BAB I
PENDAHULUAN
1
Pada umumnya Lemak disimpan dalam dua cara yang berbeda seperti lemak
subkutan dan viseral. Lemak subkutan disimpan di bawah kulit dan lemak visceral di
sekitar organ tubuh. Setiap orang memiliki lemak subkutan tetapi beberapa orang
memiliki lebih banyak. Biasanya, wanita memiliki lebih banyak lemak daripada pria.
Untuk itu, Lemak tubuh dapat diukur dengan metode yang berbeda seperti kaliper
lipatan kulit dan penimbangan bawah air, absorptiometry sinar-X ganda dan
impedansi bioelektrik, interaksi inframerah dekat, computed tomography (CT),
magnetic resonance imaging (MR), dan Ultrasonografi. 2
Lemak subkutan dapat diukur dengan USG dengan mudah. Ultrasound dapat
dengan andal dan mudah mengukur lemak subkutan selama prosedur pemeriksaan
apa pun, yaitu ultrasound perut, ginekologi, atau jaringan lunak superfisial. USG
dianggap lebih akurat, direproduksi, dan modalitas sensitif dibandingkan dengan
teknik lain, keandalan USG tercatat lebih dari 98%. Tidak diperlukan persiapan
sebelumnya untuk pengukuran lemak subkutan yang diukur dengan ultrasound.
Sekitar 40% hingga 60% lemak tubuh menumpuk di bawah kulit.2
2
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengaruh subcutaneous fat terhadap lingkat perut dan
interleukin-6 pada Wanita obesitas usia produktif.
2. Menganalisis hubungan subcutaneous fat terhadap lingkat perut dan
interleukin-6 pada Wanita obesitas usia produktif.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obesitas
2.1.1 Definisi dan Klasifikasi Obesitas
Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan
total lemak tubuh >25% pada pria dan >33% pada Wanita. Obesitas suatu kelainan
kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolism energy yang dikendalikan oleh
beberapa factor biologic spesifik. Factor genetic diketahui sangat berpengaruh bagi
perkembangan penyakit ini. Secara fisiologi, obesitas didefinisikan sebagai suatu
keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan
adipose sehingga dapat menggangu kesehatan.1,2
Keadaan obesitas ini, terutama obesitas sentral, meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskular karena keterkaitannya dengan sindrom metabolic atau sindrom
resitensi insulin yang terdiri dari resistensi insulin / hiperinsulinemia, intoleransi
glukosa / diabetes mellitus, dislipidemia, hiperinsulinemia, gangguan fibronolisis,
hiperfibrinogenemia dan hipertensi.1
2.1.2 Etiologi
Faktor-faktor penyebab obesitas masih terus diteliti. Baik faktor lingkungan
maupun genetik berperan dalam terjadinya obesitas.. Faktor lingkungan antara lain
pengaruh psikologi dan budaya. Dahulu status sosial dan ekonomi juga dikaitkan
dengan obesitas. Individu yang berasal dari keluarga sosial ekonomi rendah biasanya
mengalami malnutrisi. Sebaliknya, individu dari keluarga dengan status sosial
ekonomi lebih tinggi biasanya menderita obesitas. Kini diketahui bahwa sejak tiga
dekade terakhir, hubungan antara status sosial ekonomi dengan obesitas melemah
karena prevalensi obesitas meningkat secara dramatis pada setiap kelompok status
sosial ekonomi. Meningkatnya obesitas tak lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti
menurunnya aktivitas fisik, dan kebiasaan menonton televisi berjam-jam .
Faktor genetik menentukan mekanisme pengaturan berat badan normal
melalui pengaruh hormon dan neural. Selain itu, faktor genetik juga menentukan
banyak dan ukuran sel adiposa serta distribusi regional lemak tubuh.
4
Jika asupan energy melebihi pengeluaran, kelebihan kalori disimpan dalam
jaringan lemak. Ada dua komponen terhadap keseimbangan berat badan dan kelainan
salah satu sisi terhadap asupan atau pengeluaran yang dapat menyebabkan obesitas.
Batas tertentu nafsu makan dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu pusat makan
di nucleus ventrolateral hipotalamus (VLH) dan pusat lapar ventromedial
hipotalamus (VMH). Korteks serebri menerima sinyal positif dari pusat makan yang
merangsang makan dan pusat rasa kenyang mengatur proses ini dengan mengirim
impuls-impuls yang menghambat ke pusat makan. Pusat hipotalamus adalah
sensitive terhadap katekolamin dan rangsangan beta adrenergic menghambat tingkah
laku makan. Hal ini menimbulkan sekurang-kurangnya pemikiran-pemikiran rasional
untuk efek anoreksia dari amfetamin.3,4
Kebutuhan kalori harian normal berkisar antara 110-130 kj (27-32 kkal) /
kgBB. Kenaikan berat badan yang sering terjadi pada umur pertengahan tampaknya
disebabkan oleh aktifitas fisik yang berkurang.
Ada tiga komponen utama terhadap pengeluaran energy total dari laju
metabolism istirahat, olahraga menginduksi termogenesis, dan respon termik
terhadap makanan sirkulasi.
Obesitas berhubungan erat dengan distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas
menurut pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh bagian
atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body obesity).
Obesitas tubuh bagian atas merupakan dominansi penimbunan lemak tubuh di
truncal . Terdapat beberapa kompartemen jaringan lemak pada truncal, yaitu truncal
subcutaneus yang merupakan kompartemen paling umum, intraperitoneal
(abdominal), dan retroperitoneal11. Obesitas tubuh bagian atas lebih banyak
didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih dikenal sebagai “android
obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan diabetes,
hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas tubuh bagian bawah.
Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan tingginya akumulasi
lemak tubuh pada regio gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih banyak terjadi pada
wanita sehingga sering disebut “gynoid obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan erat
dengan gangguan menstruasi pada wanita.2,3
5
2.1.3 Patofisiologi Obesitas
Secara umum, obesitas dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori,
yang diakibatkan asupan energy yang jauh melebihi kebutuhan tubuh. Pada bayi
(infant), penumpukan lemak terjadi akibat pemberian makanan pendamping ASI
yang terlalu dini, terutama apabila makanan ini memiliki kandungan karbohidrat,
lemak, dan protein yang tinggi. Pada masa anak-anak dan dewasa, asupan energy
bergantung pada diet seseorang.
Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan dan
tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral
(neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetic, nutrisi, lingkungan dan sinyal
psikologis. Mekanisme dirangsang oleh respon metabolic yeng berpusat pada
hipotalamus. Mekanisme neurohumoral ini dapat dibagi menjadi 3 komponen sesuai
gambar 1.
a. System perifer/ system aferen menyalurkan sinyal dari berbagai tempat,
dimana komponen utamanya adalah leptin dan adiponektin ( dari adiposity),
ghrelin (dari lambung), peptide YY/PYY (dari ileum dan colon), insulin
(pancreas).
b. Nukleus arkuatus dari hipotalamus merespon dan mengintegrasikan sinyal
peripheral dan menghasilkan sinyal eferen kepada 2 jenis neuron orde
pertama, yaitu (a) POMC (pro-opiomelanocortin) dan CART (cocaine and
amphetamine-regulated transcripts) neuron, (b) neuropeptida Y (NPY), dan
AgRP (Agouli-related peptide). Neuron orde pertama ini akan berkomunikasi
dengan neuron orde kedua.
c. System eferen yang menerima sinyal yang diberikan neuron orde pertama
dari hipotalamus untuk mengontrol asupan makanan dan penggunaan energy.
Hipotalamus juga berkomunikasi dengan otak depan dan tengah untuk
mengontrol sistem saraf otonom.5
6
lapar (food intake) dan peningkatan berat badan dengan mengaktifkan reseptor Y1/5
pada neuron orde ke2nya sebagai efek oreksigenik6.
7
2.1.4 Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas
Obesitas dapat dinilai dengan berbagai cara, metode yang lazim digunakan
saat ini antara lain pengukuran IMT (Index Massa Tubuh), lingkar pinggang, serta
perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul. Sebuah studi menyatakan
bahwa pengukuran lingkar leher dapat digunakan sebagai skreening obesitas yang
mudah dan murah. Berikut ini penjelasan masing-masing metode pengukuran
antropometri tubuh:
a. IMT
Metode yang sering digunakan adalah dengan cara menghitung IMT, yaitu BB/TB 2
dimana BB adalah berat badan dalam kilogram dan TB adalah tinggi badan dalam
meter.4 Klasifikasi IMT dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1, merupakan klasifikasi yag ditetapkan World Health Organization
(WHO) , nilai IMT 30 kg/m2 dikatakan sebagi obesitas dan nilai IMT 25-29,9 kg/m2,
sebagai “Pra Obese” 7.
Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa
Berdasrkan IMT menurut WHO
Pra-obese 25,0-29,9
8
IMT merupakan indicator yang paling sering digunakan dan praktis untuk
pengukuran tingkat populasi berat badan lebih dan obese pada orang dewasa. Untuk
orang dewasa berumur 20-29, persentil 85 BMI adalah 27,8 untuk laki-laki dan 27,3
untuk perempuan. Saat ini IMT merupakan indicator yang paling bermanfaat untuk
menentukan berat badan lebih atau obese. Karena IMT menggunakan ukuran tinggi
badan, maka pengukurannya harus dilakukan dengan teliti. IMT dapat diperkirakan
jumlah lemak tubuh yang dapat dinilai dengan menimbang di bawah air (r 2 = 79%)
dengan kemudian melakukan koreksi terhadap umur dan jenis kelamin. Bila
melakukan penilaian, perlu diperhatikan akan adanya perbedaan individu dan etnik.
Meskipun berat badan relative dan BMI berhubungan dengan derajat jaringan lemak,
kelebihan berat badan dapat berupa otot atau jaringan lemak. Penilaian ketebalan
lipatan kulit berbagai daerah tubuh bersama dengan berat badan, tinggi badan, dan
umur dapat digunakan untuk menilai derajat lemak. Lipatan kulit trisep dan
subskapula merupakan tempat yang paling umum dinilai.7,8
Hubungan antara lemak dan IMT ditentukan oleh bentuk tubuh dan proporsi
tubuh, sehingga dengan demikian IMT belum tentu memberikan kegemukan yang
sama bagi semua populasi. IMT dapat memberikan kesan yang umum mengenai
derajat kegemukan yang sama bagi semua populasi, terutama pada kelompok usia
lanjut dan pada atlit dengan banyak otot. IMT dapat memberikan gambaran yang
tidak sesuai mengenai keadaan obesitas karena variasi lean body mass.
Meta-analisis beberapa kelompok etnik yang berbeda, dengan konsentrasi
lemak tubuh, usia, dan gender yang sama, menunjukkan etnik Amerika berkulit
hitam memiliki IMT lebih tinggi 1,3 kg/m2 dan etnik Polinesia memiliki IMT lebih
tinggi 4,5 kg/m2 dibandingkan dengan etnik Kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT pada
bangsa Cina, Ethiopia, Indonesia, dan Thailand adalah 1,9,4,6,3,2 dan 2,9 kg/m2
lebih rendah daripada etnik Kaukasia. Hal itu memperlihatkan adanya nilai cutoff
IMT untuk obesitas yang spesifik untuk populasi tertentu. 8,9
Wilayah Asia Pasifik pada saat ini telah mengusulkan criteria dan klasifikasi
obesitas sendiri.
Tabel 2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan obesitas berdasarkan IMT dan
Lingkar Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik 7
9
Lingkar perut
<80cm(perempuan) ≥80cm(perempuan)
b. Lingkar Pinggang
IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan
merupakan indikator terbaik untuk obesitas.Selain IMT, metode lain untuk
pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar
pinggang.Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit dilakukan
karena perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT
maupun lingkar pinggang. . Sehinggga IDF (Internasional Diabetes Federation)
mengeluarkan kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis.
Tabel 3. Nilai Lingkar Pinggang Berdasar Etnis 7
10
Populasi China, Melayu, dan Asia-India
Wanita >80
c. Lingkar Leher
Lingkar leher dapat menjadi metode pengukuran yang mudah dan murah untuk
skreening individu dengan obesitas. Lingkar leher sebagai index untuk obesitas tubuh
bagian atas merupakan salah satu prediktor terjadinya penyakit kardiovaskuler
(Sjostrom et al., 2001). The North Association for The Study of Obesity menyatakan
bahwa dari uji statistik, koefisien korelasi pearson menunjukkan hubungan erat
antara lingkar leher dengan IMT (laki-laki, r=0,83; perempuan, r=0,71; masing-
masing, p<0,0001) dan lingkar pinggang (laki-laki, r=0,86; perempuan, r=0,56;
masing-masing, p<0,0001). Lingkar leher ≥37 cm untuk laki-laki dan ≥34 cm untuk
wanita merupakan cutt of point yang paling tepat untuk mengidentifikasi individu
dengan IMT ≥25 kg/m2, lingkar leher ≥39,5 cm untuk laki-laki dan ≥36,5 cm untuk
wanita adalah cutt of point paling tepat untuk mengidentifikasi individu dengan
obesitas (IMT ≥30 kg/m2). Berdasarkan validasi yang dilakukan pada kelompok
yang berbeda, sebagai salah satu metode skreening obesitas lingkar leher memiliki
sensitivitas 98%, spesifitas 89%, akurasi 94% untuk laki-laki dan 99% untuk
perempuan. 9,10
11
D. Obesitas Sentral
Pada obesitas yang moderat, distribusi lemak regional tampaknya dapat
merupakan indicator yang cukup penting terhadap terjadinya perubahan metabolic
dan kelainan kardiovaskular, walaupun hubungan antara IMT dan komplikasi-
komplikasi tersebut belum tentu meyakinkan.
Lemak daerah abdomen terdiri dari lemak subkutan dan lemak intra
abdominal yang dapat dinilai dengan cara CT dan MRI. Jaringan lemak intra
abdominal terdiri dari lemak visceral atau intraperitoneal yang terutama terdiri dari
lemak omental dan mesenterial serta massa lemak retroperitoneal (sepanjang
perbatasan dorsal usus dan bagian permukaan ventral ginjal).
Pada laki-laki, massa retroperitoneal hanya merupakan sebagian kecil dari
lemak intra abdominal. Kira-kira seperempat terdiri dari lemak visceral. Lemak
subkutan daerah abdomen sebagai komponen obesitas sentral mempunyai korelasi
yang kuat dengan resistensi insulin seperti lemak visceral. Keadaan ini tetap berbeda
bermakna setelah disesuaikan lemak viseralnya.
Vena porta merupakan saluran pembuluh arah tunggal bagi jaringan adipose
dan berhubungan langsung denga hati. Mobilisasi asam lemak bebas akan lebih cepat
dari visceral dibandingkan lemak daerah subkutan. Aktivitas lipolitik yang lebih
besar dari lemak visceral, baik pada obes maupun non-obes merupakan contributor
terbesar asam lemak bebas dalam sirkulasi.10,11,14
12
dengan tegangan pegas yang konstans.12
Lingkar perut menggambarkan lemak tubuh dan diantaranya tidak termasuk
sebagian besar berat tulang (kecuali tulang belakang) atau massa otot yang besar
yang mungkin akan bervariasi dan mempengaruhi hasil pengukuran.
Pada tahun 1995 penelitian di Belanda mendapatkan bahwa lingkar perut
>102 cm pada laki-laki dan >88 cm pada perempuan, berhubungan dengan
peningkatan substansial resiko obesitas da komplikasi metabolic. Sedangkan Asia
Pasifik memakai ukuran lingkar pinggang laki-laki 90 cm dan perempuan 80 cm
sebagai batasan13.
Walaupun IMT <25 kg/m2, obesitas sentral dapat saja terjadi, sehingga
penyesuaian IMT pada keadaan obesitas sentral perlu diperhatikan, terutama bila
IMT dianatara 22-29 kg/m2. Lingkar perut dikatakan mempunyai korelasi yang tinggi
dengan jumlah lemak intra abdominal dan lemak total.15
13
1.
Obesitas juga dikaitkan dengan stres mekanik, akumulasi lipid
berlebih, kelainan pada fluks energi intraseluler, dan ketersediaan nutrisi.
Untuk memeriksa apakah stres retikulum endoplasma (ER) meningkat pada
obesitas, Ozcan et al. [menyelidiki pola ekspresi beberapa indikator
molekuler stres ER dalam diet [diet tinggi lemak (HFD)-induced] dan genetik
( ob / ob ) model obesitas murine. ER kinase pankreas atau PKR-like kinase
(PERK) adalah protein kinase transmembran ER yang memfosforilasi subunit
faktor inisiasi translasi 2 (eIF2 a ) sebagai respons terhadap stres ER. Oleh
karena itu, status fosforilasi PERK dan eIF2 a merupakan indikator utama
adanya tekanan ER. Eksperimen mereka menunjukkan peningkatan PERK
dan eIF2 suatu fosforilasi dalam ekstrak hati tikus gemuk dibandingkan
dengan kontrol ramping.
