OLEH:
Solehun
2021-01-14901-069
Pembimbing Klinik
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Tn. G Dengan Diagnosa Medis CKD (Chronic Kidney
Disease) Stage V On HD Dengan Anemia Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit
Universitas Airlangga”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan studi kasus ini
tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan.
3. Ibu Erna Kustiyaningsih, S.Kep,Ners selaku pembimbing Klinik yang telah
memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian asuhan
keperawatan dan laporan pendahuluan ini.
4. Orang tua kami, keluarga kami, dan orang terdekat yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan bantuan kepada saya dalam hal material.
5. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
studi kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan penulisan studi kasus ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan studi kasus ini
bermanfaat bagi kita semua.
BAB 1
PENDAHULUAN
Chronic Kidney Disease adalah suatu proses fisiologis dengan etiologi beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan umumnya berakhir dengan
gagal ginjal. Selanjutnya gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu derajat yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Hal ini terjadi bila
laju filtrasi glomerulus kurang dari 50ml/menit (Sudoyo, 2006).
2.1.2 Etiologi
Penyebab Insiden
Glomerulonefritis 46,39%
Hipertensi 8,46%
Klasifikasi stadium pada pasien Chronic Kidney Disease ditentukan oleh nilai laju
filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi yang
lebih rendah. Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI) (2002)
mengklasifikasikan Chronic Kidney Disease dalam lima stadium , antara lain :
Tabel 1.2
(ml/menit/1.73 m2)
2.1.4 Patofisiologi
Awal perjalanan penyakit Chronic Kidney Disease tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih
sama. Pengurangan massa ginjal yang mengakibatkan hipertrofi struktural dan
fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi
yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors, hal ini
mengakibatkan terjadinya hiperventilasi dan diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler
dan aliran darah glomerulus.
Proses adaptasi ini berlangsung singkat dan akhirnya timbul proses maladaptasi
berupa sklerosis nefron yang masih tersisa, yang pada akhirnya proses ini diikuti dengan
penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif
lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis–renin–angiotensin–aldosteron intrarenal, ikut
memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas
tersebut. Aktivitas jangka panjang aksis renin–angiotensis–aldosteron, sebagian
diperantarai oleh growth factor seperti transforming growth factor ß (TGF-ß). Beberapa
hal yang juga dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas penyakit ginjal kronik
adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia.
Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang
ginjal (renal reserve), pada keadaan mana basal LFG masih normal atau malah
meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron
yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.
Sampai pada LFG sebesar 60% pasien masih belum merasakan keluhan (asimptomatik),
tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG
sebesar 30% mulai terjadi keluhan pada psien seperti nokturia, badan lemah, mual,
nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. Sampai pada LFG dibawah 30%
pasien menunjukkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti anemia, peningkatan
tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan
lain sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi
saluran nafas, maupun infeksi saluran cerna juga akan terjadi gangguan keseimbangan
air seperti hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain
natrium dan kalium. Pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang
lebih serius dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement
therapy) antara lain dialysis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan
pada stadium gagal ginjal terminal atau End Stage Renal Disease (Sudoyo, 2006).
Glomerulonfritis Obstruksi dan Diabetic kidney Nefritis hipertensi SLE ( nefritis
kronis infeksi disease lupus )
WOC CKD
( Chronic Kidney Disease ) Gangguan tubulus dan glomerulus
Penurunan GFR
B1 B2 B3 B4 B5 B6
( Breathing ) ( Blood ) ( Brain ) ( Bladder ) ( Bowel ) ( Bone )
Cairan tidak bisa di Penurunan Bun, Kreatinin ↑ Peningkatan Penumpukan zat- Sindrom uremik
keluarkan dari tubuh produksi eritro aktivitas system zat toksin
oleh ginjal protein RAA
Penurunan
Respon
kesadaran Anoreksia
Cairan menumpuk di Masa hidup eritrosit Retensi air dan Na musculoskeletal
paru berkurang dan jumlah ureum pada jaringan
eritrosit menurun otot meningkat
sesak Anemia Penurunan Keram otot,
MK : Risiko MK : Gangguan
produksi urine kelemahan fisik
Jatuh nutrisi kurang dari
Kelelahan kebutuhan
Pola napas MK :
Edema
MK : Gangguan - Intoleransi
MK :
perfusi jaringan Aktivitas
perifer MK : Hipervolemia
- Pola nafas tidak
efektif
- Gangguan
pertukaran gas
Sudoyo (2006) berpendapat bahwa stadium paling dini pada gagal ginjal kronis
adalah terjadi kehilangan daya cadang ginjal dan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) masih
normal atau meningkat, mengakibatkan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif
ditandai dengan peningkatan kadar ureum dan kreatinin, manifestasinya antara lain :
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, sesak nafas akibat perikarditis, efusi perikardiak, gagal
jantung akibat penurunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
b. Gangguan integumen
Kulit pucat akibat anemia dan gatal-gatal akibat toksik.
