Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN ANTARA BODY MASS INDEX (BMI), WAIST CIRCUMFERENCE (WC),

DAN WAIST HIP RATIO (WHR) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA
PRIA USIA 45 TAHUN KEATAS

RELATION BETWEEN BODY MASS INDEX (BMI), WAIST CIRCUMFERENCE (WC),


AND WAIST HIP RATIO (WHR) WITH FASTING BLOOD GLUCOSE LEVELS
OF MEN AGED 45 YEARS OLD AND ABOVE

Daniel Setiawan Nathan1, Penny Setyawati Martioso2, Rizna Tyrani Rumanti3

1
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
2
Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
3
Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang khas ditandai oleh
adanya hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin atau kerja insulin, atau kedua-
duanya. Salah-satu faktor risiko diabetes melitus adalah obesitas. Diagnosis obesitas dapat
ditegakkan dengan menggunakan indikator antropometrik yaitu body mass index (BMI),
waist circumference (WC), dan waist hip ratio (WHR). Tujuan penelitian ini adalah
untuk evaluasi dan membandingkan antara ukuran BMI, WC, dan WHR manakah yang
mempunyai korelasi paling kuat dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa sebagai
prediktor diabetes melitus.
Penelitian observasional-analitik dengan cross sectional design terhadap 30 orang pria
relawan usia 45 tahun atau lebih dengan obesitas di bandung pada periode januari-
desember 2014. Data terdiri dari tinggi badan (cm), berat badan (kg), BMI (kg/m2), WC
(cm), WHR (cm); kadar glukosa darah puasa (mg/dl) dari bahan darah kapiler setelah
berpuasa selama 8-12 jam yang diukur menggunakan glukometer auto-check® dengan
metode glukosa oksidase. Data dianalisis dengan menggunakan Pearson correlation
(α = 0,05) kemudian parameter diagnosis obesitas dengan nilai  < 0,05 dibandingkan
berdasarkan nilai r hitung untuk mengetahui hubungan paling kuat antara BMI, WC,
WHR dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa.
Waist hip ratio (WHR) mempunyai korelasi paling kuat dengan kadar glukosa darah
puasa (r = 0,458;  = 0,011), kemudian WC (r = 0,410;  = 0,024), tetapi BMI tidak
mempunyai korelasi (r = 0,228;  = 0,225).
Waist hip ratio (WHR) mempunyai korelasi yang lebih baik dengan peningkatan kadar
glukosa darah puasa pada pria usia 45 tahun keatas dibandingkan dengan WC.

Kata kunci: BMI, WC, WHR, obesitas, kadar glukosa darah puasa
ABSTRACT

Diabetes mellitus (DM) is a metabollic disease peculiarly shown by the existence of


hyperglicemia due to abnormality of either or both insulin secretion and performance.
One of diabetes mellitus risk factor is obesity. Obesity diagnosis is defined by certain
anthropometric indices, such as body mass index (BMI), waist circumference (WC), and
waist-to-hip ratio (WHR). The aim of this research are to evaluate and compare among
BMI, WC, and WHR which have the strongest correlation with increasing of fasting
blood glucose levels as a predictor of diabetes mellitus.
This observational-analytic research with cross sectional design among 30 volunteer
men age 45 years and above with obesity in bandung in the period january-december
2014. Data consist of height (cm), weight (kg), BMI (kg/m2), WC (cm), WHR (cm); fasting
blood glucose levels (mg/dl) of blood capillary sampling after fasting 8-12 hours were
measured using glucometer auto-check® with glucose oxidase method. Data was analyzed
using Pearson colleration (α = 0.05) then obesity diagnosis parameter with  value < 0,05
compared based r calculated value to know the strongest relation between BMI, WC,
WHR with increase of fasting blood glucose levels
Waist hip ratio (WHR) have the strongest relation with fasting blood glucose levels
(r = 0.458;  = 0.011), WC (r = 0.410;  = 0.024), but BMI do not have correlation
(r = 0.228;  = 0.225).
Waist hip ratio (WHR) have better relation with increasing fasting blood glucose levels
on men aged 45 years old and above compared with WC.

Key words: BMI, WC, WHR, obesity, fasting blood glucose levels

PENDAHULUAN orang dewasa tahun 2000 ada 4,7% yang


meningkat menjadi 3 kali lipat yaitu
Obesitas adalah suatu keadaan dimana 11,7% pada tahun 20103.
terdapat akumulasi lemak secara Salah satu faktor penyebab obesitas
berlebihan. Obesitas merupakan faktor adalah unhealthy lifestyle, yaitu sering
risiko dislipidemia, diabetes melitus, mengonsumsi asupan yang tinggi kalori,
hipertensi, sindrom metabolik, dan tinggi lemak ,dan tinggi protein tetapi
penyakit kardiovaskuler dengan angka rendah serat dan mikronutrien, serta
morbiditas dan mortalitas yang tinggi1. kurangnya aktivitas fisik. Asupan tinggi
World Health Organization (WHO) kalori seperti konsumsi makanan tinggi
melaporkan bahwa insidensi obesitas karbohidrat dan minuman beralkohol
secara global cenderung meningkat. dapat meningkatkan kadar glukosa darah
Obesitas pada kelompok dewasa tahun dan mengakibatkan hiperglikemia.
1998 ada 6,35% yang meningkat 25 kali Keadaan hiperglikemia berdampak
lipat pada tahun 2010 menjadi 11,8%2. timbulnya resistensi insulin yang akan
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) meningkatkan risiko timbulnya diabetes
Indonesia melaporkan bahwa prevalensi melitus tipe 24.
obesitas di Indonesia cenderung Obesitas akan mengakibatkan
meningkat. Obesitas pada kelompok peningkatan asam lemak bebas, leptin,
tumor necrosis factor–alfa (TNF-α), obesitas umum, sehingga risiko resistensi
interleukin (IL-6), resistin, dan insulin pada penderita obesitas sentral
penurunan adiponektin. Kondisi tersebut lebih tinggi daripada obesitas umum4.
mengakibatkan resistensi insulin Penelitian Kaur et al pada tahun 2008
meningkat sehingga timbul berbagai mendapatkan bahwa peningkatan waist
penyakit gangguan metabolik seperti circumference (WC) melebihi nilai
diabetes melitus, dislipidemia, dan normal mempunyai hubungan yang
meningkatkan risiko penyakit paling kuat dengan peningkatan kadar
kardiovaskular . Penelitian Khalid Amin
5
glukosa darah puasa dibandingkan
et al pada tahun 2010 mendapatkan dengan peningkatan waist hip ratio
bahwa peningkatan kadar glukosa darah (WHR), dan body mass index (BMI)10.
pada 39,3% penderita obesitas6.
Insidensi toleransi glukosa terganggu BAHAN DAN METODE
(TGT) dan diabetes melitus (DM)
meningkat seiring bertambahnya usia. Penelitian observasional-analitik ini
Insidensi tertinggi pada usia 45 tahun dengan cross sectional design terhadap
keatas. Karena usia 45 tahun keatas 30 orang pria relawan usia 45 tahun atau
sudah mengalami penurunan lebih dengan obesitas di bandung periode
metabolisme tubuh. Penurunan januari-desember 2014. Data terdiri dari
metabolisme tubuh akan mengakibatkan tinggi badan (cm), berat badan (kg), BMI
peningkatan akumulasi glukosa dalam (kg/m2), WC (cm), WHR (cm); kadar
sirkulasi darah, sehingga kadar glukosa glukosa darah puasa (mg/dl) dari bahan
darah meningkat7. Penelitian Charlotte darah kapiler setelah berpuasa selama 8-
Glumer et al pada tahun 2003 12 jam yang diukur menggunakan
mendapatkan adanya toleransi glukosa glukometer auto-check® dengan metode
terganggu (TGT) sebesar 17,8% dan glukosa oksidase. BMI ditentukan
diabetes melitus (DM) sebesar 9,7%8 pada berdasarkan rumus berat badan (kg) /
kelompok usia 45 tahun keatas dengan tinggi badan (m2). WC ditentukan
obesitas. berdasarkan pengukuran lingkar tengah
Metode antropometrik adalah salah antara bagian bawah costa XII dengan
satu cara diagnosis obesitas yaitu dengan crista iliaka. WHR diperoleh dengan cara
mengukur body mass index (BMI), waist menghitung perbandingan antara lingkar
circumference (WC), dan waist hip ratio pinggang (cm) dengan lingkar panggul
(WHR)9. Obesitas sentral dapat (cm). Penelitian ini sebelum
ditetapkan berdasarkan hasil pengukuran dilaksanakan telah mendapatkan
waist circumference (WC) dan waist hip persetujuan dari Komisi Etik Fakultas
ratio (WHR). Peningkatan ukuran WC Kedokteran Universitas Kristen
atau WHR melebihi nilai normal akan Maranatha Bandung.
mengakibatkan peningkatan asam lemak
bebas dalam sirkulasi darah sehingga ANALISIS DATA
meningkatkan risiko timbulnya resistensi
insulin. Data penelitian yang meliputi usia,
Peningkatan asam lemak bebas pada berat badan, tinggi badan, BMI, lingkar
obesitas sentral lebih tinggi daripada panggul, WC, WHR, dan kadar glukosa
darah puasa dihitung rerata, standar (WC), dan Waist Hip Ratio (WHR)
deviasi, nilai maksimum dan dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Pria
minimumnya. Normalitas distribusi data Usia 45 Tahun Keatas” telah dilakukan
dievaluasi dengan menggunakan metode
terhadap 30 orang partisipan. Rerata usia
Kolmogorov-Smirnov. Hubungan antara
subjek penelitian (54,4 ± 7,064644)
BMI, WC, WHR dengan peningkatan
kadar glukosa darah puasa dianalisis tahun, berat badan (71,8 ± 8,931669) kg,
dengan Pearson correlation dengan α tinggi badan (160,8 cm ± 5,965899) cm,
dan  value = 0,05 selanjutnya erat atau BMI (27,7 ± 2,845735) kg/m2, lingkar
tidaknya hubungan ketiga parameter panggul (93,3 cm ± 4,295012) cm, WC
obesitas tersebut dengan kadar glukosa (96,7 ± 4,857628) cm, WHR (1,03 ±
darah dievaluasi dengan membandingkan
0,010875) cm, dan kadar glukosa darah
nilai r hitung. Data diolah dengan
perangkat lunak secara komputerisasi puasa (105,1 ± 12,96968) mg/dl. Hasil uji
dengan program SPSS 21.0. Pearson correlation didapatkan
hubungan antara BMI, WC, dan WHR
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan kadar glukosa darah puasa seperti
pada tabel-tabel berikut:
Penelitian “Hubungan antara Body
Mass Index (BMI), Waist Circumference

Tabel 1 Hasil Uji Korelasi Pearson Tentang Hubungan antara Body Mass Index (BMI)
dengan Kadar Glukosa Darah Puasa
BMI Glukosa
Pearson Correlation 1 .228
BMI Sig. (2-tailed) .225
N 30 30
Pearson Correlation .228 1
Glukosa Sig. (2-tailed) .225
N 30 30

Tabel 1 menunjukkan bahwa tidak rentang usia 30-45 tahun bahwa antara
ditemukan adanya hubungan yang BMI dengan kadar glukosa darah puasa
bermakna antara BMI dengan kadar tidak terdapat hubungan (p > 0,05)11.
glukosa darah puasa dengan  = 0,225 ( Hasil penelitian ini berbeda dengan
> 0,05). hasil yang didapatkan oleh Innocent et al
Hasil penelitian ini menyerupai hasil di Delta State University Nigeria, pada
yang didapatkan oleh Bakari et al di tahun 2013 yang melakukan penelitian
University Teaching Hospital Zaria terhadap 253 subjek penelitian dengan
Nigeria, pada tahun 2006 yang overweight-obesitas berjenis kelamin
melakukan penelitian terhadap 307 pria dan perempuan dengan rentang usia
subjek penelitian dengan overweight- 20-40 tahun bahwa antara BMI dengan
obesitas berjenis kelamin pria dengan kadar glukosa darah puasa terdapat
hubungan (p < 0,05)12. Jumlah sampel Penumpukan lemak di daerah viscera
minimal yang dibutuhkan pada abdomen mengakibatkan peningkatan
penelitian ini sudah terpenuhi, akan kadar asam lemak bebas. Peningkatan
tetapi untuk mendapatkan hasil yang kadar asam lemak bebas pada obesitas
lebih spesifik dibutuhkan jumlah sampel sentral lebih tinggi daripada obesitas
yang lebih banyak sehingga faktor umum sehingga risiko terjadinya
kesalahannya menjadi lebih kecil. BMI resistensi insulin pada obesitas sentral
tidak menggambarkan distribusi lemak di lebih tinggi daripada obesitas umum.
seluruh tubuh. Berbagai literatur
menyebutkan bahwa obesitas abdominal
berhubungan lebih erat dengan
peningkatan kadar glukosa darah puasa
dibandingkan dengan obesitas umum.

Tabel 2 Hasil Uji Korelasi Pearson Tentang Hubungan antara Waist Circumference (WC)
dengan Kadar Glukosa Darah Puasa
WC Glukosa
Pearson Correlation 1 .410*
WC Sig. (2-tailed) .024
N 30 30
Pearson Correlation .410 *
1
Glukosa Sig. (2-tailed) .024
N 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed).

Tabel 3 Hasil Uji Korelasi Pearson Tentang Hubungan antara Waist Hip Ratio (WHR)
dengan Kadar Glukosa Darah Puasa
WHR Glukosa
Pearson Correlation 1 .458*
WHR Sig. (2-tailed) .011
N 30 30
Pearson Correlation .458 *
1
Glukosa Sig. (2-tailed) .011
N 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Tabel 2 menunjukkan bahwa glukosa darah puasa dengan  = 0,011 (


ditemukan adanya hubungan yang < 0,05). Hasil penelitian ini menyerupai
bermakna antara WC dengan kadar hasil yang didapatkan oleh Oboh &
glukosa darah puasa dengan  = 0,024 ( Adedeji pada tahun 2011 yang
< 0,05). Tabel 3 menunjukan bahwa melakukan penelitian terhadap 104
ditemukan adanya hubungan yang subjek penelitian dengan overweight-
bermakna antara WHR dengan kadar obesitas berjenis kelamin pria dengan
rentang usia 21-55 tahun bahwa antara dengan distribusi penumpukan lemak di
WC dan WHR dengan kadar glukosa daerah viscera abdomen. Sel-sel lemak
darah puasa terdapat hubungan (p > viscera abdomen kurang responsif
0,05)15. terhadap insulin yang berperan dalam
Hasil penelitian ini juga menyerupai menghambat proses lipolisis trigliserida
hasil yang didapatkan oleh Etukamana et dibandingkan dengan sel-sel lemak
al, pada tahun 2013 yang melakukan lainnya dalam tubuh, sehingga terjadi
penelitian terhadap 750 subjek penelitian peningkatan lipolisis trigliserida yang
berjenis kelamin pria dengan usia 15 mengakibatkan peningkatan pelepasan
tahun keatas bahwa antara WC dan asam lemak bebas ke dalam sirkulasi
WHR dengan kadar glukosa darah puasa darah13,14.
terdapat hubungan (p > 0,05)16. Rasio Parameter diagnosis obesitas dengan
usia subjek penelitian pada penelitian ini nilai  < 0,05 yaitu waist circumference
dibandingkan dengan kedua penelitian (WC) dan waist hip ratio (WHR)
tersebut lebih sempit yaitu usia 46-54 dibandingkan berdasarkan nilai r hitung
tahun. Hal ini sesuai dengan insidensi untuk menentukan parameter diagnosis
penderita gangguan toleransi glukosa dan obesitas yang mempunyai hubungan
DM terbanyak yaitu pada usia 45-55 paling kuat dengan kadar glukosa darah
tahun2. Waist circumference (WC) dan puasa pada pria usia 45 tahun keatas.
waist hip ratio (WHR) merupakan Hasil out put data penelitian disajikan
parameter diagnosis obesitas abdominal. pada tabel berikut:
Obesitas abdominal adalah jenis obesitas

Tabel 4 Perbandingan Hasil Uji Korelasi Pearson antara Waist Circumference (WC) dan
Waist Hip Ratio (WHR) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa
Parameter Diagnosis Obesitas r hitung 
Waist Circumference (WC) 0,410 0,024
Waist Hip Ratio (WHR) 0,458 0,011

Tabel 4 menjelaskan tingkat keeratan subjek penelitian dengan overweight-


hubungan antara WC dan WHR dengan obesitas berjenis kelamin pria dan
kadar glukosa darah puasa. WHR perempuan dengan rentang usia 30-50
mempunyai hubungan lebih erat dengan tahun bahwa waist circumference (WC)
kadar glukosa darah puasa dibandingkan mempunyai hubungan paling kuat
dengan WC Hasil penelitian ini tidak dengan kadar glukosa darah puasa
sesuai dengan rekomendasi dari WHO dibandingkan WHR dan BMI17.
yang menyatakan bahwa waist Hasil penelitian ini juga berbeda
circumference (WC) merupakan dengan hasil yang didapatkan oleh Kaur
prediktor diabetes melitus terbaik. et al di National Institute of
Hasil penelitian ini berbeda dengan Epidemiology India, pada tahun 2008
hasil yang didapatkan oleh Patel DN & terhadap 2148 subjek penelitian dengan
Singh MP di SKBS Medical Institute and overweight-obesitas berjenis kelamin
Research Centre India pada tahun 2013 pria dengan rentang usia 18-69 tahun
yang melakukan penelitian terhadap 260 bahwa WC mempunyai hubungan paling
kuat dengan kadar glukosa darah puasa peningkatan waist circumference
dibandingkan WHR dan BMI10. Hal ini (WC)
dapat disebabkan oleh jumlah sampel
penelitian yang kurang banyak sehingga DAFTAR PUSTAKA
akurasi penelitian berkurang. Hasil
pengukuran obesitas dengan metode WC 1. Hermawan AG. 1991. Komplikasi
pada subjek penelitian berusia 65 tahun Obesitas dan Usaha
keatas kurang akurat dikarenakan Penanggulangannya. Cermin
berkurangnya akumulasi lemak dan Dunia Kedokt. 8(68): 39-41.
elastisitas kulit maka posisinya bergeser 2. World Health Organization
ke bawah sehingga dapat mempengaruhi (WHO). 2008. Waist
hasil pengukuran. Circumference and Waist–Hip
Ratio: Report of a WHO Expert
SIMPULAN Consultation.
http://apps.who.int/iris/bitstream/
Simpulan yang diperoleh dari 10665/44583/1/9789241501491_e
Penelitian ” Hubungan antara Body Mass ng.pdf. 28 Agustus 2014.
Index (BMI), Waist Circumference 3. Badan Penelitian dan
(WC), dan Waist Hip Ratio (WHR) Pengembangan Kesehatan. 2010.
dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Pria Riset Kesehatan Dasar 2010.
Usia 45 Tahun Keatas” adalah sebagai Jakarta: Kementerian Kesehatan
berikut: Republik Indonesia. h 17-74.
 Terdapat hubungan antara 4. Cahjono H, Budhiarta AAG. 2007.
peningkatan body mass index Hubungan Resistensi Insulin
(BMI) dengan peningkatan kadar dengan Kadar Nitric Oxide pada
glukosa darah puasa pada pria usia Obesitas Abdominal. J Peny
45 tahun keatas. Dalam. 8(1): 23-36.
 Terdapat hubungan antara 5. Clare–Salzler MJ, Crawford JM,
peningkatan waist circumference Kumar V. 2007. Pankreas. Dalam:
(WC) dengan peningkatan kadar Kumar V, Cotran RS, Robbins SL.
glukosa darah puasa pada pria usia Buku Ajar Patologi. Edisi 7.
45 tahun keatas. Jakarta: EGC. h 718–24.
 Terdapat hubungan antara 6. Amin K, Anjum A, Muhammad
peningkatan waist hip ratio D, Jamil K, Haider R. 2010.
(WHR) dengan peningkatan Frequency of Impaired Glucose
kadar glukosa darah puasa pada Tolerance in Different Grades of
pria usia 45 tahun keatas. Obesity. JUMDC 2(1): 4-7.
 Peningkatan waist hip ratio 7. Kurniawan I. 2010. Diabetes
(WHR) mempunyai hubungan Melitus Tipe 2 pada Usia Lanjut.
yang lebih baik dengan Maj Kedokt Indon 12(60): 576-84.
peningkatan kadar glukosa darah 8. Glumer C, Jorgensen T, Borch-
puasa pada pria usia 45 tahun Johnsen K. 2003. Prevalences of
keatas dibandingkan dengan Diabetes and Impaired Glucose
Regulation in a Danish
Population. Diabetes Care J. 8(26): Associated Insulin Resistance.
2335-40. Genes & Dev 21(10): 1443-55.
9. Lipoeto NI, Yerizel E, Edward Z, 14. Bays H. 2014. Central Obesity as a
Widuri I. 2007. Hubungan Nilai Clinical Marker of Adiposopathy ;
Antropometri dengan Kadar Increased Visceral Adiposity as A
Glukosa Darah. J Kedokt Univ Surrogate Marker For Global Fat
Andalas. 2(1): 23-8. Dysfunction. Cur Opin
10. Kaur P, Radhakrishnan E, Endocrinol Diabetes Obes 21(5):
Sankarasubbaiyan S, Rao SR, 345-51.
Chennakesavan SK, Rao TV et al. 15. Oboh HA, Adedeji MA. 2011.
2008. A Comparison of Correlation of Waist Hip Ratio
Anthropometric Indices for and Waist Height Ratio to
Predicting Hypertension and Cardiovascular Risks Factor in a
Type 2 Diabetes in a Male Nigerian Population. Niq Q J
Industrial Population of Chennai, Hosp Med 21(1): 16-24.
South India. Ethnicity & Disease J 16. Etukumana EA, Puepet FH,
18(2): 31-6. Obadofin MO. 2014. Relationship
11. Bakari AG, Onyemelukwe GC, of Blood Glucose Levels with
Sani BG, Aliyu IS, Hassan SS, Waist Circumference, Hip
Aliyu TM. 2006. Relationship Circumference, and Waist Hip
between Blood Sugar and Body Ratio Among Rural Adults in
Mass Index in an African Nigeria. Asian J Pharm Clin Res
Population. Int J Diabetes & 1(7): 204-6.
Metabolism 8(14): 144-6. 17. Patel DN, Singh MP. 2013.
12. Innocent I, Thankgod OO, Sandra Comparison of Anthropometric
EO, Josiah IE. 2013. Correlation Indicator of General Obesity
between Body Mass Index and (BMI) To Anthropometric
Blood Glucose Levels among Indicator of Central Obesity (WC,
Some Nigerian People. HOAJ WHR) In Relation to Diabetes
Biology 8(10): 4-9. Melitus in Male Population. Natl
13. Qatanani M, Lazar MA. 2007. J.Community Med 4(3): 377-80.
Mechanisms of Obesity-

Anda mungkin juga menyukai