Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

“Tn.G” DENGAN CKD ON HD DI RUANG GILEAD

SILOAM HOSPITAL KEBON JERUK

LAPORAN KASUS

OLEH :

ENZELIA KAMALA SARI

2100002324

SILOAM HOSPITAL KEBON JERUK

JAKARTA BARAT

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur, sayapanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang ber-
judul  “Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Pada Tn.G dengan CKD on HD di
Ruang Gilead Siloam Hospital Kebon Jeruk”.

Dalam penyusunanLaporan kasus, penulis tidak lepas dari bantuan


berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Kak Dwi
sartika selaku CI yang dengan sabar mau membimbing dan menasehati, juga
kepada kakak ruangan yang senantiasa memberikan masukan-masukan untuk
laporan kasus ini.

Penulismenyadari dalam penulisan laporan kasus ini masih membutuhkan


banyak masukan. Untuk itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak demi lebih baiknya lagilaporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi
pembaca.

Jakarta, 22 Oktober 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Chronic Kidney Disease adalah suatu kondisi di mana ginjal rusak

dan tidak dapat menyaring darah seperti ginjal yang sehat (National

Chronic Kidney Disease Fact Sheet, 2014). Menurut Tjekyan (2012),

penyakit CKD merupakan salah satu masalah kesehatan dunia karena

prevalensinya terus meningkat, tidak hanya menyebabkan gagal ginjal

tetapi juga menyebabkan masalah pada sistem kardiovaskular dan

menyebabkan kematian, serta sebagian besar penyakit gagal ginjal baru

terdiagnosis pada derajat akhir.

Penyebab tersering terjadinya CKD adalah diabtes mellitus dan

tekanan darah tinggi, yaitu sekitar dua pertiga dari seluruh kasus (National

Kidney Foundation, 2015), di Indonesia menurut Perhimpunan Nefrologi

Indonesia (Pernefri, 2000) mencatat beberapa etilogi penyakit gagal ginjal

sebagai berikut; Glomerulonefritis 46.39%, Diabetes melitus 18.65%,

obstruksi dan infeksi 12.85%, Hipertensi 8.465%, sebab lain 13.65%.

Menurut WHO (2008), CKD dan saluran perkemihan telah

mengakibatkan kematian sebesar 850.000 orang setiap tahunnya.

Indonesia merupakan negara dengan tingkat penderita CKD yang cukup

tinggi (Alam & Hadibroto, 2007).


Prevalensi CKD diseluruh dunia sekitar 5-10%, di Amerika Serikat

pada tahun 1999-2004 adalah 13,1% yang terdiri dari 1,8% derajat 2, 7,7%

derajat 3, dan 0,35% derajat 4 (Report Of Indonesia Renal Registry, 2011).

Pada tahun 2015 lebih dari 20 juta atau lebih dari 10% orang dewasa di

Amerika Serikat memiliki penyakit CKD, salah satu penyebab kematian di

US adalah CKD dan merupakan urutan ke 9 dalam daftar penyebab

kematian terkemuka (National Kideny Disease Fact Sheet, 2014).

Di Indonesia diperkirakan insiden penyakit CKD tahap akhir

adalah sekitar 23,4 per juta populasi, pada tahun 2006 terdapat sekitar

10.000 orang yang menjalani terapi hemodialisa (R.M Suryadi Tjekyan

(2012) dalam artikel nya “Prevalensi dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal

Kronik di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2012”).

Prevalensi nasional penderita CKD sebesar 0,2%. Jika saat ini penduduk

Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 504.248 jiwa yang

menderita CKD (0,2% x 252.124.458 jiwa* = 504.248 jiwa). (Pusat Data

dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis melihat peningkatan

penyakit gagal ginjal di Global maupun di Indonesia sendiri melonjak

setiap tahun. Berdasarkan data yang di uraikan penulis, maka pada

penyakit gagal ginjal kronis (CKD) juga terjadi peningkatan setiap tahun
secara dunia maupun di Indonesia sendiri. Hal tersebut membuat penulis

tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan kepada pasien CKD guna

memfasilitasi pemberian perawatan yang berkualitas, mendokumentasi

kemajuan yang berfokus pada pasien, serta melakukan komunikasi dengan

pasien untuk tujuan pemberian asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien

dengan CKD berdasarkan latar belakang yang penulis tulis pasien CKD

semakin tahun semakin melonjak di Indonesia.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujan Umum

Melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan CKD on HD di

ruang Gilead Siloam Hospitals Kebon Jeruk secara holistik dengan

memperhatikan aspek keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan secara komperhensif

berdasarkan pola Gordon

b) Menentukan diagnosa keperawatan sesuai kondisi klien

c) Menentukan intervensi yang tepat pada klien dengan CKD on HD

d) Melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilakukan

D. Manfaat Penulisan

1.3.1 Bagi Pendidikan


Untuk menambah pengetahuan dan wawasan keilmuankeperawatan serta

penerapan asuhan keperawatan melalui studikasus pada klien dengan CKD

ON HD yang dilakukanpenulis.

1.3.2 Bagi Pasien

Mendapatkan asuhan keperawatan yang berkualitas berdasarkanintervensi

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penyusunan makalah ini yaitu di Ruang Gilead Siloam
Hospital Kebon Jeruk
F. Metode Penulisan
Metode penulisan dari makalah ini yaitu sesuai dengan penyusunan karya tulis
ilmiah dari Siloam Hospital Kebon JerukLaporan kasus ini terdiri dari lima bab
yang disusun dengansistematikan penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisanbaik secara
umum dan khusus, manfaat penulisan, dansistematika penulisan.
BAB II: Konsep Dasar Teori terdiri dari tinjauan teoritis secaramedis meliputi
definisi, klasifikasi, etiologi, anatomi danfisiologi secara fokus, patofisiologi
berupa narasi dan baganpathway, manifestasi klinis sesuai pola Gordon,
pemeriksaandiagnostic, penatalaksanaan medis, komplikasi dan prognosis.
Selanjutnya yaitu tinjauan teoritis keperawatan meliputi diagnosa keperawatan
dan rencana asuhan keperawatan.
BAB III: Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, analisa data
hinggamerumuskan diagnosa keperawatan sesuai prioritas,perencanaan,
implementasi dan evaluasi keperawatan
BAB IV: Pembahasan kasus tentang perbandingan teori dan praktik
BAB V: Kesimpulan dan saran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medik


1. Definisi
Gagal Ginjal kronik /Chronic Kidney Disease adalah terjadi penurunan
progresif jaringan fungsi ginjal dan berkembang tanpa gejala selama
beberapa tahun (Black & Hawks, 2013).Gagal ginjal kronik adalah
semua proses penyakit yang mengakibatkan kehilangan nefron secara
progresif (Chris O’Callaghan. ,2009).Gagal Ginjal kronik/Chronic
Kidney Desease yaitu, merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversible di mana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan metabolisme
(Smeltzer & Bare, 2002).
Chronic Kidney Disease adalah suatu kondisi di mana ginjal rusak dan
tidak dapat menyaring darah seperti ginjal yang sehat (National
Chronic Kidney Disease Fact Sheet, 2014). Istilah “Chronic Kidney
Disease” berarti kerusakan abadi pada ginjal yang dapat menjadi lebih
buruk dari waktu ke waktu. Jika kerusakan sangat buruk, ginjal anda
mungkin berhenti bekerja. Ini di sebut gagal ginjal, atau penyakit
ginjal stadium akhir (ESRD). Jika ginjal gagal dalam bekerja maka
akan membutuhkan dialysis atau transplantasi ginjal untuk hidup
(American Kidney Fund, 2016).

1. Anatomi Fisiologi
Ginjal merupakan organ yang berpasangan dan setiap ginjal memiliki
berat kurang lebih 125 gr. Panjang masing-masing ginjal adalah 6-7 ½
sentimeter dan tebal 1½ - 2 ½ sentimeter, terletak pada posisi sebelah
lateral vertebra torakalis bawah, beberapa sentimeter di sebelah kanan
dan kiri garis tengah. Organ ini terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang
dikenal sebagai kapsula renis. Di sebelah anterior, ginjal dipisahkan dari
kavum abdomen dan isinya oleh lapisan peritoneum. Di sebelah
posaterior organ tersebut dilindungi oleh dinding korteks bawah. Darah
dialirkan ke dalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari
dalam ginjal melalui membawa darah kembali ke dalam vena kava
inferior. Ginjal dapat membersihkan limbah dari dalam darah, dan fungsi
ini dilaksanakannya karena aliran darah yang melalui ginjal jumlahnya
sangat besar, 25 % dari curah jantung.

Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan


bagian internal yang dikenal sebagai medulla. Pada manusia, setiap ginjal
tersusun dari kurang lebih 1 juta nefron. Nefron merupakan unit
fungsional dari ginjal. Nefron terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah
tubulus. Seperti halnya pembuluh kapiler, dinding kapiler glomerulus
tersusun dari lapisan sel-sel endotel dan membran basalis. Sel-sel epitel
berada pada salah satu sisi membrane basalis san sel-sel endotel pada sisi
yang lainnya. Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang
terbagi menjadi tiga bagian, tubulus proksimal, ansa Henle, dan tubulus
distal. Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul atau
duktus koligentes. Duktus ini berjalan lewat korteks dan medulla renal
untuk mengosongkan isinya ke dalam pelvis ginjal.
Gambar : Ginjal ( http://www.google.com )

Gambar : Glomerulus ( http://www.google.com )


Fisiologi Ginjal.

Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan


komposisi cairan ekstra sel dalam batas normal . komposisi dan volume
cairan ekstra sel dikontrol oleh filtrasi glomerulus ,reabsorbsi,dan eksresi
tubulus.

a. Fungsi utama ginjal adalah :


1) Fungsi eksresi.
a) Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 m-osmol
dengan mengubah-ubah eksresi air.
b) Mempertahankan kadar masing-masing elktrolit plasma
dalam batas normal.
c) Mempertahankan PH plasma sekitar 7,4 dengan
mengeluarkan kelebihan H+ dan membentuk kembali
HCO3
d) Mengeksresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme
protein terutama urea, asam urat dan kreatinin.

2) Fungsi non-eksresi.
a) Menghasilkan renin, penting untuk pengaturan tekanan
darah.
b) Menghasilkan eritropoetin , factor penting dalam stimulasi
produksi sel darah merah oleh sumsum tulang .
c) Metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
d) Degradasi insulin.
e) Menghasilkan prostaglandin.
b. Proses pembentukan urine.
1) Proses Filtrasi.
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah melalui
glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron
tersusun dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah lewat
vasa aferen dan mengalirkan darah balik lewat vasa eferen.
Tekanan darah menentukan berapa tekanan dan kecepatan aliran
darah yang melalui glomerulus. Ketika darah berjalan melewati
struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang kecil
akan dibiarkan lewat, sementara molekul-molekul yang besar
tetap tertahan dalam aliran darah. Cairan disaring lewat jonjot-
jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus. Cairan ini
dikenal sebagai “filtrat”.

2) Proses Reabsorbsi
Proses reabsorbsi berlangsung pada tubulus proksimal,
ansa Henle, tubulus distal dan duktus koligens. Prinsip
reabsorbsi adalah bila zat tersebut masih dibutuhkan oleh tubuh
maka akan di reabsorbsi dan jika tidak akan dibuang.

Disini terjadi penyerapan kembali sebagian dari air,


glukosa, sodium, chloride, phosfat, sulfat, dan beberapa ion
bicarbonate.

3) Proses Sekresi
Sisa hasil reabsorbsi akan dialirkan ke papilla renalis dan
diteruskan ke pelvis renalis dan selanjutnya diteruskan keluar
sebagai urine.

c. Pengaruh Hormon Terhadap Fisiologi Ginjal


Pengaturan akhir dari urine diatur oleh 3 jenis
homon.Osmoreseptor pada hipotalamus sangat sensitif terhadap
osmolaritas serum. Selama dehidrasi osmolaritas serum meningkat.
Osmoreseptor ini merangsang sekresi ADH (Anti-deuretik Hormon)
untuk meningkatkan permeabilitas sel tubulus koligens terhadap air.

Hormon lain yang mempengaruhi konsentrasi urine adalah


renin. Bila laju filtrasi glomerulus turun karena dehidrasi atau
kehilangan darah maka kadar natrium dibawah normal maka ginjal
akan dirangsang untuk mensekresi renin. Renin mengubah
angeotensin yang disekresi hati menjadi angeotensin I Sel kapiler
paru- paru selanjutnya mengubah angiotensin I menjadi angiotensin
II Angiotensin II menkontriksi otot polos disekeliling arteriole . Hal
ini meningkatkan tekanan darah dan selanjutnya meningkatkan LFG
Angiotensin juga merangsang sekresi hormone aldosteron yang
mempengaruhi osmolaritas urine. Korteks adrenal jika dirangsang
oleh angeotensin II akan mensekresi aldosteron yang dapat
meningkatkan reabsorbsi air di ginjal , meningkatkan tekanan darah
dan menurunkan osmolaritas serum.

d. Keseimbangan Asam Basa Ginjal


Ginjal mengontrol keseimbangan asam basa dengan
mengeluarkan urine yang asam atau yang basa . Pengeluaran urine
yang asam akan mengurangi jumlah asam dalam jaringan
ekstraseluler, sedangkan pengeluaran urine basa berarti
menghilangkan basa dari cairan ekstraseluler .Mekanisme eksresi
urine asam atau basa oleh ginjal adalah sejumlah besar ion
bikarbonat disaring secara terus menerus kedalam tubulus dan bila
ion bikarbonat dieksresi kedalam urine maka keadaan ini akan
menghilangkan basa dari darah. Sebaliknya sejumlah ion
hidrokarbon juga disekresi kedalam lumen tubulus oleh sel-sel epitel
tubulus yang akan menghilangkan asam dari darah.

Bila lebih banyak ion hydrogen yang disekresi dari pada ion
bikarbonat yang disaring maka akan terdapat kehilangan asam dari
cairan ekstraseluler , sebaliknya bila lebih banyak bikarbonat
disaring dari pada hydrogen disekresikan maka akan terjadi
kehilangan basa.

e. Transport Urine Dari Ginjal Ke Kandung Kemih


Urine mengalir dari duktus koligens masuk ke kaliks renalis
kemudian meregangkan kaliks renalis dan meningkatkan
aktivitasnya yang kemudian mencetuskan kontraksi peristatik
menyebar ke pelvis renalis kemudian turun sepanjang ureter. Dengan
demikian mendorong urine dari pelvis renalis ke arah kandung
kemih. Dinding ureter terdiri dari otot polos dan dipersarafi oleh
saraf simpatis. Kontrasi peristaltic pada ureter ditingkatkan oleh
rangsangan para simpatis dan dihambat oleh rangsangan simpatis.
Ureter memasuki kandung kemih dengan menembus otot
detrusor di daerah trigonum kandung kemih dengan menembus otot
detrusor di daerah trigonum kandung kemih sepanjang beberapa
sentimeter. Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kandung
kemih cenderung menekan ureter dengan demikian mencegah aliran
balik urine dari kandung kemih sewaktu terjadi kompresi kandung
kemih . Setiap gelombang peristaltik terjadi ketika ureter akan
meningkatkan tekanan dalam ureter sehingga bagian yang
menembus kandung kemih membuka dan memberikan kesempatan
urine mengalir ke dalam kandung kemih.

2. Etiologi
Adapun penyebab atau etiologi dari Gagal Ginjal Kronik yaitu:
a.Adanya penyakit sistemik misalnya Diabetes Mellitus.
b. Glomerulonefritis kronik.
c. Pielonefritis.
d. Hipertensi yang tidak dapat dikontrol .
e. Obstruksi traktus urinarius.
f. Lesi herediter misalnya,penyakit ginjal polikistik; gangguan
vaskuler; infeksi; medikasi; atau agens toksik.
g. Lingkungan dan agens berbahaya yang mempengaruhi gagal
ginjal kronis mencakup timah, kromium, merkuri dan
cadmium.

3. Patofisiologi (Pathways terlampir)


Fungsi renal menurun menyebabkan tertimbunnya produk akhir
metabolisme protein dalam darah, sehingga mengakibatkan
terjadinya uremia yang mempengaruhi semua sistem
tubuh.Semakin banyak timbunan produksi sampah, maka gejala
semakin berat.
Gangguan clearance renal terjadi akibat penurunan jumlah
glomerulus yang berfungsi. Penurunan laju filtrasi glomerulus
dideteksi dengan memeriksa clearance kreatinin urine tamping 24
jam yang menunjukkan penurunan clearance kreatinin dan
peningkatan kadar kreatinin serum.
Retensi cairan dan natrium dapat mengakibatkan edema, CHF,
dan hipertensi. Hipotensi dapat terjadi karena aktifitas aksis renin
angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi
aldosteron. Kehilangan garam mengakibatkan risiko hipotensi dan
hipovolemia. Muntah dan diare mengakibatkan perpisahan air dan
natrium sehingga status uremik memburuk.
Asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu mensekresi asam
( H+ ) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam akibat tubulus ginjal
tidak mampu mensekresi amonia ( NH3- ) dan mengabsorbsi natrium
bikarbonat ( HCO3- ). Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain
terjadi.
Anemia terjadi akibat produksi eritropoetin yang tidak memadai,
memendeknya usia sel darah merah, defisnsi nutrisi, dan kecenderungan
untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien terutama dari
saluran pencernaan. Eritropoetin yang diproduksi oleh ginjal,
menstimulasi sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah, dan
produksi eritropoietin menurun sehingga mengakibatkan anemia berat
yang disertai keletihan, angina dan sesak napas.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan
metabolisme. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan
timbal balik. Jika salah satunya meningkat, makafungsi yang lain akan
menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, maka
meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar kalsium serum
menurun. Penurunan kadar kalsium serum seresi parathormon dari
kelenjar paratiroid. Tetapi, gagal ginjal tubuh tidak merespon normal
terhadap peningkatan sekresi parathormon, sehingga kalsium di tulang
menurun, menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang.
Demikian juga vitamin D ( 1,25 dehidrokolekalsiferol ) yang dibentuk di
ginjal menurun seiring perkembangan gagal ginjal.

Adapun pembagian stadium-stadium Gagal Ginjal Kronik :

a. Stadium 1, dengan GFR normal (> 90 ml/min)


Seseorang yang berada pada stadium 1 gagal ginjal kronik (GGK)
biasanya belum merasakan gejala yang mengindikasikan adanya
kerusakan pada ginjalnya. Hal ini disebabkan ginjal tetap berfungsi
secara normal meskipun tidak lagi dalam kondisi tidak lagi 100
persen, sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui kondisi
ginjalnya dalam stadium 1
b. Stadium 2, dengan penurunan GFR ringan (60 s/d 89 ml/min)
Sama seperti pada stadium awal, tanda – tanda seseorang berada
pada stadium 2 juga dapat tidak merasakan gejala yang aneh karena
ginjal tetap dapat berfungsi dengan baik. Kalaupun hal tersebut
diketahui biasanya saat penderita memeriksakan diri untuk penyakit
lainnya seperti diabetes dan hipertensi.
c. Stadium 3, dengan penurunan GFR moderat ( 30 s/d 59 ml/min )
Gejala- gejala juga terkadang mulai dirasakan seperti :
Fatique : rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.
Kelebihan cairan : Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal
membuat ginjal tidak dapat lagi mengatur komposisi cairan yang
berada dalam tubuh. Hal ini membuat penderita akan mengalami
pembengkakan sekitar kaki bagian bawah, seputar wajah atau
tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akibat teralu
banyak cairan yang berada dalam tubuh.
Perubahan pada urin : urin yang keluar dapat berbusa yang
menandakan adanya kandungan protein di urin. Selain itu warna urin
juga mengalami perubahan menjadi coklat, orannye tua, atau merah
apabila bercampur dengan darah. Kuantitas urin bisa bertambah atau
berkurang dan terkadang penderita sering terbangun untuk buang air
kecil di tengah malam.
Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal
berada dapat dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai
masalah ginjal seperti polikistik dan infeksi
d. Stadium 4, dengan penurunan GFR parah ( 15 s.d 29 ml/min)
Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15 – 30 persen saja dan
apabila seseorang berada pada stadium ini maka sangat mungkin
dalam waktu dekat diharuskan menjalani terapi pengganti ginjal /
dialisis atau melakukan transplantasi.
e. Stadium 5, penyakit ginjal stadium akhir/ terminal (<15 ml/min)
Pada stadium ini disebut sebagai fase terminal, dimana komplikasi
dan efek samping semakin terlihat. Respon terhadap terapi
konservatif tidak lagi adekuat.

