DISUN OLEH:
C. ETIOLOGI
berat badan tidak ideal merupakan suatu kondisi yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor seperti genetik, metabolisme, perilaku, budaya dan
lingkungan. Konsumsi makanan tinggi kalori, pengeluaran energi yang kurang
atau kombinasi keduanya menyebabkan keseimbangan energi positif yang
ditandai dengan peningkatan rata-rata berat badan pada populasi serta
progresivitas jumlah kasus obesitas pada anak dan remaja. (Mauliza 2018)
adapun Faktor penyebab berat badan lebih pada remaja bersifat
multifaktorial. Peningkatan konsumsi makanan cepat saji (fast food),
rendahnya aktivitas fisik, faktor genetik, pengaruh iklan, faktor psikologis,
status sosial ekonomi, program diet, usia, dan jenis kelamin merupakan
faktor-faktor yang berkontribusi pada perubahan keseimbangan energi dan
berujung pada kejadian obesita.(Mauliza 2018)
sedangkan penyebab defisit nutrisi adalah kurangnya asupan makanan,
ketidakmampuan menelan makanan, ketidak mampuan menverna makanan,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, peningkatan kebutuhan
metabolosme, faktor ekonomi, faktor psikologi ( stress, keengganan untuk
makan). (SDKI DPP PPNI, 2017)
D. PATOFISIOLOGI
Leptin merupakan hormon yang bekerja memberikan umpan balik negatif
dalam mengatur keseimbangan energi. Sirkulasi leptin melewati darah dan
otak berinteraksi dengan reseptor pada neuron mempengaruhi keseimbangan
energi dan memberikan efek untuk mengurangi adiposit dengan mengurangi
nafsu makan dan peningkatan termogenesis. Perubahan adiposit pada tubuh
menyebabkan perubahan kadar leptin pada sirkulasi sehingga otak akan
memberikan respon dengan pengaturan asupan dan pengeluaran energi
serta mempertahankan lemak tubuh.9 Gambar 1 menunjukkan penyesuaian
kompensasi dari asupan dan pengeluaran energi terhadap respon perubahan
lemak tubuh. (Mauliza 2018)
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. ANAMNESIS
Pemeriksaan antropometri merupakan parameter utama dalam
diagnosis obesitas. di asia, obesitas ditegakkan padan pasien dengan
indek massa tubu/IMT melebihi 25 kg/m2.
anamnesis lengkap dan menyeluruh sangat dibuthkan dalam diagnosis
obesitas, tingkat aktivitas, faktor risiko terkait, hingga komorbiditas.
(Warton et.al, 2018)
dalam aspek anamnesi di sebutkan pertanyaan penting seperti:
- Pola hidup
- Penyebab dan faktor resiko
- Komplikasi
2. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada pasien obesitas meliputi pemeriksaan
antropometri yaitu pengukuran indek masa tubuh (IMT) dan lingkar
pinggang, serta pemeriksaan untuk mengetahui adanya kompkikasi
akibat obesitas.(Warton et.al, 2018)
- Pengukuran intek masa tubuh
pengukuran tinggi badan dan berat badan unntung penghitung
IMT perlu dilakukan secara rutin bagi semua orang dewasa.
meskipun IMT memiliki keterbatasan karena tidak mengukur
massa jaringan adiposa secara langsung, IMT tetap bermanfaat
untuk skrining obesitas. (Burridge et.al 2022)
- Profil Lipid
Hasil pemeriksaan profil lipid yang mencakup kadar kolesterol
puasa, trigliserida, dan high-density lipoprotein cholesterol
(HDL) pada pasien obesitas dapat normal atau termasuk
dislipidemia tipikal terkait sindrom kardiometabolik yang ditandai
dengan berkurangnya HDL dan meningkatnya trigliserida puasa.
Peningkatan low-density lipoprotein cholesterol (LDL-C) dan
kadar kolesterol total yang normal atau sedikit meningkat juga
tidak jarang ditemui pada obesitas.
- Fungsi Hepar
Fungsi hepar dapat ditemukan normal pada sebagian pasien
obesitas. Namun, adanya peningkatan kadar transaminase
dapat mengindikasikan kondisi steatohepatitis non alkoholik
atau infiltrasi fatty liver.
- Fungsi Tiroid
Pemeriksaan fungsi tiroid digunakan untuk menyingkirkan
kemungkinan hipotiroid primer yang ditandai dengan
peningkatan serum tirotropin (Thyroid-Stimulating
Hormone/TSH), kadar tiroksin, atau triiodothyronine normal atau
berkurang.
