Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Chronic Kidney Disease (CKD ) merupakan salah satu penyakit

yang menjadi masalah kesehatan serius di dunia. Menurut World Health

Organization (WHO) dan Burden of Disease penyakit CKD telah

menyebabkan kematian sebesar 850.000 orang setiap tahunnya. Di Amerika

tercatat 50.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat CKD, sedangkan di

Indonesia tercatat angka kematian akibat CKD mencapai 42.000 orang

pertahunnya (Pius, 2019).

Chronic Kidney Disease (CKD) adalah rusaknya ginjal yang sudah

berlangsung tiga bulan atau lebih akibat dari abnormalitas struktur atau fungsi

ginjal dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), atau kadar

LFG kurang dari 60Ml/menit/1,73 m2 selama lebih dari tiga bulan dengan atau

tanpa kerusakan ginjal (Simorangkir, 2021).

Menurut World Health Organization (WHO) penderita Chronic Kidney

Disease (CKD) mencapai 37 juta orang di dunia (2021). Dari 18.500.000

(50%) penderita CKD yang diketahui dan mendapat pengobatan hanya

4.625.000 (25%) dan yang terobati dengan baik 2.312.500 (12,5%) (Aini,

2021). Angka kejadian CKD di Indonesia berdasarkan data Riskesdas (2018)

yaitu sebesar 0,38% dari jumlah penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa,

maka terdapat 958.073 jiwa yang menderita CKD di Indonesia. Prevalensi

penderita CKD di Sumatera Barat sebesar 504.249 (0,2%). Prevalensi CKD


tertinggi yaitu di Kabupaten Tanah Datar dan Kota Solok yaitu 2.017 (0,4%)

dan di susul oleh prevalensi CKD di Kota Padang yaitu 1.513 (0,3%) (Riskal,

2020). RSUP Dr. M. Djamil Padang yang merupakan Rumah Sakit terbesar di

Sumatera Barat di dapatkan pasien CKD stage 5 berjumlah 9.573 pasien

(2020).

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan masalah medik, sosial dan

ekonomi yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya. Menurut Yonata

(2020) penyakit CKD merupakan penyebab utama pengeluaran kesehatan yang

sangat besar, biaya pengobatannya menghabiskan 2-3% dari anggaran

perawatan kesehatan tahunan di negara-negara tinggi. Sebagian besar pasien

dengan CKD datang mencari pertolongan dalam keadaan terlambat dan pada

stadium tidak dapat pulih. Hal tersebut disebabkan karena penyakit CKD pada

stadium awal umumnya tidak bergejala (Fadlilah, 2019).

Tanda dan gejala dari penyakit CKD sendiri berupa mudah lemas,

konjungtiva pucat, cepat lelah beraktivtas, dan energi berkurang. CKD umunya

disebabkan oleh minimnya pengetahuan, pola kebiasaan hidup dan penyakit

yang tidak terkontrol, misalnya hipertensi, diabetes melitus, penyalahgunaan

analgetik dan konsumsi obat-obatan yang terlalu berlebihan sehingga akan

memberikan dampak yang dapat memperberat sistem kerja ginjal. Penyakit ini

juga dapat disebabkan oleh penyakit ginjal itu sendiri seperti glomerulofritis,

infeksi kuman, batu ginjal, kista dan adanya trauma pada ginjal (Ariestia,

2019). Pasien CKD yang sudah pada tahap stadium akhir mengharuskan
pengobatan dengan pengganti fungsi ginjal seperti transplantasi ginjal atau

hemodialisa (HD) (Simorangkir, 2021).

Hemodialisa merupakan teknologi tinggi yang digunakan sebagai terapi

pengganti fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun

tertentu dari peredaran darah manusia. Berdasarkan data Indonesian Renal

Registry tercatat 30.554 penderita yang aktif menjalani hemodialisa dan 21.050

penderita baru yang menjalani hemodialisa. Hemodialisa biasanya dilakukan

selama 4-5 jam dalam 2-3 kali seminggu. Hemodialisa membutuhkan waktu

jangka panjang sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah seperti masalah

finansial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual

berkurang, depresi dan ketakutan terhadap kematian. Hal tersebut akan

mempengaruhi kualitas hidup pasien CKD (Aini, 2021).

Kualitas hidup adalah keadaan yang membuat seseorang mendapatkan

kepuasan atau kenikmatan dalam kehidupannya, yang menyangkut kesehatan

fisik dan kesehatan mental (Fadlilah, 2019). Dalam mencapai kualitas hidup

yang baik maka seseorang harus menjaga kesehatan tubuh dan mental agar

dapat melakukan segala aktivitas tanpa adanya gangguan. Pasien dengan CKD

pada umumnya mengalami masalah pada fisik maupun psikologisnya, hal

tersebut dapat mempengaruhi penurunan kualitas hidup pada pasien CKD.

