Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit ginjal kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah

proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, ditunjukkan dengan

ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, dan

irreversible menyebabkan tubuh gagal dalam mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi

uremia atau azotemia. (Maesarok, 2021).

Gagal ginjal kronis merupakan penyakit yang menyebabkan

kematian terbesar di dunia. Berdasarkan data WHO (2017) terdapat 10

besar penyakit menjadi penyebab kematian teratas sebagai penyumbang

55% dari 55,4 juta kematian di seluruh dunia. Salah satunya yaitu penyakit

ginjal telah meningkat dari penyebab kematian ke-13 di dunia menjadi

penyebab kematian ke 10. Kematian meningkat dari 813.000 orang pada

tahun 2000 menjadi 1,3 juta orang pada tahun 2019. Melihat tren

prevalensi CKD menurut kelompok usia, CKD kira-kira 4 kali lebih umum

di antara yang lebih tua (usia ≥65) daripada orang yang lebih muda. Angka

kematian usia ≥66 tahun dengan CKD adalah 118,3 per 1.000 orang-tahun

pada tahun 2018. Angka kematian yang disesuaikan dengan usia, jenis

kelamin, ras/etnis adalah 96,0 per 1.000 orang dalam setahun (Whisnant,

2018 dalam (Arofiati et al., 2019)).

Berdasarkan Kemenkes RI (2018), prevalensi penyakit gagal ginjal

kronis di Indonesia yang terdiagnosis dokter sebanyak 713.783 orang


(0.38%), prevalensi tertinggi di Jawa Barat dengan jumlah 131.846 orang

(0.48%) pengalami penyakit gagal ginjal kronik. Di Provinsi terdapat

12.092 orang (0.44%) penderita gagal ginjal kronik. Di Kabupaten

Gianyar terdapat 0,2% pasien dengan gagal ginjal kronis (RISKESDAS,

2018). Data bulan Mei tahun 2022, pasien CKD di Rumah Sakit Umum

Daerah Sanjiwani Gianyar berjumlah 146 orang dengan pasien baru

bertambah 16 orang (…%)dan pasien meninggal berjumlah 8 orang (…..

%).

Pada penyakit ginjal tahap akhir terapi pengganti ginjal diperlukan

untuk memperpanjang hidup. Terapi pengganti ginjal dapat berupa

hemodialisis dan transplantasi ginjal yang gunanya tidak hanya untuk

memperpanjang hidup akan tetapi juga untuk mengembalikan kualitas

hidup dengan meningkatkan kemandirian pasien (Smeltzer & Bare, 2015

dalam (Djamaludin et al., 2021)).

Berdasarkan data Kemenkes RI (2018) Proporsi Hemodialisis pada

Penduduk Umur ≥15 Tahun dengan Gagal Ginjal Kronis berdasarkan

Diagnosis Dokter di Indonesia yaitu sebanyak 2.850 orang (19.33%)

dengan proporsi tertinggi di provinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 651 orang

(19.38%). Data bulan Mei tahun 2022, pasien CKD yang menjalani

hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar berjumlah

146 orang dengan pasien baru bertambah 16 orang dan pasien meninggal

berjumlah 8 orang.

Proses terapi hemodialisis yang membutuhkan waktu 5 jam,

umumnya akan menimbulkan stress fisik pada pasien setelah hemodialisis.


Belum lagi permasalahan yang timbul selama proses hemodialisis

berlangsung seperti intradialytic hypotension, kram otot, sakit kepala,

mual, hipertensi, disequilibrium syndrome dan sebagainya. Pasien akan

merasakan kelelahan dan keluar keringat dingin akibat tekanan darah yang

menurun sehubungan dengan efek hemodialysis (Djamaludin et al., 2021)

Fatigue atau kelelahan adalah salah satu masalah dengan prevalensi

yang cukup tinggi diantara efek tindakan hemodialisis yang diterima

pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa 71,0 % sampai 92,2% pengalaman pasien dengan

kelelahan dan bahwa kelelahan adalah 4 kondisi yang paling penting untuk

diobservasi pada pasien dengan penyakit ginjal kronik (Djamaludin et al.,

2021)

Secara umum, fatigue telah digambarkan sebagai kelemahan,

perasaan fatigue, dan kekurangan energi. fatigue tidak hanya

mempengaruhi kehidupan sehari-hari pasien tetapi juga menyebabkan

gangguan perawatan diri sehari-hari, status psikologis, dan kualitas hidup.

Sekitar 94% pasien dengan hemodialisis cenderung menjalani lebih

banyak sesi dialisis jika itu akan meningkatkan tingkat energi mereka.

Namun, beberapa penelitian telah dilakukan dalam hal ini. fatigue, dengan

prevalensi 60% hingga 97%, telah diusulkan sebagai gejala paling parah

yang pernah dilaporkan di antara pasien dengan penyakit ginjal kronis

Meskipun hemodialisis reguler, pasien masih dipengaruhi oleh gejala,

yaitu sindrom uremik, dengan fatigue menjadi salah satu gejala yang

paling umum. Ada korelasi yang signifikan antara pengurangan aktivitas


fisik dan peningkatan depresi atau fatigue. Karena aktivitas menurun,

kekuatan individu menurun, yang mengintensifkan depresi dan fatigue

(Maesarok, 2021).

Berdasarkan Studi Pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 30

Mei 2022 dari 21 pasien CKD setelah diberikan terapi hemodialisa

didapatkan bahwa 6 pasien mengatakan merasa kelelahan, 2 pasien merasa

mual, 4 pasien mengatakan merasa pusing, dan 9 pasien mengatakan tidak

memiliki keluhan. Sedangkan pada tanggal 15 Juni 2022, dari 21 pasien

yang berbeda dari studi pendahuluan yang sebelumnya didapatkan bahwa

5 pasien mengatakan merasa kelelahan, 5 orang mengatakan merasa

pusing, 3 orang mengatakan pegal, dan 8 orang mengatakan tidak

memiliki keluhan.

Penanganan yang dapat dilakukan selain dari pemberian terapi

farmakologi untuk mengurangi fatigue dapat juga dilakukan terapi

nonfarmakologi dalam bentuk exercise, terapi tidur, akupuntur dan

relaksasi. Adapun intervensi lain sebagai inovasi yang dapat dilakukan

untuk menurunkan intoleransi aktivitas akibat tingkat kelelahan saat

menjalani terapi hemodialisa dengan teknik breathing exercise (Septiwi,

2019)

Breathing Exercise adalah teknik penyembuhan yang alami dan

merupakan bagian strategi holistic selfcare untuk mengatasi berbagai

keluhan seperti fatigue, nyeri, gangguan tidur, stress dan kecemasan.

Secara fisiologis intervensi ini dapat membantu untuk menstimulasi sistem

saraf parasimpatik sehingga mampu meningkatkan produksi endoprin,


menurunkan nadi, dan ekspansi paru sehingga dapat berkembang

maksimal otot-otot menjadi rileks. Breathing Exercise merupakan

intervensi dengan teknik yang mudah dilakukan, mudah dipelajari, tidak

membahayakn pasien, dan tidak memerlukan biaya yang besar. Salah

satunnya adalah Pursed Lips Breathing, Latihan ini juga tidak

membutuhkan waktu yang lama dan dapat dilakukan sebelum,

intradialisis, sesudah proses hemodialisis. ( Stanley,2011dalam (Fajrianti,

2019)).

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh

Djamaludin et al (2021) dengan judul “Pengaruh Breathing Exercise

Terhadap Level Fatigue Pasien Hemodialisis” yang menunjukkan bahwa

perbedaan bermakna mengenai tingkat kelelahan pasien antara sebelum

dan sesudah nafas dalam. Hal tersebut sesuai dengan konsep teori yang

menyatakan bahwa napas dalam merupakan salah satu teknik pernapasan

secara mandiri untuk meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan

perfusi oksigen ke jaringan perifer dan merupakan salah satu bentuk terapi

yang mampu meringankan gejala kelelahan ( bisa diangkat tentang

Gangguan rasa nyaman/pusing post HD) berapa % mengalami nya?

dicantumkan

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk membuat

Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) dengan judul “Analisis Asuhan

Keperawatan Pasien CKD Stage V On Hemodialisis dengan Masalah

Keperawatan Intoleransi Aktivitas Terhadap Pemberian Terapi Breathing

Exercise di Ruang Hemodialisa RSUD Sanjiwani Gianyar Tahun 2022”.


B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui Asuhan Keperawatan dengan Pemberian Terapi Breathing

Exercise pada pasien dengan Masalah Keperawatan Intoleransi

Aktivitas.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengkajian keperawatan intoleransi aktivitas pada

pasien CKD Stage 5 On HD di Ruang Hemodialisa RSUD

Sanjiwani Gianyar Tahun 2022.

b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas pada

pasien CKD Stage 5 On HD di Ruang Hemodialisa RSUD

Sanjiwani Gianyar Tahun 2022.

c. Mengidentifikasi intervensi keperawatan intoleransi aktivitas pada

pasien CKD Stage 5 On HD di Ruang Hemodialisa RSUD

Sanjiwani Gianyar Tahun 2022.

d. Mengidentifikasi implementasi keperawatan intoleransi aktivitas

pada pasien CKD Stage 5 On HD di Ruang Hemodialisa RSUD

Sanjiwani Gianyar Tahun 2022.

e. Mengidentifikasi evaluasi keperawatan intoleransi aktivitas pada

pasien CKD Stage 5 On HD di Ruang Hemodialisa RSUD

Sanjiwani Gianyar Tahun 2022.


C. Manfaat

1. Manfaat Keilmuan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk

memperdalam teori asuhan keperawatan pada pasien CKD Stage 5 dan

bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan khususnya

mengenai Asuhan Keperawatan pada pasien CKD Stage 5 On HD

dengan masalah keperawatan intoleransi aktivitas.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Penulis

Hasil penulisan karya ilmiah akhir ners ini dapat dijadikan sebagai

syarat mempoeroleh gelar ners dan sebagai acuan dalam memenuhi

praktek stase KIA Ners.

b. Bagi Tempat Praktek

Hasil penulisan karya ilmiah akhir ners ini dapat dijadikan sebagai

referensi penatalaksanaan pasien CKD dengan masalah

keperawatan intoleransi aktivitas.

c. Bagi Masyarakat/Pasien

Hasil penulisan karya ilmuah akhir ners ini dapat dijadikan bahan

evaluasi pasien dalam menanggulangi masalah keperawatan

intoleransi aktivitas yang dimilki.


DAFTAR PUSTAKA

Arofiati, F., Magister, M., Univeristas, K., Yogyakarta, M., Studi, P.,

Keperawatan, M., & Muhammadiyah, U. (2019). Pengaruh Intradialytic

Exercise Terhadap Fatigue. JURNAL EDUNursing, 3(1).

Djamaludin, D., Safriany, R., & Sari, R. Y. (2021). Pengaruh Breathing Exercise

Terhadap Level Fatigue Pasien Hemodialisis. Malahayati Nursing Journal,

3(1), 72–81. https://doi.org/10.33024/manuju.v3i1.1636

Fajrianti, R. A. (2019). Studi Kasus Menurunkan Fatigue Dengan Pursed Lips

Breathing Exercise Pada Pasien Hemodialisa. 5(mild), 1–7.

Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Daerah. In Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan (pp. 1–629).

http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/

Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf

Maesarok. (2021). Pengaruh Brething Exercise Terhadap Penurunan Tingkat

Fatigue Pada Pasien Hemodialisa. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia,

6(1), 6.

RISKESDAS. (2018). Laporan Provinsi Bali RISKESDAS 2018. In Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Septiwi, C. (2019). Pengaruh Breathing Exercise Terhadap Level Fatigue Pasien

Hemodialisis Di RSPAD GATOT SUBROTO JAKARTA. Jurnal

Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), 8(1), 14–21.

Anda mungkin juga menyukai