LAPORAN KASUS
OLEH :
2100002324
JAKARTA BARAT
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur, sayapanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang ber-
judul “Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Pada Tn.G dengan CKD on HD di
Ruang Gilead Siloam Hospital Kebon Jeruk”.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Chronic Kidney Disease adalah suatu kondisi di mana ginjal rusak
dan tidak dapat menyaring darah seperti ginjal yang sehat (National
tekanan darah tinggi, yaitu sekitar dua pertiga dari seluruh kasus (National
pada tahun 1999-2004 adalah 13,1% yang terdiri dari 1,8% derajat 2, 7,7%
Pada tahun 2015 lebih dari 20 juta atau lebih dari 10% orang dewasa di
adalah sekitar 23,4 per juta populasi, pada tahun 2006 terdapat sekitar
(2012) dalam artikel nya “Prevalensi dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal
Prevalensi nasional penderita CKD sebesar 0,2%. Jika saat ini penduduk
B. Rumusan Masalah
penyakit gagal ginjal kronis (CKD) juga terjadi peningkatan setiap tahun
secara dunia maupun di Indonesia sendiri. Hal tersebut membuat penulis
pasien untuk tujuan pemberian asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien
dengan CKD berdasarkan latar belakang yang penulis tulis pasien CKD
C. Tujuan Penulisan
1. Tujan Umum
2. Tujuan Khusus
dilakukan
D. Manfaat Penulisan
ON HD yang dilakukanpenulis.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penyusunan makalah ini yaitu di Ruang Gilead Siloam
Hospital Kebon Jeruk
F. Metode Penulisan
Metode penulisan dari makalah ini yaitu sesuai dengan penyusunan karya tulis
ilmiah dari Siloam Hospital Kebon JerukLaporan kasus ini terdiri dari lima bab
yang disusun dengansistematikan penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisanbaik secara
umum dan khusus, manfaat penulisan, dansistematika penulisan.
BAB II: Konsep Dasar Teori terdiri dari tinjauan teoritis secaramedis meliputi
definisi, klasifikasi, etiologi, anatomi danfisiologi secara fokus, patofisiologi
berupa narasi dan baganpathway, manifestasi klinis sesuai pola Gordon,
pemeriksaandiagnostic, penatalaksanaan medis, komplikasi dan prognosis.
Selanjutnya yaitu tinjauan teoritis keperawatan meliputi diagnosa keperawatan
dan rencana asuhan keperawatan.
BAB III: Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, analisa data
hinggamerumuskan diagnosa keperawatan sesuai prioritas,perencanaan,
implementasi dan evaluasi keperawatan
BAB IV: Pembahasan kasus tentang perbandingan teori dan praktik
BAB V: Kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Fisiologi
Ginjal merupakan organ yang berpasangan dan setiap ginjal memiliki
berat kurang lebih 125 gr. Panjang masing-masing ginjal adalah 6-7 ½
sentimeter dan tebal 1½ - 2 ½ sentimeter, terletak pada posisi sebelah
lateral vertebra torakalis bawah, beberapa sentimeter di sebelah kanan
dan kiri garis tengah. Organ ini terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang
dikenal sebagai kapsula renis. Di sebelah anterior, ginjal dipisahkan dari
kavum abdomen dan isinya oleh lapisan peritoneum. Di sebelah
posaterior organ tersebut dilindungi oleh dinding korteks bawah. Darah
dialirkan ke dalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari
dalam ginjal melalui membawa darah kembali ke dalam vena kava
inferior. Ginjal dapat membersihkan limbah dari dalam darah, dan fungsi
ini dilaksanakannya karena aliran darah yang melalui ginjal jumlahnya
sangat besar, 25 % dari curah jantung.
2) Fungsi non-eksresi.
a) Menghasilkan renin, penting untuk pengaturan tekanan
darah.
b) Menghasilkan eritropoetin , factor penting dalam stimulasi
produksi sel darah merah oleh sumsum tulang .
c) Metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
d) Degradasi insulin.
e) Menghasilkan prostaglandin.
b. Proses pembentukan urine.
1) Proses Filtrasi.
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah melalui
glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron
tersusun dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah lewat
vasa aferen dan mengalirkan darah balik lewat vasa eferen.
Tekanan darah menentukan berapa tekanan dan kecepatan aliran
darah yang melalui glomerulus. Ketika darah berjalan melewati
struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang kecil
akan dibiarkan lewat, sementara molekul-molekul yang besar
tetap tertahan dalam aliran darah. Cairan disaring lewat jonjot-
jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus. Cairan ini
dikenal sebagai “filtrat”.
2) Proses Reabsorbsi
Proses reabsorbsi berlangsung pada tubulus proksimal,
ansa Henle, tubulus distal dan duktus koligens. Prinsip
reabsorbsi adalah bila zat tersebut masih dibutuhkan oleh tubuh
maka akan di reabsorbsi dan jika tidak akan dibuang.
3) Proses Sekresi
Sisa hasil reabsorbsi akan dialirkan ke papilla renalis dan
diteruskan ke pelvis renalis dan selanjutnya diteruskan keluar
sebagai urine.
Bila lebih banyak ion hydrogen yang disekresi dari pada ion
bikarbonat yang disaring maka akan terdapat kehilangan asam dari
cairan ekstraseluler , sebaliknya bila lebih banyak bikarbonat
disaring dari pada hydrogen disekresikan maka akan terjadi
kehilangan basa.
2. Etiologi
Adapun penyebab atau etiologi dari Gagal Ginjal Kronik yaitu:
a.Adanya penyakit sistemik misalnya Diabetes Mellitus.
b. Glomerulonefritis kronik.
c. Pielonefritis.
d. Hipertensi yang tidak dapat dikontrol .
e. Obstruksi traktus urinarius.
f. Lesi herediter misalnya,penyakit ginjal polikistik; gangguan
vaskuler; infeksi; medikasi; atau agens toksik.
g. Lingkungan dan agens berbahaya yang mempengaruhi gagal
ginjal kronis mencakup timah, kromium, merkuri dan
cadmium.
4. Manifestasi Klinik
Karena pada Gagal Ginjal Kronis setiap kondisi tubuh
dipengaruhi oleh uremia, maka pasien akan memperlihatkan
sejumlah tanda dan gejala.
Secara umum manifestasi klinis dari GGK dapat dilihat dari
berbagai gangguan sistem yang timbul :
a) Sistem Gastrointestinal : Napas berbau amonia, ulserasi
saluran pencernaan, perdarahan GI, anoreksia, konstipasi dan
diare, mual, muntah.
b) Sistem Integument : Warna kulit abu-abu, ekimosis, pruritus,
kuku tipis dan rapuh, kulit kering bersisik, rambut tipis dan
kasar.
c) Sistem Hematology : Anemia, perdarahan meningkat.
d) Sistem Saraf dan Otot : Kram otot, kekakuan otot hilang,
fraktur tulang, neuropati perifer, sakit kepala, letargi, bingung/
disorientasi, koma., kejang.
e) Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi, pitting edema pada kaki,
tangan dan sacrum, edema periorbital, pembesaran vena leher.
f) Sistem Endokrin : Hiperlipidemia, gangguan hormon seks,
menyebabkan penurunan libido, impoten, dan aminorhoe pada
wanita.
g) Gangguan sistem respirasi : Sputum kental, edema paru, efusi
pleura, pernapasan kussmaul, napas dangkal.
h) Elektrolit : Hiperposfatemia, hiperkalemia, hiperkalsemia
5. Pemeriksaan Penunjang
a) Urine
1) Volume : Biasanya kurang dari 400 ml / 24 jam atau urine
tidak ada.
2) Warna : Secara abnormal urine yang berwarna keruh
mungkin disebabkan oleh pus, bakteri, lemak.
3) Protein : Derajat tinggi, proteinuria secara kuat
menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen
juga ada.
4) Klirens Kreatinin : Menurun.
b) Darah :
1) BUN/ Kreatinin : Meningkat, biasanya meningkat dalam
proporsi. Kadar Kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir.
2) Hitung darah lengkap : Hematokrit, menurun pada adanya
anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gram/dl.
3) Sel darah merah : waktu hidup sel darah merah menurun
pada defisiensi eripropoetin.
4) Magnesium/fosfat meningkat.
5) Kalsium menurun.
6) Protein khususnya albumin : Kadar serum menurun dapat
menunjukkan kehilangan protein melalui urine, perpindahan
cairan, penurunan pemasukan, atau penurunan sintesis
karena kurang asam amino esensial.
c) Arteriogram ginjal : Mengkaji sirkulasi ginjal dan
mengidentifikasi ekstravaskuler, massa.
d) Ultrasono ginjal : Menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
e) Biopsi ginjal : Dilakukan secara endoskopik untuk menetukan
sel jaringan untuk diagnosis histologis.
f) Endoskopi ginjal : Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal:
keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumorselektif.
g) EKG : Menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam/basa.
6. Penatalaksanaan Medik
a. Farmakologik :
1) Pemberian antihipertensif yang bertujuan mengendalikan
tekanan darah pasien.
2) Penanganan anemia pada gagal ginjal kronis ditangani dengan
Epogen (eritropoietin manusia rekombinan). Diberikan secara
intravena atau subkutan 3 kali seminggu.
3) Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.
Obat-obatan diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium
hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia;
b) Non Farmakologik :
Dialysis.
Tindakan dialysis terbagi atas dua yaitu:
1) Dialisis peritoneum yang terbagi lagi atas tiga yaitu:
- Dialysis peritoneum intermitten.
- Dialysis peritoneum ambulatory kontinu.
- Terapi penggantian renal kontinu.
2) Hemodialisis.
3) Tindakan operatif misalnya transplantasi ginjal.
a. Komplikasi
Gagal ginjal kronik mempunyai komplikasi yaitu :
a. Hiperkalemia.
Hiperkalemia terjadi akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolic,
katabolisme dan masukan diet berlebih.
b. Perikarditis.
Perikarditis timbul akibat efusi pericardial dan tamponase
jantung akibat retensi produk sampah uremik dan dialysis yang
tidak asekuat.
c. Hipertensi.
Akibat adanya retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin-angiotensin-aldosteron.
d. Anemia.
Anemia timbul akibat adanya penurunan eritropoietin,
penurunan rentang usia sel darah merah, perdrahan
gastrointestinal akibat irtasi oleh toksin dan kehilangan darah
selama hemodialisis.
e. Penyakit tulang
Penyakit tulang terjadi akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolisme vitamin D abnormal, dan
peningkatan kadar aluminium.
c) Konsep Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode di mana suatu konsep
ditetapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini disebut juga sebagai problem
solving yang memerlukan ilmu, teknik dan dan keterampilan interpersonal
dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien / keluarga. Proses
keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan berhubungan
dengan : pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
( Iyer et al, 1996).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu proses keperawatan yang merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien ( Nursalam, 2001).
Adapun hal-hal yang dapat dikaji pada pasien dengan Chrinic
Kidney Desease (CKD) yaitu:
a. Pola nutrisi metabolic :
1) Mual.
2) Nyeri ulu hati.
3) Tidak ada nafsu makan/anoreksia.
4) Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan
(dehidrasi).
5) Perubahan turgor kulit/kelembaban kulit.
b. Pola eliminasi :
1) Peningkatan frekuensi berkemih ( poliuria ) atau penurunan
frekuensi berkemih ( oliguria ).
2) Retensi urine.
3) Abdomen kembung.
4) Diare, konstipasi.
5) Perubahan warna urine misalnya kuning pekat, coklat, merah,
berawan.
c. Pola aktifitas dan latihan :
1) Merasa letih dan lemah.
2) Kesulitan bernapas: takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi,
kedalaman (pernapasan kussmaul)
3) Disritmia jantung.
4) Nadi lemah/halus, hipotensi ortostatik.
5) Nadi kuat.
6) Edema jaringan umum.
7) Pucat, kecenderungan perdarahan. napas ammonia, batuk
produktif dengan sputum kental merah muda.
d. Pola tidur dan istirahat.
1) Gelisah
2) Insomnia, somnolen.
e. Pola persepsi kognitif.
1) Nyeri tubuh.
2) Sakit kepala.
3) Penglihatan kabur.
4) Mengalami kram otot.
5) Gelisah.
6) Gangguan status mental, misalnya penurunan lapang perhatian.
7) Ketidakmampuan berkonsentrasi.
8) Kehilangan memori.
9) Kejang.
f. Pola reproduksi dan seksualitas.
1) Penurunan libido
2) Amenorea
3) Infertilitas
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons
manusia( status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok di mana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
membatasi, mencegah, merubah. (Carpenito, 2000).
Pasien Gagal Ginjal Kronis memerlukan Asuhan Keperawatan yang tepat
untuk menghindari komplikasi akibat menurunnya fungsi renal dan stress
serta cemas dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa ini.
Diagnosa Keperawatan potensial untuk pasien-pasien tersebut adalah:
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran
urine,diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan
membrane mukosa mulut.
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialysis.
e. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan,
perubahan peran, perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual.
f. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum.
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi :
Intervensi :
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama Initial : Tn. G. B
Umur : 69 tahun
Status perkawinan : Menikah
Jumlah anak : 4 Anak
Agama/ suku : Khatolik
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pensiun
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. I
Umur : 65 tahun
Hubungan
: Istri
dengan pasien
a. Keluhan Utama
daerah pinggang sampai tidak sadarkan diri selama 10 menit, klien sudah
itu hal yang biasa saja. Ketika klien mengalami sakit dirumah biasanya klien
namun klien menolak untuk melakukan terapi tersebut karena persepsi klien
ketika merasakan nyeri pada perut, mual muntah (+) setelah makan, disertai
demam.
Sesak seperti napas pendek, tampak pucat CRT lebih dari 3 detik, nyeri
dibagian perut, mual muntah, perut bengkak, dan juga mengalami gatal pada
kulit dan kulit tampak luka, riwayat CKD dan menolak melakukan
hemodialisis.
lainnya. Orang tua klien sudah lama meninggal dan tidak memiliki riwayat
CKD dan penyakit kronis lainnya. Ibu dan Ayah dari klien meninggal
keluarga.
8. Integritas Ego
10. Nyeri/Kenyamanan
Terasa nyeri dibagian punggung (7/5), sakit pada kepala, terasa keram
pada ujung-ujung jari serta pasien merasakan gelisah pada malam hari.
11. Seksualitas
sebulan.
pasar. Interaksi dengan masyarakat juga baik, dengan tetangga rumah juga
13. Aktivitas/Istirahat
Sebelum sakit klien tidak terganggu tidur klien, klien bisa tidur dengan
nyenyak paling lama klien istrirahat adalah 7 jam. Pola tidur klien tidak
teratur, ketika awal dirawat di RS tidak bisa tidur dikarenakan gelisah dan
paling lama klien istirahat 2 jam, dikarenakan sakit punggung dan sakit
mengantar istri jualan ke pasar setiap hari, mengikuti acara berasama warga
seperti gotong royong dan juga mengantar kedua cucu ke sekolah. Setelah
klien sakit semua aktivitas yang dilakukan terhambat, klien tidak bisa
mengantar istri dan kedua cucunya lagi, jarang mengikuti gotong royong
bersama warga sekitar, dan klien tidak bisa untuk mengantar kedua cucu ke
sekolah.