Menurunnya kualitas hidup dapat memperburuk keadaan penyakit seseorang,

oleh karena itu pada pasien CKD harus memiliki kualitas hidup yang tinggi

agar tidak memperburuk keadaan penyakitnya. Kualitas hidup dapat

ditingkatkan melalui diri sendiri, yaitu adanya semangat hidup dan motivasi
dari dalam dirinya untuk sembuh, selanjutnya melalui keluarga, adanya

dukungan keluarga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien CKD, dukungan

keluarga berupa memberi semangat, tempat bercerita dan mendampingi pasien

CKD dalam pengobatannya (Widyastuti, 2021).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu sosial demografi

(usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan), tindakan

medis (lama menjalani HD, stadium penyakit, penatalaksanaan medis), dan

dukungan keluarga (Megasari, 2022).

Usia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah lama waktu

hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Usia adalah salah satu faktor

penting yang dapat memprediksi kualitas hidup pasien Chronic Kidney Disease

(CKD) yang menjalani Hemodialisa (HD). Dimana usia yang lebih muda

menunjukkan kualitas hidup yang lebih baik daripada usia yang lebih tua.

Seiring dengan bertambahnya usia, maka fungsi fisik semakin menurun, serta

resiko munculnya penyakit komorbid lain dapat menyebabkan kualitas hidup

menurun (Simorangkir, 2021).

Lama Hemodialisa (HD) dapat menimbulkan stress fisik (kelelahan, sakit

kepala, dan keluar keringat dingin akibat tekanan darah yang menurun) dan

dapat mempengaruhi keadaan psikologis pasien CKD. Pasien akan mengalami

gangguan dalam proses berfikir dan konsentrasi serta gangguan dalam

hubungan sosial. Pasien CKD juga sering dihadapkan dengan berbagai

komplikasi mengikuti penyakit yang dideritanya, yang mengakibatkan semakin

menurun kualitas hidupnya (Handayani, 2013).


Dukungan keluarga menurut Fridman (2010) dalam Ridho (2019) adalah

sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, seperti

dukungan informasional (berupa nasehat, saran dan diskusi tentang bagaimana

cara mengatasi atau memecahkan masalah yang ada), dukungan penilaian

(keluarga sebagai pembimbing, penengah dalam memecahkan masalah,

sebagai sumber dan validator identitas dalam keluarga), dukungan instrumental

(sumber pertolongan yang praktis dan konkrit), dukungan emosional (keluarga

sebagai tempat berlindung yang aman dan damai untuk beristirahat dan

pemulihan serta dapat membantu dalam menguasai terhadap emosi. Dukungan

keluarga membuat pasien khusus Chronic Kidney Disease (CKD) yang

menjalani Hemodialisa (HD) merasakan kenyamanan, perhatian, penghargaan,

dan bisa menerima kondisinya. Adanya dukungan keluarga memungkinkan

terjadinya proses penyembuhan penyakit lebih cepat sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup seseorang (Suindrayasa, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fadlilah (2019) dengan judul

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien hemodialisis.

Didapatkan hasil analisis univariat dan bivariat dari 71 responden yang diteliti,

dalam kategori usia rentang 46-60 tahun sebanyak 48 orang (67,6%) dengan p-

value 0,027, dalam kategori lama HD rentang 1-3 tahun sebanyak 46 orang

(64,8%) dengan p-value 0,015, dalam kategori dukungan keluarga cukup

sebanyak 31 orang (43,7%) dengan p-value 0,000, dan dalam kategori kualitas

hidup cukup sebanyak 35 orang (49,3%). Hasil kesimpulannya terdapat

hubungan yang bermakna antara usia, lama HD dan dukungan keluarga dengan
kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Umum

Daerah Panembahan Senopati Bantul.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Handayani (2013) dengan judul

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien Chronic Kidney

Disease (CKD) yang menjalani Hemodialisis. Didapatkan hasil analisis

univariat dan bivariat dari 156 responden yang diteliti, berdasarkan

usiadidapatkan rata-rata 48,74 tahun dalam rentang usia 12-76 tahun dengan p-

value 0,674, berdasarkan lama menjalani HD didapatkan rata-rata 17,20 bulan

dalam rentang 3-96 bulan dengan p-value 0,316, berdasarkan dukungan

keluarga didapatkan sebagian besar responden mendapatkan dukungan

keluarga (96,8%) dan sebagian kecil (3,2%) tidak mendapatkan dukungan

keluarga dengan p-value 0,00. Hasil kesimpulannya tidak terdapat hubungan

antara usia, lama HD dengan kualitas hidup pasien CKD yang menjalani

Hemodialisa dan terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas

hidup pasien CKD yang menjalani Hemodialisa di RSUDAM Lampung.

Rumah Sakit TK III Dr. Reksodiwiryo Padang merupakan salah satu

Rumah Sakit yang terletak di Jl. Dr. Wahidin No. 1, Ganting Parak Gadang,

Kec. Padang Timur, Kota Padang, Sumatera Barat. Rumah Sakit ini merupakan

salah satu Rumah Sakit yang memiliki kunjungan pasien Chronic Kidney

Disease (CKD) terbanyak yang menjalani hemodialisa (HD) dan merupakan

salah satu Rumah Sakit yang memiliki ruangan khusus HD. Berdasarkan

survey awal yang dilakukan pada tanggal 7 Juni 2022, jumlah kunjungan

pasien hemodialisa selama 3 bulan terakhir berjumlah 101 pasien. Berdasarkan


hasil wawancara dengan 8 orang pasien CKD yang menjalani hemodialisa,

didapatkan rata-rata berusia ≥ 46 tahun sebanyak 5 orang, usia antara 26-45

tahun sebanyak 3 orang, berdasarkan lama HD ≥ 24 bulan 4 orang, lama HD <

24 bulan 4 orang dan berdasarkan dukungan keluarga, pasien yang

mendapatkan dukungan keluarga yang dilihat dari 4 aspek, yaitu aspek

informasi seperti keluarga memberikan informasi berupa jadwal melaksanakan

HD dan informasi apapun yang penting untuk pasien, aspek penghargaan

seperti memberikan pengarahan, saran dan nasehat, aspek instrumental seperti

mengantar dan menemani pasien dalam pengobatan, aspek emosional seperti

keluarga mendengarkan curhatan serta menanggapi bahkan membantu

menyelesaikan masalah pasien ada 3 orang, sedangkan pasien yang tidak

mendapatkan dukungan keluarga berdasarkan dari 4 aspek di atas ada 5 orang.

Dari hasil wawancara dengan perawat yang menangani pasien CKD yang

menjalani HD mengatakan beberapa pasien mengalami keterbatasan

beraktivitas akibat dari kram otot, mual, dan sakit pada kepala setelah

melakukan HD, beberapa pasien juga merasakan cemas, gelisah, putus asa dan

bosan. Dari kondisi yang disebutkan perawat dan dari hasil ukur melalui

kusioner yang di isi oleh pasien di dapatkan pasien dengan kualitas hidup

buruk ada 4 orang, pasien dengan kualitas hidup sedang ada 4 orang.

Berdasarkan uraian diatas peneliti akan melakukan penelitian tentang

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien Chronic Kidney

Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit TK III Dr.

Reksodiwiryo Padang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah “Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup

pasien Chronic kidney disease (CKD) yang menjalani Hemodialisa di Rumah

Sakit TK III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2022”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk diketahui Faktor-faktor yang

berhubungan dengan kualitas hidup pasien Chronic Kidney Disease (CKD)

yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit TK III Dr. Reksodiwiryo

Padang Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi kualitas hidup pasien Chronic Kidney

Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit TK III Dr.

Reksodiwiryo Padang Tahun 2022.

b. Diketahui distribusi frekuensi usia pasien Chronic Kidney Disease

(CKD) yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit TK III Dr.

Reksodiwiryo Padang Tahun 2022.

c. Dikeetahui ditrubusi frekuensi dukungan keluarga pasien Chronic Kidney

Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit TK III Dr.

Reksodiwiryo Padang Tahun 2022.

d. Diketahui ditrubusi frekuensi lama HD pasien Chronic Kidney Disease

(CKD) yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit TK III Dr.

Reksodiwiryo Padang Tahun 2022.


e. Diketahui Hubungan usia dengan kualitas hidup pasien Chronic Kidney

Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit TK III Dr.

Reksodiwiryo Padang Tahun 2022.

f. Diketahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien

Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa di Rumah

Sakit TK III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2022.

g. Diketahun Hubungan lama HD dengan kualitas hidup pasien Chronic

Kidney Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit TK

III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah pengalaman, pengetahuan peneliti dalam

menerapkan ilmu metode penelitian terutama tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kualitas hidup pasien Chronic Kidney Disease (CKD)

yang menjalani hemodialisa.

2. Bagi Rumah Sakit TK III Dr. Reksodiwiryo Padang

Diharapkan kepada tenaga kesehatan yang bertugas di ruangan

perawatan hemodialisa agar kiranya memberikan edukasi tentang

hemodialisa yang mudah dipahami sehingga bisa menghadapi efek samping

yang mungkin terjadi dan bisa meningkatkan kualitas hidup pasien Chronic

Kidney Disease (CKD). Perawat juga dapat meningkatkan kualitas pasien

dengan meningkatkan pengetahuan, mengoptimalkan dukungan keluarga,

dan menjaga kualitas asuhan keperawatan.


3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan

di perpustakaan STIKes Alifah Padang.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan

penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup

pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa dapat

dijadikan sebagai data awal sekaligus motivasi untuk penelitian lebih lanjut

dengan meneliti variabel yang berbeda seperti jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, status perkawinan, stadium penyakit, dan penatalaksanaan medis.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan menggunakan desain cross

sectional study yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali

untuk mencari hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen. Populasi penelitian ini adalah pasien Chronic Kidney Disease

(CKD) yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit TK III Dr. Reksodiwiryo

Padang yang berjumlah 101 orang. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive sampling sehingga di

dapatkan sampel 42 orang. Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit TK III Dr.

Reksodiwiryo Padang pada bulan Maret s/d September 2022. Penyebaran

Kuesioner KDQOL pada tanggal 11-15 Agustus 2022.

Anda mungkin juga menyukai