Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obesitas merupakan masalah kesehatan yang semakin meningkat dari tahun ke


tahun, baik di negara maju maupun negara berkembang. Obesitas adalah keadaan
jaringan lemak yang berlebihan di tubuh yang ditimbun di jaringan subkutan atau ke
sekitar organ tubuh. Obesitas dibagi menjadi obesitas umum dan obesitas sentral.
Menurut klasifikasi WHO untuk wilayah Asia Pasifik, obesitas umum dinilai dari
indikator IMT >25 kg/m2 sedangkan obesitas sentral dinilai dari indikator lingkar perut
pada laki-laki adalah >0,90 dan pada perempuan >0,80. 1Menurut Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013 kejadian obesitas dengan indeks massa tubuh lebih dari
atau sama dengan 27,0 adalah 15,4%.2,3 Riskesdas 2018 terkini melaporkan prevalensi
obesitas umum sebesar 21.8 % manakala obesitas sentral sebesar 31%. 4 Ini jelas
menunjukkan peningkatan yang sgnifikan pada kejadian obesitas. Obesitas pada dewasa
muda sering berkaitan dengan sindroma metabolik. Sindroma metabolik adalah
sekelompok kelainan metabolik lipid maupun non-lipid.
Obesitas serta sindroma metabolik yang berkembang pada masa anak akan
berlanjut sampai dewasa. Sindroma metabolik sangat erat hubungannya dengan
peningkatan risiko terhadap penyakit jantung koroner dan penyakit metabolik seperti
diabetes melitus tipe 2 dan aterosklerosis.Deteksi awal sindroma metabolik terutama
pada orang yang berisiko mendapatkannya seperti anak atau usia muda dengan obesitas
sangatlah penting untuk mencegah komorbiditas obesitas di kemudian hari.5,6
Sebagian besar peneliti menyimpulkan bahwa dibandingkan dengan lemak subkutan
atau lemak tubuh total(obesitas general), lemak viseral(obesitas sentral) lebih kuat
hubungannya dengan kelainan sindroma metabolik. Adiposit jaringan lemak ini adalah
adiposit berukuran besar, kurang peka terhadap kerja antilipolisis sehingga lebih mudah
dilipolisis yang menyebabkan peningkatan asam lemak bebas.

Universitas Kristen Krida Wacana


2

Peningkatan asam lemak bebas meningkatkan pula distribusi asam lemak di hati dan
mengganggu metabolism lemak di hati yang akan menyebabkan peningkatan kadar
trigliserida.7 Trigliserida merupakan lemak darah yang cenderung naik seiring dengan
konsumsi alkohol, peningkatan berat badan dan diet tinggi gula atau lemak. Kadar
trigliserida yang tinggi juga cenderung menyebabkan gangguan tekanan darah dan
risiko diabetes melitus. Kenaikan kadar trigliserida akan berdampak pada kelambanan
bergerak, produktivitas kerja, dan penurunan kesehatan. Responden dengan IMT
berlebih memiliki risiko 3 kali lebih tinggi untuk mengalami hipertrigliseridemia.8
Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengkaji
hubungan obesitas dengan kadar trigliserida darah mahasiswa FK UKRIDA sebagai
data awal untuk melakukan pencegahan obesitas yang dapat berkembang menjadi
penyakit degeneratif seperti diabetes, stroke dan jantung koroner.

1.2 Rumusan Masalah


Berapakah prevalensi obesitas pada usia muda dan hubungannya dengan kadar
trigliserida darah ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui prevalensi obesitas dan hubungannya dengan kadar trigliserida


darah pada dewasa muda.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui prevalensi/kejadian obesitas umum berdasarkan indeks


massa tubuh pada dewasa muda.
2. Mengetahui prevalensi/ kejadan obesitas sentral berdasarkan lingkar perut
pada pada dewasa muda.

Universitas Kristen Krida Wacana


3

3. Mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan kadar trigliserida pada


dewasa muda.
4. Mengetahui hubungan lingkar perut dengan kadar trigliserida pada
dewasa muda.
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Kepada Dunia Medis

1. Memberi manfaat dalam ilmu penyakit dalam dengan hasil yang akan
didapatkan.
2. Dapat dilakukan deteksi dini bagi penderita obesitas di perkotaan secepat
mungkin agar masalah dapat diatasi sebaiknya.
3. Mencegah komplikasi akibat obesitas dan kadar trigliserida yang tinggi.
4. Dapat menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai obesitas..
1.4.2 Manfaat Kepada Masyarakat

1. Menambah referensi mengenai penelitian.


2. Memberi pengetahuan mengenai hubungan obesitas dan hubungannya dengan
kadar trigliserida darah sehingga masyarakat dapat mencegah dan mengatasi
obesitas agar dapat mencegah sindroma metabolik, diabetes mellitus dan
penyakit kardiovaskuler sejak dini.
1.4.3 Manfaat Kepada Peneliti

1. Melatih rasa tanggungjawab terhadap penelitian yang dijalankan. Hasil dari


sebuah penelitian nantinya harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,
agar hasil tersebut dapat bermanfaat bagi yang lainnya.
2. Menambah wawasan dan pengalaman. Dengan adanya sebuah penelitian,
diharapkan mampu menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi peneliti.
3. Memperoleh pengalaman langsung serta menambah wawasan akan dunia kerja
terutama dapat melatih saat memakai alat medis.

Universitas Kristen Krida Wacana


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Obesitas

Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi


jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat menganggu kesehatan. Obesitas terjadi
apabila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang
bertambah berat badannya, maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan
jumlahnya juga bertambah banyak. Saat ini kita hidup pada masa dimana berat badan
lebih indeks massa tubuh (IMT >23-24.9 kg/m2) dan obesitas ( IMT >25-30kg/m2)
sudah menjadi suatu epidemi, dengan dugaan bahwa peningkatan prevalensi obesitas
akan mencapai 50% pada tahun 2025 bagi negara-negara maju.9

Obesitas adalah keadaan kelebihan lemak dalam tubuh, terbagi menjadi obesitas
general dan obesitas sentral. Secara umum telah diketahui bahwa obesitas
meningkatkan risiko kepada keadaan hipertensi, dislipidemia, resistensi terhadap
insulin dan hiperglikemia. Penimbunan lemak dalam perut yang dikenal dengan
obesitas sentral atau obesitas viseral lebih berkaitan dengan kejadian sindroma
metabolik dan penyakit jantung koroner.7

Menurut American Association of Clicical Endocrinologist diagnosis sindroma


metabolik dibuat jika ada tiga atau lebih dari lima kriteria yaitu: tekanan darah tinggi (
>130/ 85 mmHg), kenaikan glukosa darah puasa >110 mg/dl (6.1 mmol/l),
hipertrigliseridemia >150 mg/dl (1.65 mmol/l), penurunan high density lipoprotein
(HDL), laki-laki <40 mg/dl (1.05 mmol/l) dan perempuan <50 mg/dl (1.30 mmol/l), dan
obesitas sentral yang diukur oleh ukuran lingkar pinggang, laki-laki >102 cm; wanita
>88cm.5

Universitas Kristen Krida Wacana


5

Peningkatan penderita kelebihan berat badan/obesitas akan diikuti pula dengan


peningkatan penderita dengan komorbiditas serius yang berhubungan dengan kelebihan
berat badan. Kegagalan para dokter dan spesialis untuk secara sistematis dan efektif
menghadapi peningkatan problem abad keduapuluh satu ini, telah membuat masyarakat
berpaling pada banyak program yang diiklankan, yang menjanjikan keadaan yang
kurang pada tempatnya, karena mengklaim mempunyai efek yang cepat dan
menyembuhkan bagi masalah ‘kosmetik’ yang menakutkan ini.

Saat ini seharusnya tenaga kesehatan harus bersama-sama lebih tampil dan
lebih tahu mengenai regulasi berat badan, mekanisme perkembangan berat badan dan
obesitas, dan banyaknya kormobiditas yang berhubungan dengan hampir semua
subspesialisasi. Karena hanya dengan mendalami ini kita dapat melakukan pendekatan
komprehensif pengobatan yang efektif bagi obesitas.10,11

2.2 Obesitas Sentral

Obesitas sentral terjadi akibat akumulasi lemak di daerah abdomen yang terdiri
dari lemak subkutan dan lemak intra-abdominal. Jaringan lemak intra abdominal terdiri
dari lemak viseral atau intraperitoneal yang terutama terdiri dari lemak omental dan
mesentrial serta massa lemak retroperitoneal yaitu sepanjang perbatasan dorsal usus dan
bagian permukaan ventral ginjal. Lemak subkutan daerah abdomen sebagai komponen
obesitas sentral mempunyai korelasi kuat dengan resistensi insulin seperti lemak viseral.
Penimbunan lemak dalam perut yang dikenal dengan obesitas sentral atau obesitas
viseral lebih berkaitan dengan kejadian sindroma metabolik dan penyakit jantung
koroner. 10

Penelitian yang berhubungan dengan hal ini telah banyak dilakukan, dan
sebagian besar peneliti menyimpulkan bahwa dibandingkan dengan lemak subkutan
atau lemak tubuh total (obesitas general), lemak viseral (obesitas sentral) lebih kuat
hubungannya dengan kelainan sindroma metabolik.9.

Universitas Kristen Krida Wacana


6

Adiposit jaringan lemak ini adalah adiposit berukuran besar, kurang peka
terhadap kerja antilipolisis sehingga lebih mudah dilipolisis yang menyebabkan
peningkatan kadar asam lemak bebas. Peningkatan asam lemak bebas meningkatkan
pula distribusi asam lemak di hati. Hal tersebut meningkatkan proses glukoneogenesis,
menghambat ambilan serta penggunaan glukosa di otot. Akumulasi trigliserida di hati
dan di otot akan mengakibatkan resistensi insulin. Selain itu jaringan lemak ternyata
menghasilkan beberapa sitokin dan hormon yang menghambat kerja insulin. 5

2.3 Metabolisme Lemak

Seiring dengan perkembangan ilmu, pemahaman mengenai nutrisi, hormonal


dan terutama regulasi transkripsional lipogenesis telah berkembang pesat. Akumulasi
lemak ditentukan oleh keseimbangan antara sintesis lemak (lipogenesis) dan pemecahan
lemak (lipolisis-oksidasi asam lemak). Di samping kedua faktor tersebut, faktor lain
yang berhubungan adalah gender. Kelebihan lemak visceral merupakan faktor yang
berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit bukan lemak subkutan pada tubuh.
Sterol regulatory element binding protein-1 adalah mediator penting pada kerja pro-
9,10
lipogenik atau anti-lipogenik beberapa hormon dan nutrisi. Faktor transkripsi lain
yang berhubungan dengan lipogenesis adalah peroxisome proliferator activated
receptor-y. Kedua faktor transkripsi tersebut merupakan target menarik untuk intervensi
farmakologi pada kelainan seperti hipertrigliseridema dan obesitas.10

2.3.1 Lipogenesis

Lipogenesis adalah proses deposisi lemak dan meliputi proses sintesis asam
lemak dan kemudian trigliserida yang terjadi di hati pada daerah sitoplasma,
mitokondria dan jaringan adiposa. Energi yang berasal dari lemak dan melebihi
kebutuhan tubuh akan disimpan dalam jaringan lemak. Demikian pula dengan energi
yang berasal dari makanan dapat disimpan dalam jaringan lemak. 10

Universitas Kristen Krida Wacana


7

Asam lemak, dalam bentuk trigliserida dan asam lemak yang terikat pada
albumin didapat dari asupan makanan atau hasil sintesis lemak di hati. Trigliserida yang
dibentuk dari kilomikron atau lipoprotein akan dihidrolisis menjadi glisero dan asam
lemak bebas oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) yang dibentuk oleh adiposit dan
disekresi ke dalam sel endotelial yang berdekatan dengannya (adjacent). Aktivasi LPL
dilakukan oleh apoprotein C-2 yang dikandung oleh kilomikron dan lipoprotein
(VLDL). Kemudian asam lemak bebas akan diambil oleh sel adiposit sesuai dengan
derajat konsentrasinya oleh suatu protein transpor transmembran. Bila asam lemak
bebas sudah masuk ke dalam adiposit maka akan membentuk pool asam lemak. Pool ini
akan mengandung asam lemak yang berasal baik dari yang masuk maupun yang akan
keluar. 10

Insulin mungkin merupakan faktor hormonal terpenting yang mempengaruhi


lipogenesis. Insulin menstimulasi lipogenesis dengan cara meningkatkan pengambilan
glukosa di jaringan adiposa melalui transporter glukosa menuju membran plasma.
Insulin juga mengaktivasi enzim lipogenik dan glikolitik melalui modifikasi kovalen.
Efek tersebut dicapai dengan mengikat insulin pada reseptor insulin di permukan sel
sehingga mengaktivasi kerja tirosin kinase-nya dan meningkatkan efek downstream
melalui fosforilasi tirosin. Insulin juga mempunyai efek jangka panjang pada gen
lipogenik, mungkin melalui faktor transkripsi Sterol Regulatory Element Binding
Protein-1 (SREBP-1). Selain itu, insulin menyebabkan SREBP-1 meningkatkan
ekspresi dan kerja enzim glukokinase, dan sebagai akibatnya, meningkatkan konsentrasi
metabolit glukosa yang dianggap menjadi perantara dari efek glukosa pada ekspresi gen
lipogenik. 10

Hormon pertumbuhan (growth hormone/GH) menuurunkan lipogenesis di jaringan


adiposa secara dramatis, sehingga terjadi penurunan lemak yang bermakna dan
berhubungan dengan penambahan massa otot. Efek tersebut diperantarai oleh dua
jalur:10

Universitas Kristen Krida Wacana


8

i. Hormon pertumbuhan menurunkan sensitivitas insulin sehingga menjadi down-


regulation ekspresi enzim sintetase asam lemak di jarigan adiposa. Mekanisme
tersebut masih belum jelas, namun GH mungkin mempengaruhi sinyal insulin di
tingkat post-reseptor. 10

ii. GH dapat menurunkan lipogenesis dengan cara memfosforilasi faktor transkripsi


Stat5a dan 5b. Hilangnya Stat5a dan 5b pada model knock-out memperlihatkan
penurunan akumulasi lemak di jaringan adiposa. Mekanisme bagaimana protein
Stat5a meningkatkan penyimpanan lemak masih belum diketahui. 10

Leptin adalah hormon yang berhubungan dengan lipogenesis. Leptin membatasi


penyimpanan lemak tidak hanya dengan mengurangi masukan makanan, tetapi juga
dengan mempengaruhi jalur metabolik yang spesifik di adiposa dan jaringan lainnya.
Leptin merangsang pengeluaran glisero dari adiposit, dengan menstimulasi oksidasi
asam lemak dan menghambat lipogenesis. Efek yang terakhir tercapai dengan down-
regulation ekspresi gen yang berhubungan dengan asam lemak dan sintesis trigliserida,
sebagaimana digambarkan pada oligonucleotide micro-array analysis. Target negatif
leptin yang lain mungkin ikut berperan dalam mediasi efek inhibisi leptin dalam
ekspresi gen lipogenik.12,13

Faktor endokrin atau autokrin yang berhubungan dengan sintesis trigliserida


setelah insulin, GH dan Leptin adalah Acylation Stimulating Protein(ASP). ASP adalah
peptida kecil yang sama dengan C3adesArg, suatu produk komplemen C3 ASP
diproduksi oleh jaringan adiposa dan kemungkinan bekerja secara autokrin. Beberapa
studi in vitro menunjukkan bahwa ASP menstimulasi akumulasi trigliserida di sel
adiposa. Akumulasi tersebut terjadi karena terdapat peningkatan sintesis trigliserida dan
penurunan lipolisis jaringan adiposa pada saat yang bersamaan.12

2.3.2 Lipolisis

Universitas Kristen Krida Wacana


9

Lipolisis merupakan suatu proses di mana terjadi dekomposisi kimiawi dan


penglepasan lemak dari jaringan lemak. Bilamana diperlukan energi tambahan maka
lipolisis merupakan proses yang predominan terhadap proses lipogenesis. Enzim
Hormone Sensitive Lipase (HSL) akan menyebabkan terjadinya hidrolisis trigliserida
menjadi asam lemak bebas dan gliserol. 10

Asam Lemak yang dihasilkan akan masuk ke dalam pool asam lemak, dimana
akan terjadi proses re-esterifikasi, beta oksidasi atau asam lemak tersebut akan dilepas
masuk ke dalam sirkulasi darah untuk menjadi substrat bagi otot skelet, otot jantung dan
hati. Asam lemak akan dibentuk menjadi ATP melalui proses beta oksidasi dan asam
lemak akan dibawa ke luar jaringan lemak melalui sirkulasi darah untuk kemudian
menjadi sumber energi bagi jaringan yang membutuhkan. 10

Hormon insulin akan mengurangi mobilisasi asam lemak dari jaringan lemak
dengan cara menghambat enzim trigliserida lipase. Mekanisme penghambatan ini
terjadi melalui proses pengurangan siklik AMP yang pada waktunya akan menghambat
siklik AMP dependent protein kinase. Supresi lipolisis ini akan mengurangi jumlah
asam lemak ke hati dan jaringan perifer. Dengan berkurangnya asam lemak ke hati
maka pembentukan asam keto berkurang. Insulin juga akan merangsang penggunaan
asam keto ini oleh jaringan perifer sehingga tidak akan terjadi akumulasi asam ini di
darah.10

Universitas Kristen Krida Wacana


10

Gambar 2.1 Mekanisme Keseimbangan Lipolisis dan Lipogenesis 10

Gambar 2.2 Regulasi Lipogenesis Pada Hepatosit dan Adiposit.10

2.4 Klasifikasi Obesitas

Universitas Kristen Krida Wacana


11

Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terjadi akumulasi lemak yang terjadi
secara berlebihan di jaringan adiposa tubuh yang bisa disebabkan oleh faktor genetik,
metabolisme energi dan gagal pengaturan nafsu makan. 14 Obesitas sentral sangat
berhubungan risiko dengan sindroma metabolik atau resistensi insulin yang terdiri
daripada resistensi insulin/hiperinsulinemia, intoleransi glukosa/diabetes melitus,
dislipidemia, hiperurisemia, gangguan fibrinolisis, hiper fibrinogenemia dan hipertensi
yang akhirnya akan berisiko untuk penyakit kardiovaskuler.10

Untuk menentukan berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa digunakan
body mass index atau indeks massa tubuh sebagai pengukur pengganti karena sangat
sulit untuk mengukur lemak tubuh secara langsung. IMT atau indeks quatelet
merupakan indikator yang bermanfaat dengan mengukur berat badan dalam
kilogram(kg) dibagi tinggi dalam meter(m 2). Orang yang lebih besar-tinggi dan gemuk
akan lebih berat dari orang yang lebih kecil.