4. Manifestasi Klinik
Karena pada Gagal Ginjal Kronis setiap kondisi tubuh
dipengaruhi oleh uremia, maka pasien akan memperlihatkan
sejumlah tanda dan gejala.
Secara umum manifestasi klinis dari GGK dapat dilihat dari
berbagai gangguan sistem yang timbul :
a) Sistem Gastrointestinal : Napas berbau amonia, ulserasi
saluran pencernaan, perdarahan GI, anoreksia, konstipasi dan
diare, mual, muntah.
b) Sistem Integument : Warna kulit abu-abu, ekimosis, pruritus,
kuku tipis dan rapuh, kulit kering bersisik, rambut tipis dan
kasar.
c) Sistem Hematology : Anemia, perdarahan meningkat.
d) Sistem Saraf dan Otot : Kram otot, kekakuan otot hilang,
fraktur tulang, neuropati perifer, sakit kepala, letargi, bingung/
disorientasi, koma., kejang.
e) Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi, pitting edema pada kaki,
tangan dan sacrum, edema periorbital, pembesaran vena leher.
f) Sistem Endokrin : Hiperlipidemia, gangguan hormon seks,
menyebabkan penurunan libido, impoten, dan aminorhoe pada
wanita.
g) Gangguan sistem respirasi : Sputum kental, edema paru, efusi
pleura, pernapasan kussmaul, napas dangkal.
h) Elektrolit : Hiperposfatemia, hiperkalemia, hiperkalsemia

5. Pemeriksaan Penunjang
a) Urine
1) Volume : Biasanya kurang dari 400 ml / 24 jam atau urine
tidak ada.
2) Warna : Secara abnormal urine yang berwarna keruh
mungkin disebabkan oleh pus, bakteri, lemak.
3) Protein : Derajat tinggi, proteinuria secara kuat
menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen
juga ada.
4) Klirens Kreatinin : Menurun.
b) Darah :
1) BUN/ Kreatinin : Meningkat, biasanya meningkat dalam
proporsi. Kadar Kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir.
2) Hitung darah lengkap : Hematokrit, menurun pada adanya
anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gram/dl.
3) Sel darah merah : waktu hidup sel darah merah menurun
pada defisiensi eripropoetin.
4) Magnesium/fosfat meningkat.
5) Kalsium menurun.
6) Protein khususnya albumin : Kadar serum menurun dapat
menunjukkan kehilangan protein melalui urine, perpindahan
cairan, penurunan pemasukan, atau penurunan sintesis
karena kurang asam amino esensial.
c) Arteriogram ginjal : Mengkaji sirkulasi ginjal dan
mengidentifikasi ekstravaskuler, massa.
d) Ultrasono ginjal : Menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
e) Biopsi ginjal : Dilakukan secara endoskopik untuk menetukan
sel jaringan untuk diagnosis histologis.
f) Endoskopi ginjal : Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal:
keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumorselektif.
g) EKG : Menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam/basa.

6. Penatalaksanaan Medik
a. Farmakologik :
1) Pemberian antihipertensif yang bertujuan mengendalikan
tekanan darah pasien.
2) Penanganan anemia pada gagal ginjal kronis ditangani dengan
Epogen (eritropoietin manusia rekombinan). Diberikan secara
intravena atau subkutan 3 kali seminggu.
3) Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.
Obat-obatan diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium
hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia;
b) Non Farmakologik :
Dialysis.
Tindakan dialysis terbagi atas dua yaitu:
1) Dialisis peritoneum yang terbagi lagi atas tiga yaitu:
- Dialysis peritoneum intermitten.
- Dialysis peritoneum ambulatory kontinu.
- Terapi penggantian renal kontinu.
2) Hemodialisis.
3) Tindakan operatif misalnya transplantasi ginjal.

a. Komplikasi
Gagal ginjal kronik mempunyai komplikasi yaitu :
a. Hiperkalemia.
Hiperkalemia terjadi akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolic,
katabolisme dan masukan diet berlebih.

b. Perikarditis.
Perikarditis timbul akibat efusi pericardial dan tamponase
jantung akibat retensi produk sampah uremik dan dialysis yang
tidak asekuat.
c. Hipertensi.
Akibat adanya retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin-angiotensin-aldosteron.
d. Anemia.
Anemia timbul akibat adanya penurunan eritropoietin,
penurunan rentang usia sel darah merah, perdrahan
gastrointestinal akibat irtasi oleh toksin dan kehilangan darah
selama hemodialisis.
e. Penyakit tulang
Penyakit tulang terjadi akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolisme vitamin D abnormal, dan
peningkatan kadar aluminium.
c) Konsep Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode di mana suatu konsep
ditetapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini disebut juga sebagai problem
solving yang memerlukan ilmu, teknik dan dan keterampilan interpersonal
dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien / keluarga. Proses
keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan berhubungan
dengan : pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
( Iyer et al, 1996).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu proses keperawatan yang merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien ( Nursalam, 2001).
Adapun hal-hal yang dapat dikaji pada pasien dengan Chrinic
Kidney Desease (CKD) yaitu:
a. Pola nutrisi metabolic :
1) Mual.
2) Nyeri ulu hati.
3) Tidak ada nafsu makan/anoreksia.
4) Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan
(dehidrasi).
5) Perubahan turgor kulit/kelembaban kulit.
b. Pola eliminasi :
1) Peningkatan frekuensi berkemih ( poliuria ) atau penurunan
frekuensi berkemih ( oliguria ).
2) Retensi urine.
3) Abdomen kembung.
4) Diare, konstipasi.
5) Perubahan warna urine misalnya kuning pekat, coklat, merah,
berawan.
c. Pola aktifitas dan latihan :
1) Merasa letih dan lemah.
2) Kesulitan bernapas: takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi,
kedalaman (pernapasan kussmaul)
3) Disritmia jantung.
4) Nadi lemah/halus, hipotensi ortostatik.
5) Nadi kuat.
6) Edema jaringan umum.
7) Pucat, kecenderungan perdarahan. napas ammonia, batuk
produktif dengan sputum kental merah muda.
d. Pola tidur dan istirahat.
1) Gelisah
2) Insomnia, somnolen.
e. Pola persepsi kognitif.
1) Nyeri tubuh.
2) Sakit kepala.
3) Penglihatan kabur.
4) Mengalami kram otot.
5) Gelisah.
6) Gangguan status mental, misalnya penurunan lapang perhatian.
7) Ketidakmampuan berkonsentrasi.
8) Kehilangan memori.
9) Kejang.
f. Pola reproduksi dan seksualitas.
1) Penurunan libido
2) Amenorea
3) Infertilitas

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons
manusia( status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok di mana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
membatasi, mencegah, merubah. (Carpenito, 2000).
Pasien Gagal Ginjal Kronis memerlukan Asuhan Keperawatan yang tepat
untuk menghindari komplikasi akibat menurunnya fungsi renal dan stress
serta cemas dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa ini.
Diagnosa Keperawatan potensial untuk pasien-pasien tersebut adalah:
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran
urine,diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan
membrane mukosa mulut.
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialysis.
e. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan,
perubahan peran, perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual.
f. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum.

3. Intervensi / Perencanaan Keperawatan


Intervensi Keperawatan/Perencanaan Keperawatan adalah
pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau
mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa
keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menetukan diagnosa keperawatan
dan menyimpulkan rencana dokumentasi ( Iyer,Tapitch & Bernocchi-
Losely, 1996)
Adapun Perancanaan Keperawatan yang disusun untuk mengatasi
permasalahan yang dialami oleh penderita Gagal Ginjal Kronik yaitu:
a. Diagnosa Keperawatan I: Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih, dan retensi cairn dan
natrium
Hasil yang diharapkan: Mempertahankan berta tubuh ideal tanpa
kelebihan cairan.

Intervensi:

1) Kaji status cairan, timbang berat badan harian , keseimbangan


masukan dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema, distensi
vena leher, tekanan darah denyut dan irama nadi.
Rasional: Pengkajian merupakan dasar dan data dasar
berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi
2) Batasi masukan cairan .
Rasional: Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh
ideal, haluaran urin, dan respons terhadap terapi.
3) Identifikasi sumber potensial cairan medikasi dan cairan yang
digunakan dan makanan.
Rasional : Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat
diidentifikasi.
4) Jelaskan kepada pasien dan keluarga rasional pembatasan
Rasional :Pemahaman meningkatkan kerja sama pasien dan
keluarga dalam pembatasan cairan
5) Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat
pembatasan cairan.
Rasional :Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan
terhadap pembatasan diet
6) Tingkatkan dan dorong hygiene oral dengan sering.
Rasional : Hygiene oral mengurangi kekeringan membrane
mukosa mulut.
b. Diagnosa Keperawatan II: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan
diet dan perubahan membrane mukosa mulut.
Hasil yang diharapkan: Mempertahankan masukan nutrisi yang
adekuat.

Intervensi:

1) Kaji status nutrisi, perubahan berat badan, pengukuran


antropometrik, nilai laboratorium (elektrolit serum, BUN,
kreatinin, protein, transferin, dan kadar besi).
Rasional : Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan
dan mengevaluasi intervensi.
2) Kaji pola diet nutrisi pasien, riwayat diet, makanan kesukaan,
hitung kalori.
Rasional : Pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan
dalam menyusun menu.
3) Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan
nutrisi:anoreksia, mual atau muntah.Diet yang tidak
menyenangkan bagi pasien.Depresi .Kurang memahami
pembatasan diet, stomatitis.
Rasional: Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang
dapat diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan
diet.
4) Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet.
Rasional: Mendorong peningkatan masukan diet.
5) Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis
tinggi; telur, produk susu, daging.
Rasional : Protein lengkap diberikan untuk mencapai
keseimbangan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
penyembuhan.
6) Anjurkan camilan tinggi kalori, tinggi protein, rendah natrium di
antara waktu makan.
Rasional: Mengurangi makanan dan protein yang dibatasi dan
menyediakan kaloriunutk energy, membagi protein untuk
pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.
7) Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak diberikan
sebelum, makan.
Rasional : Ingesti medikasi sebelum makan menyebabkan
anoreksia dan rasa kenyang.
8) Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan
penyakit ginjal dan peningkatan kadar urea dan kreatinin.
Rasional : Meningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan
antara diet, urea, kasar kreatinin dan penyakit renal.
9) Sediakan daftar makanan yang dianjurkansecara tertulis dan
anjuran untuk memparbaiki rasa tanpa menggunakan natrium
atau kalium
Rasional : Daftar yang dibuat menyediakan pendekatan positif
terhadap pembatasan diet dan merupakan referensi untuk pasien
dan keluarga yang dapat digunakan di rumah.
10) Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan.
Rasional : Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan
dalam menimbulkan anoreksia dihilangkan.
11) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Untuk memantau status cairan dan nutrisi.
12) Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat:
pembentukan edema, penyembuhan yang lambat, penurunan
kadar albumin serum.
Rasional : Masukan protein yang tidak adekuat dapat
menyebabkan penurunan albumin dan protein lain, pembentukan
edema, dan perlambatan penyembuhan.
c. Diagnosa Keperawatan III: Kurang pengetahuan tentang kondisi dan
penanganan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
Hasil yang diharapkan : Meningkatkan pengetahuan mengenai
kondisi dan penanganan yang bersangkutan.

Intervensi :

1) Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal,


konsekuensinya, dan penanganannya, penyebab gagal ginjal
pasien, pengertian gagal ginjal. Pemahaman mengenai fungsi
renal, hubungan antara cairan, pembatasan diet dengan gagal
ginjal, rasional penanganan (hemodialisis, dialisisi peritoneal,
transplantasi).
Rasional : Merupakan instruksi dasar untuk penjelasan dan
penyuluhan lebih lanjut.
2) Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai
dengan tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar.
Rasional : Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan
penanganan setelah mereka siap untuk memahami dan
menerima diagnosis dan konsekuensinya.
3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami
berbagai perubahan akibat penyakit dan penanganan yang
mempengaruhi hidupnya.
Rasional : Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak tidak
harus berubah akibat penyakit.
4) Sediakan informasi baik tertulis maupun secara oral dengan
tepat tentang fungsi dan kegagalan renal, pembatasan cairan dan
diet, medikasi, melaporkan masalah, tanda dan gejala, jadwal
tindak lanjut, sumber di komunitas, pilihan terapi.
Rasional: Pasien memiliki informasi yang dapat digunakan
untuk klarifikasi selanjutnya di rumah.
d. Diagnosa Keperawatan IV : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur produk
dialysis.
Hasil yang diharapkan : Berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat
ditoleransi.

Intervensi :

1) Kaji faktor yang menimbulkan keletihan, anemia. Ketidak


seimbangan cairan dan elektrolit, retensi produk samapah,
depresi.
Rasional : Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat
keletihan.

2) Tingkatkan kemandirian dalam aktifitas perawatan diri yang


dapat ditoleransi; bantu jika keletihan terjadi.
Rasional : Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat
keletihan.

3) Anjurkan aktifitas alternative sambil istirahat.


Rasional : Mendorong latihan dan aktifitas dalam batasan-
batasan yang dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat.

4) Anjurkan untuk beristirahat setelah dialysis.


Rasional : Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialysis
yang bagi banyak pasien sangat melelahkan.

e. Diagnosa Keperawatan V : Gangguan harga diri berhubungan


dengan ketergantungan, perubahan peran , perubahan citra tubuh
dan fungsi seksual.
Hasil yang diharapkan : Memperbaiki konsep diri.
Intervensi :
1) Kaji respon dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit
dan penanganan.
Rasional : Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan
keluarga dalam menghadapi perubahan dalam hidup.
2) Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga terdekat.
Rasional : Penguatan dan dukungan terhadap pasien
diidentifikasi.
3) Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga.
Rasional : Pola koping yang telah efektif di masa lalu mungkin
potensial destruktif ketika memadang pembatasan yang
ditetapkan akibat penyakit dan penanganan.
4) Ciptakan diskusi terbuka tentang parubahan yang terjadi akibat
penyakit dan penanganan, perubahan peran, perubahan gaya
hidup, parubahan dalam pekerjaan, perubahan seksual,
ketergantungan pada tim tenaga kesehatan.
Rasional : Pasien dapat mengidentifikasi masalah dan langkah-
langkah yang diperlukan untuk mnghadapinya.
5) Gali cara alternative untuk ekspresi seksual lain setelah
hubungan seksual.
Rasional: Bentuk alternative ekspresi seksual dapat diterima.
6) Diskusikan peran memberi dan menerima cinta, kehangatan,
dan kemesraan
Rasional : Seksualitas mempunyai arti yang berbeda bagi tiap
individu, tergantung pada tahap maturasinya.

f. Diagnosa Keperawatan VI : Risiko tinggi kerusakan integritas kulit


berhubungan dengan peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum.
Hasil yang diharapkan: Mempertahankan kulit utuh.
Intervensi :
1) Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vascular.
Perhatikan kemerahan, ekskoriasi. Observasi terhadap ekimosis,
purpura.
Rasional : Menandakan area sirkulasi buruk/kerusakan yang
dapat menimbulkan pembentukan dekubitus/ infeksi.
2) Inspeksi area tergantung terhadap edema.
Rasional : Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan
yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan pada
tingkat seluler.
3) Ubah posisi dengan sering; gerakkan pasien dengan perlahan;
beri bantalan pada tonjolan tulang dengan kulit.
Rasional : menurunkan tekanan pada edema, jaringan dengan
perfusi buruk untuk menurunkan iskemia. Peninggian
meningkatkan aliran balik statis vena terbatas/ pembentukan
edema.
4) Berikan perawatan kulit,batasi penggunaan sabun, berikan salap
atau krim, misalnya Lanolin, Aquaphor.
Rasional : Soda kue, mandi dengan tepung menurunkan gatal
dan mengurangi pngeringan daripada sabun. Losion dan salep
mungkin diinginkan untuk menghilangkan kering, robekan kulit.
5) Pertahankan linen kering, bebas keriput.
Rasional : Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit.
6) Anjurkan menggunakan pakaian katun longgar.
Rasional : Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan
evaporasi lembab pada kulit.
7) Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin
untuk memberikan tekanan (daripada garukan) pada area
pruritus. Pertahankan kuku pendek, berikan sarung tangan
selama tidur bila diperlukan.
Rasional : Menghilangkan ketidaknyamanan dan mengurangi
risiko cedera dermal.
4. Perencanaan Pulang ( Discharge Planning )
Adapun penyuluhan yang harus diberikan perawat kepada pasien
dan keluarga untuk pertimbangan perawatan di rumah, sebagai berikut :
a. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala
perburukan penyakit Gagal Ginjal Kronis misalnya mual, muntah,
penurunan haluaran urin, napas berbau amonia.
b. Menjelaskan mengenai tujuan, efek samping, efek yang diharapkan,
dosis dan jadwal medikasi.
c. Menganjurkan untuk menghindari pengukuran tekanan darah pada
lengan yang mendapat akses vascular.
d. Memberikan pertimbangan dan dukungan kepada pasien dan
keluarga dalam menghadapi dilisis dan implikasi jangka panjangnya.
e. Menganjurkan kepada pasien dan keluarga untuk patuh terhadap
nutrisi yang direkomendasikan oleh ahli gizi.

BAB III

TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN

I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama Initial : Tn. G. B
Umur : 69 tahun
Status perkawinan : Menikah
Jumlah anak : 4 Anak
Agama/ suku : Khatolik
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pensiun

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. I
Umur : 65 tahun
Hubungan
: Istri
dengan pasien

II. DATA MEDIK


Diagnosa Medik : CKD ON HD
Saat masuk : CAD st. V, Dyspepsia, DM type II
Saat Pengkajian : CKD ON HD

III. KEADAAN UMUM


4.1.1 Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Klien mengatakan ke RS karena klien mengalami sakit hebat pada

daerah pinggang sampai tidak sadarkan diri selama 10 menit, klien sudah

mengalami penyakit ginjal dari desember tahun 2018 namun menganggap

itu hal yang biasa saja. Ketika klien mengalami sakit dirumah biasanya klien

hanya mengkonsumsi obat warung yaitu paracetamol, panadol, klien sudah

di diagnosa CKD stage 5 oleh dokter dan harus melakukan haemodialisis

namun klien menolak untuk melakukan terapi tersebut karena persepsi klien

orang yang melakukan haemodialisis akan cepat meninggal. Berdasarkan


data dari klien, di rumah selama 4 hari perut klien bengkak dan sesak (+)

ketika merasakan nyeri pada perut, mual muntah (+) setelah makan, disertai

demam.

5. Riwayat Penyakit Sekarang

Sesak seperti napas pendek, tampak pucat CRT lebih dari 3 detik, nyeri

dibagian perut, mual muntah, perut bengkak, dan juga mengalami gatal pada

kulit dan kulit tampak luka, riwayat CKD dan menolak melakukan

hemodialisis.

6. Riwayat Perawatan dan Kesehatan Dahulu

Riwayat kesehatan dulu menurut klien sebelumnya tidak mempunyai

penyakit seperti diabetes melitus, hipertensi , CKD maupun penyakit

lainnya. Orang tua klien sudah lama meninggal dan tidak memiliki riwayat

penyakit yang kronis.

7. Riwayat Kesehatan Keluarga

Menurut klien, dalam anggota keluarga tidak mengalami penyakit DM,

CKD dan penyakit kronis lainnya. Ibu dan Ayah dari klien meninggal

dikarenakan sudah tua, riwayat penyakit hipertensi dan infeksi perkemihan ,

penyakit hereditas serta penyakit menular tidak dialami dalam anggota

keluarga.

8. Integritas Ego

Faktor yang menyebabkan timbulnya gejala penyakit ketika sedang lelah

ketika membantu istri mengantar barang jualan ke pasar, klien merasakan

nyeri dibagian punggung .


9. Eliminasi

Meliputi penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen kembung,

diare, atau konstipasi. Tandanya perubahan warna urine, kuning pekat,

merah, coklat, berawan dan oliguria dapat menjadi anuria.

10. Nyeri/Kenyamanan

Terasa nyeri dibagian punggung (7/5), sakit pada kepala, terasa keram

pada ujung-ujung jari serta pasien merasakan gelisah pada malam hari.

11. Seksualitas

Istri klien mengatakan berhubungan intim dengan suami 2 kali dalam

sebulan.

12. Interaksi Sosial

Klien sangat berusaha dalam mempertahankan fungsi dan peran dalam

rumah tangga, dalam kondisi sakit biasanya klien mengkonsumsi obat

warung untuk menghilangkan nyeri dan membantu istri untuk berjualan di

pasar. Interaksi dengan masyarakat juga baik, dengan tetangga rumah juga

baik mengikuti setiap acara di RT.

13. Aktivitas/Istirahat

Sebelum sakit klien tidak terganggu tidur klien, klien bisa tidur dengan

nyenyak paling lama klien istrirahat adalah 7 jam. Pola tidur klien tidak

teratur, ketika awal dirawat di RS tidak bisa tidur dikarenakan gelisah dan
paling lama klien istirahat 2 jam, dikarenakan sakit punggung dan sakit

kepala. Aktivitas yang klien lakukan sebelum mengalami sakit seperti

mengantar istri jualan ke pasar setiap hari, mengikuti acara berasama warga

seperti gotong royong dan juga mengantar kedua cucu ke sekolah. Setelah

klien sakit semua aktivitas yang dilakukan terhambat, klien tidak bisa

mengantar istri dan kedua cucunya lagi, jarang mengikuti gotong royong

bersama warga sekitar, dan klien tidak bisa untuk mengantar kedua cucu ke

sekolah.

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3

Makan/minum 

Mandi 

Toileting 

Berpakaian 

Mobilitas di tempat tidur 

Berpindah/Berjalan 

Ambulasi/ROM 

0 = Mandiri 1=alat bantu 2= Di bantu orang lain 3=Total

TANDA-TANDA VITAL

1. Kesadaran
Skala Coma Glasgow
a. Respon Motorik : 6
b. Respon Bicara : 5
c. Respon Membuka Mata : 4
Jumlah : 15
Kesimpulan : Compos mentis
2. Tekanan Darah : 170/90 mmHg
MAP : 84 mmHg
Kesimpulan : Hipertensi
3. Nadi : 96 x/mnt

Irama :  Teratur Tachycardi Bradicardi

 Kuat Lemah

4. Suhu : 36.2 Oral  Axilla

5. Pernafasan : 20 x/mnt
Cheynes-
Irama :  Teratur Kusmaul Stokes

Jenis :  Dada Perut

A. PENGUKURAN
Tinggi Badan : 167 Cm
Berat badan : 54 Kg
Indeks Massa Tubuh (IMT) : 19,4
Kesimpulan : Klien normal

B. GENOGRAM

Klien

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN
KESEHATAN
1 Keadaan Sebelum : Klien mengatakan dulu kondisinya tidak seperti ini. Klien
sakit mengalami sakit Ginjal karena mempunyai riwayat DM.
Klien mengatakan sebelum sakit Ginjal klien hidup seperti
biasa, tidak suka ngemil, pola makan teratur tetapi sedikit
minum air putih dan dulunya suka minum minuman
bersoda.
Riwayat penyakit saat
2 : DM type II, CKD On HD
ini

Tidak nafsu makan, muntah, mulut tidak enak, seluruh


Keluhan utama :
a. badan terasa lemas, tidak bisa tidur.

Pasien muntah-muntah dan tidak nafsu makan. Muntah


Riwayat keluhan
b. : saat di rumah 3-4 kali dan tidak bisa makan. Muntah warna
utama
coklat, cair dan tidak berisi makanan
Riwayat
c. penyakit yang : DM, Hipertensi
pernah dialami
Riwayat Kesehatan
3 : Ayah klien mempunyai riwayat hipertensi
keluarga
4 Pemeriksaan Fisik : Head to toe
Kebersihan
a. : Bersih, tidak bau
rambut
b. Kulit Kepala : Bersih tidak bau
d. Kebersihan kulit : Kulit bersisik, bersih
Hygiene rongga
e. : Tidak bersih, ada kotoran di selah-selah gigi.
mulut
Kebersihan
e. : Bersih
genetalia
f. Kebersihan anus : Bersih
B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK
Klien makan 3 x sehari, tidak suka ngemil tapi minum air
1. Keadaan Sebelum sakit :
putih sedikit, satu gelas sehari.
Klien muntah 3-4 kali sehari, muntah cair tidak berisi
makanan, berwarna coklat, tidak bisa makan, mulut terasa
2. Keadaan sejak sakit : tidak enak, tidak nafsu makan. Klien hanya mau makan bubur
sumsum tetapi sedikit tapi sering. Makanan yang dihabiskan ¼
dari satu porsi makan.
3. Observasi : Observasi adanya muntah proyektil, banyaknya muntah,
warna,
Pemeriksaan Fisik
Bersih, tipis, rambut kering, teraba kasar, berwarna putih dan
a. Keadaan rambut :
hitam.
b. Hidrasi kulit : Kulit kering tidak berminyak.
c. Palpebrae : Konjungtiva atas dan bawa di kedua mata berwarna pink pucat
/ conjungtiva
d. Sklera : Sklera berwarna putih kekuningan
e. Hidung : Tidak ada kelainan, Tidak ada polip
f. Rongga mulut : Tercium bau khas
Gigi tampak kokoh, sedikit kuning. Ada sekitar 3 gigi yang
g. Gigi :
sudah patah
h. Lidah : Berwarna merah muda
i. Pharing : Tidak ada kelainan, tidak sulit menelan
j. Kelenjar getah : Tidak ada pembengkakan
Bening
Tidak ada kelainan, produksi air ludah terlihat sedikit, mulut
k. Kelenjar parotis :
tampak kering
l. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk : Sedikit rounded
Bayangan : Tidak tampak
Vena
Peristaltik : 10 x/mnt
Auskultasi :
usus
Palpasi : Nyeri : Tidak ada nyeri
Benjolan : Tidak ada benjolan
Perkusi : Ascites Positif Negatif
m. Kulit : Edema Positif Negatif
Icterik Positif Negatif
Tanda tanda radang Tidak ada
n. Lesi : Tidak ada lesi
C. POLA ELIMINASI
Klien mengatakan BAB teratur 1x sehari, tidak ada gangguan
BAB, feses lembek, dibantu sebagian. Sebelum masuk rumah
1. Keadaan Sebelum sakit :
sakit klien mengatakan sudah tidak bisa BAK sejak dulu saat
sakit ginjal.
Sejak sakit klien BAB 3-4 kali cair, nyeri saat BAB berwarna
2. Keadaan sejak sakit : coklat, sedikit dan sering. BAB dibantu total, di tempat tidur
memakai pempers dan underpad.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Peristaltik usus : 10 x/ menit di kuardan kanan bawah
b. Palpasi kandung : Ascites Positif Negatif
kemih
c. Perkusi ginjal : Positif Negatif
Anus tampak tidak menutup, tulang panggul kelihatan dan
D Anus :
teraba.
n. Lesi : Tidak ada lesi
Peradangan : Tidak ada kemerahan
Hemorroid : Tidak ada hemoroid
Pemeriksaan
4.
diagnostik
Laboratorium : Tidak ada
USG : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
5. Therapy : Tidak ada

D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


1. Keadaan Sebelum sakit :
Klien tidak banyak aktivitas di rumah. Sering duduk nonton TV, dan beristirahat. mengantar
barang jualan ke pasar, dan mengantar cucu sekolah.
2. Keadaan sejak sakit :
Sejak sakit klien membatasi aktivitas karena bila terlalu beraktivitas akan sesak. Melakukan
sema aktivitas dibantu, tidak bisa berdidi lama, seluruh kaki dangan mengalami kelemahan.
3. Observasi
a. Aktivitas harian 0 : mandiri

Makan : 3 1 : bantuan dengan alat

Mandi : 3 2 : bantuan orang

Pakaian : 2 3 : bantuan alat dan orang

Kerapihan : 3 4 : bantuan penuh

Buang air besar : 3


Buang air kecil : Tidak ada produksi urin
Mobilisasi di : 3
tempat tidur
b. Postur Tubuh : Simetris
c. Gaya jalan : Sedikit membungkuk, melangkah terjaga, harus dipegang.
d. Disabilitas anggota : Tidak ada
Tubuh

4. Pemeriksaan Fisik

a. CRT : <3 detik

b. Thorax & Paru


Inspeksi
Bentuk Thorax : Normal, simetris
Sianosis : ada sianosis
Palpasi : Pengembangan paru sama
Getaran sama di kedua lapang paru depan dan belakang tapi
Vocal Premitus :
lebih besar getaran di lapang paru bagian atas
Perkusi
Batas hepar : Pekak
Kesimpulan : Teraba getaran lebih besar di lapang paru bagian atas
Auskultasi
Suara nafas : Bronchial
Suara ucapan : Tujuh puluh tujuh
Suara tambahan : Tidak ada
Stridor : Ada
c. Jantung
Inspeksi
Ictus cordis : Tampak pada ICS 5 linea midclavicularis kiri
Palpasi
Ictus cordis : Teraba
Perkusi
Batas atas : Sonor
Batas kanan : Sonor
Batas kiri : Sonor
Auskultasi
BJ II Aorta : SI-SII Reguler, bunyi tunggal
BJ II :
SI-SII Reguler, bunyi tunggal
Pulmonal
BJ I Triskupid : SI-SII Reguler, bunyi tunggal
BJ II Mitral : SI-SII Reguler, bunyi tunggal
BJ II Irama :
Negatif
Gallop
Murmur : Negatif
HR : 87 x/menit
Lengan dan
d.
tungkai
Atrofi otot : Positif Negatif
Rentang gerak : Tidak dibatasi
Kaku sendi : Tidak ada
Uji kekuatan otot
1 2 3 4 5
Kiri :
1 2 3 4 5
Kanan :
Refleks fisiologi : Tidak ada kelainan
Refleks patologi : Tidak ada kelainan
Babinski, :
Positif Negatif
Kiri
Kanan : Positif Negatif
Clubbing finger : Negatif
Varises Tungkai : Tidak ada
Columna
e.
Vetebralis
Inspeksi
Kelainan :
Tidak ada kelainan bentuk
bentuk
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
N. III – IV - VI : Klien mampu menggerakkan bola mata, bola mata kiri dan
kanan dapat bergerak ke superior, inferior, lateral dan oblique,
ukuran pupil 2mm, respon terhadap cahaya positif
N. V Motorik : Tonus otot simetris, reflek kornea baik.
N. VII Motorik : Wajah pasien simetris
N. VIII Romberg :
tidak terkaji
Test
N.XI : Klien mampu menahan bahu untuk bergerak ke atas dan
mampu menoleh ke kiri dan kanan
Kaku kuduk : Negatif
Pemeriksaan
5. : Tidak ada
diagnostik
Laboratorium : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
6. Therapy : Tidak ada

E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT


1. Keadaan Sebelum sakit : Klien tidur 2x sehari,tidur nyenyak
Klien menjadi susah tidur, sering terbangun. Sering tidur siang
2. Keadaan sejak sakit :
tapi tidak lelap.
3. Observasi : pola dan waktu tidur.
Ekspresi wajah : Positif Negatif
mengantuk 

Banyak menguap : Positif  Negatif



Palpebra inferior gelap : Positif  Negatif
4. Therapi : Tidak ada
F. POLA PERSEPSI KOGNITIF
1. Keadaan Sebelum sakit : Klien mampu mengingat dengan baik
Klien mampu mengingat nama perawat dan nama anak yang
2. Keadaan sejak sakit :
menjenguknya.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Penglihatan
Cornea : reflek cornea positif
Visus : Positif
Pupil : Bereaksi terhadap cahaya, ukuran 2mm kiri dan kanan
Lensa mata : Coklat gelap kehitaman,
b. Pendengaran
Kanalis : Baik
Membran
: Baik
Timpani
c. NI : Pasien dapat membedakan bau makanan
d. N II : Visus dan lapang pandang pasien penuh

e. N V Sensorik : Klien mampu menunjkan lokasi yang diberi sentuhan dengan


tepat dan membedakan karakteristik lembut dan tajam
f. N VII Sensorik : Mampu membedakan rasa
N VIII
g. : Tidak terkaji
Pendengaran
Pemeriksaan
4.
diagnostik
Laboratorium : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
5. Therapy : Tidak ada

G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


Klien merasa makan secukupnya bisa membuat sehat. klien
1. Keadaan Sebelum sakit :
menganggap dirinya adalah orang yang beruntung

Klien menganggap dirinya punya banyak uang untuk sembuh


2. Keadaan sejak sakit :
sehingga perawat harus membantunya
3. Observasi
a. Kontak mata : Fokus
b. Rentang Perhatian : Baik
Suara dan cara
c. : Lemas, ada penekanan saat meminta bantuan
bicara
d. Postur Tubuh : Sedikit membungkuk
4. Pemeriksaan Fisik
Kelainan
a. : Tidak ada
Kongenital
b. Abdomen
Bentuk : Sedikit rounded
Bayangan Vena : Tidak tampak
Benjolan massa : Tidak ada
c. Kulit (Masalah : Kering, bersisik, kasar
Kulit)
Penggunaan
d. : Tidak ada
Protesa

H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA


Klien berperan sebagai ibu rumah tangga. Selalu di rumah,
1. Keadaan Sebelum sakit : tidak pernah bekerja, seing nonton TV, mengobrol dengan
anak, bermain dengan cucu

Klien dibantu mobilisasinya di rumah. Jarang bertemu dengan


cucu, komnikasi seadanya dengan anak-anaknya danlebih
2. Keadaan sejak sakit :
banyak berkomunikasi dengan penjaganya (orang yang
merawat klien)

3. Observasi : Hubungan dengan orang lain

I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS


1. Keadaan Sebelum sakit : Sebelum sakit klien sering melakukan hubungan seksual
Klien melakukan hubungan seksual 2x sebulan namun tidak
2. Keadaan sejak sakit :
sering.
3. Observasi : Tidak ada
Pemeriksaan
4.
diagnostik
Laboratorium : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
5. Therapy : Tidak ada
J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP
STRES
Klien sering bermain dengan cucu atau menonton TV,
1. Keadaan Sebelum sakit :
mengantar barang jualan ke pasar.
2. Keadaan sejak sakit : Klien hanya bisa bercerita dengan istrinya.
Koping tidak efektif dari klien misalnya makan tidak sesuai
3. Observasi :
diet, aktivitas yang melebihi kemampuan klien
4. Pemeriksaan fisik
Tekanan Darah
Berbaring : 160/94 mmHg
HR : 92 x/mnt
Kulit
Keringat dingin : Tidak ada
Catapres 150 mg, Mikardis 80 mg, Trajenta 5 mg, Trisedon 35
5. Therapy :
mg.

