Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Mitra Keperawatan dan Kebidanan Prima, Vol 4, No.

2, September 2022

MELAKUKAN PEMBERDAYAAN PADA REMAJA DALAM UPAYA PROMOTIF

DAN PREVENTIF HIV/AIDS DI DESA PALUH SIBAJI

Empowerment Youth In HIV/AIDS Promotive And Preventive Efforts In Paluh Sibaji Village
1) Nurlela Petra Saragih, 2) Renata Irna, 3) Selpian Putri 4) Ervin Rudianto 5) Delpianus Gea

1,2,3,4,5,)
Program Studi Profesi Ners, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Prima Indonesia Medan

Email:nurlelapetrasaragih@unprimdn.ac.id
ABSTRAK

Kurangnya informasi yang tepat dan relevan tentang penyakit HIV/AIDS, dan didukung
sikap ingin tahu yang dimiliki remaja menyebabkan mereka masuk kedalam salah satu
populasi berperilaku beresiko tinggi. Selain itu, masalah HIV/AIDS pada remaja tidak hanya
berdampak buruk secara fisik, namun juga dapat mempengaruhi kesehatan mental, emosi,
keadaan ekonomi, dan kesejahteraan sosial dalam jangka panjang. Hal tersebut tidak hanya
berpengaruh pada remaja itu sendiri, namun juga terhadap keluarga, masyarakat, dan bangsa.
Kasus penularan HIV dikalangan remaja tentunya juga tidak lepas dari kurangnya pengetahuan
remaja tentang penyakit HIV/AIDS. Remaja kurang paham bagaimana pentingnya menjaga
kesehatan reproduksi dan pencegahan seks bebas. Peningkatan pengetahuan kepada para
remaja bisa dilakukan dengan cara melibatkan teman seusianya. Salah satu metode yang efektif
untuk peningkatan pengetahuan di kalangan remaja adalah peer education. peer education
dapat meningkatkan kemandirian belajar, merumuskan tujuan, merencanakan strategi,
mengidentifikasi sumber belajar, memanfaatkan media, mengambil pokok pikiran,
menyampaikan pendapat, menyimpulkan hasil belajar, menyampaikan ide dan mengukur
keberhasilan belajar. Pembelajaran peer education/peer group learning dibuat dalam satu
kelompok belajarnya sehingga siswa akan terus termotivasi untuk berinteraksi dari awal
sampai akhir kegiatan. Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan ini bertujuan untuk
mengoptimalkan pengetahuan siswa remaja mengenai pencegahan HIV-AIDS melalui metode
peer education, sehingga siswa atau remaja dapat mengaplikasikan pencegahan HIV-AIDS yan
sesuai dengan pengetahuan yang sudah mereka dapatkan. Tahapan kegiatan dalam pelaksanaan
pengabdian masyarakat ini adalah survey lokasi, menentukan sasaran dan sosialisasi, persiapan
bahan dan kebutuhan kegiatan, dan pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari pelaksanaan pre test,
penyampaian materi dan pelaksanaan post test. Secara umum pelaksanaan kegiatan pengabdian
7
Jurnal Mitra Keperawatan dan Kebidanan Prima, Vol 4, No. 2, September 2022

masyarakat ini dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan target sasaran. Luaran yang
diharapkan dalam pengabdian masyarakat ini dapat tercapai yaitu dengan indikator
meningkatnya tingkat pengetahuan remaja mengenai cara pencegahan HIV-AIDS .