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah/Berjalan
Ambulasi/ROM
TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran
Skala Coma Glasgow
a. Respon Motorik : 6
b. Respon Bicara : 5
c. Respon Membuka Mata : 4
Jumlah : 15
Kesimpulan : Compos mentis
2. Tekanan Darah : 170/90 mmHg
MAP : 84 mmHg
Kesimpulan : Hipertensi
3. Nadi : 96 x/mnt
Kuat Lemah
5. Pernafasan : 20 x/mnt
Cheynes-
Irama : Teratur Kusmaul Stokes
A. PENGUKURAN
Tinggi Badan : 167 Cm
Berat badan : 54 Kg
Indeks Massa Tubuh (IMT) : 19,4
Kesimpulan : Klien normal
B. GENOGRAM
Klien
4. Pemeriksaan Fisik
Laboratorium Darah
Biochemistry
m^2
Intake : 800 cc
Output : 600 cc
Balance : +200 cc
Intake : 500 cc
Output : 400 cc
Balance : +100 cc
Intake : 350 cc
Output : 300 cc
Balance : + 50 cc
Intake : 2050 cc
Output : 1600 cc
Balance : +450 cc
Pemeriksaan Thorax
superior tidak melebar. Trakea di tengah, kedua hilus tidak menebal, corakan
dinding dada intak. Dari hasil diatas dapat disimpulkan klien mengalami
Pemeriksaan Hepar
Besar dan bentuk normal, permukaan rata, liver tip tajam, eko parenkim
homogeny dan tak tampak lesi-lesi fokal. Struktur vascular dan bilaris
intra/ekstrahepatik normal.
Renal
Ukuran +/- 9.23 X 4.71 cm, tidak tampak tanda bendungan atau batu. Tampak lesi
Renal Sinistra
Ukuran +/- 8.51 X 4.78 cm, tidak tampak tanda bendungan atau batu atau SOL
Spleen besar, bentuk normal dan vena lienalis dalam batas normal.
Prostat
Besar dan bentuk normal, volume +/-20.3 cm, eko parenkim homogeny, tidak
tampak SOL.
Resiko Gizi
- Berat badan : 54 kg
berat badan turun 8 kg dari 62 kg . Kebiasaan makan sehari-hari klien saat pagi
yaitu nasi goreng, makan siang nasi, sayur, daging ayam, klien mengaku tidak
makan saat malam hari, selingan makanan klien yaitu teh manis. Istri klien
mengatakan kalau klien sulit untuk diet makanan yang bisa membuat kambuh
penyakitnya dan juga klien jarang untuk mengkonsumsi air mineral sebelum sakit,
dalam sehari klien hanya minum air mineral 600 ml setelah itu tidak lagi
seperti cola, kuku bima. Namun selama sakit klien mulai menghentikan minuman
bersoda dan rajin untuk meminum air setiap hari dengan teratur, dan klien
dianjurkan untuk minum hanya 2 gelas per hari sudah temasuk makan, dan minum
-Klien mengatakan mengalami - Klien pergi ke toilet dibantu Kelebihan volume cairan berdasarkan penurunan
penurunan aktivitas beberapa minggu oleh istri. haluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan
ini. - BAK kurang dari 300 cc.s natrium.
Analisa Data -Klien mengatakan BB terakhir 54 kg - Tampak edema pada kedua
-Klien mengatakan butuh bantuan ekstremitas.
untuk pergi ke toilet atau berpindah - Klien tampak menahan nyeri
tempat. pinggang.
-Klien mengatakan sulit untuk buang - Klien tidak bisa melakukan
air kecil. aktivitas dengan bebas
-Klien mengatakan tidak dapat dikarenakan kedua kaki yang
melakukan aktivitas dengan lancar bengkak.
karena kedua kaki terasa berat. - Klien terpasang kateter.
-Terdapat edema pada kedua
estremitas bagian bawah.
-Klien mengatakan belum mandi sejak - Rambut dan gigi klien tampak Defisit perawatan diri.
dirawat di rumah sakit. kotor.
-Klien mengatakan hanya cuci muka - Penampilan klien tampak
saja saat pagi hari, dan malam kurang bersih.
sebelum tidur. - Kuku klien panjang dan kotor.
-Klien mengatakan kalau tidak mampu - Klien tampak menggaruk-
untuk berdiri lama dalam kamar garuk badan karena gatal.
mandi.
-Klien mengatakan akan mandi jika
sudah diberitahu akan pulang dari
rumah sakit.
-Klien mengatakan kedua tangan -Klien tampak menggaruk kedua -Kerusakan integritas kulit berdasarkan pruritus,
sangat gatal dari sebelum masuk tangannya gangguan status metabolik sekunder.
rumah sakit.
- Kulit tangan klien tampak
-Klien mengatakan kalau untuk
merah dan sudah luka juga
menghilangkan rasa gatal klien
memiliki bekas luka
menggaruk menggunakan sisir.
- Kulit kedua kaki klien tampak
-Klien mengatakan baru muncul rasa
memiliki bekas luka.
gatal ketika pinggang terasa sakit atau
nyeri.
-Klien mengatakan tidak kuat
merasakan gatal.
Kelebihan Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 1. Kaji status cairan : 1.Pengkajian merupakan dasar dan data dasar
volume jam diharapkan edema pada kedua kaki -Timbang berat badan harian. berkelanjutan untuk memantau perubahan dan
cairan tubuh dapat berkurang. -Turgor kulit dan adanya oedema mengevaluasi intervensi.
berhubungan -Distensi vena leher 2.Pembatasan cairan akan menentukan berat
Dengan kriteria hasil : -Tekanan darah, denyut dan irama badan ideal, haluaran urine dan respons
dengan
haluaran nadi. terhadap terapi.
- Bengkak pada kaki berkurang 2. Batasi masukan cairan. 3.Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui
urine, diet - Sesak napas yang dirasakan berukurang 3. Identifikasi sumber cairan: dapat diidentifikasi.
berlebih dan - Kegelisahan yang dirasakan berkurang - Medikasi dan cairan yang 4.Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien
retensi urine. dan keluarga dalam mengalihkan kegelisahan
digunakan untuk pengobatan: oral
dan intravena. pasien, sehingga pasien bisa mengurangi rasa
gelisah.
-Makanan
5.Perubahan ini menunjukkan kebutuhan dialisa
4. Memberitahukan cara untuk segera.
mengalihakan kegelisahan 6.Tanda-tanda vital pada klien penting untuk
misalnya dengan mendengar lagu dilakukan pengkajian karena kita bisa melihat
atau melakukan hal yang mudah apakah TTV klien normal atau tidak.
dan dapat mengurangi
kegelisahan.
5. Pantau kreatinin, ureum.
6. Kaji TTV pada klien.
Kerusakan Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 1. Memberi saran kepada klien untuk 1.Dengan memakai pakaian yang bersh
integritas jam diharapkan rasa gatal dan luka pada memakai baju yang bersih. mengurangi bakteri yang akan membuat kulit
kulit kedua tangan klien berkurang. 2. Memantau kulit tangan adanya lebih kotor.
berhubungan kemerahan, jaringan nefrotik, 2.Monitor dilakukan untuk mengetahui
Dengan kriteria hasil : tanda-tanda infeksi. perubahan yang terjadi pada kulit klien.
dengan
peningkatan 3. Ajarkan keluarga untuk melakukan 3.Pemahaman dari keluarga meningkatkan
- Gatal pada kedua tangan dan badan perawatan luka dan juga ajarkan kerjasama antara perawat dan keluarga supaya
kadar ureum berkurang. keluarga dan klien untuk tidak keluarga lebih memperhatikan kesehatan klien
dan kreatini - Luka pada kedua tangan bisa terkontaminasi dengan kotoran dan juga luka klien.
serum mengalami perubahan yaitu bisa feses dan urin. 4.Kebutuhan mandi sangat penting untuk
berangsung sembuh 4. Sarankan klien untuk mandi. membersihkan diri, apalagi ketika kulit kita
5. Oleskan lotion untuk mengirangi mengalami pruritus, itu akan menambah
gatal. bakteri yang hidup dikulit kita dan juga kuman
6. Pantau ureum dan kreatinin. yang akan menyebabkan gatal pada kulit tidak
kunjung sembuh.
5.Lotion bertujuan agar kulit tidak kering dan
mengurangi gatal, namun dipakai setelah
mandi.
6.Perubahan pada hasil lab mempengaruhi
tingkat racun yang keluar dan menyebabkan
gatal pada tubuh klien, sehingga harus
dipantau ureum dan kreatinin dari klien
tersebut.
Perubahan Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 1.Mengetahui alergi makanan klien. 1. Dengan mengetahui alergi makanan klien,
nutrisi jam diharapkan : 2.Memberi saran untuk klien kita bisa mengatur menu makan klien.
kurang dari meminum vitamin. 2. Vitamin diberikan untuk membantu organ
- Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi 3.Memberikan edukasi berupa gizi tubuh secara maksimal.
kebutuhan
kedepannya. yang cukup bagi klien 3. Edukasi penting bagi keluarga dan klien,
tubuh
- Klien dapat menghabisakan 4.Mengontrol TTV klien. supaya saat di rumah keluarga bis amengatur
berhubungan makanannya 5.Mengetahu menu makan klien menu makanan yang baik bagi klien.
dengan mual - Mampu mengidentifikasi kebutuhan sehari-hari. 4. Pengkajian merupakan dasar dan data dasar
muntah dan makan klien. berkelanjutan untuk memantau perubahan dan
tidak nafsu mengevaluasi intervensi.
makan. 5. Perlu mengetahui menu makanan klien sehari-
hari untuk menghitung dan melihat nutrisi
yang masuk dalam tubuh klien.
Hari/Tanggal Tindakan Respon
25/10/2021 1. Mengkaji keadaan umum pasien S: klien mengatakan kedua kakinya terasa
2. Melakukan observasi TTV berat kalau diangkat, sulit untuk bak, dan
3. Mengkaji adanya edema pada klien merasakan turun BB secara cepat dalam
4. Mengkaji sumber cairan . seminggu terakhir.
5. Melihat hasil lab berupa ureum dan
kreatinin. O: Kedua kaki klien tampak edema, lemas,
6. Mengkaji turgor kulit pasien susah bergerak, tampak gelisah. GCS =15
S 1. 1. M 7. Mendengar suara nafas klien terpasang IV line.
M 8. Memberikan tindakan non farmakologi
-- 2. M A: Kegelisahan sedikit teratasi, BAK masih
dalam mengatasi kegelisahan klien.
- 2. 9. Pemberian obat bagi klien : masih sedikit seperti biasanya.
M 3. B - Furosemide
- Clonidine P: Observasi TTV dengan hasil sebagai berikut
3. 4. K - Bicnat TTV Pukul 11.00 WIB
M
5. L TD :160/80 mmgHg
4.
M N:78x/menit
5. T:36,1 oC
M P: 18x/menit
TTV Pukul 14.00 WIB
TD :150/70 mmHg
N:78x/menit T:36,1 oC
P:18x/menit
TTV pukul 16.00 WIB
TD :150/70 mmHg
N:75x/menit
T:36,1 oC
P:18x/menit
Balance Cairan
Pagi pukul 06.00-12.00
Intake : 600 cc
Output : 300 cc
Balance : +300 cc
Siang pukul 06.00-12.00
Intake : 800 cc
Output : 600 cc
Balance : +200 cc
Sore pukul 12.00-18.00
Intake : 500 cc
Output : 400 cc
Balance : +100 cc
Malam pukul 18.00-24.00
Intake : 350 cc
Output : 300 cc
Balance : + 50 cc
Intake berupa makanana, minum, beserta
cairan infuse pada klien.
Total keseimbangan cairan
Intake : 2050 cc
Output : 1600 cc
Balance : +450 cc
26/10/2021 1.Mengkaji luka yang terdapat pada kedua S: Klien masih merasakan gatal, namun sedikit
tangan klien. berkurang dari sebelumnya
2.Melihat adanya kemerahan, dan tanda-
tanda infeksi pada kulit klien. O: Kulit klien tampak bersih dari sebelumnya,
3.Memberikan lotion pada kedua tangan kulit yang kering juga tampak lembab setelah
klien. dibersihkan dan diolesi lotion.
4.Membersihkan kedua tangan klien dengan
mengggunakan air dan sabun yang A: Masalah gatal, dan luka yang terdapat pada
diberikan oleh keluarga. kedua kulit klien sedikit teratasi meskipun
5.Mengedukasi klien untuk membersihkan tingkat ureum dan kreatinin meningkat.
tubuh karena kebersihan tubuh sangat
P: Mempertahankan perawatan luka pada tangan
penting.
6.Melihat hasil pemeriksaan ureum dan dan mempertahankan dorongan yang
kreatinin klien. diberikan untuk klien membersihkan
7.Memberikan obat kepada klien : tubuhnya.
-Bicnat
-Clonidine
-Furosemid
27/10/2021 1. Melakukan pengkajian umum pada klien S: Klien mengatakan mengerti mengenai apa
2. Melihat adanya tanda-tanda anemia seperti yang disampaikan, klien akan mencoba untuk
pucat, mual muntah, susah tidur, lemas, menghabiskan makanan yang disediakan.
aktivitas menurun dan penurunan nafsu
makan serta hasil Laboratorium O:Klien masih tampak pucat, namun makanan
hemoglobin klien. yang disediakan siang tampak sudah mulai
3. Mengedukasi klien untuk makan yang untuk dihabisakan klien dengan didampingi
teratur, meminum vitamin. oleh mahasiswa perawat.
4. Mengedukasi apa saja yang dapat klien
makan untuk memperoleh nutrisi yang A:Masalah sedikit teratasi dengan memberikan
baik. edukasi kesehatan kepada klien.
5. Mengontrol TTV klien
P: Mempertahankan pola makan klien, dan terus
memberikan dorongan positif untuk klien
menghabiskan makanan, mencari cara yang
biasa dilakukan ketika klien mengalami
kesusahan dalam istirahat malam.
Hasil hemoglobin klien 8, 70 g/dL.
27/10/2021 1. Mengkaji pengetahuan klien mengenai S:Klien mengaku dari masuk ke RS belum
pentingnya kebersihan tubuh. pernah mandi, klien juga merasa gerah
2. Menganjurkan klien memotong kuku yang namun menahan hingga kembali pulang ke
sudah panjang dan kotor. rumah.
3. Memberikan edukasi mengenai pentingnya
kebersihan tubuh dan juga lingkungan O: Klien tampak kotor, rambut, kuku dan
sekitar. penampilan tampak berantakan.
4. Memberikan obat kepada klien berupa:
-Bicnat A: Ketika memberikan edukasi mengenai
-Furosemid pentingnya kebersihan tubuh, maka klien
-Clonidine mengaku dan berjanji untuk segera mandi
saat sore nanti. Perlu pemantauan terhadap
klien dengan kebersihan tubuhnya.
P:Mempertahankan intervensi dorongan untuk
klien membersihakan diri dan memantau
klien dalam hal ADL, sehingga penampilan
yang tampak kotor bisa teratasi dengan baik,
dan juga klien merasa nyaman jika sudah
membersihakan diri.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam
praktik keperawatan. Hal ini dapat disebut sebagai suatu pendekatan untuk
memecahkan masalah (problem-solving) yang memerlukan ilmu, teknik, dan
keterampilan interpersonal yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan klien,
keluarga, dan masyarakat. Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yang
berurutan dan saling berhubungan, yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. (Nursalam, 2008)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini,
semua data – data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status
kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif
terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data
dasar klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data
adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi,
2008).