- Fungsi Ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal berupa ureum, kreatinin dan asam
urat.
- Pemeriksaan Gula Darah dan Kadar Insulin
Setiap pasien dengan obesitas harus diskrining untuk diabetes.
Pemeriksaan kadar glukosa darah dan HbA1c merupakan
skrining rutin pada pasien obesitas. Peningkatan serum insulin
dan C-peptide juga dapat ditemukan pada pasien obesitas tetapi
jarang digunakan untuk pemeriksaan skrining (Garvey WT et.al
2019)
F. PENATALAKSAAN MEDIS
Penatalaksanaan utama pada obesitas meliputi modifikasi gaya hidup, terapi
medikamentosa, dan pembedahan jika diperlukan. Selain menurunkan berat
badan, dokter juga perlu mengidentifikasi dan mengatasi kondisi yang
mendasari timbulnya obesitas.
- Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi gaya hidup diterapkan pada seluruh pasien dengan
obesitas. Tujuan awal adalah menurunkan berat badan 5-10% dalam 6
bulan pertama. Upaya modifikasi gaya hidup meliputi pengaturan pola
makan, aktivitas fisik, dan modifikasi perilaku (American diabetes
Association 2022)
- Pola Makan
Pengaturan pola makan pada pasien dengan obesitas dilakukan
berdasarkan keadaan individu masing-masing. Secara umum
dilakukan pengurangan asupan kalori harian sebesar 500 kkal untuk
mencapai penurunan berat badan sebanyak 0,5 kg/minggu atau 2
kg/bulan. Pengurangan asupan kalori tersebut dihitung berdasarkan
penilaian terhadap usia pasien, jenis kelamin, indeks massa tubuh
(IMT), asupan kalori harian, dan pola aktivitas fisik ( Khattak ZE et.al
2022)
- Pola Makan yang Disarankan di Indonesia:
Pengaturan pola makan untuk pasien dengan obesitas di Indonesia
menggunakan piring makan model T, yaitu: (Kemenkes RI 2017)
1. Konsumsi sayur 2 kali lipat dari jumlah bahan makanan sumber
karbohidrat
2. Konsumsi bahan makanan sumber protein sama dengan jumlah
bahan makanan sumber karbohidrat.
3. Konsumsi sayur atau buah minimal harus sama dengan jumlah
karbohidrat ditambah protein.
4. Minyak sebagai bahan makanan sumber lemak dapat
digunakan untuk mengolah bahan makanan dengan jumlah
yang dianjurkan adalah 3-4 sendok teh per hari
5. Pilih makanan yang disenangi dengan tetap memperhatikan
jumlah, jenis, dan jadwal
- Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan setiap pergerakan badan yang dihasilkan
oleh otot skeletal yang membutuhkan energi. Prinsip utama aktivitas
fisik pada obesitas adalah meningkatkan pengeluaran energi dan
membakar lemak. Aktivitas fisik yang disarankan untuk mendapat
manfaat kesehatan yaitu 150 menit/minggu untuk aktivitas fisik sedang
atau 75 menit/minggu untuk aktivitas fisik berat. Latihan fisik adalah
bagian dari aktivitas fisik yang dilakukan secara terencana, terstruktur,
berulang, dan memiliki tujuan. Tujuan utamanya antara lain mencapai
atau mempertahankan kebugaran fisik atau kesehatan. Keduanya,
aktivitas fisik dan latihan fisik, penting dalam tata laksana obesitas
(Oppert JM et.al 2021)
Anjuran latihan fisik untuk obesitas mencakup 4 aspek berikut:
1. Frekuensi: Latihan fisik 3-5 kali/minggu, bila kondisi telah
memungkinkan dapat ditingkatkan menjadi 5-7 kali/minggu
2. Intensitas: Latihan fisik dalam intensitas sedang. Tes bicara
intensitas sedang yakni pasien masih dapat berbicara namun
tidak dapat bernyanyi, denyut jantung dan frekuensi napas
meningkat, tubuh mengeluarkan cukup keringat
3. Tipe latihan: Latihan aerobik low impact seperti berenang,
berjalan di kolam renang, senam aerobik, jalan cepat
4. Time: Disesuaikan dengan kemampuan individu, ditingkatkan
bertahap hingga mencapai 150 menit/minggu sampai 300
menit/minggu (Kemenkes RI 2017)
- Modifikasi Perilaku
Tata laksana modifikasi perilaku bertujuan untuk mengubah kebiasaan
pola makan dan latihan fisik pasien. Dalam hal ini dokter membimbing
pasien menuju perbaikan perilaku yang dapat dipertahankan dari
waktu ke waktu. Upaya tersebut meliputi monitoring mandiri kebiasaan
makan dan aktivitas fisik, manajemen stress dan menghindari kondisi
yang memicu makan berlebih, memperbaiki tujuan yang tidak realistik
dan kesalahpahaman tentang penurunan berat badan serta citra tubuh,
dukungan dari keluarga dan teman, dan mencegah kekambuhan
episode makan berlebih atau kenaikan berat badan (Wharton s et.al
2018)
Tata laksana modifikasi perilaku mencakup ≥16 sesi selama 6 bulan awal
terapi dan dilakukan oleh ahli, baik secara individu ataupun berkelompok
(American Association 2022)
G. PENGKAJIAN UNTUK MASALAH PSIKOSOSIAL
Pengkajian untuk masalah psikososial menurut P Ruhamina (2019) adalah
sebagai berikut :
a. Identitas
Nama pasien : Ny. N
Umur : 35 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Kawin
Orang yang berarti : suami dan anak
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : Diploma
b. PERSEPSI DAN HARAPAN
Pasien :
Keluarga :
c. STATUS MENTAL
Emosi
Konsep Diri :
Pola Interaksi :
Gaya Komunikasi :
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. BERAT BADAN LEBIH
- DEFINISI: akumulasi lemak berlebih atau abnormal yang tidak
sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
- PENYEBAB
1. Kurang aktivitas fisik harian
2. Kelebihan konsumsi gula
3. Gangguan kebiasaan makan
4. Gangguan presepsi makan
5. Kelebihan konsumsi alkohol
6. Penggunaan energi kurang dari asupan
7. Sering mengemil
8. Sering makan makanan berminyak/berlemak
9. Faktor keturunan (mis. ditribusi jaringan adiposa,
pengeluaran energi, aktivitas lipase lipoprotein, sintesis
lipid, lipolisis)
10. Penggunaan makanan formula atau makanan campuran
pada bayi
11. Asupan kalsium rendah pada anak-anak
12. Berat badan bertambah cepat (selama masa anak-anak.
selama masa bayi, termasuk minggi pertama, 4 bulan
pertama, dan tahun pertama)
13. Makanan padat sebagai sumber makanan utama pada
usi <5bulan
- GEJALA
1. Mayor;
subjectif (tidak tersedia)
objectif ( IMT 25-27 kg/m² pada dewasa atau berat dan
panjang badan lebih dari persentil 95 pada anak <2
tahun, atau IMT pada persentil 85-95 pada anak 12-18
tahun )
2. Minor;
subjectif (tidak tersedia)
objectif ( tebal lipatan kulit trisep >25 mm )
I. TINDAKAN KEPERAWATAN
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama
untuk diagnosis obesitas adalah:
1. Edukasi berat badan efektif
2. Manajemen berat badan
- Intervensi
a. Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
2. Identifikasi kondisi kesehatan pasien yang dapat
mempengaruhi berat badan
b. Terapeutik
1. Sediakan materi dan media edukasi
2. jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai
kesepakatan.
3. Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya
4. hitung berat badan ideal pasien ( lihat kalkulator
berat badan ideal )
5. Hitung proporsi lemak dan otot pasien
6. Fasilitasi menentukan target berat badan yang
realistis
c. Edukasi
1. Jelaskan hubungan asupan makanan, Latihan,
peningkatan, dan penurunan berat badan
2. Jelaskan kondisi medis yang dapat mempengaruhi
berat badan
3. Jelaskan risiko kondisi kegemukan (overweight)
dan kurus (underweight)
4. Jelaskan kebiasaan, tradisi dan budaya, serta
faktor genetik yang mempengaruhi berat badan
5. Ajarkan cara mengelola berat badan secara efektif
6. Jelaskan hubungan asupan makanan, Latihan,
peningkatan, dan penurunan berat badan
7. Jelaskan faktor risiko berat badan lebih dan berat
badan kurang
8. Anjurkan mencatat berat badan setiap minggu, jika
perlu
9. Anjurkan melakukan pencatatan asupan makan,
aktivitas fisik dan perubahan berat badan
J. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Artinya,
mengevaluasi apakah tujuan dari rencana perawatan telah tercapai dan
meninjau kembali rencana perawatan. Penilaian dilakukan secara
berkelanjutan yang melibatkan pasien, perawat, dan profesional kesehatan
lainnya.. Tujuan keperawatan tercapai ketika diagnosa keperawatan dibuat
sesuai dengan kriteria evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA