Anda di halaman 1dari 13

PENATALAKSANAAN ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT PPOK

KELOMPOK 11
NAMA KELOMPOK :
Alda Hikmaratul maulia 201041001
Dea Rif’atushalihah 201041005
Femmy Santika M 201041014
Regina Rahmadita 201041037

DOSEN DAN INSTRUKTUR :

Yanuarti Petrika, S.Gz., MPH


Shelly Festilia Agusanty, S.Gz., MPH
Ersi Aprianti, S.Tr.Gz
Maulana Ulfa, S.Tr.Gz

PRODI D4 GIZI JURUSAN GIZI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK
TAHUN 2023
1) PENATALAKSANAAN ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) kurang dikenal di masyarakat. Menurut
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD), PPOK adalah penyakit yang
umumnya dapat dicegah dan diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus
menerus yang biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi
kronis di saluran pernapasan dan paru-paru akibat partikel berbahaya atau berbagai macam
gas. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dapat dikatakan salah satu penyumbang
kesakitan dan kematian di dunia yang cukup tinggi (Permatasari, 2016).
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan salah satu penyakit yang memilki
beban kesehatan tertinggi. World Health Organization (WHO) dalam Global Status of Non-
communicable Diseases tahun 2010 mengkategorikan PPOK ke dalam empat besar penyakit
tidak menular yang memiliki angka kematian yang tinggi setelah penyakit kardiovaskular,
keganasan dan diabetes. GOLD Report 2014 menjelaskan bahwa biaya untuk kesehatan
yang diakibatkan PPOK adalah 56% dari total biaya yang harus dibayar untuk penyakit
respirasi. Biaya yang paling tinggi adalah diakibatkan kejadian eksaserbasi dari penyakit
ini.Kematian menjadi beban sosial yang paling buruk yang diakibatkan oleh PPOK, namun
diperlukan parameter yang bersifat konsisten untuk mengukur beban sosial. Parameter
yang dapat digunakan adalah Disability-Adjusted Life Year (DALY), yaitu hasil dari
penjumlahan antara Years of Life Lost (YLL) dan Years Lived with Disability (YLD).
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperkirakan pada tahun 2030, PPOK akan
menempati peringkat ketujuh, dimana sebelumnya pada tahun 1990 penyakit ini
menempati urutan keduabelas (Soeroto, 2014).
a. Assesment Gizi
Pada langkah pertama dilakukan pengumpulan data, melakukan verifikasi dan
interpretasi data meliputi 5 komponen data yaitu data riwayat terkait gizi dan makanan,
antropometri, biokimia, data fisik klinis terkait gizi dan data riwayat klien (Gee, Molly et
al,2008; Lysen dan Israel, 2017).
1) Riwayat terkait gizi dan makanan
Yang diidentifikasi data nya meliputi asupan makanan dengan metode recall 24 jam,
riwayat diet, frekuensi makan, besar porsi makanan yang dikonsumsi, ditanyakan juga
kebiasaan makan di luar rumah, teknik pengolahan makanan di rumah, dan sumber-sumber
makanan yang mengandung densitas energi tinggi seperti makanan yang mengandung
lemak dan gula (karbohidrat). Perlu digali juga informasi riwayat kesukaan makanan, alergi
makanan atau adanya intoleransi terhadap makanan, termasuk konsumsi suplemen vitamin
mineral tertentu maupun herbal. Ketahui juga tingkat pengetahuan gizi, kepercayaan dan
sikap terhadap makanan dan zat gizi untuk mengetahui pemahaman pasien terkait
makanan dan gizi. Termasuk riwayat pernah mendapat paparan edukasi gizi atau konseling
gizi dan terapi gizi yang harus dijalani.
2) Data antropometri
Untuk data antropometri yang dikumpulkan adalah tinggi badan, berat badan saat ini,
berat badan biasanya dan ukuran lingkar pinggang. Data IMT untuk menetapkan keadaan
overweight atau obesitas. Data IMT tersebut diperoleh dengan cara menimbang berat
badan dalam satuan kilogram (Kg) dan mengukur tinggi badan dalam satuan meter (m).
Kemudian dihitung nilai IMT dengan rumus: berat badan dalam satuan Kg dibagi dengan
tinggi badan dalam satuan meter pangkat dua (Gibson, RS,2005; Lee,Robert D, 2011). WHO
(2000) menetapkan klasifikasi overweight dan obesitas pada orang dewasa berdasarkan
perhitungan IMT. Termasuk kategori overweight jika IMT > 25,00 Kg/m2 dan obesitas jika
IMT > 25,00 Kg/m2.
Untuk orang dewasa di Indonesia, Departemen Kesehatan (1996) melalui Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS) telah menetapkan juga batasan IMT yang dimodifikasi
berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Acuan
tersebut diperbaharui pada tahun 2014 dengan diterbitkannya Pedoman Gizi Seimbang
(PGS). Berdasarkan hal tersebut, batasan IMT atau klasifikasi IMT untuk orang dewasa di
Indonesia seperti kekurangan berat badan tingkat berat jika IMT < 17 , kekurangan berat
badan tingkat ringan jika IMT 17-18,4 , normal jika IMT 18,5- 25 dan obesitas tingkat ringan
jika IMT >25 – 27 sertaobesitas tingkat berat jika IMT > 27.
3) Data biokimia
Pada data biokimia, informasi yang dikumpulkan adalah hasil pemeriksaan
laboratorium terkait penyakit komorbiditas atau risiko metabolik sindrom meliputi
pemeriksaan glukosa darah, HbA1C, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida,
serta kadar kolesterol HDL. Selain itu dapat juga juga dilengkapi dengan hasil pemeriksaan
protein visceral dan hematologi (Lee,Robert D, 2011).
4) Data pemeriksaan fisik klinis terkait gizi
Data fisik klinis merupakan karakteristik fisik dan gambaran secara klinis yang
memperlihatkan gambaran dampak dari obesitas terhadap masalah gizi yang muncul. Data
ini menjadi tanda atau gejala adanya ketidakseimbangan antara asupan energi
dibandingkan kebutuhan energi yang diperlukan tubuh, dan ketidakseimbangan terhadap
pengeluaran energi tubuh. Contoh-contoh data fisik klinis pada kasus obesitas dewasa
diantaranya postur tubuh tampak gemuk, dagu tampak berlipat, adanya penumpukan
lemak subkutan, adanya peningkatan tekanan darah, adanya peningkatan nafsu makan, dan
sebagainya.
5) Data riwayat klien.
Data meliputi riwayat personal dari pasien seperti informasi umur pasien, jenis
kelamin, pendidikan, etnis, termasuk riwayat sosial yaitu sosioekonomi, perumahan, dan
dukungan pelayanan kesehatan yang dimiliki. Informasi lain yang digali adalah riwayat
medis pasien dan keluarga termasuk status penyakit dan kondisinya untuk mengetahui
adanya risiko tinggi morbiditas dan mortalitas. Informasi penyakit yang sering dialami
pasien obesitas meliputi penyakit jantung koroner, atau penyakit aterosklerotik lainnya,
diabetes melitus tipe 2, adanya sleep apnea, atau adanya peningkatan tekanan darah
(Lee,Robert D, 2011).
STUDI KASUS CRTICAL IIL PPOK
KASUS 2