Bila melakukan penilaian IMT, perlu diperhatikan akan adanya perbedaan


individu dan etnik ini karena IMT dan lemak tubuh ditentukan oleh bentuk tubuh dan
proporsi tubuh, sehingga IMT belum tentu memberikan kegemukan yang sama bagi
semua populasi.10Meta-analisis beberapa kelompok etnik yang berbeda dengan
konsentrasi lemak tubuh, usia dan gender yang sama menunjukkan etnik Amerika yang
berkulit hitam memiliki IMT lebih tinggi 1.3 kg/m 2 dan etnik Polinesia memiliki IMT
lebih tinggi 4,5 kg/m2 dibandingkan dengan etnik Kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT pada
bangsa Cina , Ethiopia, Indonesia dan Thailand adalah 1.9, 4.6, 3.2, dan 2.9 kg/m 2. Hal
itu memperlihatkan adanya nilai cutoff IMT untuk obesitas yang spesifik untuk populasi
tertentu. Wilayah Asia Pasifik telah mengusulkan kriteria dan klasifikasi obesitas
sendiri (Tabel 1).

Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan Lingkar Perut menurut Asia
Pasifik.10

Klasifikasi IMT (kg/m 2) Risiko Ko-Morbiditas

Universitas Kristen Krida Wacana


12

Lingkar Perut

< 90 cm (laki-laki) > 90 cm (laki-laki)


< 80 cm (perempuan > 80 cm
(perempuan)

Berat badan kurang <18,5 rendah (risiko meningkat sedang


pada masalah klinis lain)

Normal 18,5-22,9 sedang meningkat

Berat badan lebih >23 meningkat moderat

Berisiko 23,0-24,9 meningkat moderat

Obes I 25,0-29,9 moderat berat

Obes II >30,0 berat sangat berat

2.5 Manajemen Berat Badan Pada Pasien Berat badan Lebih dan Obesitas

Pada pasien obesitas, terapi penurunan berat badan sebesar 5 hingga 10 persen
dapat menyebabkan perbaikan kesehatan yang signifikan karena diharapkan dapat
mengurangkan faktor risiko kepada perkembangan diabetes melitus tipe 2 dan penyakit
kardiovaskuler. Selain itu, penurunan berat badan juga dapat menurunkan tekanan darah
pada pasien overweight normotensi dan hipertensi, dapat mengurangi serum trigliserida
dan meningkatkan kollestrol HDL, serta secara umum dapat mengurangkan kolestrol
serum total dan kolestrol-LDL. Penurunan berat badan juga dapat megurangi kadar
glukosa darah serta HbA1C pada beberapa pasien dengan diabetes tipe 2. Terapi
penurunan berat badan meliputi empat pilar yaitu diet rendah kalori, aktivitas fisik,
perubahan perilaku dan obat-obatan atau pembedahan. 10

2.5.1 Terapi Diet

Universitas Kristen Krida Wacana


13

Pada program manajemen berat badan, terapi diet direncanakan berdasarkan


individu. Terapi diet ini harus dimasukkan ke dalam status pasien overweight. Hal ini
bertujuan untuk membuat defisit 500 hingga 1000 kcal/hari menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari program penurunan berat badan apapun. Sebelum menganjurkan defisit
kalori sebesar 500 hingga 1000 kcal/hari sebaiknya diukur kebutuhan energi basal
pasien terlebih dahulu.

Pengukuran kebutuhan energi basal dapat menggunakan rumus dari Harris-Benedict:

Laki-laki:

B.E.E = 66.5 + (13.75 x kg ) + (5.003 x cm) - (6.775 x age)

Wanita:

B.E.E = 655.1 + (9.563 x kg) + (1.850 x cm) - (4.676 x age)

Kebutuhan kalori total sama dengan BEE dikali dengan jumlah faktor stress dan
aktivitas. Faktor stress ditambah aktivitas berkisar dari 1,2 sampai lebih dari 2.
Disamping pengurangan lemak jenuh, total lemak seharusnya kurang dan sama dengan
30 persen dari total kalori. Pengurangan persentase lemak dalam menu sehari-hari tidak
dapat menyebabkan penurunan berat badan, kecuali total kalori juga berkurang. Ketika
asupan lemak dikurangi, prioritas harus diberikan untuk mengurangi lemak jenuh. Hal
tersebut bermaksud untuk menurunkan kadar kolesterol-LDL. 10

2.5.2 Aktivitas Fisik

Peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen penting dari program


penurunan berat badan walaupun aktivitas fisik tidak menyebabkan penurunan berat
badan lebih banyak dalam jangka waktu enam bulan. Kebanyakan penurunan berat
badan terjadi karena penurunan asupan kalori. Aktivitas fisik yang lama sangat

Universitas Kristen Krida Wacana


14

membantu pada pencegahan peningkatan berat badan. Keuntungan tambahan aktivitas


fisik adalah terjadi pengurangan risiko kardiovaskuler dan diabetes lebih banyak
dibandingkan dengan pengurangan berat badan tanpa aktivitas fisik sahaja.8,10

Untuk pasien obese, terapi harus dimulai secara perlahan, dan intensitasnya
sebaiknya ditingkatkan secar bertahap. Latihan dapat dilakukan seluruhnya pada satu
saat atau secara bertahap sepanjang hari. Pasien dapat memulai aktivitas fisik dengan
berjalan selama 30 menit dengan jangka waktu 3 kali seminggu dan dapat ditingkatkan
intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 5 kali seminggu. Dengan regimen
ini, pengeluaran energi tambahan sebanyak 100 sampai 200 kalori per hari dapat
dicapai.10

Regimen ini dapat diadaptasi ke dalam berbagai bentuk aktivitas fisik lain,
tetapi jalan kaki lebih menarik karena keamanannya dan kemudahannya. Pasien harus
dimotivasi untuk meningkatkan aktivitas sehari-hari seperti naik tangga dari menaiki lif.
Seiring waktu, pasien dapat melakukan aktivitas yang lebih berat.10

2.5.3 Terapi Perilaku

Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya, diperlukan


suatu strategi untuk mengatasi hambatan yang muncul pada saat terapi diet dan aktivitas
fisik. Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan
dan aktivitas fisik, manajemen stress, stimulus control, pemecahan masalah, contigency
management, cognitive restructuring dan dukungan sosial. 9

2.5.4 Terapi Farmakoterapi dan Bedah

Salah satu komponen penting dalam manajemen berat badan. Pada pasien
dengan indikasi ibesitas, sibutramine dan Orlistat sangat berguna. Sibutramine dan
Orlistat merupakan obat-obatan yang telah disetujui oleh FDA di Amerika Sarikat,
untuk penggunaan jangka panjang. 10

Universitas Kristen Krida Wacana


15

Sibutramine ditambah dengan diet rendah kalori dan aktivitas fisik terbukti
efektif menurunkan berat badan dan mempertahankannya. Dengan pemberian
sibutramine dapat muncul peningkatan tekanan darah dan denyut jantung. Sibutramine
sebaiknya tidak diberikan kepada pasien dengan riwayat hipertensi, penyakit jantung
koroner, gagal jantung kongestif, aritmia atau riwayat strok.10

Orlistat menghambat absorpsi lemak sebanyak 30 persen. Dengan pemberian


orlistat, dibutuhkan penggantian vitamin larut lemak karena terjadi malabsorpsi parsial.
Semua pasien harus dipantau untuk efek samping yang timbul. Pengawasan secara
berkelanjutan oleh dokter dibutuhkan untuk mengawasi tingkat efikasi dan
keamanan.9,10

Terapi bedah merupakan salah satu pilihan untuk menurunkan berat badan.
Terapi ini hanya diberikan kepada pasien obesitas berat secara klinis dengan BMI => 40
atau =>35 dengan kondisi komorbid.10

Terapi bedah ini harus dilakukan sebagai alternatif terakhir untuk pasien yang
gagal dengan farmakoterapi dan menderita komplikasi obesitas yang ekstrem. Bedah
Gastrointestinal yaitu restriksi gastrik (banding vertical gastric) atau bypass gastric
(Roux-en Y) adalah suatu intervensi penurunan berat badan pada subyek yang
bermotivasi dengan risiko operasi yang rendah.10

2.6 Trigliserida

Trigliserida merupakan penyimpan lipid utama dalam jaringan adiposa


Trigliserida disebut juga triasilgliserol adalah lipid sederhana yang terdiri dari asam
lemak dan gliserol. Trigliserida terdiri dari tiga asam lemak, yang masing- masing
berhubungan dengan gliserol tunggal. Trigliserida merupakan komponen lipid utama
dalam asupan makanan, terdapat sekitar 98% dari total lipid dan 2% sisanya terdiri atas
fosfolipid dan kolesterol (bebas dan ester). Trigliserida dapat disimpan dalam jumlah

Universitas Kristen Krida Wacana


16

berlimpah untuk memasok kebutuhan energi tubuh selama berbulan-bulan, seperti


dalam kasus orang obesitas. Trigliserida disimpan dalam jaringan adiposa, otot rangka,
hati, paru-paru, dan usus untuk menyediakan energi untuk proses metabolisme.15

Lemak yang paling sering terdapat dalam trigliserida pada tubuh manusia
adalah: Asam stearat, yang mempunyai rantai karbon - 18 dan sangat jenuh dengan
atom hidrogen. Asam oleat, mempunyai rantai karbon -18 tetapi mempunyai satu ikatan
ganda di bagian tengah rantai. Asam palmitat, mempunyai 16 atom karbon dan sangat
jenuh.15 Dalam penggunaan trigliserida untuk energi tahap pertama yang terjadi adalah
hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Kemudian asam lemak dan
gliserol ditransfer dalam darah ke jaringan yang aktif tempat oksidasi kedua zat untuk
menghasilkan energi. 10

Gliserol sewaktu memasuki jaringan yang aktif, segera diubah oleh enzim
intrasel menjadi gliserol 3-fosfat. Gliserol 3-fosfat diproduksi di dua tempat yaitu hati
dan jaringan adiposa. Dalam hati, G3P dibuat oleh fosforilasi gliserol menggunakan
gliserol kinase dan ATP. Gliserol dari degradasi adipocyte-TAG ditransfer ke hati
melalui sirkulasi. Dalam jaringan adiposa, G3P dibentuk dari reduksi dihidroksiaseton
fosfat (DHAP, metabolit glikolisis) oleh dehidrogenase gliserol-3-fosfat (G3PDH).
Selanjutnya, dua molekul asil-CoA bergabung dengan G3P menggunakan sintetase
fosfatidat atau lemak-asil-CoA transferase untuk membuat asam fosfatidat. Asam
fosfatidat, menggunakan fosfatase, kehilangan satu gugus fosfat dan menghasilkan
digliserid (DAG). DAG menggunakan synthase, bergabung dengan satu ekstra asil-CoA
dan menghasilkan TAG. TAG kemudian diangkut ke VLDL hati. Gliserol juga dapat
mengikuti glukoneogenesis untuk menghasilkan glukosa dan glikogen.15

2.7 Hubungan Obesitas dan Kadar Trigliserida

Universitas Kristen Krida Wacana


17

Obesitas berhubungan dengan kadar lipoprotein serum tidak normal. Setiap


lipoprotein terdiri atas kolesterol (bebas atau ester), trigliserida, fosfolipid, dan
apoprotein. Trigliserida merupakan penyimpan lipid utama dalam jaringan adiposa.
Pada penderita obesitas kadar trigliserida dalam darah lebih tinggi dibandingkan orang
yang tidak obesitas. 16

Kadar trigliserida dalam darah dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab,


diantaranya: Diet tinggi karbohidrat (60% dari intake energi) dapat meningkatkan kadar
trigliserida. Asupan protein bila seseorang mengkonsumsi protein dalam makanannya
melebihi jumlah protein yang dapat digunakan jaringannya, sejumlah protein ini akan
disimpan sebagai lemak.17 Peningkatan asupan lemak akan meningkatkan kadar
trigliserida. Diet tinggi serat, intake serat yang tinggi akan mencegah karbohidrat
membentuk trigliserida.15

Faktor genetik, misalnya pada hipertrigliseridemia familial dan


disbetalipoproteinemia familial. Usia, semakin tua seseorang maka akan terjadi
penurunan berbagai fungsi organ tubuh sehingga keseimbangan kadar trigliserida darah
sulit tercapai akibatnya kadar trigliserida cenderung lebih mudah meningkat. Stres,
mengaktifkan sistem saraf simpatis yang menyebabkan pelepasan epinefrin dan
norepinefrin yang akan meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas dalam darah, serta
meningkatkan tekanan darah.14

Penyakit hati, menimbulkan kelainan pada trigliserida darah karena hati


merupakan tempat sintesis trigliserida sehingga penyakit hati dapat menurunkan kadar
trigliserida. Hormon-hormon dalam darah. Hormon tiroid menginduksi peningkatan
asam lemak bebas dalam darah, namun menurunkan kadar trigliserida darah. Hormon
insulin menurunkan kadar trigliserida darah, karena insulin akan mencegah hidrolisis
trigliserida.14

Penumpukan lemak berlebihan yang terjadi pada penderita obesitas


mengakibatkan meningkatnya jumlah asam lemak bebas (Free Fatty Acid/ FFA) yang

Universitas Kristen Krida Wacana


18

dihidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) endotel. Peningkatan ini memicu produksi
oksidan yang berefek negatif terhadap retikulum endoplasma dan mitokondria. Free
Fatty Acid yang dilepaskan karena adanya penimbunan lemak yang berlebihan juga
menghambat terjadinya lipogenesis sehingga menghambat klirens serum triasilgliserol
sehingga mengakibatkan peningkatan kadar trigliserida darah (hipertrigliseridemia).11

Mekanisme lain yang berperan terhadap meningkatnya kadar trigliserida darah


pada penderita obesitas adalah resistensi insulin. Resistensi insulin dapat menghambat
lipogenesis dengan cara menurunkan pengambilan glukosa di jaringan adiposa melalui
transporter glukosa menuju membran plasma. Selain itu, resistensi insulin mengaktifkan
Hormone Sensitive Lipase di jaringan adiposa yang akan meningkatkan lipolisis
trigliserida di jaringan adiposa.14

Keadaan ini akan menghasilkan FFA yang berlebihan di dalam darah, sebagian
akan digunakan sebagai sumber energi dan sebagian akan dibawa ke hati sebagai bahan
baku pembentukan trigliserida. Asam lemak bebas akan menjadi trigliserida kembali
dan menjadi bagian dari VLDL di hati. 9,11 Oleh karena itu VLDL yang dihasilkan pada
keadaan resistensi insulin akan sangat kaya akan trigliserida, disebut VLDL kaya
trigliserida atau VLDL besar (enriched triglyceride VLDL=large VLDL). 14

2.8 Cara Pemeriksaan Kadar Trigliserida

Pemeriksaan kadar trigliserida merupakan salah satu parameter yang terdapat


dalam profil lipid. Profil lipid terdiri dari kolesterol total, trigliserida, HDL, LDL dan
rasio kolesterol total per HDL. Pemeriksaan laboratorium terhadap kadar trigliserida
sebaiknya dilakukan setelah berpuasa minimal 12 jam agar didapatkan hasil yang lebih
akurat karena kadar trigliserida sangat dipengaruhi oleh makanan yang baru dimakan.
Kadar trigliserida dalam darah akan segera meningkat sehabis makan. Pemeriksaan
laboratorium berguna untuk skrining, diagnosis, pemantauan progresifitas penyakit,

Universitas Kristen Krida Wacana


19

monitor pengobatan dan prognosis penyakit. Pemeriksaan trigliserida dapat dilakukan


menggunakan POCT maupun spektrofotometer.17

Dalam pemeriksaan kadar trigliserida harus selalu diperhatikan jalan


pemeriksaannya karena kesalahan pemeriksaan dapat mempengaruhi hasil. Dalam hal
ini pra analitik (identitas pasien, pengambilan specimen yang dibutuhkan, perlakuan
sampel), tahap analitik (reagen, alat dan sumber daya manusianya), pasca analitik
(pencatatan hasil dan pelaporan hasil) semuanya harus diperhatikan karena pekerjaan
yang tidak dikerjakan sesuai prosedur yang benar dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan.17

2.8.1. Alat POCT (Point of Care Test)

POCT merupakan serangkaian alat tes sederhana yang biasa digunakan pada
berbagai parameter pemeriksaan laboratorium. POCT juga disebut dengan Bedsite
testing, Near Patient Testing, Alternative Site Testing. Penggunaan POCT memiliki
efisiensi waktu tidak perlu dilakukan pengiriman sampel ke laboratorium karena dapat
dilakukan oleh tenaga medis lainnya atau oleh pasien. Hasil pemeriksaan yang cepat
dapat meningkatkan kepuasan pasien, biaya operasional yang lebih murah, kepuasan
dokter sering lebih tinggi karena tidak harus menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.
Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah whole blood dalam jumlah yang kecil
sehingga dapat digunakan darah kapiler tidak memerlukan penanganan sampel seperti
pemusingan (sentrifugasi). Volume darah yang kecil dapat mencegah terjadinya
kehilangan darah (iatrogenic blood loss) pada pasien dengan keadaan tertentu. 18

Faktor kesalahan dalam pemeriksaan 50% diantaranya disebabkan oleh


kesalahan petunjuk (indikasi), 32% kegagalan dalam bertindak karena ketidak sesuai
dengan hasil pemeriksaan uji dan 55% terjadi kelambatan diagnosis karena
keterlambatan hasil pemeriksaan laboratorium. Penggunaan POCT diharapkan dapat

Universitas Kristen Krida Wacana


20

menekan faktor kesalahan tersebut. Presisi POCT yang lebih rendah dibandingkan
dengan pemeriksaan yang dilakukan menggunakan alat standar di laboratorium maka
dari itu, hasilnya kadang-kadang harus tetap dilakukan verifikasi. 18,19

Pemeriksaan dengan POCT lebih mahal dibandingkan dengan pemeriksaan cara


konvensional di laboratorium. Hal ini disebabkan karena pemeriksaan menggunakan
alat otomatis dapat mengurangi biaya per pengujian. Penggunaan POCT yang mudah
dan cepat dapat menimbulkan pemeriksaan yang melebihi keperluan atau tidak tepat,
yang dapat menimbulkan risiko terhadap pasien. Penggunaan POCT yang tidak tepat
justru akan menambah biaya yang lebih tinggi. Penggunaan sampel darah yang sedikit
pada POCT menyebabkan sulit mengetahui mutu (kualitas) sampel yang dapat
mempengaruhi ketepatan hasil pemeriksaan misalnya pada keadaan hemolisis, lipemik
dan obat – obatan sulit untuk dikendalikan. 18,20

2.8.2. Alat Spektrofotometer

Pemeriksaan profil lipid termasuk diantaranya kadar trigliserida biasa dilakukan


di laboratorium patologi klinik dengan alat spektrofotometer. Pemeriksaan ini
merupakan baku emas untuk pemeriksaan kadar trigliserida. Bahan pemeriksaan untuk
menentukan kadar trigliserida adalah serum atau plasma. Serum diperoleh apabila
whole blood didiamkan beberapa lama sehingga akan terjadi pemisahan antara bekuan
dan cairan yang tertinggal setelah bekuan diambil inilah yang disebut serum.21

Plasma diperoleh apabila sejumlah volume darah ditambah zat pencegah


pembekuan (antikoagulan) dan diputar dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit,
maka akan terdapat bagian yang terpisah dari bagian yang padat, cairan inilah yang
disebut plasma. 19,21

Pemeriksaan dengan alat spektrofotometer memiliki beberapa kerugian yaitu


harga yang mahal, waktu pemeriksaan yang relatif lebih lama dan pengambilan sampel
darah vena yang invasif. 18

Universitas Kristen Krida Wacana


21

2.9 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

· Dislipidemia
· kadar
Konsumsi makanan trigliserida
berlebihan meningkat
Merokok dan konsumsi
· kadar LDL
alkohol
meningkat
Faktor psikologi(stres)
Umur · kadar HDL
menurun
Jenis kelamin
Stres · kadar kolesterol
Obesitas total meningkat
Faktor lingkungan
(urbanisasi) Diabetes melitus

Hipertensi

Sindroma metabolik

Penyakit kardiovaskuler

Universitas Kristen Krida Wacana


22

Diagram 2.1 Kerangka Teori

2.10 Kerangka Konsep

Lingkar
perut
Kadar Trigliserida

Indeks Massa Kadar Trigliserida


Tubuh

Diagram 2.2 Kerangka Konsep

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-


sectional yang bertujuan untuk memberikan gambaran obesitas dan hubungannya
dengan kadar trigliserida darah pada dewasa muda di kota besar

3.2 Tempat dan Waktu

3.2.1 Tempat Penelitian


Penelitian di Fakultas Kedokteran Ukrida, Jakarta

3.2.2 Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada tanggal 15 Mei 2018 hingga 30 April 2019.

Universitas Kristen Krida Wacana


23

3.3 Subjek Penelitian


3.3.1 Populasi target
Penduduk dewasa usia muda rentang usia 18-25 tahun.22
3.3.2 Populasi terjangkau
Mahasiswa FK UKRIDA angkatan 2016-2018

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

Kriteria Inklusi penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2016-2018 yang


mengikuti semester lima-enam, responden yang telah menerima penjelasan dari peneliti
dan telah mengisi inform consent serta bersedia untuk diperiksa berat badan, lingkar
perut serta kadar trigliserida. Kriteria Eksklusi penelitian ini adalah mahasiswa
angkatan 2016-2018 yang mempunyai kelainan sindroma nefrotik,gagal ginjal akut dan
kronik, diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2 atau ada gangguan hemostasis darah
(Hemofilia).
3.4 Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive random sampling


dengan metode systematic random sampling. Untuk jenis rancangan studi deskriptif
analitik dengan populasi yang sudah diketahui maka digunakan rumus.
Besar sampel untuk melihat proporsi adalah:
1) Besar sampel untuk studi prevalensi adalah sebagai berikut:
n = Zα2PQ
ԁ2
Z = nilai standar = 1,96 dengan interval kepercayaan (α=0,05)
P = perkiraan proporsi = 0,31 (prevalensi obesitas sentral menurut Riskesdas 2018)
Q = 1-P = 0,69
ԁ = presisi = 0,1
Jadi besar sampel minimal yang dibutuhkan sebanyak 83 orang.

Universitas Kristen Krida Wacana


24

2) Besar sampel untuk melihat hubungan analitik korelatif numerik-numerik adalah


sebagai berikut:

n = Jumlah subjek
Alpha (α) = Kesalahan tipe satu diitetapkan 5%, hipotesis satu arah
Zα = Nilai standar alpha = 1,64
Beta (β) = Kesalahan tipe dua, dtetapkan 10%
Zβ = Nilai standar beta
r = Koefisien korelasi minimal yang dianggap bermakna dtetapkan 0,5
Jadi besar sampel minimal yang dibutuhkan sebanyak 32 orang.
Daripada kedua rumus ini, maka diambil besar sampel minimal yang paling
tinggi untuk penelitian ini yaitu seramai 83 orang.
3.5 Bahan Peneltian

Darah kapiler

3.6 Alat Penelitan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Alat tes trigliserida darah (pro lipid),
lanset, strip trigliserida, timbangan berat badan(yang telah dikalibrasi), microtoise, pita
ukur, kertas inform consent, pulpen dan kapas alkohol.

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Pengambilan inform consent

Universitas Kristen Krida Wacana


25

· Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan kepada responder yaitu


pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut dan pengambilan darah
kapiler untuk pemeriksaan trigliserida.
· Mahasiswa diminta untuk mengisi informed consent yang telah disediakan.

3.7.2 Pengukuran Berat Badan


· Timbangan berat badan ditera terlebih dahuu sebelum pemeriksaan
· Responder akan dilakukan pemeriksaan berat badan menggunakan timbangan
berat badan yang biasa menggunakan jarum, tanpa alas kaki, dengan
menanggalkan benda yang berat, berdiri tegak, pandangan kedepan dengan
kedua lengan menggantung bebas.

3.7.3 Pengukuran Tinggi Badan


· Responder akan dilakukan pemeriksaan tinggi badan menggunakan microtoise
yang digantung 2 meter dari permukaan rata, dengan berdiri tegak pandangan
lurus kedepan, kaki rapat, lutut diluruskan, tumit, bokong dan belakang sedapat
mungkin menyentuh dinding.

3.7.4 Pengukuran Lingkar Perut


· Responder akan dilakukan pemeriksaan lingkar perut menggunakan pita ukur
pada bagian antara rusuk dan crista iliaca melewati umbilicus.21
· Bacalah hasil pengukuran dengan posisi mata sejajar dengan jendela pengukuran
pada pita pengukur. Bacalah hingga ketelitian 0,1 cm. Lakukan pengukuran
sebanyak tiga kali dan diambil reratanya. 21

3.7.5 Pemeriksaan Kadar Trigliserida Darah


· Responden akan dilakukan pemeriksaan kadar trigliserida dengan menggunakan
darah kapiler.
· Tindakan aseptik dilakukan sebelum pengambilan darah.

Universitas Kristen Krida Wacana


26

· Sampel darah diperiksa menggunakan alat tes trigliserida ProLipid.

3.8 Penyusunan Data


Menyusun data responder yang telah diperiksa yaitu tinggi badan, berat badan dan
kadar triglserida darah

3.9 Analisis Data

Analisis data untuk penelitian ini terdiri atas analisis data univariat dan analisis
data bivariat. Analisis statistik untuk penelitian ini menggunakan program komputer
Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) 22.0 for Windows.
Analisis statistik univariat yang bersifat kategorik yaitu obesitas umum
berdasarkan indeks massa tubuh(IMT) dan obesitas sentral berdasarkan lingkar perut
disajikan dalam bentuk proporsi atau presentase dengan menggunakan pie chart dan
bar chart. Analisis statistik bivariat yang bersifat numerik yaitu variabel indeks massa
tubuh, lingkar perut dan kadar trigliserida darah dianalisis dengan menggunakan uji
parametrik yaitu korelasi Pearson bila distribusi normal atau Spearman bila distribusi
tidak normal.
Menurut Colton, kekuatan dua hubungan variabel secara kualitatif dapat dibagi
dalam empat area yaitu; r=0,00-0,25 berarti tiada hubungan atau hubungan lemah,
r=0,26-0,50 berarti hubungan sedang, r=0,51-0,75 berarti hubungan kuat, r=0,76-1,00
berarti hubungan sangat kuat atau sempurna. Hasil dikatakan signifikan jika p<0,05.
Jika nilai p<0,05, H0 ditolak, berarti ada hubungan antara kedua variabel tersebut. Jika
p>0,05, H0 diterima berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut.

3.10 Parameter yang diperiksa

Gambaran obesitas dan hubungannya dengan kadar trigliserida darah pada mahasiswa
semester dua, empat dan enam FK UKRIDA.

Universitas Kristen Krida Wacana


27

3.11 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah indeks massa tubuh dan lingkar perut sebagai
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar trigliserida darah.

3.12 Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


Ukur Ukur

1. Indeks Rasio atau nisbah yang Timbanga Berat badan dalam numerik
Massa dinyatakan sebagai berat n Berat satuan
Tubuh badan (dalam kilogram) badan dan kilogram(kg) dan
dibagi dengan kuadrat Microtois tinggi badan dalam
tinggi badan (dalam e satuan meter(m)
meter)
2. Lingkar Panjang keliling perut Pita sentimeter (cm) numerik
Perut diukur pada titik tengah Pengukur
diantara tepi bawah
arcus costae dan tepi
atas crista iliaca pada
linea midaxiillaris dalam
bidang horilzontal
sebanyak dua kali dan
diambil reratanya. 21

Universitas Kristen Krida Wacana


28

3. Kadar Kadar trigliserida darah Alat Tes Milligram per numerik


Trigliser menggunakan darah Trigliseri desi Liter
ida kapiler pada strip da (mg/dL)
trigliserida dengan alat (ProLipid
Prolipid )

4. Obesitas Rasio atau nisbah yang Berat badan 0= kurang : <18,5 ordinal
Umum dinyatakan sebagai Timbanga dalam satuan 1 = normal : 18,5-
berat badan (dalam n Berat kilogram(kg) 22,9
kilogram) dibagi badan dan dan tinggi 2 = lebih : 23,0-
dengan kuadrat tinggi Microtois badan dalam 24,9
badan (dalam meter) e satuan 3 = obes I : 25,0-
meter(m) 29,9
4= obes II >30,0
(WHO Asia
Pasifik)
5. Obesitas Panjang keliling perut Pita sentimeter (cm)
Sentral diukur pada titik tengah Pengukur 0 =laki-laki <90cm nominal
diantara tepi bawah 2= laki-laki 90cm
arcus costae dan tepi 3=perempuan
atas crista iliaca pada <80cm
linea midaxiillaris 4=perempuan
dalam bidang horzontal > 80cm
sebanyak dua kali dan (WHO Asia
diambil reratanya. 20 Pasifik)
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian

3.13 Alur dan Jadwal Penelitian

Mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Kriteria inklusi dan eksklusi

Inform Consent dan pemeriksaan kadar trigliserida darah

Analisis dan pengolahan data

Penyajian data

Diagram 3.1 Alur Penelitian

Jadwal Penelitian

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

Universitas Kristen Krida Wacana


29

N Kegiatan
o

Des 2018- Apr 2018 – Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agu
Mar 2018 Jan 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019

1 Studi pustaka

2 Persiapan
proposal

3 Pengajuan
etik

4 Pelaksanaan
penelitian

5 Pengolahan
data

6 Penulisan
skripsi

3.14 Dana Penelitian

Tabel 3.3 Dana Penelitian

Bahan Kos Perbelanjaan (Rupiah)

Strip Trigliserida 500,000 x 9 botol = 4,500.00 (strip*)


Alat Tulis dan Kertas 100,000
Kapas Alkohol 25,000
Transportasi 200,000
Total 4,825,000

Universitas Kristen Krida Wacana


30

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Data Deskriptif dan Analitik


4.1.1 Gambaran Obesitas Umum pada Dewasa Muda

Berdasarkan Diagram 4.1, setelah didapatkan indeks massa tubuh berdistribusi


normal dengan nilai rata-rata 23,9, distribusi frekuensi obesitas umum pada mahasiswa
dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Ukrida semester 2,4 dan 6 adalah sebanyak 27
orang(31,4%), yaitu 13 orang(15,1%) dengan obes I dengan nilai indeks massa tubuh
diantara 25,0-29,9 manakala didapatkan sebanyak 14 orang(16,3%) dengan obes II
yaitu dengan nilai indeks massa tubuh >30,0.

Universitas Kristen Krida Wacana


31

50
45
44
40
35
30
25
20
15 13 14
10 7 8
5
0

<18,5 BB kurang 18,5-22,9 BB normal 23,0-24,9 BB lebih


25,0-29,9 Obes I >= 30,0 Obes II

Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Obesitas Umum berdasarkan Indeks Massa Tubuh pada
Mahasiswa/Mahasiswi Fakultas Kedokteran Ukrida Semester 2,4 dan 6 pada bulan Maret-April 2019.

4.1.2 Gambaran Obesitas Sentral Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan Diagram 4.2, setelah didapatkan lingkar perut berdistribusi normal


dengan nilai rata-rata 84,9 cm, dari 39 responden laki-laki didapatkan sebanyak 20
orang(23,3%) mengalami obesitas sentral sementara dari 47 responden perempuan
sebanyak 13 orang(15,1%) mengalami obesitas sentral.

40
34
35
30
25 20
19
20
15 13
10
5
0
Laki-laki Perempuan

Non-Obesitas Sentral; Laki-laki: <90cm, Perempuan: <80cm


Obesitas Sentral; Laki-laki: >=90cm, Perempuan: >=80cm

Universitas Kristen Krida Wacana


32

Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Obesitas Sentral berdasarkan Jenis Kelamin pada
Mahasiswa/Mahasiswi Fakultas Kedokteran Ukrida Semester 2,4 dan 6 pada bulan Maret-April 2019.

4.1.3 Gambaran Obesitas Sentral Berdasarkan Lingkar Perut pada Dewasa Muda

Berdasarkan Diagram 4.3, daripada total 86 responden sebanyak 33


orang(38,4%) mengalami obesitas sentral.

33

53

Non Obesitas Sentral Obesitas Sentral

Diagram 4.3 Distribusi Frekuensi Obesitas Sentral berdasarkan Lingkar Perut pada
Mahasiswa/Mahasiswi Fakultas Kedokteran Ukrida Semester 2,4 dan 6 pada bulan Maret-April 2019.

4.1.4 Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Trigliserida

Berdasarkan Tabel 4.1, setelah didapatkan kedua variabel yaitu


indeks massa tubuh dan kadar trigliserida berdistribusi normal menggunakan uji
Kolmogrov-Smirnov, data kedua variabel dianalisis dengan uji korelasi Pearson dan
regresi linear sederhana digunakan. Hasil menunjukkan terdapatnya hubungan positif
dan linear antara indeks massa tubuh dengan kadar trigliserida.
Pada hasil uji korelasi di atas diperoleh nilai r adalah 0,642 dan nilai p adalah
0,000. Menurut Colton, kekuatan dua hubungan variabel secara kualitatif dapat dibagi
dalam empat area yaitu; r=0,00-0,25 berarti tiada hubungan atau hubungan lemah,
r=0,26-0,50 berarti hubungan sedang, r=0,51-0,75 berarti hubungan kuat, r=0,76-1,00
berarti hubungan sangat kuat atau sempurna. Dalam penelitian ini, kekuatan hubungan
dua variabel yaitu indeks massa tubuh dengan kadar trigliserida secara kualitatif

Universitas Kristen Krida Wacana


33

menunjukkan hubungan yang kuat (0,642) dan berpola positif, artinya semakin
bertambah indeks massa tubuh semakin tinggi kadar trigliserida. Karena p < a (0.000 <
0.05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai p tersebut mempunyai arti yang signifikan
atau bermakna sehingga dinyatakan adanya hubungan antara indeks massa tubuh dan
kadar trigliserida darah. Pada analisis regresi linear sederhana, didapatkan nilai intercept
atau nilai a sebesar 27,72 sedangkan nilai b adalah 3,987. Daripada nilai ini dapat
dinyatakan persamaan garis regresi; Kadar Trigliserida=27,72 + 3,987 x (Indeks Massa
Tubuh). Dari nilai b(3,987), berarti variabel kadar trigliserida akan bertambah sebesar
3,987 miligram/desiLiter(mg/dL) bila indeks massa tubuh bertambah setiap satu
kilogram/meter2(kg/m2)

Variabel r R2 Persamaan Garis p

Indeks 0,642 0,413 Kadar Trigliserida = 27,72+3,987*Indeks Massa Tubuh 0,000


Massa
Tubuh

Tabel 4.1 Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Trigliserida pada Mahasiswa/Mahasiswi

Fakultas Kedokteran Ukrida Semester 2,4 dan 6 pada bulan Maret-April 2019.

4.1.5 Hubungan Antara Lingkar Perut dengan Kadar Trigliserida

Berdasarkan Tabel 4.2, setelah didapatkan kedua variabel yaitu lingkar perut dan
kadar trigliserida berdistribusi normal menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov, data
dianalisis dengan uji korelasi Pearson dan regresi linear sederhana menunjukkan
terdapatnya hubungan positif dan linear antara lingkar perut dengan kadar trigliserida.
Pada hasil uji korelasi di atas diperoleh nilai r adalah 0,59 dan nilai p adalah
0,000. Kekuatan hubungan dua variabel secara kualitatif menunjukkan hubungan yang
kuat (0,59) dan berpola positif, artinya semakin bertambah lingkar perut semakin tinggi
kadar trigliserida. Karena p < a (0.000 < 0.05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai
p tersebut mempunyai arti yang signifikan atau bermakna sehingga dinyatakan adanya
hubungan antara lingkar perut dan kadar trigliserida darah. Pada analisis regresi linear

Universitas Kristen Krida Wacana


34

sederhana, didapatkan nilai intercept atau nilai a sebesar 1,48 sedangkan nilai b adalah
1,435. Daripada nilai ini dapat dinyatakan persamaan garis regresi; Kadar
Trigliserida=1,48 + 1,435 x (Lingkar Perut). Dari nilai b(1,435), berarti variabel kadar
trigliserida akan bertambah sebesar 1,435 miligram/desiLiter(mg/dL) bila lingkar perut
bertambah setiap satu sentimeter(cm)..

Variabel r R2 Persamaan Garis p

Lingkar 0.59 0,348 Kadar Trigliserida = 1,48+1,435*Lingkar Perut 0,000


Perut

Tabel 4.2 Hubungan Antara Lingkar Perut dengan Kadar Trigliserida pada /Mahasiswi Fakultas
Kedokteran Ukrida Semester 2,4 dan 6 pada bulan Maret-April 2019.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Gambaran Obesitas Umum Berdasarkan Indeks Massa Tubuh pada Dewasa
Muda

Menurut WHO Asia Pasifik, batas obesitas daripada Indeks Massa Tubuh adalah
>25,0 kg/m2 dimana nilai 25,0-29,9 dikelompokkan kepada obes I manakala nilai >30,0
adalah obes II. Prevalensi obesitas umum pada penelitian ini ditemukan sebesar 31,4%
dimana nilai ini lebih tinggi daripada prevalensi obesitas umum penduduk Indonesia
pada Riskesdas 2018(21,8%). Prevalensi ini lebih tinggi dari proporsi obesitas menurut
provinsi DKI Jakarta dari Departemen Kesehatan Indonesia(29,8%) dan penelitian oleh
Nurzakiah Sartika tahun 2010 di Kota Depok(22,7%).23

Universitas Kristen Krida Wacana


35

Obesitas terjadi dari banyak faktor seperti genetik, perilaku, lingkungan,


fisiologis, sosial, dan budaya yang berakibat pada ketidakseimbangan energi dan
penyimpanan lemak berlebihan. Peran dari masing-masing faktor ini telah dipelajari
secara ekstensif dan walaupun genetik memiliki peran penting dalam pengaturan berat
badan, WHO Consultation on Obesity menyimpulkan bahwa faktor perilaku dan
lingkungan(misalnya gaya hidup yang menetap dikombinasikan dengan masukan energi
berlebihan) bertanggungjawab terhadap peningkatan kejadian obesitas secara dramatis
dalam 20 tahun ini.24

Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Nurzakiah tahun 2010 yang mendapatkan
risiko terjadinya obesitas pada daerah urban sebesar 2,11 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan daerah rural setelah dikontrol oleh jenis kelamin, bekerja dan olahraga. 23 Ini
kerana sebagian besar responden yang tinggal di daerah urban memiliki status sosial
ekonomi yang lebih tinggi.

Namun prevalensi obesitas pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan


dengan penelitian Baek Y,et al. tahun 2014 di Korea (62,3%)25 dan penelitian
Norfazilah A,et al. tahun 2015 di Malaysia(54%).26 Dibandingkan dengan kota di
Negara yang lebih maju, Jakarta kurang fasilitas awam yang menyebabkan penduduk
lebih banyak beraktivitas fisik dalam kegiatan seharian. Gaya hidup yang kurang
ativitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang apabila pemasukan
energi berlebihan tidak diseimbangi dengan aktivitas fisik.26 Menurut WHO, aktivitas
fisik teratur dapat membantu mengendalikan berat badan dan menurunkan risiko
obesitas hingga 50%, dibandingkan dengan individu kurang melakukan aktivitas fisik.23

4.2.2 Gambaran Obesitas Sentral Berdasarkan Lingkar Perut pada Dewasa Muda

Universitas Kristen Krida Wacana


36

Pada penelitian ini didapatkan sebesar 38,4% daripada 86 orang responden


mengalami obesitas sentral. Prevalensi pada penelitian lebih tinggi daripada prevalensi
obesitas sentral penduduk Indonesia menurut Riskesdas 2018 yaitu 31%. Namun jika
dilihat prevalensi Riskesdas menurut provinsi, hasil penelitian ini mendekati angka
prevalensi Kalimantan Timur,DKI Jakarta,Sulawesi Utara yaitu berkisar antara 35%-
42,5%. Demikian juga dengan penelitian Saad,et al. tahun 2015 di Malaysia(37%). 27

Mereka yang tinggal di perkotaan lebih berisiko menderita obesitas sentral


disebabkan gaya hidup yang biasa mengkonsumsi makanan yang tidak sehat dan
kurangnya aktivitas fisik. Prevalensi obesitas sentral penelitian ini lebih rendah
dibandingkan penelitian Sudikno,et al. tahun 2016 di Kota Bogor(48,7%) 18 dan
penelitian Listiyana,et al. pada tahun 2013 di Kota Semarang (61,7%).11

Obesitas sentral terjadi jika selama periode tertentu, energi yang masuk melalui
makanan lebih banyak daripada energi yang digunakan untuk menunjang kebutuhan
energy tubuh, yang kemudian disimpan menjadi lemak. Kelebihan lemak disimpan
dalam bentuk trigliserida di jaringan lemak, selain itu, modernisasi gaya hidup,
tingginya asupan kalori, rendahnya aktivitas fisik juga merupakan akibat dari
meningkatnya obesitas sentral. Obesitas sentral dapat terjadi pada laki-laki atau
perempuan. Keadaan obesitas sentral dipengaruhi oleh tidak seimbangnya asupan energi
dan kurangnya aktivitas fisik sehingga akumulasi lemak lebih banyak terjadi di bagian
perut karena sel lemak di bagian perut lebih besar.18

Daripada hasil penelitian ini, prevalensi laki-laki yang mengalami obesitas


sentral lebih banyak berbanding perempuan dengan nilai sebanyak 23,3%. Ini adalah
karena perempuan di perkotaan lebih menjaga penampilannya . Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian oleh Kurdanti, et al. tahun 2015 bahwa kejadian obesitas
sentral lebih banyak terjadi pada laki-laki.28

Universitas Kristen Krida Wacana


37

4.2.3 Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Trigliserida

Hasil penelitian menemukan ada hubungan yang bermakna antara indeks massa
tubuh dengan kadar trigliserida. Pada hasil uji korelasi di atas diperoleh nilai r adalah
0,642 dan nilai p adalah 0,000, berpola positif semakin bertambah indeks massa tubuh
semakin tinggi kadar trigliserida. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Chawada D, et
al. tahun 2016 yang menunjukkan bahwa tingkat trigliserida dalam kelompok obesitas
secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok non-obesitas. 29 Penelitian
oleh Damanik, et al. tahun 2013 pada siswa berumur 16-18 tahun mendapatkan 15%
terjadi peningkatan trigliserida daripada siswa obesitas.30

Mekanisme terjadinya obesitas yang berkaitan dengan profil lipid dapat


dijelaskan bahwa karena lemak yang berlebihan di dalam adiposit viseral melepaskan
sejumlah Free Fat Fatty Acids (FFA) yang berlebih. Selanjutnya peningkatan sintesis
trigliserida dan sekresi Very Low Density Lipoprotein (VLDL) yang kaya trigliserida
dalam sirkulasi meningkatkan level trigliserida dalam darah. Melalui cholesteryl ester
transfer protein (CETP), trigliserida dari VLDL diubah menjadi kolesterol High
Density Lipoprotein (HDL). Selanjutnya trigliserida yang kaya LDL dan VLDL
menjalani hidrolisis oleh enzim lipase hepatik atau lipase lipoprotein yang mengarah ke
pembentukan kecil partikel LDL padat yang lebih beracun dan atherogenic.
Atherogenicity ini adalah akar penyebab untuk semua komplikasi penyakit terkait
dengan obesitas.18

4.2.4 Hubungan Lingkar Perut dengan Kadar Trigliserida Darah

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan terdapatnya hubungan positif dan linear


antara lingkar perut dengan kadar trigliserida. Pada hasil uji korelasi di atas diperoleh
nilai r adalah 0,59 dan nilai p adalah 0,000. Kekuatan hubungan dua variabel secara

Universitas Kristen Krida Wacana


38

kualitatif menunjukkan hubungan yang kuat (0,59) dan berpola positif, artinya semakin
bertambah lingkar perut semakin tinggi kadar trigliserida.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sudikno,et al. tahun 2016 bahwa
obesitas sentral berhubungan dengan profil lipid yaitu kolestrol total, kolestrol LDL,
kolestrol HDL dan trigliserida setelah dikontrol variable jenis kelamin, umur dan
kebiasaan merokok.18 Penelitian Mathew S, et al. pada 2013 juga menunjukkan korelasi
positif konsumsi tinggi kalori dengan parameter serum lipid. 31 Selanjutnya menurut
Daoud et al. tahun 2014 menyatakan bahwa makanan rendah lemak dapat mengurangi
total kolesterol LDL (low-density lipoprotein) dan kolesterol HDL (high-density
lipoprotein), sedangkan makanan rendah karbohidrat mengurangi kadar trigliserida dan
kolesterol VLDL (very low density lipoprotein), dan meningkatkan kolesterol HDL
serta kolesterol LDL.32

Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian cross-sectional


Simbar et al. tahun 2015 pada 53 subyek di salah satu Poliklinik Manado menunjukkan
hubungan yang signifikan antara lingkar perut dengan kadar HDL, namun tidak
dijumpai hubungan yang signifikan antara lingkar perut dengan kadar kolesterol total,
kadar LDL, dan kadar trigliserida.33

4.3 Keterbatasan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan


systematic random sampling. Penelitian ini mengambil sampel mahasiswa Fakultas
Kedokteran Ukrida angkatan 2016-2018 sebanyak 86 orang yang mempunyai rentang
usia 18-25 tahun sesuai dengan rentang usia dewasa muda berdasarkan Prof Dr
Koesoemanto Sotyenogoro.22 Sedikitnya sampel yang diambil karena keterbatasan biaya
dan tenaga dari peneliti. Sarannya agar dilakukan penelitian dengan mengambil sampel
yang lebih besar untuk mendapatkan hasil yang lebih baik untuk melihat prevalensi
obesitas umum dan obesitas sentral di Kota Jakarta.

Universitas Kristen Krida Wacana


39

Dalam penelitian ini, faktor untuk kejadian obesitas yang dikira hanya faktor
lingkungan yaitu urbanisasi, umur dan jenis kelamin. Ada beberapa faktor lain yang
tidak diuji yaitu, konsumsi makanan berlebihan, merokok, konsumsi alkohol, faktor
psikologi dan stress. Faktor-faktor ini tidak diuji karena sulit untuk melakukan kajian
pada setiap faktor serta waktu penelitian juga terbatas pada peneliti.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang menjalankan tindakan CIMT di RSUD


Tarakan Jakarta pada Periode Oktober 2020 sampai Agustus 2021, didapati hasil :

5.1.1 Sebanyak 153 orang yang didominasi laki laki sebesar 80 orang dan perempuan
sebesar 73 orang, dengan usia termuda adalah 20 tahun dan tertua adalah 82
tahun.

5.1.2 Sebanyak 153 orang didapati kejadian stroke non hemoragik terbanyak sebesar 86
orang, berikutnya migraine sebesar 31 orang, vertigo sebesar24 orang, stroke
hemoragik sebesar 4 orang serta masing-masing mild cognitive impairment,
dementia sebesar 2 orang

5.1.3 Dari sebanyak 153 sampl penelitian, didapati kejadian stroke sebesar 95 orang
yang didominasi oleh stroke non hemoragik sebesar 24 orang dan stroke non
hemoragik sebesar 4 orang

Universitas Kristen Krida Wacana


40

5.1.4 Pada nilai CIMT kanan didapati nilai minimum sebesar 0.01cm dan maksimum
0.29cm. Sedangkan nilai CIMT kiri didapati nilai minimum sebesar 0.05cm dan
maksimum 0.24cm. Pada nilai CIMTmax didapatkan hasil nilai minimum 0.05cm
dan nilai maksimum 0.29cm.

5.1.5 Dengan menggunakan uji Chi Square didapati adanya hubungan antara
peningkamatan CIMT dengan kejadian stroke, dengan nilai P Value 0.023
(<0.05)

5.1.6 Dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov, pada hubungan antara ketebalan


CIMT dan usia didapati nilai r 0.212 yaitu hubungan lemah dan nilai p 0.008
(<0.05) sehingga ada hubungannya.

Pada analisis regresi linear sederhana, nilai a didapati 0.078 sedangkan nilai b
0.001, maka CIMT max=0.078+0.001(usia). Maka nilai CIMTmax akan
bertambah sebesar 0.001cm setiap kali usia bertambah 0.078tahun.

Daftar Pustaka

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia . Laporan nasional riset kesehatan dasar.


Jakarta: Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan; 2013. h 268
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Rutin timbang berat badan hindari
obesitas. Jakarta: Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI; 5
Agustus 2016.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Transformasi pengetahuan dan pola
makan dibutuhkan. Jakarta: Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes
RI; 30 Oktober 2017
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Potret sehat Indonesia dari riskesdas
2018. Jakarta: Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI; 2
November 2018.

Universitas Kristen Krida Wacana


41

5. Paul S.J, Paul D.R, Vivian A.F, George G, David S.H.B, Rachel P.P, et al.
Guidelines for management of dyslipidemia and prevention for cardiovascular
disease. American Association of Clinical Endocrinologists (AACE) . 2017
6. Denney-Wilson E, Hardy LL, Dobbins T, Okely AD, Baur LA. Body mass index,
waist circumference, and chronic disease risk factors in Australian adolescents.
Arch Pediatr Adolesc Med. 2008;162(6):566-73.
7. Jalal F, Liputo NI, Susanti N, Oenzil F. Lingkar pinggang, kadar glukosa darah,
trigliserida dan tekanan darah pada etnis minang di kabupaten padang pariaman,
sumatera barat. Media Medika Indonesia ; 2008: Vol 43(3)
8. Mukherjee B, Hossain CM, Mondal L, Paul P, Ghosh MK. Review: Obesity and
insulin resistance: An abridged molecular correlation. 2013 April [cited 11 April
2018] ; 6 : 1 – 11.Available from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25278764
DOI:    10.4137/LPI.S10805
9. Sara JS. Hubungan indeks massa tubuh dengan keadaan biokimia darah pada
karyawan PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya, Jakarta. Analisis Data Sekunder.
10. John MF, Adam. Dislipidemia. Dalam: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 6 .
Jakarta: Interna Publishing; 2016 . h1942-47.
11. Listiyana AD, Mardiana, Prameswari GN. Obesitas sentral dan kadar kolestrol
darah total. Jurnal Kesehatan Masyarakat. KEMAS; 2013. 37-43
12. Klop B, Elte JWF, Cabezas MC. Dyslipidemia in obesity: Mechanisms and
potential targets. Nutrients. 2013 April [cited 2018 April 11 ] ; 5 :1218 - 1240.
Available from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23584084 DOI:
10.3390/nu5041218
13. Putri SR, Dian IA. Obesitas sebagai faktor risiko peningkatan kadar trigliserida.
Bagian Ilmu Gizi Universitas Lampung. 2015
14. Guyton AC. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-9. Jakarta: EGC; 2014.
15. Syarief, Fatimah. Efek suplementasi serat chitosan dengan omega-3 dalam
minyak ikan terhadap trigliserida plasma dan kolesterol total pada pekerja obes.
Jurnal Kedokteran Indonesia; 2012. Vol 2(1) : 23-29.

Universitas Kristen Krida Wacana


42

16. Jellinger PS, Smith DA, Mehta AE, Ganda O, Handelsman Y, Rodbard HW, et
al. AACE Guidelines for management of dyslipidemia and prevention of
atherosclerosis. Endocrine Practice ;2012 : Vol 18(78)
17. Suwandi D. Perbandingan hasil pemeriksaan kadar kolesterol total metode
electrode-based biosensor dengan metode spektrofotometri. Bandung: Universitas
Kristen Maranatha. 2010
18. Sudikno, Syarief H, Dwiriani C.M, Riyadi H, Pradono J. Hubungan obesitas
sentral dengan profil lipid pada orang dewasa umur 25-65 tahun di Kota Bogor.
Pusat Penelitian Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat, Kemenskes RI. 2016
19. Sumarni, Titi. Perbandingan kadar trigliserida menggunakan alat POCT(point
of care test) dan spektrofotometer. Universitas Muhammadiyah. 2017 [diunduh pada
25 Okt 2018] tersedia di http://repository.unimus.ac.id/id/eprint/1147
20. Agnes SH. Biokimia kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika. 2014
21. Widardo, Budiyanti W, Wiyono N, Damayanti KE, Wulandari S, Heni H. Buku
manual keterampilan klinik topik antropometri dan penilaian status gizi. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2017
22. Anshary MF, Cholil, Arya WI. Gambaran pola kehilangan gigi sebagian pada
masyarakat desa guntung ujung kabupaten banjar. Jurnal Kedokteran Gigi; 2014.
Vol 2(2).
23. Nurzakiah, Achadi E, Sardika RAD. Faktor risiko obesitas pada orang dewasa
urban dan rural. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional;2010. Vol 5(1).
24. Damanik NI, Manampiring AE, Fatimawali. Gambaran kadar trigliserida pada
remaja obes di kabupaten minahasa. Jurnal e-Biomedik;2013. Vol 1(1):537-542.
25. Baek Y, Park K, Lee S, Jang E. The prevalenve of general amd abdominal
obesity according to sasang constitution in Korea. BMC Complement Altern
Med;2014[cited from 17 Mei 2019] 14: 298 Available from
http://www.biomedcentral.com/1472-6882/14/298.
26. Norfazilah A, Julaina MS, Azmawati MN, Sex differences in correlates of
obesity indices and blood pressure among malay adults in Selangor,Malaysia. S Afr

Universitas Kristen Krida Wacana


43

Fam Pract;2015[cited from 17 Mei 2019] 57:4 Available from


http://dx.doi.org/10.1080/20786190.2015.1016719
27. Saad HA, Basri AM, Kalmi ZN. Relationship between glucose level,lipid
profiles, and waist to height ratio (WHtR). International Blood Research &
Reviews;2015. 4(2): 1-9, 2015
28. Kurdanti W, Suryani I, Syamsiatun NH, Siwi LP,Adityanti MM, Diana M, et al.
Faktor-faktor mempengaruhi kejadian obesitas pada remaja. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia;2015. Vol 2(4)
29. Chawada D, Goyal P, Howale D, Pandit DP. Study of serum triglyceride in
obese and non-obese subject. IJCAP. 2016;3(1):34-36. (doi: 10.5958/2394-
2126.2016.00010.4).
www.innovativepublication.com.
30. Damanik NI, Manampiring AE, Fatimawali. Gambaran kadar trigliserida pada
remaja obes di Kabupaten Minahasa. Journal e-Biomedik(eBM);2013. Vol 1(1).
31. Mathew S, Chary TM. Association of dietary caloric intake with blood pressure,
serum lipids, and anthropometric indices in patients with hypertension. Indian J.
Biochem. Biophys; 2013. Vol 50:467-473.
32. Daoud E, Scheede-Bergdahl C, Bergdahl A. Effects of dietary macronutrients
on plasma lipid levels and the consequence for cardiovascular disease. J.
Cardiovasc. Dev. Dis;2014.Vol 1: 201-213; (doi:10.3390/jcdd1030201).

Universitas Kristen Krida Wacana

Anda mungkin juga menyukai