K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


1. Keadaan Sebelum sakit : Klien percaya kepada Tuhan sebagai Pencipta, pemberi berkat
Klien dengan yakin penyakitnya akan sembuh karena klien
2. Keadaan sejak sakit :
memiliki banyak uang.
3. Observasi : Tidak ada
a. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium Darah

Hematology full blood count

Test Result Unit Referance Range

Haemoglobin 8.70 g/dL 13.20-17.30

Hematrocrit 22.20 G 40.00-52.00


RBC 3.05 10^/uL 4.40-5.90

WBC 7.81 10^3/uL 3.80-10.60

MCV L 72.80 fL 80.00-100.00

MCH 28.50 Pg 26.00-34.00

MCHC H 39.20 g/dL 32.00-36.00

Biochemistry

Ureum H 123 Mg/dL <50.00

Creatinine H 9.30 Mg/dL 0.70-1.30

eGFR 5.16 mL/mnt/1.73

m^2

Electrolite (Na, K, Cl)


Test Result Unit Reference range
Sodium (Na) 135 mmol/L 137-145
Color Yellow
Poasium (K) 4.6 mmol/L 3.6-5.0
Apperance Cloudly 1.000-1.030

Specific Gravity 1.010 4.50-8.00

pH 6.0 4.50-8.00 Urinalisis

Leucocyte Esterase (3+) 500 cells/uL Negative

Nitrit Negative Negative

Protein (300+) 300 mg/dL Negative

Urobilinogen 0.2 mg/dL 0.10-1.00


Pagi pukul 06.00-12.00 Intake : 600 cc
Output : 300 cc
Balance : +300 cc

Siang pukul 06.00-12.00

Intake : 800 cc

Output : 600 cc

Balance : +200 cc

Sore pukul 12.00-18.00

Intake : 500 cc

Output : 400 cc

Balance : +100 cc

Malam pukul 18.00-24.00

Intake : 350 cc

Output : 300 cc
Balance : + 50 cc

Intake berupa makanana, minum, beserta cairan infuse pada klien.

Total keseimbangan cairan

Intake : 2050 cc

Output : 1600 cc

Balance : +450 cc

 Pemeriksaan Thorax

Hasil pemeriksaan thorax, jantung CTR 52% Aorta dan mediastinum

superior tidak melebar. Trakea di tengah, kedua hilus tidak menebal, corakan

bronkovaskular kedua paru normal. Tampak infiltrate minimal pada suprahiler,

perihiler bilateral, kedua sinus kostofrenikus lancip, diafragma licin tulang-tulang

dinding dada intak. Dari hasil diatas dapat disimpulkan klien mengalami

pneumonia karena CTR 52%.

 Pemeriksaan Hepar

Besar dan bentuk normal, permukaan rata, liver tip tajam, eko parenkim

homogeny dan tak tampak lesi-lesi fokal. Struktur vascular dan bilaris

intra/ekstrahepatik normal.

 Renal

Ukuran +/- 9.23 X 4.71 cm, tidak tampak tanda bendungan atau batu. Tampak lesi

kistik pada pole tengah ukuran =/-2.23 cm, diferensiasi corticomedullary

menurun, cortex tipis.

 Renal Sinistra
Ukuran +/- 8.51 X 4.78 cm, tidak tampak tanda bendungan atau batu atau SOL

diferensiasi corticomedullary menurun, cortex tipis.

 Spleen besar, bentuk normal dan vena lienalis dalam batas normal.

 Prostat

Besar dan bentuk normal, volume +/-20.3 cm, eko parenkim homogeny, tidak

tampak SOL.

 Resiko Gizi

- Berat badan : 54 kg

- Tinggi badan : 167 cm

- IMT : 19,42 km/m2

- Status gizi : Normal

- Aktiv.Fisik : Mobilisasi aktiv

- Diagnosa : CKD Stage 5, pneumonia, hipokalemia.

Klien mengatakan mengalami penurunan berat badan dalam seminggu terakhir,

berat badan turun 8 kg dari 62 kg . Kebiasaan makan sehari-hari klien saat pagi

yaitu nasi goreng, makan siang nasi, sayur, daging ayam, klien mengaku tidak

makan saat malam hari, selingan makanan klien yaitu teh manis. Istri klien

mengatakan kalau klien sulit untuk diet makanan yang bisa membuat kambuh

penyakitnya dan juga klien jarang untuk mengkonsumsi air mineral sebelum sakit,

dalam sehari klien hanya minum air mineral 600 ml setelah itu tidak lagi

mengkonsumsi air mineral, kebanyakan klien mengkonsumsi minuman bersoda

seperti cola, kuku bima. Namun selama sakit klien mulai menghentikan minuman

bersoda dan rajin untuk meminum air setiap hari dengan teratur, dan klien
dianjurkan untuk minum hanya 2 gelas per hari sudah temasuk makan, dan minum

obat. Obat-obat selama di RS yaitu Bicnat PO 0,15mg, clonidine PO 500mg,

omeperazole P0 40mg, Furosemid IV 60mg, dan dompendone PO 10mg.


Data Subyektif Data Objektif Masalah Keperawatan

-Klien mengatakan mengalami - Klien pergi ke toilet dibantu Kelebihan volume cairan berdasarkan penurunan
penurunan aktivitas beberapa minggu oleh istri. haluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan
ini. - BAK kurang dari 300 cc.s natrium.
Analisa Data -Klien mengatakan BB terakhir 54 kg - Tampak edema pada kedua
-Klien mengatakan butuh bantuan ekstremitas.
untuk pergi ke toilet atau berpindah - Klien tampak menahan nyeri
tempat. pinggang.
-Klien mengatakan sulit untuk buang - Klien tidak bisa melakukan
air kecil. aktivitas dengan bebas
-Klien mengatakan tidak dapat dikarenakan kedua kaki yang
melakukan aktivitas dengan lancar bengkak.
karena kedua kaki terasa berat. - Klien terpasang kateter.
-Terdapat edema pada kedua
estremitas bagian bawah.

-Klien mengatakan belum mandi sejak - Rambut dan gigi klien tampak Defisit perawatan diri.
dirawat di rumah sakit. kotor.
-Klien mengatakan hanya cuci muka - Penampilan klien tampak
saja saat pagi hari, dan malam kurang bersih.
sebelum tidur. - Kuku klien panjang dan kotor.
-Klien mengatakan kalau tidak mampu - Klien tampak menggaruk-
untuk berdiri lama dalam kamar garuk badan karena gatal.
mandi.
-Klien mengatakan akan mandi jika
sudah diberitahu akan pulang dari
rumah sakit.
-Klien mengatakan kedua tangan -Klien tampak menggaruk kedua -Kerusakan integritas kulit berdasarkan pruritus,
sangat gatal dari sebelum masuk tangannya gangguan status metabolik sekunder.
rumah sakit.
- Kulit tangan klien tampak
-Klien mengatakan kalau untuk
merah dan sudah luka juga
menghilangkan rasa gatal klien
memiliki bekas luka
menggaruk menggunakan sisir.
- Kulit kedua kaki klien tampak
-Klien mengatakan baru muncul rasa
memiliki bekas luka.
gatal ketika pinggang terasa sakit atau
nyeri.
-Klien mengatakan tidak kuat
merasakan gatal.

- Klien mengatakan mengalami


- klien tampak Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
penurunan berat badan sebanyak 8 kg
menghabiskan hanya ¼
dari 62 kg menjadi 54 kg dalam 1
porsi makan.
minggu.
- klien tampak mual
Diagnosa Tujuan dan Hasil Kriteria Intervensi Keperawatan Rasional

Kelebihan Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 1. Kaji status cairan : 1.Pengkajian merupakan dasar dan data dasar
volume jam diharapkan edema pada kedua kaki -Timbang berat badan harian. berkelanjutan untuk memantau perubahan dan
cairan tubuh dapat berkurang. -Turgor kulit dan adanya oedema mengevaluasi intervensi.
berhubungan -Distensi vena leher 2.Pembatasan cairan akan menentukan berat
Dengan kriteria hasil : -Tekanan darah, denyut dan irama badan ideal, haluaran urine dan respons
dengan
haluaran nadi. terhadap terapi.
- Bengkak pada kaki berkurang 2. Batasi masukan cairan. 3.Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui
urine, diet - Sesak napas yang dirasakan berukurang 3. Identifikasi sumber cairan: dapat diidentifikasi.
berlebih dan - Kegelisahan yang dirasakan berkurang - Medikasi dan cairan yang 4.Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien
retensi urine. dan keluarga dalam mengalihkan kegelisahan
digunakan untuk pengobatan: oral
dan intravena. pasien, sehingga pasien bisa mengurangi rasa
gelisah.
-Makanan
5.Perubahan ini menunjukkan kebutuhan dialisa
4. Memberitahukan cara untuk segera.
mengalihakan kegelisahan 6.Tanda-tanda vital pada klien penting untuk
misalnya dengan mendengar lagu dilakukan pengkajian karena kita bisa melihat
atau melakukan hal yang mudah apakah TTV klien normal atau tidak.
dan dapat mengurangi
kegelisahan.
5. Pantau kreatinin, ureum.
6. Kaji TTV pada klien.
Kerusakan Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 1. Memberi saran kepada klien untuk 1.Dengan memakai pakaian yang bersh
integritas jam diharapkan rasa gatal dan luka pada memakai baju yang bersih. mengurangi bakteri yang akan membuat kulit
kulit kedua tangan klien berkurang. 2. Memantau kulit tangan adanya lebih kotor.
berhubungan kemerahan, jaringan nefrotik, 2.Monitor dilakukan untuk mengetahui
Dengan kriteria hasil : tanda-tanda infeksi. perubahan yang terjadi pada kulit klien.
dengan
peningkatan 3. Ajarkan keluarga untuk melakukan 3.Pemahaman dari keluarga meningkatkan
- Gatal pada kedua tangan dan badan perawatan luka dan juga ajarkan kerjasama antara perawat dan keluarga supaya
kadar ureum berkurang. keluarga dan klien untuk tidak keluarga lebih memperhatikan kesehatan klien
dan kreatini - Luka pada kedua tangan bisa terkontaminasi dengan kotoran dan juga luka klien.
serum mengalami perubahan yaitu bisa feses dan urin. 4.Kebutuhan mandi sangat penting untuk
berangsung sembuh 4. Sarankan klien untuk mandi. membersihkan diri, apalagi ketika kulit kita
5. Oleskan lotion untuk mengirangi mengalami pruritus, itu akan menambah
gatal. bakteri yang hidup dikulit kita dan juga kuman
6. Pantau ureum dan kreatinin. yang akan menyebabkan gatal pada kulit tidak
kunjung sembuh.
5.Lotion bertujuan agar kulit tidak kering dan
mengurangi gatal, namun dipakai setelah
mandi.
6.Perubahan pada hasil lab mempengaruhi
tingkat racun yang keluar dan menyebabkan
gatal pada tubuh klien, sehingga harus
dipantau ureum dan kreatinin dari klien
tersebut.
Perubahan Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 1.Mengetahui alergi makanan klien. 1. Dengan mengetahui alergi makanan klien,
nutrisi jam diharapkan : 2.Memberi saran untuk klien kita bisa mengatur menu makan klien.
kurang dari meminum vitamin. 2. Vitamin diberikan untuk membantu organ
- Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi 3.Memberikan edukasi berupa gizi tubuh secara maksimal.
kebutuhan
kedepannya. yang cukup bagi klien 3. Edukasi penting bagi keluarga dan klien,
tubuh
- Klien dapat menghabisakan 4.Mengontrol TTV klien. supaya saat di rumah keluarga bis amengatur
berhubungan makanannya 5.Mengetahu menu makan klien menu makanan yang baik bagi klien.
dengan mual - Mampu mengidentifikasi kebutuhan sehari-hari. 4. Pengkajian merupakan dasar dan data dasar
muntah dan makan klien. berkelanjutan untuk memantau perubahan dan
tidak nafsu mengevaluasi intervensi.
makan. 5. Perlu mengetahui menu makanan klien sehari-
hari untuk menghitung dan melihat nutrisi
yang masuk dalam tubuh klien.
Hari/Tanggal Tindakan Respon

25/10/2021 1. Mengkaji keadaan umum pasien S: klien mengatakan kedua kakinya terasa
2. Melakukan observasi TTV berat kalau diangkat, sulit untuk bak, dan
3. Mengkaji adanya edema pada klien merasakan turun BB secara cepat dalam
4. Mengkaji sumber cairan . seminggu terakhir.
5. Melihat hasil lab berupa ureum dan
kreatinin. O: Kedua kaki klien tampak edema, lemas,
6. Mengkaji turgor kulit pasien susah bergerak, tampak gelisah. GCS =15
S 1. 1. M 7. Mendengar suara nafas klien terpasang IV line.
M 8. Memberikan tindakan non farmakologi
-- 2. M A: Kegelisahan sedikit teratasi, BAK masih
dalam mengatasi kegelisahan klien.
- 2. 9. Pemberian obat bagi klien : masih sedikit seperti biasanya.
M 3. B - Furosemide
- Clonidine P: Observasi TTV dengan hasil sebagai berikut
3. 4. K - Bicnat TTV Pukul 11.00 WIB
M
5. L TD :160/80 mmgHg
4.
M N:78x/menit

5. T:36,1 oC
M P: 18x/menit
TTV Pukul 14.00 WIB
TD :150/70 mmHg
N:78x/menit T:36,1 oC
P:18x/menit
TTV pukul 16.00 WIB
TD :150/70 mmHg
N:75x/menit
T:36,1 oC
P:18x/menit
Balance Cairan
Pagi pukul 06.00-12.00
Intake : 600 cc
Output : 300 cc
Balance : +300 cc
Siang pukul 06.00-12.00
Intake : 800 cc
Output : 600 cc
Balance : +200 cc
Sore pukul 12.00-18.00
Intake : 500 cc
Output : 400 cc
Balance : +100 cc
Malam pukul 18.00-24.00
Intake : 350 cc
Output : 300 cc
Balance : + 50 cc
Intake berupa makanana, minum, beserta
cairan infuse pada klien.
Total keseimbangan cairan
Intake : 2050 cc
Output : 1600 cc
Balance : +450 cc
26/10/2021 1.Mengkaji luka yang terdapat pada kedua S: Klien masih merasakan gatal, namun sedikit
tangan klien. berkurang dari sebelumnya
2.Melihat adanya kemerahan, dan tanda-
tanda infeksi pada kulit klien. O: Kulit klien tampak bersih dari sebelumnya,
3.Memberikan lotion pada kedua tangan kulit yang kering juga tampak lembab setelah
klien. dibersihkan dan diolesi lotion.
4.Membersihkan kedua tangan klien dengan
mengggunakan air dan sabun yang A: Masalah gatal, dan luka yang terdapat pada
diberikan oleh keluarga. kedua kulit klien sedikit teratasi meskipun
5.Mengedukasi klien untuk membersihkan tingkat ureum dan kreatinin meningkat.
tubuh karena kebersihan tubuh sangat
P: Mempertahankan perawatan luka pada tangan
penting.
6.Melihat hasil pemeriksaan ureum dan dan mempertahankan dorongan yang
kreatinin klien. diberikan untuk klien membersihkan
7.Memberikan obat kepada klien : tubuhnya.
-Bicnat
-Clonidine
-Furosemid
27/10/2021 1. Melakukan pengkajian umum pada klien S: Klien mengatakan mengerti mengenai apa
2. Melihat adanya tanda-tanda anemia seperti yang disampaikan, klien akan mencoba untuk
pucat, mual muntah, susah tidur, lemas, menghabiskan makanan yang disediakan.
aktivitas menurun dan penurunan nafsu
makan serta hasil Laboratorium O:Klien masih tampak pucat, namun makanan
hemoglobin klien. yang disediakan siang tampak sudah mulai
3. Mengedukasi klien untuk makan yang untuk dihabisakan klien dengan didampingi
teratur, meminum vitamin. oleh mahasiswa perawat.
4. Mengedukasi apa saja yang dapat klien
makan untuk memperoleh nutrisi yang A:Masalah sedikit teratasi dengan memberikan
baik. edukasi kesehatan kepada klien.
5. Mengontrol TTV klien
P: Mempertahankan pola makan klien, dan terus
memberikan dorongan positif untuk klien
menghabiskan makanan, mencari cara yang
biasa dilakukan ketika klien mengalami
kesusahan dalam istirahat malam.
Hasil hemoglobin klien 8, 70 g/dL.

27/10/2021 1. Mengkaji pengetahuan klien mengenai S:Klien mengaku dari masuk ke RS belum
pentingnya kebersihan tubuh. pernah mandi, klien juga merasa gerah
2. Menganjurkan klien memotong kuku yang namun menahan hingga kembali pulang ke
sudah panjang dan kotor. rumah.
3. Memberikan edukasi mengenai pentingnya
kebersihan tubuh dan juga lingkungan O: Klien tampak kotor, rambut, kuku dan
sekitar. penampilan tampak berantakan.
4. Memberikan obat kepada klien berupa:
-Bicnat A: Ketika memberikan edukasi mengenai
-Furosemid pentingnya kebersihan tubuh, maka klien
-Clonidine mengaku dan berjanji untuk segera mandi
saat sore nanti. Perlu pemantauan terhadap
klien dengan kebersihan tubuhnya.
P:Mempertahankan intervensi dorongan untuk
klien membersihakan diri dan memantau
klien dalam hal ADL, sehingga penampilan
yang tampak kotor bisa teratasi dengan baik,
dan juga klien merasa nyaman jika sudah
membersihakan diri.
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn. G dengan menggunakan


pendekatan proses keperawatan selama tiga hari yaitu tanggal 25 Oktober 2021,27
Oktober 2021 pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan dari proses
keperawatan yang telah dilakukan yaitu mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan juga dokumentasi keperawatan. Pembahasan
dalam bab ini bertujuan untuk membandingkan kesejangan antara kasus yang nyata dan
teori yang ada pada bab sebelumnya dalam proses keperawatan pada Tn.G dengan CKD
on HD di RS Siloam Hospital Kebon Jeruk.

Dalam asuhan keperawatan pada Tn.G dengan CKD on HD di RS Siloam


Hospital Kebon Jeruk terdapat beberapa perbedaan dengan teori dalam bab sebelumnya,
berikut pembahasan dari setiap proses keperawatan :

A. Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam
praktik keperawatan. Hal ini dapat disebut sebagai suatu pendekatan untuk
memecahkan masalah (problem-solving) yang memerlukan ilmu, teknik, dan
keterampilan interpersonal yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan klien,
keluarga, dan masyarakat. Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yang
berurutan dan saling berhubungan, yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. (Nursalam, 2008)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini,
semua data – data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status
kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif
terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data
dasar klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data
adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi,
2008).
Sumber data yang dapat di gunakan dalam pengkajian yaitu dari klien
itu sendiri, keluarga, rekam medis pasien serta tenaga kesehatan lain. Dari hasil
pengkajian Tn.S dengan CKD on HD di RS Siloam Hospital Kebon Jeruk pada
tanggal 25 Oktober 2021 didapatkan data yang sama dengan dengan teori
dengan data yang ada pada kasus, sedangkan untuk kesenjangan data yang ada
di teori tapi tidak ada di kasus tidak ada.
a. Data yang ada pada kasus dan teori
1) Mual Muntah
Mual adalah kecenderungan untuk muntah atau sebagai perasaan
di tenggorokan atau daerah epigastrium yang memperingatkan seorang
individu bahwa muntah akan segera terjadi. Mual sering disertai dengan
peningkatan aktivitas sistem saraf parasimpatis termasuk diaphoresis,
air liur, bradikardia, pucat dan penurunan tingkat pernapasan. Muntah
didefinisikan sebagai ejeksi atau pengeluaran isi lambung melalui
mulut, seringkali membutuhkan dorongan yang kuat (Dipiro et al.,
2015).
Pada gejala ini juga terjadi pada Tn. G yang dibuktikan pasien
mengeluh mual dan muntah sehingga menyebabkan tidak nafsu makan
dan penurunan berat badan sebanyak 8 kg dalam 1 minggu terakhir.
2) Edema pada kaki
Edema merupakan terkumpulnya cairan di dalam jaringan
interstitial lebih dari jumlah yang biasa atau di dalam berbagai rongga
tubuh mengakibatkan gangguan sirkulasi pertukaran cairan elektrolit
antara plasma dan jaringan interstitial. Edema pada tungkai kaki terjadi
karena kegagalan jantung kanan dalam mengosongkan darah dengan
adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara
normal kembali dari sirkulasi vena. Edema ini di mulai ada kaki dan
tumit (edema dependen) dan secara bertahap bertambah keatas tungkai
dan paha dan akhirnya ke genitalia eksterna dan tubuh bagian bawah.
Edema sakral jarang terjadi pada pasien yang berbaring lama, karena
daerah sakral menjadi daerah yang dependen. Bila terjadinya edema
maka kita harus melihat kedalaman edema dengan pitting edema. Pitting
edema adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan
ringan pada ujung jari , baru jelas terlihat setelah terjadinya retensi cairan
paling tidak sebanyak 4,5 kg dari berat badan normal selama mengalami
edema (Brunner and Suddarth, 2002).
Grading edema :
1+: pitting sedikit/ 2mm, menghilang dengan cepat
2+: pitting lebih dalam/ 4mm, menghilang dalam waktu 10-15 dtk
3+: lubang yang dalam/6mm, menghilang dalam waktu 1 mnt
4+: lubang yang sangat mendalam/ 8mm berlangsung 2-5 mnt,
ekstremitas
pada pasien Tn.s pitting edema ada pada grade 1+
3) Pruritus, Kulit Bersisik
Pruritus merupakan suatu proses kompleks yang terjadi akibat
adanya stimulasi terhadap ujung saraf bebas yang terletak di dekat
dermoepidermal-junction oleh zat-zat kimia tertentu dan rangsangan fisik
(mekanik). Lesi kulit sekunder yang merupakan ciri pruritus adalah
ekskoriasi, likenifikasi dan hiper atau hipopigmentasi. Pruritus
merupakan keluhan yang paling sering terjadi pada pasien hemodialisis.
Hampir 60-80% pasien yang menjalani dialisis (baik hemodialisis
maupun dialisis peritoneal) mengeluhkan pruritus. Pruritus didefi nisikan
sebagai rasa gatal setidaknya 3 periode 1-6 dalam waktu 2 minggu yang
menimbulkan gangguan, atau rasa gatal yang terjadi lebih dari 6 bulan
secara teratur. Pruritus umumnya dialami sekitar 6 bulan setelah awal
dialisis dan biasanya makin meningkat dengan lamanya pasien menjalani
dialisis. Uremia merupakan penyebab metabolik pruritus yang paling
sering. Faktor yang mengeksaserbasi pruritus termasuk panas, waktu
malam hari. (Roswati, 2013).
Tn. G mengalami keluhan pruritus kulit kering dan
keringat.terutama pada malam hari, biasanya menggaruk menggunakan
sisir ataupun menggunakan lotion dibantu oleh isrti.
a. Data yang ada pada kasus tapi tidak ada dalam teori
Tidak ada, karena semua gejala yang ada pada Tn. G sama dengan tanda dan
gejala di teori.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status
kesehatan klien (Herdman, 2012).
Syarat untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan menurut
Herdman (2012), di perlukan adanya Problem, etiology, symptom (PES) yang
dijelaskan sebagai berikut :
i Problem (Masalah)
Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan
atau masalah kesehatan klien secara singkat dan sejelas mungkin. Karena
pada bagian ini dari diagnosa keperawatan mengidentifikasi apa yang tidak
sehat tentang klien dan apa yang harus di rubah tentang status kesehatan
klien dan juga memberikan pedoman terhadap tujuan dari asuhan
keperawatan.
ii Etiologi (Penyebab)
Etiologi (penyebab) adalah faktor faktor klinik dan personal yang dapat
merubah status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah.
Etiologi mengidentifikasi fisiologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual
serta faktor-faktor lingkungan yang di percaya berhubungan dengan masalah
baik sebagai penyebab maupun faktor resiko. Karena etiologi
mengidentifikasi faktor yang mendukung terhadap faktor masalah kesehatan
klien, maka etiologi sebagai pedoman atau sasaran langsung dari intervensi
keperawatan. Jika terjadi kesalahan dalam menentukan penyebab maka
tindakan keperawatan menjadi tidak efektif dan efesien.
iii Symptom (tanda atau gejala)
Merupakan identifikasi data objektif dan subjektif sebagai tanda dari
masalah keperawatan memerlukan kriteria evaluasi.
Pada saat pengkajian pada Tn. G penulis mengangkat 3 diagnosa
keperawatan sesuai prioritas masalah berdasarkan kebutuhan Hierarki
Maslow, yaitu:
g. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran
urine,diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
h. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane
mukosa mulut
i. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
kadar ureum dan kreatinin serum.
Sedangkan pada teori CKD on HD didapatkan diagnosa
keperawatan yaitu :

1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran


urine,diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane
mukosa mulut.
3) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif.
4) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialysis.
5) Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan
peran, perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual.
6) Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
kadar ureum dan kreatinin serum.

3. Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, mengatasi masalah – masalah yang telah diidentifikasi dalam
diagnosis keperawatan (Rohmah dan Walid, 2010). Tahap perencanaan dapat
disebut sebagai inti atau pokok dari proses keperawatan sebab perencanaan
merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai,
hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan
melakukan tindakan keperawatan.
Karenanya, dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk
klien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksimal (Asmadi,
2008).
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
yang muncul, penentuan masalah disesuaikan dengan prioritas masalah yang
harus diatasi terlebih dahulu, paling mendesak, paling mengancam, serta
disesuaikan dengan kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow atau lebih
yang ditekankan pada keadaan yang mengancam kehidupan. Dalam penetapan
tujuan dan kriteria pada kasus ini disesuaikan dengan teori serta kondisi pasien.
Tujuan dan kriteria evaluasi mengacu pada rumus SMART yaitu Spesifik
(fokus pada pasien, singkat dan jelas), Measurable (dapat diukur), Achievable
(dapat dicapai), Reasonable (ditentukan oleh perawat dan pasien), dan Time
Limited (ada kriteria waktu).
Dalam penyusunan kriteria hasil ada beberapa hal yang harus
diperhatikan diantaranya dengan tujuan bersifat khusus konkret, hasilnya harus
dapat dilihat, didengar dan di ukur oleh rang lain. Dalam penyusunan rencana
keperawatan mencakup ONEK yaitu Observasi, Nursing Treatment (tindakan
mandiri perawat), Health Education, dan Kolaboration. Berikut diagnosa
prioritas masalah pada Tn.G sesuai dengan kebutuhan pasien menurut Hierarki
Maslow.
4. Pelaksanaan
Palaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan
data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Walid, 2010).
Dalam pelaksanaan tindakan dalam asuhan keperawatan kepada Tn.G
penulis sudah sesuai dengan intervensi yang sudah di rencanakan untuk pasien
Untuk mencapai tujuan yang di harapkan pada Tn.G penulis bekerja sama
dengan perawat yang ada di bangsal dan diruangan hemodialisa, dokter yang
merawat pasien, penanggung jawab ruangan serta tenaga kesehatan lain. Selain
itu penulis juga bekerja sama dengan keluarga atau istri pasien dalam setiap
tindakan yang dilakukan.
1. Evaluasi
Evaluasi menurut Asmadi (2008) adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan
tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses
keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus
tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi
ditujukan untuk:
a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
b. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
c. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai Evaluasi
terbagi menjadi dua yaitu :
i. Evaluasi proses adalah evaluasi ysng dilaksanakan setelah melakukan
tindakan yang mengacu pada respon pasien terhadap tindakan tersebut.
ii. Evaluasi hasil adalah evaluasi akhir pada semua tindakan keperawatan
yang mengacu pada tujuan

Dalam kasus Tn.G penulis menggunakan evaluasi proses setelah


melakukan tindakan dan evaluasi akhir yaitu mengevalusi seluruh tindakan
keperawatan yang dilakukan pada hari tersebut. Evaluasi dari tindakan yang
dilakukan pada Tn.G selama 3 hari yaitu tanggal 25, 26 – 28 Oktober 2021.
Terdapat 3 diagnosa yang teratasi sebagian dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Diagnosa keperawatan yang sudah teratasi


Tidak ada
2) Diagnosa keperawatan yang belum teratasi
Tidak ada
3) Diagnosa keperawatan yang teratasi sebagian
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengkajian kepada Tn.G di Ruangan Gilead Siloam Hospitals

Kebon Jeruk dan juga menentukkan diagnosa, intervensi serta implementasi

yang dilakukan oleh penulis serta menulis hasil dari laporan kasus yang

dilakukan dan akhirnya dapat dibuat kesimpulan :

1. Pengkajian

Hasil pengkajian yang dilakukan yaitu klien mengeluh lemas sudah 2 hari,

mual muntah, BAK sedikit, pinggang klien sakit dan sakit kepala. TTV

klien sebagai berikut TD :160/80 mmgHg, N:78x/menit, T:36,1 oC, P:

18x/menit.

2. Diagnosa Keperawatan

Hasil pengkajian yang dilakukan maka didapat rumusan dan ditetapkan

diagnose keperawatan Tn.G adalah Kelebihan volume cairan, Integritas

kerusakan kulit, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer serta defisit

perawatan diri.

3. Intervensi

Intervensi yang dilakukan merupakan intervensi yang sudah diuraikan di

atas.

4. Implementasi

Implementasi yang dilakukan merupakan apa yang sudah dijabarkan diatas

yaitu mengukur TTV, memberikan obat kepada pasien, memberikan

edukasi untuk setiap masalah yang ditentukan melalui pengkajian,


memberikan leaflet yang berisi ilmu mengenai penyakit CKD dan juga

menjelaskan kepada klien.


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Black, J. M. (2009). Medical Surgical Nursing Clinical . Elseiver: Singapore

Brunner & Suddarth. (2008). Keperawatan Medikal Bedah.(edisi 8). Jakarta : EGC

Brunner, Suddarth.(2002). Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. Jakarta:


EGC.

Doenges, Marilynn E.dkk. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Alih Bahasa :
I Made Kriasa. EGC. Jakarta

Helmi, Zairin. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal; jilid 1, Jakarta: Salemba
Medika

Herdman, Heather & Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi
2015 – 2017 Edisi 10. Jakarta: EGC

Hinkle, J. L. (2014). Bruner and Suddarth' s textbook of medical surgical nursing .


China : Lippincott William & Wilkins .

Judha M, Sudarti. 2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan, Nuha medika :
Yogyakarta

Lewis, S. M. (2011). Medical Surgical Nursing : Assesment and Management of


Clinical Problems . St.Louis: Missouri : Elseiver

Lukman & Ningsih, Nurma. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medik

Mardiono. (2010). Teknik Ditraksi. Diposting oleh Qittun pada Rabu, 29 Oktober 2008.
Diakses pada 25 Maret 2018 dari http://qittun.blogspot.com/2008/10/tehnik-
distraksi.html

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. EGC: Jakarta.
Nurarif. A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC – NOC. Jogjakarta : MediAction.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan, Ed. 2.
Jakarta: Salemba Medika

Price & Wilson. 2006. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 4.


Jakarta: EGC.

Price, dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Ed. 6, volume
1&2. EGC: Jakarta.

(RISKESDAS) Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi utuk Pemula. Jakarta: EGC

Smeltzer & Bare. 2001. Bukuajar keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC.

http://www.orthoinfo.aaos.org

Anda mungkin juga menyukai