c. Gangguan pulmoner
Suara krekels, batuk dengan sputum kental dan liat, napas dangkal, napas
kussmaul.
d. Gangguan gastrointestinal
Napas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan mulut, anoreksia, mual,
muntah, perdarahan saluran gastrointestinal.
e. Gangguan muskuloskeletal
Kram otot, rasa kesemutan dan terbakar, tremor, kelemahan dan hipertropi
pada otot-otot ekstrimitas.
f. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air yang dapat juga terjadi kehilangan natrium
dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
g. Gangguan endrokrin
Gangguan seksual : libido fertilitas dak ereksi menurun, gangguan menstruasi
dan aminore, gangguan metabolic glukosa lemak dan vitamin
h. Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sumsum tulang berkurang.
2.1.6 Komplikasi
a. Hiperkalemia
Akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan masukan diet
berlebihan.
b. Perikarditis, efusi perikardial dan tamponade jantung
Akibat retensi produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi
Retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem rennin-angiotensin-aldosteron.
d. Anemia
Penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah, perdarahan
gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin dan kehilangan darah selama
hemodialisa.
e. Penyakit tulang
Retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah, metabolism vitamin D
abnormal, dan peningkatan kadar aluminium.
Lokasi penusukan kateter dobel lumen dapat dilakukan dibeberapa tempat yaitu:
2.1.2.1. Vena Femoralis
Pengertian kateter femoralis adalah pemasangan kanul kateter secara
perkutaneous pada vena femoralis. Kateter dimasukkan ke dalam vena femoralis
yang terletak di bawah ligamen inguinalis.
Kateter vena sering bermasalah akibat infeksi ataupun sumbatan oleh bekuan
darah. Pada kateter tunneled dapat diberikan antibiotika untuk mengatasi infeksi
sementara pada kateter non tunneled harus segera diganti. Pada pemakaian
kateter subclavia lebih sering terjadi stenosis vena sentral.
3.2. Penanggulangan Masalah
3.2.1 Stenosis Vena Sentral
Penderita biasanya datang dengan keluhan akses tidak dapat digunakan,
tangan bengkak dan kemerahan. Kadang kadang bisa juga kronik dan
penderita datang dengan keluhan pembuluh darah dilengan menonjol pada
beberapa tempat dan jika selesai hemodialisa darah susah berhenti.
Sumbatan biasanya akibat tusukan bekas akses HD didaerah leher dan
dada yang menyempit.Untuk mengatasi masalah ini dilakukan venografi
untuk mengetahui lokasi sumbatan dan jika memungkinkan dilakukan
venoplasti.
3.2.2 Pseudoaneurisma
Terjadi benjolan merah dan jika pecah terjadi perdarahan hebat. Ini adalah
suatu kondisi emergensi, karena perdarahan biasanya berat. Pada kasus ini
biasanya dilakukan operasi untuk penutupan pseudoaneurisma.
3.2.3 Stenosis Draining Vein
Biasanya penderita datang dengan keluhan akses nya mulai mengalami
masalah dengan mesin. Pada waktu penarikan, darah yang dapat ditarik
tidak mencukupi. Pada kondisi ini dilakukan venografi dan kalau perlu
dilakukan venoplasti.