Seorang laki-laki Tn. S (petani) umur 61 tahun, sudah menikah, beragama islam,
pendidikan terakhir SMP, masuk Rumah Sakit dengan diagnosa medis Penyakit Paru
Obstruktif Kronis. Tn.S dirawat di ruang rawat inap paru masuk melalui IGD pada tanggal 19
Desember 2022 pukul 14.00 WIB rujukan dari RSUD Painan dengan alasan masuk sesak
semakin meningkat yang disetai batuk berdahak sejak 5 hari sebelum masuk RSUP Dr. M.
Djamil. Istri pasien mengatakan sesak bertambah seiring dengan adanya aktifitas ringan.
Pasien mengatakan nyeri pada dada. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 20
Desember 2022 pukul 12.30, hari perawatan pertama kondisi pasien tampak sesak dan
sesak meningkat seiring dengan adanya aktifitas ringan, istri pasien mengatakan batuk yang
disertai dahak yang sulit untuk di keluarkan berwarna putih. Pasien tampak menggunakan
otot bantu pernafasan dan pasien mengatakan lebih nyaman dengan posisi fowler.
Pasien pernah di rawat di RSUD Painan selama 10 hari dan Istri pasien mengatakan
pernah di rawat di RSUP Dr.M. Djamil di ruang syaraf dengan stroke kurang lebih 3 tahun
yang lalu dan pasien merupakan seorang perokok berat selama kurang lebih 41 tahun.
Biasanya pasien menghabiskan sebanyak 2-3 bungkus rokok perhari. Istri pasien
mengatakan sudah berhenti merokok sejak 3 tahun yang lalu. Pasien merupakan seorang
petani yang sering terpapar dengan asap pembakaran. Istri pasien mengatakan tidak ada
anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien serta tidak ada
anggota keluarganya yang menderita penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, jantung,
asma, hipertensi.
1) Pola Nutrisi Makan
Sehat : pasien mengatakan biasanya makan 3x sehari dengan lauk (3 kali/hari @50
gr) dan sayuran (2 kali/hari @100 gr), buah yang disukai (anggur, semangka, jeruk
manis 3-4 kali/minggu @100 gr), pasien tidak memiliki alergi makanan tetapi pasien
tidak menyukai ikan tongkol dan daging.
Sakit : Pasien hanya menghabiskan 2-3 sdm makanan.
2) Minum
Sehat : pasien minum 6-7 gelas dalam sehari sekitar 2000 cc.
Sakit : pasien minum 5 gelas dalam sehari sekitar 1000 cc, teprasang IVFD 20
tetes/menit.
3) Pola Tidur dan Istirahat
Sehat : pasien biasanya tidur 6-7 jam dalam sehari dan hanya sesekali tidur siang. -
Sakit : pasien tidur kurang lebih 5 jam dalam sehari
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Sehat : pasien dapat melakukan aktivitas sehari-harinya tanpa dibantu.
Sakit : pasien sulit untuk beraktifitas dan hanya berada di atas tempat tidur, aktivitas
sehari-harinya dibantu oleh perawat dan keluarga yang mendampingi.
Keadaan umum pasien lemah dengan tingkat kesadaran apatis . TB 165 cm dan BB
57 kg. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi : 102 kali/menit, RR 23 kali/menit, suhu
37.6oC.
Berdasarkan laboratorium pemeriksaan darah pada tanggal 19 didapatkan
Hemoglobin 13,2 g/dl, Leukosit 15.260/mm, trombosit 203.000/mm hematokrit 40
% , gula darah sewaktu 145 mg/dl, ureum darah 102 mg/dl, kreatinin darah 3,1
mg/dl . hasil analisa gas darah yaitu pH 7,33, PCO2 42 mmHg, pO2 148 mmHg, Na+
136 mmol/L, HCO3- 22,1 mmol/L.

Buatlah asuhan gizi dan menu sehari!

2) PEMBAHASAN

a. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Usia : 61 thn
Pekerjaan : Petani
BB : 57 kg
TB : 165 cm
Aktivitas : Sehat : pasien dapat melakukan aktivitas sehari-harinya tanpa
dibantu.
Sakit : pasien sulit untuk beraktifitas dan hanya berada di atas tempat tidur, aktivitas
sehari-harinya dibantu oleh perawat dan keluarga yang mendampingi.
Keluhan : Merasa sesak semangkin meningkat yang disertai dengan batuk
berdahak sejak 5 hari sebelum masuk RSUP Dr.M.Djmil.
Diagnosa : PPOK ( Penyakit Paru Obstruktif Kronis )
Kondisi Px : batuk berdahak sejak 5 hari sebelum masuk RSUP Dr. M. Djamil. Istri
pasien mengatakan sesak bertambah seiring dengan adanya aktifitas ringan. Pasien
mengatakan nyeri pada dada.

A. Assesment Gizi

NUTRITION ASSESSEMENT
Antropometri - bb :57 kg
- tb :165 cm
- BBI = 90% ( TB – 100 )
= 90% ( 165 – 100 )
= 90% ( 65 )
= 58,5 Kg
IMT =57kg/55 M2 =20,95KG/M2 (Normal)
Biokimia - Hemoglobin 13,2 g/dl, ( Normal )
- Leukosit 15.260/mm (Tinggi )
- Trombosit 203.000/mm (Normal )
- Hematokrit 40 % (Normal )
- Gula darah sewaktu 145 mg/dl (Normal )
- Ureum darah 102 mg/dl (Tinggi )
- Kreatinin darah 3,1 mg/dl (Tinggi )
- Analisa gas darah yaitu pH 7,33 (Normal)
- PCO2 42 mmHg (Normal )
- pO2 148 mmHg ( Tinggi )
- Na+ 136 mmol/L (Normal )
- HCO3- 22,1 mmol/L (Normal)

Klinis/fisik - TD 110/70mmhg
- RR 23x/menit
- Suhu 37.6℃

Riwayat Makan pasien mengatakan biasanya makan 3x sehari


dengan lauk dan sayuran, buah, pasien tidak
memiliki alergi makanan tetapi pasien tidak
menyukai ikan tongkol dan daging. Pada saat sakit
pasien hanya menghabiskan 2-3 sdm makanan.