ABSTRACT
Lack of appropriate and relevant information about HIV/AIDS, and supported by the
inquisitive attitude that teenagers have causing them to enter into a population behaving at
high risk. In addition, the problem of HIV / AIDS in Adolescents not only have a bad impact
physically, but can also affect mental health, emotions, economic circumstances, and long-
term social well-being long. This does not only affect the youth themselves, but also to families,
communities and nations. Cases of HIV transmission among adolescents of course also can not
be separated from the lack of knowledge of adolescents about the disease HIV/AIDS.
Teenagers do not understand how important it is to maintain health reproduction and
prevention of free sex. Increasing knowledge of teenagers This can be done by involving
friends of his age. One effective method to increase knowledge among adolescents is peer
education. Peers education can increase learning independence, formulate goals, plan
strategy, identify learning resources, utilize media, take the subject thoughts, express opinions,
conclude learning outcomes, convey ideas and measure learning success. Peer education/peer
group learning learning made in one study group so that students will continue to be motivated
to interact from start to finish. Community service activities This is done with the aim of
optimizing the knowledge of young students regarding prevention of HIV-AIDS through peer
education methods, so students or youth be able to apply HIV-AIDS prevention in accordance
with existing knowledge they already got. Stages of activities in the implementation of
community service this is a site survey, setting targets and outreach, preparation of materials
and activity needs, and the implementation of activities consisting of pre-test implementation,
delivery of material and implementation of the post test. In general the implementation of
activities This community service can run well and in accordance with the targets. The
expected output in this community service can be achieved by: indicators of increased level of
knowledge of adolescentsa bouthow to prevent HIV-AIDS.

8
Jurnal Mitra Keperawatan dan Kebidanan Prima, Vol 4, No. 2, September 2022

PENDAHULUAN untuk mencapai pengalaman, dan menjadi


aspek utama terbentuknya sikap dan perilaku
Masalah yang sering dialami pada
(Nurwati dan Rusyidi, 2019). Data lain juga
masa remaja ini adalah masalah yang
menunjukkan bahwa 16% remaja pada usia
berkaitan dengan seksualitas atau kesehatan
12-16 tahun mendapat informasi tentang
reproduksi. Perubahan fisik dan mulai
seks dari temannya, 35% dari video porno,
berfungsinya organ reproduksi remaja
dan hanya 5% remaja yang mendapatkan
terkadang menimbulkan berbagai
pengetahuan/informasi tentang seks dari
permasalahan salah satunya adalah masalah
orang tuanya (Pratiwi dan Basuki, 2019).
yang berhubungan langsung dengan organ
Remaja yang cenderung memiliki
seks, terutama remaja yang kurang memiliki
emosi yang tidak stabil, mudah dipengaruhi
pengetahuan tentang kesehatan
orang lain dengan alasan solidaritas. Remaja
reproduksi.Permasalahan yang komplek
juga memiliki rasa ingin mencoba hal baru
seiiring dengan masa transisi adalah hamil
seperti minum minuman keras, penggunaan
diluar nikah, aborsi, terinfeksi Penyakit
narkoba suntik, merokok, dan mulai
Menular Seksual (PMS), penyalahggunaan
melakukan seks bebas yang dimana perilaku
NAPZA, serta HIV/AIDS (Imron,2012).
tersebut sangat beresiko tinggi terdahap
Kasus penularan HIV dikalangan remaja
penularan virus HIV/AIDS (Pratiwi dan
tentunya juga tidak lepas dari kurangnya
Basuki, 2012). Kurangnya informasi yang
pengetahuan remaja tentang penyakit
tepat dan relevan tentang penyakit
HIV/AIDS. Remaja kurang paham
HIV/AIDS, dan didukung sikap ingin tahu
bagaimana pentingnya menjaga kesehatan
yang dimiliki remaja menyebabkan mereka
reproduksi dan pencegahan seks bebas
masuk kedalam salah satu populasi
(Kemenkes RI, 2016).
berperilaku beresiko tinggi. Selain itu,
Peningkatan kasus HIV didunia pada
masalah HIV/AIDS pada remaja tidak hanya
remaja usia 15-24 tahun juga dipengaruhi
berdampak buruk secara fisik, namun juga
oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
dapat mempengaruhi kesehatan mental,
faktor ekonomi, tradisi, pendidikan, dan
emosi, keadaan ekonomi, dan kesejahteraan
pengetahuan tentang, HIV. Pengetahuan
sosial dalam jangka panjang. Hal tersebut
adalah informasi yang dibutuhkan seseorang
tidak hanya berpengaruh pada remaja itu
9
Jurnal Mitra Keperawatan dan Kebidanan Prima, Vol 4, No. 2, September 2022

sendiri, namun juga terhadap keluarga, yang dilakukan ini bertujuan untuk
masyarakat, dan bangsa (Imron, 2012). mengoptimalkan pengetahuan siswa remaja
Peningkatan pengetahuan kepada mengenai pencegahan HIV-AIDS melalui
para remaja bisa dilakukan dengan cara metode peer education, sehingga siswa atau
melibatkan teman seusianya. Salah satu remaja dapat mengaplikasikan pencegahan
metode yang efektif untuk peningkatan HIV-AIDS yan sesuai dengan pengetahuan
pengetahuan di kalangan remaja adalah peer yang sudah mereka dapatkan.
education. peer education dapat
meningkatkan kemandirian belajar, METODE
merumuskan tujuan, merencanakan strategi, Kegiatan yang dilakukan kepada siswa
mengidentifikasi sumber belajar, peserta pengabdian masyarakat diantaranya
memanfaatkan media, mengambil pokok adalah :
pikiran, menyampaikan pendapat, a. Survey lokasi, sasaran dan sosialisasi
menyimpulkan hasil belajar, menyampaikan Survey lokasi dan seosialisasi merupakan
ide dan mengukur keberhasilan belajar. tahap awal untuk mendapatkan data yang
Pembelajaran peer education/peer group dibutuhkan oleh tim pelaksana kegiatan
learning dibuat dalam satu kelompok pengabdian masyarakat. Tim pelaksana
belajarnya sehingga siswa akan terus melakukan pendataan lokasi tempat
termotivasi untuk berinteraksi dari awal pengabdian masyarakat. Pemilihan lokasi
sampai akhir kegiatan (Hakim, 2020). dan sasaran dilakukan dengan beberapa
Dalam melakukan peer education siswa akan pertimbangan, antara lain pertimbangan
banyak berinteraksi dengan teman dalam lokasi yang berada jauh dari keramaian kota,
kelompoknya untuk membahas mengenai pertimbangan sasaran kepada siswa remaja
pencegahan HIV-AIDS secara leluasa, yang mempunyai akses terbatas terhadap
sehingga harapannya adalah siswa tidak penggunaan internet. Setelah mendapatkan
menganggap bahwa jika mereka beberapa alternatif lokasi tempat pengabdian
mendiskusikan mengenai HIV-AIDS adalah masyarakat, maka tim pelaksana
bukan merupakan suatu hal yang tabu atau memutuskan untuk melakukan pengadian
tidak wajar di kalangan teman- masyarakat diPaluh sibaji, hal tersebut
temannya.Kegiatan pengabdian masyarakat didasarkan pada berbagai macam
10
Jurnal Mitra Keperawatan dan Kebidanan Prima, Vol 4, No. 2, September 2022

pertimbangan di atas. Setelah itu, tim terisi, selanjutnya kuesioner dikumpulkan


pelaksana kegiatan pengabdian masyarakat kembali.
melakukan komunikasi dengan pimpinan 2) Penyampaian materi Sebelum dilakukan
atau Kepala Sekolah SMK Paluh sibaji penyampaian materi, tim pelaksana
mengenai rencana kegiatan pengabdian membagi 28 peserta tersebut ke dalam 4
masyarakat, dan melakukan kesepakatan kelompok kecil agar pelaksanaan peer
target sasaran dan waktu pelaksanaan education bisa efektif. Materi yang
kegiatan. Pelaksanaan kegiatan disepakati disampaikan yaitu mengenai definisi HIV-
dengan target sasaran siswa kelas 11. AIDS, manifestasi klinik HIV-AIDS,
b. Persiapan bahan dan kebutuhan kegiatan penularan HIV-AIDS, penatalaksanaan
Kebutuhan bahan untuk kegiatan HIVAIDS, dan pencegahan HIV-AIDS.
pengabdian masyarakat disiapkan oleh tim 3) Evaluasi kegiatan Evaluasi kegiatan
pelaksana dosen dan mahasiswa yang dilakukan dengan dengan diskusi dan tanya
terlibat dalam kegiatan pengabdian jawab. Kegiatan kemudian dilanjutkan
masyarakat. dengan menyimpulkan materi pokok yang
c. Pelaksanaan kegiatan Kegiatan telah disampaikan dengan sesama anggota
pengabdian masyarakat. Kegiatan tersebut kelompoknya, kemudian peserta pengabdian
mulai dilakukan pada pukul 08.00 WIB. masyarakat melakukan diskusi dengan
Kegiatan diawali dengan sambutan oleh sesama anggota kelompoknya untuk
Kepala Sekolah SMK Paluh sibaji. Kegiatan membuat kesimpulan diskusi.
selanjutnya yaitu pengenalan tim pelaksana 4) Pelaksanaan post test Tahap akhir dari
pengabdian masyarakat kepada para siswa pelaksanaan kegiaatan ini adalah
peserta penyuluhan. pelaksanaan post test. Tim pelaksana
1) Pelaksanaan pre tes Sebelum dilakukan membagikan kuesioner kepada peserta
kegiatan, tim pelaksana membagikan kegiatan. Tujuan dari pelaksanaan post tes
kuesioner kepada peserta kegiatan. Tujuan yaitu untuk mengukur pengetahuan siswa
dari pelaksanaan pre tes yaitu untuk mengenai pencegahan HIV-AIDS setelah
mengukur pengetahuan siswa mengenai dilakukan pemberian materi edukasi. Setelah
pencegahan HIV-AIDS. Setelah kuesioner kuesioner terisi, selanjutnya kuesioner
dikumpulkan kembali.
11
Jurnal Mitra Keperawatan dan Kebidanan Prima, Vol 4, No. 2, September 2022

diinginkan. Terlebih dengan makin


HASIL DAN PEMBAHASAN berkembangnya kemajuan teknologi dalam
mengakses informasi terutama mengenai
Kegiatan pengabdian masyarakat ini
materi yang berkaitan tentang pornografi
dilakukan di Paluh sibaji. Sesuai dengan
semakin mudah. Seperti melalui internet,
metode pelaksanaan kegiatan yang telah
atau telepon seluler ditambah dengan
dijabarkan sebelumnya, kegiatan pengabdian
pergaulan yang bebas akan semakin memicu
masyarakat ini dilakukan melalui 4 tahapan
perilaku menyimpang dari para remaja
yaitu: 1) pelaksanaan pre tes, 2)
(Akbar, Langingi & Darmin, 2020. Menurut
penyampaian materi, 3) evaluasi kegiatan
Nurwati dan Rusyidi (2019), ketidaktahuan
dan 4) pelaksanaan post test.
remaja mengenai HIV-AIDS akan menjadi
a.Dari hasil pelaksanaan kegiatan pre tes
pemicu peningkatan kasus HIV-AIDS di
didapatkan sebanyak 4 peserta kegiatan
indonesia, teruatma angka remaja yang
(14,28%) memiliki pengetahuan baik
terinfeksi Hiv-aids. Pengetahuan tentang
tentang pencegahan HIV-AIDS, sebanyak 8
cara penularan HIV-AIDS menjadi faktor
peserta kegiatan (28,57%) memiliki
penting untuk mendorong remaja terhindar
pengetahuan cukup tentang pencegahan
dari HIV-AIDS.
HIV-AIDS dan sebanyak 16 peserta
b.penyampaian materi
kegiatan (57,14%) memiliki pengetahuan
Sebelum dilakukan penyampaian materi,
kurang tentang pencegahan HIV-AIDS.
tim pelaksana membagi 28 peserta tersebut
Sebagian besar peserta pendidikan kesehatan
ke dalam 4 kelompok kecil agar pelaksanaan
(57,14%) memiliki pengetahuan kurang
peer education bisa efektif. Materi yang
mengenai pencegahan HIV-AIDS dan
disampaikan yaitu mengenai definisi HIV-
sebagian kecil (14,28%) memiliki
AIDS, manifestasi klinik HIV-AIDS,
pengetahuan baik mengenai pencegahan
penularan HIV-AIDS, penatalaksanaan
HIV-AIDS. Pengetahuan remaja mengenai
HIVAIDS, dan pencegahan HIV-AIDS.
seks bebas dan pencegahan penularan
Penyampaian materi dalam bentuk
HIVAIDS masih rendah. Yang paling
pendidikan kesehatan merupakan proses
menonjol dari kegiatan seks bebas adalah
perubahan perilaku individu terutama dalam
meningkatnya angka kehamilan yang tidak
upaya untuk meningkatkan derajat
12
Jurnal Mitra Keperawatan dan Kebidanan Prima, Vol 4, No. 2, September 2022

kesehatannya. Selain itu pendidikan remaja (Astari, 2019).


kesehatan merupakan bentuk konkrit c.evaluasi kegiatan
aplikasi model pendidikan di bidang Evaluasi kegiatan dilakukan oleh tim pelaksana
kesehatan yang secara langsung bersama dengan siswa peserta penyuluhan
diimpleentasikan dalam masyarakat. Adapun kesehatan. Evaluasi kegiatan dilakukan
luaran (outcome) yang diinginkan dari suatu dengan dengan diskusi dan tanya jawab.
pendidikan kesehatan adalah adanya Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan
perilaku kesehatan yang positif atau perilaku menyimpulkan materi pokok yang telah
untuk memelihara dan meningkatkan disampaikan dengan sesama anggota
kesehatan yang kondusif (Kurniawati & kelompoknya, kemudian peserta pengabdian
Darsini, 2021). Salah satu pendekatan masyarakat melakukan diskusi dengan
pendidikan kesehatan yang efektif pada sesama anggota kelompoknya untuk
remaja untuk mencegah maraknya kasus membuat kesimpulan diskusi. Kesimpulan
HIV-AIDS yaitu dengan metode peer diskusi tersebut kemudian disampaikan oleh
education (pendidikan sebaya). Peer perwakilan kelompok ke dalam forum.
education adalah suatu prinsip yang bekerja Evaluasi kegiatan dilakukan secara kualitatif
dari remaja, untuk remaja, dan oleh remaja, dan dilakukan oleh perwakilan kelompok.
sheingga program peer education sangat Pembahasan evaluasi kegiatan dengan cara
efektif untuk mendorong keterlibatan remaja berkelompok diharapkan dapat
dalam pembinaan terhadap temannya meningkatkan motivasi siswa dalam
sendiri. Peer education dapat menjembatani pelaksanaan kegiatan.
kesenjangan antara pengetahuan, sikap dan d.pelaksanaan post test
tingkah laku kesehatan dan pendidikan Dari hasil pelaksanaan kegiatan post tes
kesehatan, memotivasi seseorang untuk didapatkan sebanyak 4 peserta kegiatan
menerima informasi kesehatan serta berbuat (14,28%) memiliki pengetahuan kurang
sesuai dengan informasi tersebut agar tentang pencegahan HIVAIDS, sebanyak 14
mereka menjadi lebih tahu dan bersikap peserta kegiatan (50%) memiliki
lebih positif dan diharapkan terbinanya pengetahuan kurang tentang pencegahan
kelompok-kelompok motivator HIV-AIDS dan sebanyak 10 peserta
penanggulangan HIV-AIDS di kalangan kegiatan (35,71%) memiliki pengetahuan
13
Jurnal Mitra Keperawatan dan Kebidanan Prima, Vol 4, No. 2, September 2022

baik tentang pencegahan HIV-AIDS. meningkatkan pengetahuan remaja tentang


Sebagian besar peserta pendidikan kesehatan pencegahan HIV-AIDS. Keberhasilan peer
(50%) memiliki pengetahuan cukup education dapat dipengaruhi oleh beberapa
mengenai pencegahan HIV-AIDS, dan hal diantaranya yaitu persiapan yang
sebagain kecil (14,28%) memiliki matang, suasana dan tempat yang nyaman
pengetahuan kurang mengenai pencegahan (Astari, 2019).
HIV-AIDS. Pengetahuan orang terhadap
HIV-AIDS akan mempengaruhi sikap dan
perilaku, orang dengan pengetahuan tentang
KESIMPULAN
HIV-AIDS yang kurang maka akan bersikap
dan berperilaku menjauhi orang yang Secara umum pelaksanaan kegiatan

terinfeksi penyakit tersebut, bahkan ada pengabdian masyarakat yang dilakukan

yang beranggapan penyakit tersebut tidak dapat dikatakan berhasil karena target

berbahaya dan tidak mematikan. Sebaliknya kegiatan terlaksana sesuai dengan yang

apabila pengetahuannya cukup maka sikap sudah dijadwalkan. Selain itu output luaran

yang diberikan berbeda, masyarakat akan yang diharapkan juga tercapai yaitu

lebih menerima kehadiran ODHA (Nurwati meningkatnya peran serta siswa remaja

dan Rusyidi, 2019). Hal tersebut berkaitan dalam melakukan edukasi dengan teman

dengan stigma yang ditujukan kepada orang sebayanya, dan meningkatkan tingkat

dengan HIV-AIDS. Semakin banyak pengetahuna siswa remaja tentang

pengetahuan yang dimiliki remaja terkait pencegahan HIV-AIDS. Peningkatan

informasi tentang HIV-AIDS yang didengar pengetahuan tersebut diharapkan dapat

dan dilihat, maka remaja akan mampu meningkatkan perilaku siswa dalam

mengaplikasikan pencegahan dalam melakukan pencegahan HIV-AIDS

kehidupan seharinya-harinya dan akan lebih


DAFTAR PUSTAKA
bersikap hati-hati dan lebih paham terhadap
cara pencegahan dan penularan virus HIV- Akbar, H., Langingi, A., R., C., & Darmin.

AIDS (Lestyani, 2015). Pengetahuan remaja (2020). Hubungan Pengetahuan dengan

setelah diberikan pendidikan kesehatan Perilaku Pencegahan HIV-AIDS Pada

dengan metode peer education dapat Remaja di Desa Poyowa Besar 1 Kecamatan
14
Jurnal Mitra Keperawatan dan Kebidanan Prima, Vol 4, No. 2, September 2022

Kotamobagu Selatan. Jurnal Ilmiah N. dan Rusyidi, B. (2019). Pengetahuan


Kesehatan Iqra, 8 (2). Astari, R., & Fitriyani, Remaja Terhadap HIV/AIDS. Prosiding
E. (2019). Pengaruh Peer Education Penelitian dan Pengabdian kepada
Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Masyarakat, 5 (3), hal. 228. doi:
Tentang Pencegahan Hiv-Aids di SMK 10.24198/jjpm.v5i3.20.607.
Korpri Majalengka. Jurnal Ilmu Kesehatan
Bhakti Husada: Health Sciences Journal,
10(2), 143– 152.
https://doi.org/10.34305/jikbh.v10i2.93.
Hakim, L., S. (2020). Pembelajaran peer
group learning dalam meningkatkan prestasi
belajar pendidikan kewarganegaraan,
CIVICUS 8 (2). Imron, A. (2012).
Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja:
PEER Educator & Efektifitas Program PIK-
KRR di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media. Kemenkes, (2013). Pedoman
Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV
Dan Terapi Antiretroviral Pada Orang
Dewasa. Jakarta : Kemenkes. Kurniawati,
N., & Darsini. (2021). Peningkatan
Kapasitas Wanita Usia Subur dalam Upaya
Pelaksanaan Protokol Kesehatan Covid-19
Berbasis Kearifan Budaya Lokal. Jurnal
Bhakti Civitas Akademika, 4 (1). Lestyani,
U. (2015). Hubungan Tingkat Kecemasan
Dengan Sikap dalam Menghadapi Menrache
Pada Siswi Kelas V di SD Wilayah
Kecamatan Karangnongko Kabupaten
Klaten. Stikes Aisyiah Yogyakarta. Nurwati,
15

Anda mungkin juga menyukai