BAB I
PENDAHULUAN
Peningkatan asam lemak bebas meningkatkan pula distribusi asam lemak di hati dan
mengganggu metabolism lemak di hati yang akan menyebabkan peningkatan kadar
trigliserida.7 Trigliserida merupakan lemak darah yang cenderung naik seiring dengan
konsumsi alkohol, peningkatan berat badan dan diet tinggi gula atau lemak. Kadar
trigliserida yang tinggi juga cenderung menyebabkan gangguan tekanan darah dan
risiko diabetes melitus. Kenaikan kadar trigliserida akan berdampak pada kelambanan
bergerak, produktivitas kerja, dan penurunan kesehatan. Responden dengan IMT
berlebih memiliki risiko 3 kali lebih tinggi untuk mengalami hipertrigliseridemia.8
Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengkaji
hubungan obesitas dengan kadar trigliserida darah mahasiswa FK UKRIDA sebagai
data awal untuk melakukan pencegahan obesitas yang dapat berkembang menjadi
penyakit degeneratif seperti diabetes, stroke dan jantung koroner.
1. Memberi manfaat dalam ilmu penyakit dalam dengan hasil yang akan
didapatkan.
2. Dapat dilakukan deteksi dini bagi penderita obesitas di perkotaan secepat
mungkin agar masalah dapat diatasi sebaiknya.
3. Mencegah komplikasi akibat obesitas dan kadar trigliserida yang tinggi.
4. Dapat menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai obesitas..
1.4.2 Manfaat Kepada Masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Obesitas adalah keadaan kelebihan lemak dalam tubuh, terbagi menjadi obesitas
general dan obesitas sentral. Secara umum telah diketahui bahwa obesitas
meningkatkan risiko kepada keadaan hipertensi, dislipidemia, resistensi terhadap
insulin dan hiperglikemia. Penimbunan lemak dalam perut yang dikenal dengan
obesitas sentral atau obesitas viseral lebih berkaitan dengan kejadian sindroma
metabolik dan penyakit jantung koroner.7
Saat ini seharusnya tenaga kesehatan harus bersama-sama lebih tampil dan
lebih tahu mengenai regulasi berat badan, mekanisme perkembangan berat badan dan
obesitas, dan banyaknya kormobiditas yang berhubungan dengan hampir semua
subspesialisasi. Karena hanya dengan mendalami ini kita dapat melakukan pendekatan
komprehensif pengobatan yang efektif bagi obesitas.10,11
Obesitas sentral terjadi akibat akumulasi lemak di daerah abdomen yang terdiri
dari lemak subkutan dan lemak intra-abdominal. Jaringan lemak intra abdominal terdiri
dari lemak viseral atau intraperitoneal yang terutama terdiri dari lemak omental dan
mesentrial serta massa lemak retroperitoneal yaitu sepanjang perbatasan dorsal usus dan
bagian permukaan ventral ginjal. Lemak subkutan daerah abdomen sebagai komponen
obesitas sentral mempunyai korelasi kuat dengan resistensi insulin seperti lemak viseral.
Penimbunan lemak dalam perut yang dikenal dengan obesitas sentral atau obesitas
viseral lebih berkaitan dengan kejadian sindroma metabolik dan penyakit jantung
koroner. 10
Penelitian yang berhubungan dengan hal ini telah banyak dilakukan, dan
sebagian besar peneliti menyimpulkan bahwa dibandingkan dengan lemak subkutan
atau lemak tubuh total (obesitas general), lemak viseral (obesitas sentral) lebih kuat
hubungannya dengan kelainan sindroma metabolik.9.
Adiposit jaringan lemak ini adalah adiposit berukuran besar, kurang peka
terhadap kerja antilipolisis sehingga lebih mudah dilipolisis yang menyebabkan
peningkatan kadar asam lemak bebas. Peningkatan asam lemak bebas meningkatkan
pula distribusi asam lemak di hati. Hal tersebut meningkatkan proses glukoneogenesis,
menghambat ambilan serta penggunaan glukosa di otot. Akumulasi trigliserida di hati
dan di otot akan mengakibatkan resistensi insulin. Selain itu jaringan lemak ternyata
menghasilkan beberapa sitokin dan hormon yang menghambat kerja insulin. 5
2.3.1 Lipogenesis
Lipogenesis adalah proses deposisi lemak dan meliputi proses sintesis asam
lemak dan kemudian trigliserida yang terjadi di hati pada daerah sitoplasma,
mitokondria dan jaringan adiposa. Energi yang berasal dari lemak dan melebihi
kebutuhan tubuh akan disimpan dalam jaringan lemak. Demikian pula dengan energi
yang berasal dari makanan dapat disimpan dalam jaringan lemak. 10
Asam lemak, dalam bentuk trigliserida dan asam lemak yang terikat pada
albumin didapat dari asupan makanan atau hasil sintesis lemak di hati. Trigliserida yang
dibentuk dari kilomikron atau lipoprotein akan dihidrolisis menjadi glisero dan asam
lemak bebas oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) yang dibentuk oleh adiposit dan
disekresi ke dalam sel endotelial yang berdekatan dengannya (adjacent). Aktivasi LPL
dilakukan oleh apoprotein C-2 yang dikandung oleh kilomikron dan lipoprotein
(VLDL). Kemudian asam lemak bebas akan diambil oleh sel adiposit sesuai dengan
derajat konsentrasinya oleh suatu protein transpor transmembran. Bila asam lemak
bebas sudah masuk ke dalam adiposit maka akan membentuk pool asam lemak. Pool ini
akan mengandung asam lemak yang berasal baik dari yang masuk maupun yang akan
keluar. 10
2.3.2 Lipolisis
Asam Lemak yang dihasilkan akan masuk ke dalam pool asam lemak, dimana
akan terjadi proses re-esterifikasi, beta oksidasi atau asam lemak tersebut akan dilepas
masuk ke dalam sirkulasi darah untuk menjadi substrat bagi otot skelet, otot jantung dan
hati. Asam lemak akan dibentuk menjadi ATP melalui proses beta oksidasi dan asam
lemak akan dibawa ke luar jaringan lemak melalui sirkulasi darah untuk kemudian
menjadi sumber energi bagi jaringan yang membutuhkan. 10
Hormon insulin akan mengurangi mobilisasi asam lemak dari jaringan lemak
dengan cara menghambat enzim trigliserida lipase. Mekanisme penghambatan ini
terjadi melalui proses pengurangan siklik AMP yang pada waktunya akan menghambat
siklik AMP dependent protein kinase. Supresi lipolisis ini akan mengurangi jumlah
asam lemak ke hati dan jaringan perifer. Dengan berkurangnya asam lemak ke hati
maka pembentukan asam keto berkurang. Insulin juga akan merangsang penggunaan
asam keto ini oleh jaringan perifer sehingga tidak akan terjadi akumulasi asam ini di
darah.10
Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terjadi akumulasi lemak yang terjadi
secara berlebihan di jaringan adiposa tubuh yang bisa disebabkan oleh faktor genetik,
metabolisme energi dan gagal pengaturan nafsu makan. 14 Obesitas sentral sangat
berhubungan risiko dengan sindroma metabolik atau resistensi insulin yang terdiri
daripada resistensi insulin/hiperinsulinemia, intoleransi glukosa/diabetes melitus,
dislipidemia, hiperurisemia, gangguan fibrinolisis, hiper fibrinogenemia dan hipertensi
yang akhirnya akan berisiko untuk penyakit kardiovaskuler.10
Untuk menentukan berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa digunakan
body mass index atau indeks massa tubuh sebagai pengukur pengganti karena sangat
sulit untuk mengukur lemak tubuh secara langsung. IMT atau indeks quatelet
merupakan indikator yang bermanfaat dengan mengukur berat badan dalam
kilogram(kg) dibagi tinggi dalam meter(m 2). Orang yang lebih besar-tinggi dan gemuk
akan lebih berat dari orang yang lebih kecil.
Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan Lingkar Perut menurut Asia
Pasifik.10
Lingkar Perut
2.5 Manajemen Berat Badan Pada Pasien Berat badan Lebih dan Obesitas
Pada pasien obesitas, terapi penurunan berat badan sebesar 5 hingga 10 persen
dapat menyebabkan perbaikan kesehatan yang signifikan karena diharapkan dapat
mengurangkan faktor risiko kepada perkembangan diabetes melitus tipe 2 dan penyakit
kardiovaskuler. Selain itu, penurunan berat badan juga dapat menurunkan tekanan darah
pada pasien overweight normotensi dan hipertensi, dapat mengurangi serum trigliserida
dan meningkatkan kollestrol HDL, serta secara umum dapat mengurangkan kolestrol
serum total dan kolestrol-LDL. Penurunan berat badan juga dapat megurangi kadar
glukosa darah serta HbA1C pada beberapa pasien dengan diabetes tipe 2. Terapi
penurunan berat badan meliputi empat pilar yaitu diet rendah kalori, aktivitas fisik,
perubahan perilaku dan obat-obatan atau pembedahan. 10
Laki-laki:
Wanita:
Kebutuhan kalori total sama dengan BEE dikali dengan jumlah faktor stress dan
aktivitas. Faktor stress ditambah aktivitas berkisar dari 1,2 sampai lebih dari 2.
Disamping pengurangan lemak jenuh, total lemak seharusnya kurang dan sama dengan
30 persen dari total kalori. Pengurangan persentase lemak dalam menu sehari-hari tidak
dapat menyebabkan penurunan berat badan, kecuali total kalori juga berkurang. Ketika
asupan lemak dikurangi, prioritas harus diberikan untuk mengurangi lemak jenuh. Hal
tersebut bermaksud untuk menurunkan kadar kolesterol-LDL. 10
Untuk pasien obese, terapi harus dimulai secara perlahan, dan intensitasnya
sebaiknya ditingkatkan secar bertahap. Latihan dapat dilakukan seluruhnya pada satu
saat atau secara bertahap sepanjang hari. Pasien dapat memulai aktivitas fisik dengan
berjalan selama 30 menit dengan jangka waktu 3 kali seminggu dan dapat ditingkatkan
intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 5 kali seminggu. Dengan regimen
ini, pengeluaran energi tambahan sebanyak 100 sampai 200 kalori per hari dapat
dicapai.10
Regimen ini dapat diadaptasi ke dalam berbagai bentuk aktivitas fisik lain,
tetapi jalan kaki lebih menarik karena keamanannya dan kemudahannya. Pasien harus
dimotivasi untuk meningkatkan aktivitas sehari-hari seperti naik tangga dari menaiki lif.
Seiring waktu, pasien dapat melakukan aktivitas yang lebih berat.10
Salah satu komponen penting dalam manajemen berat badan. Pada pasien
dengan indikasi ibesitas, sibutramine dan Orlistat sangat berguna. Sibutramine dan
Orlistat merupakan obat-obatan yang telah disetujui oleh FDA di Amerika Sarikat,
untuk penggunaan jangka panjang. 10
Sibutramine ditambah dengan diet rendah kalori dan aktivitas fisik terbukti
efektif menurunkan berat badan dan mempertahankannya. Dengan pemberian
sibutramine dapat muncul peningkatan tekanan darah dan denyut jantung. Sibutramine
sebaiknya tidak diberikan kepada pasien dengan riwayat hipertensi, penyakit jantung
koroner, gagal jantung kongestif, aritmia atau riwayat strok.10
Terapi bedah merupakan salah satu pilihan untuk menurunkan berat badan.
Terapi ini hanya diberikan kepada pasien obesitas berat secara klinis dengan BMI => 40
atau =>35 dengan kondisi komorbid.10
Terapi bedah ini harus dilakukan sebagai alternatif terakhir untuk pasien yang
gagal dengan farmakoterapi dan menderita komplikasi obesitas yang ekstrem. Bedah
Gastrointestinal yaitu restriksi gastrik (banding vertical gastric) atau bypass gastric
(Roux-en Y) adalah suatu intervensi penurunan berat badan pada subyek yang
bermotivasi dengan risiko operasi yang rendah.10
2.6 Trigliserida
Lemak yang paling sering terdapat dalam trigliserida pada tubuh manusia
adalah: Asam stearat, yang mempunyai rantai karbon - 18 dan sangat jenuh dengan
atom hidrogen. Asam oleat, mempunyai rantai karbon -18 tetapi mempunyai satu ikatan
ganda di bagian tengah rantai. Asam palmitat, mempunyai 16 atom karbon dan sangat
jenuh.15 Dalam penggunaan trigliserida untuk energi tahap pertama yang terjadi adalah
hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Kemudian asam lemak dan
gliserol ditransfer dalam darah ke jaringan yang aktif tempat oksidasi kedua zat untuk
menghasilkan energi. 10
Gliserol sewaktu memasuki jaringan yang aktif, segera diubah oleh enzim
intrasel menjadi gliserol 3-fosfat. Gliserol 3-fosfat diproduksi di dua tempat yaitu hati
dan jaringan adiposa. Dalam hati, G3P dibuat oleh fosforilasi gliserol menggunakan
gliserol kinase dan ATP. Gliserol dari degradasi adipocyte-TAG ditransfer ke hati
melalui sirkulasi. Dalam jaringan adiposa, G3P dibentuk dari reduksi dihidroksiaseton
fosfat (DHAP, metabolit glikolisis) oleh dehidrogenase gliserol-3-fosfat (G3PDH).
Selanjutnya, dua molekul asil-CoA bergabung dengan G3P menggunakan sintetase
fosfatidat atau lemak-asil-CoA transferase untuk membuat asam fosfatidat. Asam
fosfatidat, menggunakan fosfatase, kehilangan satu gugus fosfat dan menghasilkan
digliserid (DAG). DAG menggunakan synthase, bergabung dengan satu ekstra asil-CoA
dan menghasilkan TAG. TAG kemudian diangkut ke VLDL hati. Gliserol juga dapat
mengikuti glukoneogenesis untuk menghasilkan glukosa dan glikogen.15
dihidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) endotel. Peningkatan ini memicu produksi
oksidan yang berefek negatif terhadap retikulum endoplasma dan mitokondria. Free
Fatty Acid yang dilepaskan karena adanya penimbunan lemak yang berlebihan juga
menghambat terjadinya lipogenesis sehingga menghambat klirens serum triasilgliserol
sehingga mengakibatkan peningkatan kadar trigliserida darah (hipertrigliseridemia).11
Keadaan ini akan menghasilkan FFA yang berlebihan di dalam darah, sebagian
akan digunakan sebagai sumber energi dan sebagian akan dibawa ke hati sebagai bahan
baku pembentukan trigliserida. Asam lemak bebas akan menjadi trigliserida kembali
dan menjadi bagian dari VLDL di hati. 9,11 Oleh karena itu VLDL yang dihasilkan pada
keadaan resistensi insulin akan sangat kaya akan trigliserida, disebut VLDL kaya
trigliserida atau VLDL besar (enriched triglyceride VLDL=large VLDL). 14
POCT merupakan serangkaian alat tes sederhana yang biasa digunakan pada
berbagai parameter pemeriksaan laboratorium. POCT juga disebut dengan Bedsite
testing, Near Patient Testing, Alternative Site Testing. Penggunaan POCT memiliki
efisiensi waktu tidak perlu dilakukan pengiriman sampel ke laboratorium karena dapat
dilakukan oleh tenaga medis lainnya atau oleh pasien. Hasil pemeriksaan yang cepat
dapat meningkatkan kepuasan pasien, biaya operasional yang lebih murah, kepuasan
dokter sering lebih tinggi karena tidak harus menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.
Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah whole blood dalam jumlah yang kecil
sehingga dapat digunakan darah kapiler tidak memerlukan penanganan sampel seperti
pemusingan (sentrifugasi). Volume darah yang kecil dapat mencegah terjadinya
kehilangan darah (iatrogenic blood loss) pada pasien dengan keadaan tertentu. 18
menekan faktor kesalahan tersebut. Presisi POCT yang lebih rendah dibandingkan
dengan pemeriksaan yang dilakukan menggunakan alat standar di laboratorium maka
dari itu, hasilnya kadang-kadang harus tetap dilakukan verifikasi. 18,19
· Dislipidemia
· kadar
Konsumsi makanan trigliserida
berlebihan meningkat
Merokok dan konsumsi
· kadar LDL
alkohol
meningkat
Faktor psikologi(stres)
Umur · kadar HDL
menurun
Jenis kelamin
Stres · kadar kolesterol
Obesitas total meningkat
Faktor lingkungan
(urbanisasi) Diabetes melitus
Hipertensi
Sindroma metabolik
Penyakit kardiovaskuler
Lingkar
perut
Kadar Trigliserida
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
n = Jumlah subjek
Alpha (α) = Kesalahan tipe satu diitetapkan 5%, hipotesis satu arah
Zα = Nilai standar alpha = 1,64
Beta (β) = Kesalahan tipe dua, dtetapkan 10%
Zβ = Nilai standar beta
r = Koefisien korelasi minimal yang dianggap bermakna dtetapkan 0,5
Jadi besar sampel minimal yang dibutuhkan sebanyak 32 orang.
Daripada kedua rumus ini, maka diambil besar sampel minimal yang paling
tinggi untuk penelitian ini yaitu seramai 83 orang.
3.5 Bahan Peneltian
Darah kapiler
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Alat tes trigliserida darah (pro lipid),
lanset, strip trigliserida, timbangan berat badan(yang telah dikalibrasi), microtoise, pita
ukur, kertas inform consent, pulpen dan kapas alkohol.
Analisis data untuk penelitian ini terdiri atas analisis data univariat dan analisis
data bivariat. Analisis statistik untuk penelitian ini menggunakan program komputer
Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) 22.0 for Windows.
Analisis statistik univariat yang bersifat kategorik yaitu obesitas umum
berdasarkan indeks massa tubuh(IMT) dan obesitas sentral berdasarkan lingkar perut
disajikan dalam bentuk proporsi atau presentase dengan menggunakan pie chart dan
bar chart. Analisis statistik bivariat yang bersifat numerik yaitu variabel indeks massa
tubuh, lingkar perut dan kadar trigliserida darah dianalisis dengan menggunakan uji
parametrik yaitu korelasi Pearson bila distribusi normal atau Spearman bila distribusi
tidak normal.
Menurut Colton, kekuatan dua hubungan variabel secara kualitatif dapat dibagi
dalam empat area yaitu; r=0,00-0,25 berarti tiada hubungan atau hubungan lemah,
r=0,26-0,50 berarti hubungan sedang, r=0,51-0,75 berarti hubungan kuat, r=0,76-1,00
berarti hubungan sangat kuat atau sempurna. Hasil dikatakan signifikan jika p<0,05.
Jika nilai p<0,05, H0 ditolak, berarti ada hubungan antara kedua variabel tersebut. Jika
p>0,05, H0 diterima berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut.
Gambaran obesitas dan hubungannya dengan kadar trigliserida darah pada mahasiswa
semester dua, empat dan enam FK UKRIDA.
Variabel dalam penelitian ini adalah indeks massa tubuh dan lingkar perut sebagai
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar trigliserida darah.
1. Indeks Rasio atau nisbah yang Timbanga Berat badan dalam numerik
Massa dinyatakan sebagai berat n Berat satuan
Tubuh badan (dalam kilogram) badan dan kilogram(kg) dan
dibagi dengan kuadrat Microtois tinggi badan dalam
tinggi badan (dalam e satuan meter(m)
meter)
2. Lingkar Panjang keliling perut Pita sentimeter (cm) numerik
Perut diukur pada titik tengah Pengukur
diantara tepi bawah
arcus costae dan tepi
atas crista iliaca pada
linea midaxiillaris dalam
bidang horilzontal
sebanyak dua kali dan
diambil reratanya. 21
4. Obesitas Rasio atau nisbah yang Berat badan 0= kurang : <18,5 ordinal
Umum dinyatakan sebagai Timbanga dalam satuan 1 = normal : 18,5-
berat badan (dalam n Berat kilogram(kg) 22,9
kilogram) dibagi badan dan dan tinggi 2 = lebih : 23,0-
dengan kuadrat tinggi Microtois badan dalam 24,9
badan (dalam meter) e satuan 3 = obes I : 25,0-
meter(m) 29,9
4= obes II >30,0
(WHO Asia
Pasifik)
5. Obesitas Panjang keliling perut Pita sentimeter (cm)
Sentral diukur pada titik tengah Pengukur 0 =laki-laki <90cm nominal
diantara tepi bawah 2= laki-laki 90cm
arcus costae dan tepi 3=perempuan
atas crista iliaca pada <80cm
linea midaxiillaris 4=perempuan
dalam bidang horzontal > 80cm
sebanyak dua kali dan (WHO Asia
diambil reratanya. 20 Pasifik)
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian
Penyajian data
Jadwal Penelitian
N Kegiatan
o
Des 2018- Apr 2018 – Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agu
Mar 2018 Jan 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019
1 Studi pustaka
2 Persiapan
proposal
3 Pengajuan
etik
4 Pelaksanaan
penelitian
5 Pengolahan
data
6 Penulisan
skripsi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
50
45
44
40
35
30
25
20
15 13 14
10 7 8
5
0
Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Obesitas Umum berdasarkan Indeks Massa Tubuh pada
Mahasiswa/Mahasiswi Fakultas Kedokteran Ukrida Semester 2,4 dan 6 pada bulan Maret-April 2019.
40
34
35
30
25 20
19
20
15 13
10
5
0
Laki-laki Perempuan
Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Obesitas Sentral berdasarkan Jenis Kelamin pada
Mahasiswa/Mahasiswi Fakultas Kedokteran Ukrida Semester 2,4 dan 6 pada bulan Maret-April 2019.
4.1.3 Gambaran Obesitas Sentral Berdasarkan Lingkar Perut pada Dewasa Muda
33
53
Diagram 4.3 Distribusi Frekuensi Obesitas Sentral berdasarkan Lingkar Perut pada
Mahasiswa/Mahasiswi Fakultas Kedokteran Ukrida Semester 2,4 dan 6 pada bulan Maret-April 2019.
menunjukkan hubungan yang kuat (0,642) dan berpola positif, artinya semakin
bertambah indeks massa tubuh semakin tinggi kadar trigliserida. Karena p < a (0.000 <
0.05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai p tersebut mempunyai arti yang signifikan
atau bermakna sehingga dinyatakan adanya hubungan antara indeks massa tubuh dan
kadar trigliserida darah. Pada analisis regresi linear sederhana, didapatkan nilai intercept
atau nilai a sebesar 27,72 sedangkan nilai b adalah 3,987. Daripada nilai ini dapat
dinyatakan persamaan garis regresi; Kadar Trigliserida=27,72 + 3,987 x (Indeks Massa
Tubuh). Dari nilai b(3,987), berarti variabel kadar trigliserida akan bertambah sebesar
3,987 miligram/desiLiter(mg/dL) bila indeks massa tubuh bertambah setiap satu
kilogram/meter2(kg/m2)
Tabel 4.1 Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Trigliserida pada Mahasiswa/Mahasiswi
Fakultas Kedokteran Ukrida Semester 2,4 dan 6 pada bulan Maret-April 2019.
Berdasarkan Tabel 4.2, setelah didapatkan kedua variabel yaitu lingkar perut dan
kadar trigliserida berdistribusi normal menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov, data
dianalisis dengan uji korelasi Pearson dan regresi linear sederhana menunjukkan
terdapatnya hubungan positif dan linear antara lingkar perut dengan kadar trigliserida.
Pada hasil uji korelasi di atas diperoleh nilai r adalah 0,59 dan nilai p adalah
0,000. Kekuatan hubungan dua variabel secara kualitatif menunjukkan hubungan yang
kuat (0,59) dan berpola positif, artinya semakin bertambah lingkar perut semakin tinggi
kadar trigliserida. Karena p < a (0.000 < 0.05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai
p tersebut mempunyai arti yang signifikan atau bermakna sehingga dinyatakan adanya
hubungan antara lingkar perut dan kadar trigliserida darah. Pada analisis regresi linear
sederhana, didapatkan nilai intercept atau nilai a sebesar 1,48 sedangkan nilai b adalah
1,435. Daripada nilai ini dapat dinyatakan persamaan garis regresi; Kadar
Trigliserida=1,48 + 1,435 x (Lingkar Perut). Dari nilai b(1,435), berarti variabel kadar
trigliserida akan bertambah sebesar 1,435 miligram/desiLiter(mg/dL) bila lingkar perut
bertambah setiap satu sentimeter(cm)..
Tabel 4.2 Hubungan Antara Lingkar Perut dengan Kadar Trigliserida pada /Mahasiswi Fakultas
Kedokteran Ukrida Semester 2,4 dan 6 pada bulan Maret-April 2019.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Gambaran Obesitas Umum Berdasarkan Indeks Massa Tubuh pada Dewasa
Muda
Menurut WHO Asia Pasifik, batas obesitas daripada Indeks Massa Tubuh adalah
>25,0 kg/m2 dimana nilai 25,0-29,9 dikelompokkan kepada obes I manakala nilai >30,0
adalah obes II. Prevalensi obesitas umum pada penelitian ini ditemukan sebesar 31,4%
dimana nilai ini lebih tinggi daripada prevalensi obesitas umum penduduk Indonesia
pada Riskesdas 2018(21,8%). Prevalensi ini lebih tinggi dari proporsi obesitas menurut
provinsi DKI Jakarta dari Departemen Kesehatan Indonesia(29,8%) dan penelitian oleh
Nurzakiah Sartika tahun 2010 di Kota Depok(22,7%).23
Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Nurzakiah tahun 2010 yang mendapatkan
risiko terjadinya obesitas pada daerah urban sebesar 2,11 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan daerah rural setelah dikontrol oleh jenis kelamin, bekerja dan olahraga. 23 Ini
kerana sebagian besar responden yang tinggal di daerah urban memiliki status sosial
ekonomi yang lebih tinggi.
4.2.2 Gambaran Obesitas Sentral Berdasarkan Lingkar Perut pada Dewasa Muda
Obesitas sentral terjadi jika selama periode tertentu, energi yang masuk melalui
makanan lebih banyak daripada energi yang digunakan untuk menunjang kebutuhan
energy tubuh, yang kemudian disimpan menjadi lemak. Kelebihan lemak disimpan
dalam bentuk trigliserida di jaringan lemak, selain itu, modernisasi gaya hidup,
tingginya asupan kalori, rendahnya aktivitas fisik juga merupakan akibat dari
meningkatnya obesitas sentral. Obesitas sentral dapat terjadi pada laki-laki atau
perempuan. Keadaan obesitas sentral dipengaruhi oleh tidak seimbangnya asupan energi
dan kurangnya aktivitas fisik sehingga akumulasi lemak lebih banyak terjadi di bagian
perut karena sel lemak di bagian perut lebih besar.18
Hasil penelitian menemukan ada hubungan yang bermakna antara indeks massa
tubuh dengan kadar trigliserida. Pada hasil uji korelasi di atas diperoleh nilai r adalah
0,642 dan nilai p adalah 0,000, berpola positif semakin bertambah indeks massa tubuh
semakin tinggi kadar trigliserida. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Chawada D, et
al. tahun 2016 yang menunjukkan bahwa tingkat trigliserida dalam kelompok obesitas
secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok non-obesitas. 29 Penelitian
oleh Damanik, et al. tahun 2013 pada siswa berumur 16-18 tahun mendapatkan 15%
terjadi peningkatan trigliserida daripada siswa obesitas.30
kualitatif menunjukkan hubungan yang kuat (0,59) dan berpola positif, artinya semakin
bertambah lingkar perut semakin tinggi kadar trigliserida.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sudikno,et al. tahun 2016 bahwa
obesitas sentral berhubungan dengan profil lipid yaitu kolestrol total, kolestrol LDL,
kolestrol HDL dan trigliserida setelah dikontrol variable jenis kelamin, umur dan
kebiasaan merokok.18 Penelitian Mathew S, et al. pada 2013 juga menunjukkan korelasi
positif konsumsi tinggi kalori dengan parameter serum lipid. 31 Selanjutnya menurut
Daoud et al. tahun 2014 menyatakan bahwa makanan rendah lemak dapat mengurangi
total kolesterol LDL (low-density lipoprotein) dan kolesterol HDL (high-density
lipoprotein), sedangkan makanan rendah karbohidrat mengurangi kadar trigliserida dan
kolesterol VLDL (very low density lipoprotein), dan meningkatkan kolesterol HDL
serta kolesterol LDL.32
Dalam penelitian ini, faktor untuk kejadian obesitas yang dikira hanya faktor
lingkungan yaitu urbanisasi, umur dan jenis kelamin. Ada beberapa faktor lain yang
tidak diuji yaitu, konsumsi makanan berlebihan, merokok, konsumsi alkohol, faktor
psikologi dan stress. Faktor-faktor ini tidak diuji karena sulit untuk melakukan kajian
pada setiap faktor serta waktu penelitian juga terbatas pada peneliti.
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Sebanyak 153 orang yang didominasi laki laki sebesar 80 orang dan perempuan
sebesar 73 orang, dengan usia termuda adalah 20 tahun dan tertua adalah 82
tahun.
5.1.2 Sebanyak 153 orang didapati kejadian stroke non hemoragik terbanyak sebesar 86
orang, berikutnya migraine sebesar 31 orang, vertigo sebesar24 orang, stroke
hemoragik sebesar 4 orang serta masing-masing mild cognitive impairment,
dementia sebesar 2 orang
5.1.3 Dari sebanyak 153 sampl penelitian, didapati kejadian stroke sebesar 95 orang
yang didominasi oleh stroke non hemoragik sebesar 24 orang dan stroke non
hemoragik sebesar 4 orang
5.1.4 Pada nilai CIMT kanan didapati nilai minimum sebesar 0.01cm dan maksimum
0.29cm. Sedangkan nilai CIMT kiri didapati nilai minimum sebesar 0.05cm dan
maksimum 0.24cm. Pada nilai CIMTmax didapatkan hasil nilai minimum 0.05cm
dan nilai maksimum 0.29cm.
5.1.5 Dengan menggunakan uji Chi Square didapati adanya hubungan antara
peningkamatan CIMT dengan kejadian stroke, dengan nilai P Value 0.023
(<0.05)
Pada analisis regresi linear sederhana, nilai a didapati 0.078 sedangkan nilai b
0.001, maka CIMT max=0.078+0.001(usia). Maka nilai CIMTmax akan
bertambah sebesar 0.001cm setiap kali usia bertambah 0.078tahun.
Daftar Pustaka
5. Paul S.J, Paul D.R, Vivian A.F, George G, David S.H.B, Rachel P.P, et al.
Guidelines for management of dyslipidemia and prevention for cardiovascular
disease. American Association of Clinical Endocrinologists (AACE) . 2017
6. Denney-Wilson E, Hardy LL, Dobbins T, Okely AD, Baur LA. Body mass index,
waist circumference, and chronic disease risk factors in Australian adolescents.
Arch Pediatr Adolesc Med. 2008;162(6):566-73.
7. Jalal F, Liputo NI, Susanti N, Oenzil F. Lingkar pinggang, kadar glukosa darah,
trigliserida dan tekanan darah pada etnis minang di kabupaten padang pariaman,
sumatera barat. Media Medika Indonesia ; 2008: Vol 43(3)
8. Mukherjee B, Hossain CM, Mondal L, Paul P, Ghosh MK. Review: Obesity and
insulin resistance: An abridged molecular correlation. 2013 April [cited 11 April
2018] ; 6 : 1 – 11.Available from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25278764
DOI: 10.4137/LPI.S10805
9. Sara JS. Hubungan indeks massa tubuh dengan keadaan biokimia darah pada
karyawan PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya, Jakarta. Analisis Data Sekunder.
10. John MF, Adam. Dislipidemia. Dalam: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 6 .
Jakarta: Interna Publishing; 2016 . h1942-47.
11. Listiyana AD, Mardiana, Prameswari GN. Obesitas sentral dan kadar kolestrol
darah total. Jurnal Kesehatan Masyarakat. KEMAS; 2013. 37-43
12. Klop B, Elte JWF, Cabezas MC. Dyslipidemia in obesity: Mechanisms and
potential targets. Nutrients. 2013 April [cited 2018 April 11 ] ; 5 :1218 - 1240.
Available from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23584084 DOI:
10.3390/nu5041218
13. Putri SR, Dian IA. Obesitas sebagai faktor risiko peningkatan kadar trigliserida.
Bagian Ilmu Gizi Universitas Lampung. 2015
14. Guyton AC. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-9. Jakarta: EGC; 2014.
15. Syarief, Fatimah. Efek suplementasi serat chitosan dengan omega-3 dalam
minyak ikan terhadap trigliserida plasma dan kolesterol total pada pekerja obes.
Jurnal Kedokteran Indonesia; 2012. Vol 2(1) : 23-29.
16. Jellinger PS, Smith DA, Mehta AE, Ganda O, Handelsman Y, Rodbard HW, et
al. AACE Guidelines for management of dyslipidemia and prevention of
atherosclerosis. Endocrine Practice ;2012 : Vol 18(78)
17. Suwandi D. Perbandingan hasil pemeriksaan kadar kolesterol total metode
electrode-based biosensor dengan metode spektrofotometri. Bandung: Universitas
Kristen Maranatha. 2010
18. Sudikno, Syarief H, Dwiriani C.M, Riyadi H, Pradono J. Hubungan obesitas
sentral dengan profil lipid pada orang dewasa umur 25-65 tahun di Kota Bogor.
Pusat Penelitian Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat, Kemenskes RI. 2016
19. Sumarni, Titi. Perbandingan kadar trigliserida menggunakan alat POCT(point
of care test) dan spektrofotometer. Universitas Muhammadiyah. 2017 [diunduh pada
25 Okt 2018] tersedia di http://repository.unimus.ac.id/id/eprint/1147
20. Agnes SH. Biokimia kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika. 2014
21. Widardo, Budiyanti W, Wiyono N, Damayanti KE, Wulandari S, Heni H. Buku
manual keterampilan klinik topik antropometri dan penilaian status gizi. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2017
22. Anshary MF, Cholil, Arya WI. Gambaran pola kehilangan gigi sebagian pada
masyarakat desa guntung ujung kabupaten banjar. Jurnal Kedokteran Gigi; 2014.
Vol 2(2).
23. Nurzakiah, Achadi E, Sardika RAD. Faktor risiko obesitas pada orang dewasa
urban dan rural. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional;2010. Vol 5(1).
24. Damanik NI, Manampiring AE, Fatimawali. Gambaran kadar trigliserida pada
remaja obes di kabupaten minahasa. Jurnal e-Biomedik;2013. Vol 1(1):537-542.
25. Baek Y, Park K, Lee S, Jang E. The prevalenve of general amd abdominal
obesity according to sasang constitution in Korea. BMC Complement Altern
Med;2014[cited from 17 Mei 2019] 14: 298 Available from
http://www.biomedcentral.com/1472-6882/14/298.
26. Norfazilah A, Julaina MS, Azmawati MN, Sex differences in correlates of
obesity indices and blood pressure among malay adults in Selangor,Malaysia. S Afr