 Audit Gizi
1/5
E= x 100 % = 392,4 kkal (20%)
1962kkal
(kurang)

1/5
P= x 100 % = 19,6 gr (20%)
98
(kurang)

1/5
L= x 100 % = 13,07 gr (19,98%)
65,39 gr
(kurang)

1/5
KH = x 100 % = 49 gr (20%)
245
(kurang)

BEE : 66 (13,5 X BB) + (5 x TB) - (6,8 x U)


: 66 (13,5 x 57) + (5 x 165) – (6,8 x 61)
: 1.245,7 kkal

Aktifitas Fisik
b. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi
20 % x 1.962 kkal
Protein = = 98 gr
4 kkal

30 % x 1.962 kkal
Lemak = = 65,39 gr
9 kkal

50 % x 1.962 kkal
Karbohidrat = = 245 gr
4 kkal
c. Identifikasi Masalah
 Domain Intake
NI.2.1 Kekurangan intake makanan dan minuman oral berkaitandengan sesak
nafas dan nyeri dada ditandai dengan persentase kebutuhan kurang dari
estimasi yaitu: energi (20%), protein (20%), lemak (19,98%), kh (20%)

 Domain Clinic
NC.2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi khusus berkaitan dengan
pulmonary disfuncition ditandai dengan peningkatan perubaha PaO2 yaitu 148
mmHg, Kreatinin 3,1 mg/dL , Leukosit 15.260/mm, Ureum darah 102 mg/Dl

 Domain Behavior
NB. 2.5 kurangnya pengetahuan terhadap rokok yang berkaitan dengan pasien
menghabiskan sebanyak 2-3 bungkus rokok perhari ditandai dengan sesak
bertambah seiring dengan adanya aktifitas ringan, nyeri pada dada,
mengatakan batuk yang disertai dahak yang sulit untuk di keluarkan berwarna
putih.

d. Intervensi
1. Terapi Gizi
a. Tujuan Diet
- Mencukupi subtrat metabolisme (protein, karbohidrat, lipid, elektrolit,
mineral, vitamin)
- Memaksimalkan sintesis protein, membatasi katabolisme protein
- Meningkatkan fungsi imun
- Memperbaiki fungsi paru
- Mencegah masa otot lebih lanjut
b. Prinsip Diet
- Energi tinggi
- Protein tinggi
- Lemak tinggi
- Karbohidrat rendah
c. Jenis Diet : Diet TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi Protein )
d. Syarat Diet
- Energi tinggi yaitu 1.245,7 kkal
- Protein tinggi yaitu 98 gr
- Lemak tinggi yaitu 65,39 gr
- Karbohidrat rendah yaitu 245 gr
- Vitamin dan mineral cukup
- Makanan yang dianjurkan : nasi, roti, puding, ayam, ikan, tahu, tempe,
bayam, buncis, semangka, pisang, pepaya, dll
- Makanan yang tidak dianjurkan : makanan yang dimasak dengan minyak
atau santan kental, bumbu yang berbau tajam
e. Bentuk Makanan : Makanan Lunak
f. Frekuensi Makan : Porsi kecil tapi sering (PKTS)
g. Rute Pemeberian : Melalui oral

2. Terapi Edukasi
a. Tujuan Edukasi
- Menjelaskan tentang pengertian, penyebab, dan dampak dari penyakit
PPOK
- Pasien dapat memahami tentang makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan
- Meningkatkan dan menambah pengetahuan terhadap penyakit PPOK
b. Materi
- Pengertian PPOK
- Dampak PPOK
- Penyebab PPOK
- Penatalaksanaan diet penyakit PPOK
c. Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
d. Waktu : ± 30 menit
e. Media : Food model, leaflet
f. Tempat : Ruang rawat inap pasien
g. Metode : Ceramah dan tanya jawab
e. Monev
- Antropometri : Memonitoring BB agar mempertahankan normal dengan waktu
pemeriksaan setiap hari
- Biokimia Data : Memantau hasil laboratorium agar kembali normal yaitu kreatinin
darah, GDS, leukosit, ureum darah, PH, dan PO² setiap seminggu 3x
- Asupan : Memonitoring asupan tercukupi sesuai dengan kebutuhan dan dikonsumsi
habis dilakukan setiap hari
- Physical Data : Memonitoring fisik klinis pasien
f. Menu Sehari
g. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai