 10 mg/dl
 IMT < 20 kg/m²
 Kolesterol < 147 mg/dl
 Prealbumin serum < 30mg/dl
DIAGNOSIS GIZI
 Asupan energi inadekuat (NI-1.2)
 Asupan oral inadekuat (NI-2.1)
 Asupan cairan berlebihan (NI-3.2)
 Penurunan kebutuhan zat gizi (NI-5.4)
 Asupan protein berlebihan (NI-5.7.2)
 Jenis Asupan protein atau asam amino tidak optimal (spesifik) (NI-5.7.3)
 Pemanfaatan zat gizi terganggu (NC-2.1)
 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (spesifik) (NC-2.2)
 Kepatuhan yang rendah terhadap rekomendasi gizi (NB-1.6)
 Pilihan makanan yang tidak diinginkan (NB-1.7).
INTERVENSI GIZI

 Tujuan umum adalah mengendalikan gejala-gejala uremia, mencegah


progresivitas penyakit ginjal, mempertahankan status nutrisi yang optimal,
mengendalikan kondisi terkait PGK seperti anemia, hipertensi,
dislipidemia, penyakit tulang dan kardiovaskuler.
INTERVENSI GIZI
Tujuan Khusus:
 PGK Pre-dialisis bertujuan untuk mengurangi akumulasi produk-produk sisa
nitrogen, mengurangi gangguan metabolit terkait uremia, memperlambat laju
progresivitas penyakit ginjal, mengatur keseimbangan air dan elektrolit,
mengendalikan kondisi terkait PGK seperti anemia, penyakit tulang, dan penyakit
kardiovaskuler.
 PGK Hemodialisis bertujuan untuk memperbaiki dan mempertahankan status gizi
optimal, mencegah penimbunan sisa metabolisme berlebih, mengatur
keseimbangan air dan elektrolit, mengendalikan kondisi terkait PGK seperti
penyakit tulang, dan penyakit kardiovaskuler.
 PGK Peritonial Dialisis bertujuan untuk memperbaiki dan mempertahankan status
gizi optimal, mencegah penimbunan sisa metabolisme berlebih, mengatur
keseimbangan air dan elektrolit, mengendalikan kondisi terkait PGK seperti
penyakit tulang, dan penyakit kardiovaskuler, mempertahankan fungsi ginjal sisa.
INTERVENSI GIZI

Tujuan Khusus:
 Transplantasi ginjal:
 1) Jangka pendek ( < 6 minggu pasca transplantasi) bertujuan untuk
membantu penyembuhan luka meningkatkan anabolisme, mencegah infeksi,
mengantisipasi dan mengatasi efek metabolisme obat imunosupresan.
 2) Jangka panjang (> 6 minggu pasca transplantasi) bertujuan untuk mencapai
atau mempertahankan berat badan ideal, mempertahankan kadar gula,
mempertahankan kadar kolesterol
Keterangan:
 Tidak ada = tidak ditemukan adanya
rekomendasi untuk nutrient tersebut.
 † Setelah 6 minggu pasca transplantasi
ginjal diberikan sesuai dengan
kebutuhan orang normal.
 Asupan cairan pada pasien PGK
disesuaikan dengan produksi urin dan
status hidrasi
MONITORING DAN EVALUASI GIZI
Monitoring Status Gizi dengan Teknik:
1. Anamnesis diet
2. Berat badan
3. Subjective Global Assessment (SGA)
4. Penanda biokimia : albumin serum, kolesterol serum, kreatinin serum, saturasi transferin.
Anamnesis diet dan konseling:
1. Anamnesis diet pada pasien PGK-HD yang stabil sebaiknya dilakukan setiap 3 – 6 bulan oleh
dietisien (ahli gizi) atau setiap 3 bulan jika usia > 50 tahun atau telah menjalani HD > 5
tahun.
2. Pasien yang mengalami malnutrisi sejak awal HD sebaiknya dilakukan food recall setiap bulan.
Berat Badan:
1. Dilakukan penghitungan rerata berat badan pasca dialysis selama satu bulan dan di nilai
persentase perubahannya setiap bulan.
2. Penghitungan IDWG didasarkan atas berat badan kering.

Anda mungkin juga menyukai