Sumber data yang dapat di gunakan dalam pengkajian yaitu dari klien
itu sendiri, keluarga, rekam medis pasien serta tenaga kesehatan lain. Dari hasil
pengkajian Tn.S dengan CKD on HD di RS Siloam Hospital Kebon Jeruk pada
tanggal 25 Oktober 2021 didapatkan data yang sama dengan dengan teori
dengan data yang ada pada kasus, sedangkan untuk kesenjangan data yang ada
di teori tapi tidak ada di kasus tidak ada.
a. Data yang ada pada kasus dan teori
1) Mual Muntah
Mual adalah kecenderungan untuk muntah atau sebagai perasaan
di tenggorokan atau daerah epigastrium yang memperingatkan seorang
individu bahwa muntah akan segera terjadi. Mual sering disertai dengan
peningkatan aktivitas sistem saraf parasimpatis termasuk diaphoresis,
air liur, bradikardia, pucat dan penurunan tingkat pernapasan. Muntah
didefinisikan sebagai ejeksi atau pengeluaran isi lambung melalui
mulut, seringkali membutuhkan dorongan yang kuat (Dipiro et al.,
2015).
Pada gejala ini juga terjadi pada Tn. G yang dibuktikan pasien
mengeluh mual dan muntah sehingga menyebabkan tidak nafsu makan
dan penurunan berat badan sebanyak 8 kg dalam 1 minggu terakhir.
2) Edema pada kaki
Edema merupakan terkumpulnya cairan di dalam jaringan
interstitial lebih dari jumlah yang biasa atau di dalam berbagai rongga
tubuh mengakibatkan gangguan sirkulasi pertukaran cairan elektrolit
antara plasma dan jaringan interstitial. Edema pada tungkai kaki terjadi
karena kegagalan jantung kanan dalam mengosongkan darah dengan
adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara
normal kembali dari sirkulasi vena. Edema ini di mulai ada kaki dan
tumit (edema dependen) dan secara bertahap bertambah keatas tungkai
dan paha dan akhirnya ke genitalia eksterna dan tubuh bagian bawah.
Edema sakral jarang terjadi pada pasien yang berbaring lama, karena
daerah sakral menjadi daerah yang dependen. Bila terjadinya edema
maka kita harus melihat kedalaman edema dengan pitting edema. Pitting
edema adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan
ringan pada ujung jari , baru jelas terlihat setelah terjadinya retensi cairan
paling tidak sebanyak 4,5 kg dari berat badan normal selama mengalami
edema (Brunner and Suddarth, 2002).
Grading edema :
1+: pitting sedikit/ 2mm, menghilang dengan cepat
2+: pitting lebih dalam/ 4mm, menghilang dalam waktu 10-15 dtk
3+: lubang yang dalam/6mm, menghilang dalam waktu 1 mnt
4+: lubang yang sangat mendalam/ 8mm berlangsung 2-5 mnt,
ekstremitas
pada pasien Tn.s pitting edema ada pada grade 1+
3) Pruritus, Kulit Bersisik
Pruritus merupakan suatu proses kompleks yang terjadi akibat
adanya stimulasi terhadap ujung saraf bebas yang terletak di dekat
dermoepidermal-junction oleh zat-zat kimia tertentu dan rangsangan fisik
(mekanik). Lesi kulit sekunder yang merupakan ciri pruritus adalah
ekskoriasi, likenifikasi dan hiper atau hipopigmentasi. Pruritus
merupakan keluhan yang paling sering terjadi pada pasien hemodialisis.
Hampir 60-80% pasien yang menjalani dialisis (baik hemodialisis
maupun dialisis peritoneal) mengeluhkan pruritus. Pruritus didefi nisikan
sebagai rasa gatal setidaknya 3 periode 1-6 dalam waktu 2 minggu yang
menimbulkan gangguan, atau rasa gatal yang terjadi lebih dari 6 bulan
secara teratur. Pruritus umumnya dialami sekitar 6 bulan setelah awal
dialisis dan biasanya makin meningkat dengan lamanya pasien menjalani
dialisis. Uremia merupakan penyebab metabolik pruritus yang paling
sering. Faktor yang mengeksaserbasi pruritus termasuk panas, waktu
malam hari. (Roswati, 2013).
Tn. G mengalami keluhan pruritus kulit kering dan
keringat.terutama pada malam hari, biasanya menggaruk menggunakan
sisir ataupun menggunakan lotion dibantu oleh isrti.
a. Data yang ada pada kasus tapi tidak ada dalam teori
Tidak ada, karena semua gejala yang ada pada Tn. G sama dengan tanda dan
gejala di teori.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status
kesehatan klien (Herdman, 2012).
Syarat untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan menurut
Herdman (2012), di perlukan adanya Problem, etiology, symptom (PES) yang
dijelaskan sebagai berikut :
i Problem (Masalah)
Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan
atau masalah kesehatan klien secara singkat dan sejelas mungkin. Karena
pada bagian ini dari diagnosa keperawatan mengidentifikasi apa yang tidak
sehat tentang klien dan apa yang harus di rubah tentang status kesehatan
klien dan juga memberikan pedoman terhadap tujuan dari asuhan
keperawatan.
ii Etiologi (Penyebab)
Etiologi (penyebab) adalah faktor faktor klinik dan personal yang dapat
merubah status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah.
Etiologi mengidentifikasi fisiologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual
serta faktor-faktor lingkungan yang di percaya berhubungan dengan masalah
baik sebagai penyebab maupun faktor resiko. Karena etiologi
mengidentifikasi faktor yang mendukung terhadap faktor masalah kesehatan
klien, maka etiologi sebagai pedoman atau sasaran langsung dari intervensi
keperawatan. Jika terjadi kesalahan dalam menentukan penyebab maka
tindakan keperawatan menjadi tidak efektif dan efesien.
iii Symptom (tanda atau gejala)
Merupakan identifikasi data objektif dan subjektif sebagai tanda dari
masalah keperawatan memerlukan kriteria evaluasi.
Pada saat pengkajian pada Tn. G penulis mengangkat 3 diagnosa
keperawatan sesuai prioritas masalah berdasarkan kebutuhan Hierarki
Maslow, yaitu:
g. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran
urine,diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
h. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane
mukosa mulut
i. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
kadar ureum dan kreatinin serum.
Sedangkan pada teori CKD on HD didapatkan diagnosa
keperawatan yaitu :
3. Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, mengatasi masalah – masalah yang telah diidentifikasi dalam
diagnosis keperawatan (Rohmah dan Walid, 2010). Tahap perencanaan dapat
disebut sebagai inti atau pokok dari proses keperawatan sebab perencanaan
merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai,
hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan
melakukan tindakan keperawatan.
Karenanya, dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk
klien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksimal (Asmadi,
2008).
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
yang muncul, penentuan masalah disesuaikan dengan prioritas masalah yang
harus diatasi terlebih dahulu, paling mendesak, paling mengancam, serta
disesuaikan dengan kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow atau lebih
yang ditekankan pada keadaan yang mengancam kehidupan. Dalam penetapan
tujuan dan kriteria pada kasus ini disesuaikan dengan teori serta kondisi pasien.
Tujuan dan kriteria evaluasi mengacu pada rumus SMART yaitu Spesifik
(fokus pada pasien, singkat dan jelas), Measurable (dapat diukur), Achievable
(dapat dicapai), Reasonable (ditentukan oleh perawat dan pasien), dan Time
Limited (ada kriteria waktu).
Dalam penyusunan kriteria hasil ada beberapa hal yang harus
diperhatikan diantaranya dengan tujuan bersifat khusus konkret, hasilnya harus
dapat dilihat, didengar dan di ukur oleh rang lain. Dalam penyusunan rencana
keperawatan mencakup ONEK yaitu Observasi, Nursing Treatment (tindakan
mandiri perawat), Health Education, dan Kolaboration. Berikut diagnosa
prioritas masalah pada Tn.G sesuai dengan kebutuhan pasien menurut Hierarki
Maslow.
4. Pelaksanaan
Palaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan
data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Walid, 2010).
Dalam pelaksanaan tindakan dalam asuhan keperawatan kepada Tn.G
penulis sudah sesuai dengan intervensi yang sudah di rencanakan untuk pasien
Untuk mencapai tujuan yang di harapkan pada Tn.G penulis bekerja sama
dengan perawat yang ada di bangsal dan diruangan hemodialisa, dokter yang
merawat pasien, penanggung jawab ruangan serta tenaga kesehatan lain. Selain
itu penulis juga bekerja sama dengan keluarga atau istri pasien dalam setiap
tindakan yang dilakukan.
1. Evaluasi
Evaluasi menurut Asmadi (2008) adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan
tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses
keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus
tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi
ditujukan untuk:
a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
b. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
c. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai Evaluasi
terbagi menjadi dua yaitu :
i. Evaluasi proses adalah evaluasi ysng dilaksanakan setelah melakukan
tindakan yang mengacu pada respon pasien terhadap tindakan tersebut.
ii. Evaluasi hasil adalah evaluasi akhir pada semua tindakan keperawatan
yang mengacu pada tujuan
A. Kesimpulan
yang dilakukan oleh penulis serta menulis hasil dari laporan kasus yang
1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang dilakukan yaitu klien mengeluh lemas sudah 2 hari,
mual muntah, BAK sedikit, pinggang klien sakit dan sakit kepala. TTV
18x/menit.
2. Diagnosa Keperawatan
perawatan diri.
3. Intervensi
atas.
4. Implementasi
Brunner & Suddarth. (2008). Keperawatan Medikal Bedah.(edisi 8). Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E.dkk. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Alih Bahasa :
I Made Kriasa. EGC. Jakarta
Helmi, Zairin. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal; jilid 1, Jakarta: Salemba
Medika
Herdman, Heather & Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi
2015 – 2017 Edisi 10. Jakarta: EGC
Judha M, Sudarti. 2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan, Nuha medika :
Yogyakarta
Lukman & Ningsih, Nurma. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medik
Mardiono. (2010). Teknik Ditraksi. Diposting oleh Qittun pada Rabu, 29 Oktober 2008.
Diakses pada 25 Maret 2018 dari http://qittun.blogspot.com/2008/10/tehnik-
distraksi.html
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. EGC: Jakarta.
Nurarif. A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC – NOC. Jogjakarta : MediAction.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan, Ed. 2.
Jakarta: Salemba Medika
Price, dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Ed. 6, volume
1&2. EGC: Jakarta.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi utuk Pemula. Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. 2001. Bukuajar keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC.
http://www.orthoinfo.aaos.org