PENDAHULUAN
Badan Kesehatan Dunia world Health Organization (WHO, 2020), penyakit gagal ginjal kronis
telah menyebabkan kematian pada 850.000 orang setiap tahunnya. Angka tersebut menunjukkan
bahwa penyakit gagal ginjal kronis menduduki peringkat ke- 12 tertinggi sebagai penyebab
angka kematian di dunia. Proyeksi angka kematian dari CKD akan terus meningkat hingga
mencapai 14 per 100.000 orang pada tahun 2030 (WHO, 2019). Estimasi Badan Kesehatan
Dunia (WHO) menyebut pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal tiap tahunnya 6%. Data
dunia menunjukkan bahwa 9,1% sampai 13,4% dari populasi (antara 700 juta dan satu miliar
orang) memiliki penyakit gagal ginjal kronis (Sundström et al., 2022). Secara global, perkiraan
prevalensi CKD di seluruh dunia bervariasi dari 7% di Asia Selatan dan 8% di Afrika hingga
setinggi 11% di Amerika Utara dan 12% di Eropa, Timur Tengah, dan Asia Timur, dan Amerika
Latin. Di antara negara-negara, Arab Saudi dan Belgia memiliki perkiraan prevalensi CKD
tertinggi (24%), diikuti oleh Polandia (18%), Jerman (17%), serta Inggris dan Singapura (16%).
Norwegia dan Belanda memiliki perkiraan terendah sebesar 5%. Perkiraan prevalensi Amerika
Serikat adalah 14%, sedangkan Kanada dan Australia adalah 13% (Healio, 2017).
Menurut data yang didapatkan dari RIKESDAS (2018), Indonesia memiliki prevalensi gagal
ginjal kronik terus meningkat dari 2,0% pada tahun 2013 menjadi sebesar 3,8% tahun 2018 atau
sebanyak 713.783 jiwa. Salah satu provinsi di Indonesia dengan nilai prevalensi yang tinggi di
Provinsi Riau yaitu sebesar 17.258 jiwa. Berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2018
menyatakan bahwa terdapat 25,57% pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisa di Provinsi
Riau. Di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dari tahun 2015-2020 ada 580 pasien CKD rawat
inap dengan 652 kunjungan, dan dari tahun 2015-2020 ada 755 pasien CKD rawat jalan dengan
9.994 kunjungan (Rekam medik RSUD Arifin Achmad, 2020 dalam Ulfa, Bayhakki & Deli,
2021).
Adanya gejala gejala gangguan ginjal, seperti ketidaknormalan komposisi darah atau urin, tes
pencitraan yang tidak normal, dan kerusakan ginjal (renal damage) yang berlangsung lebih dari 3
bulan merupakan kriteria gagal ginjal kronis dengan atau tanpa kerusakan ginjal ditandai dengan
penurunan laju filtrasi glomerulus kurang dari 1,73 m2 selama 3 bulan (Nurbadriyah, 2021).
Menurunnya laju filtrasi glomelurus (GFR) menyebabkan retensi (kelebihan) natrium dan air dan
akan berakibat pada volume cairan ekstraselular meningkat (hipervolemia) yang nantinya cairan
tersebut akan berpindah ke ruang interstisial sehingga menyebabkan peningkatan volume darah
dan edema paru (silbernagl dan lang, 2012). Jika terjadi kelebihan air, secara osmotic akan
mendorong air ke dalam sel sehingga meningkatkan volume intrasel dan menimbulkan edema
serebri atau edema perifer (silbernagl dan lang, 2012).
Beberapa penatalaksanaan yang mungkin dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal antara
laindialisis dan transplantasi ginjal.dialisis adalah cara paling umum untuk mengisolasi zat
koloid dan kristaloid dalam pengaturan mengingat kontras dalam kecepatan penyebaran melalui
film semi berpori (Nurbadriyah, 2021). Ada tiga strategi dialisis yang saat ini digunakan, yaitu,
hemodialysis, dialisis peritoneal dan hemofitrasi. Sedangkan Relokasi ginjal dapat diperoleh
melalui kerabat yang masih hidup yang berasal dari orang tua, kerabat dan pemberi yang didapat
dari pasien meninggal yang keluarganya telah menyetujui untuk memberikan organ ginjal
(Nurbadriyah, 2021).
Perawat merupakan suatu profesi yang memegang peranan penting dalam perawatan kesehatan
biologis, psikologis, budaya, sosial, dan spiritual. Tugas perawat Salam menjalankan terapi pada
pasien gagal ginjal adalah bertanggungjawab memberikan bimbingan kepada pasien dan
keluarga tentang penyakit yang sekarang dialami, saran, dan metode terapi yang akan dilakukan
(Sagala, Hutagaol, Anita & Zamago, 2023). Demikian juga perawat medis yang mengambil
bagian dalam pembatasan kebutuhan cairan elektrolit pada pasien gagal ginjal kronis, dan juga
memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk mengambil bagian dalam program
pembatasan kebutuhan cairan elektrolit. Peran perawat dalam hal pembatasan cairan elektrolit
yang dikonsumsi oleh pasien gagal ginjal kronis disini sangat diperlukan untuk mencegah
masalah kesehatan menjadi lebih kompleks (Oktario, Hanan, Rahmawati & Sujarwo, 2023).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memahami Konsep dan Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn.G dengan CKD (Chronic Kidney Disease) Di Ruang
Melati RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru.
Bikbov, B., Purcell, C., Levey, A.S., Smith, M., Abdoli, A., and Abebe, M., 2020, Global,
regional, and national burden of chronic kidney disease, 1990– 2017: a systematic analysis
for the Global Burden of Disease Study 2017, Lancet, 395(10225): 709-733.
Healio. (2017). Nephrology News & Issues. https://www.healio.com/news/nephrolog
Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian Kesehatan RI,
53(9), 1689–1699.
Mardiani, Dahrizal, & Maksuk. (2022). Efektifitas Manajemen Kelebihan Cairan Terhadap
Status Hidrasi Pasien Chronic Kidney Disease ( CKD ) Di Rumah Sakit Email :
maksuk@poltekkespalembang.ac.id The Effectiveness Of Fluids Exclusion Management
On The Hydration Status Of Chronic Kidney Disease. Journal of Health and
Cardiovascular Nursing, 2(1). https://doi.org/10.36082/jhcnv2i1.353
Nurbadriyah, wiwit dwi. (2021). Asuhan Keperawatan Penyakit Ginjal Dengan Pendekatan
3S.Jakarta : Literasi Nusantara
Oktario, F., Hanan, A., Rahmawati, I., & Sujarwo, E. (2023). Keperawatan pada klien CKD
(chronic kidney disease) dengan masalah hipervolemia di RSUD Mardi Waluyo Blitar.
Journal Of Social Science Research, 3(4), 1767–1779.
Sagala, S.P., Hutagaol, A., Anita, S. I., & Zamago, J. H. P. (2023). Hubungan Lama Menjalani
Hemodialisa Dengan Status Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Rumah Sakit Umum
Imelda Pekerja Indonesia Medan. Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA, 9(2), 150–159.
https://doi.org/10.52943/jikeperawatan.v9i2.1489
Silbernagl, Stefan.,& Lang, Florian. (2012). Teks Dan Atlas Berwana Patofisiologi.Jakarta :
Buku Kedokteran ECG
Sundström, J., Bodegard, J., Bollmann, A., Vervloet, M. G., Mark, P. B., Karasik, A., Taveira-
Gomes, T., Botana, M., Birkeland, K. I., Thuresson, M., Jäger, L., Sood, M. M.,
VanPottelbergh, G., & Tangri, N. (2022). Prevalence, outcomes, and cost of chronic kidney
disease in a contemporary population of 2·4 million patients from 11 countries: The
CaReMe CKD study. The Lancet Regional Health - Europe, 20, 1–14.
https://doi.org/10.1016/j.lanepe.2022.10 0438
Ulfa, D. H., Bayhakki, & Deli, H. (2021). Gambaran Tindakan Pencegahan Penularan Covid-19
pada Pasien Hemodialisis di Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau. Health Care : Jurnal
Kesehatan, 10(2), 370–378. https://doi.org/10.36763/healthcare.v10i2.163
WHO. (2019) The World OrganizationQuality of Life. http://www.whoqol.breff.org
WHO. (2020). International, “ChronicKidney Disease”