Diketahui bahwa diet dan olahraga, jika digabungkan, merupakan
terapi optimal untuk obesitas. Keduanya telah disarankan memiliki efek pada
tingkat serum IL-6, tetapi hasil eksperimen mengenai olahraga masih
kontroversial. Konsentrasi serum IL-6, TNF -a , dan leptin secara signifikan
berkorelasi dengan BMI dan kadar insulin plasma puasa. Konsentrasi IL-6
berkorelasi secara signifikan dengan kadar glukosa plasma puasa pada wanita
obesitas diabetes dan nondiabetes.16
Kandungan IL-6 jaringan adiposa menurun secara signifikan setelah
diet sangat rendah kalori dan dikaitkan dengan sedikit penurunan konsentrasi
serum IL- 6 . Namun, tidak ada modifikasi yang diamati dalam ekspresi IL-6
yang secara langsung terkait dengan penurunan berat badan atau massa
lemak. Mengenai efek jangka pendek, hipoglikemia (infus glukosa untuk
mencapai konsentrasi glukosa plasma kondisi mapan) menginduksi
peningkatan akut IL-6 plasma. Pada pasien dengan gangguan toleransi
glukosa , tingkat IL-6 lebih tinggi daripada yang sehat (tetapi sekresi insulin
diblokir) dan peningkatan kadar plasma berlangsung lebih lama.16
Oberbach dkk menemukan bahwa, meskipun penurunan yang
signifikan dalam persen lemak tubuh dan peningkatan sensitivitas insulin ,
konsentrasi plasma IL-6 tidak berubah setelah 4 minggu latihan fisik. Nicklas
14
dkk. Selain itu penelitian lain menunjukan bahwa latihan olahraga tidak
memiliki efek signifikan pada konsentrasi plasma CRP (C-reactive protein)
dan IL-6, sedangkan penurunan berat badan yang diinduksi diet secara
signifikan meningkatkan parameter peradangan kronis ini. Perbedaan hasil ini
dapat dijelaskan oleh fakta bahwa IL-6 biasanya merupakan sitokin pertama
yang ada dalam sirkulasi selama latihan, dan IL-6 plasma meningkat secara
eksponensial. IL-6 dilepaskan dari otot rangka selama latihan dan
berhubungan dengan intensitas latihan . Jaringan adiposa subkutan, di sisi
lain, tidak berkontribusi pada sekresi IL-6 selama latihan, sehingga
peningkatan keluaran IL-6 yang dilaporkan dalam fase pemulihan setelah
latihan berkepanjangan kemungkinan besar berasal dari otot rangka .
IL-6 adalah sitokin pleiotropik, bertindak sebagai pemain sentral
dalam regulasi peradangan, hematopoiesis, respon imun, dan mekanisme
pertahanan host. IL-6 telah diklasifikasikan sebagai sitokin pro dan anti
inflamasi. Fenomena kontradiktif ini juga muncul ketika meneliti peran IL-6
dalam obesitas.15,16
Beberapa laporan menyarankan sifat lipolitik IL-6 [Jaringan adiposa
dan adiposit yang dikultur dengan IL-6 menunjukkan peningkatan lipolysis.
Sesuai dengan efek ini, Van maka menunjukkan IL-6/sIL-6R tikus transgenik
ganda telah mengurangi berat badan. Namun, defisiensi IL-6 menyebabkan
obesitas onset matang dalam eksperimen Wallenius et al. Pada usia 3 bulan,
tikus IL-6 KO tidak mengalami obesitas, sedangkan pada usia 9 bulan, tikus
tersebut mengalami obesitas, hipertrigliseridemia , dan intoleransi glukosa,
yang menurut definisi memberikan diagnosis sindrom metabolic.
IL-6 dapat mempengaruhi sekresi adipokin dari adiposit. Pengobatan
IL-6/sIL-6R jangka panjang secara bertahapmenekan pelepasan adiponektin
total dari adiposit manusia . IL-6 saja tidak dapat mempengaruhi sintesis
adiponektin, dan keberadaan sIL-6R diperlukan untuk menunjukkan
bioaktivitas IL-6 pada adiposit manusia. Hal ini ditunjukkan dalam penelitian
lain menggunakan adiposit manusia : ekspresi gen adiponektin dikurangi
dengan kombinasi IL-6/sIL-6R dalam waktu 48 jam, di mana IL-6 menjadi
tidak efektif . Itu juga menunjukkan bahwa paparan jangka panjang untuk IL-
15
6/sIL-6R menekan sekresi adiponektin total dari delipidizing adiposit tanpa
mempengaruhi distribusi relatif dari isoform adiponektin yang disekresika.
Temuan ini menunjukkan bahwa adiposit tidak mengekspresikan IL-6R a
(subunit pengikat ligan), tetapi ekspresi gp130 (subunit transduksi sinyal)
dikonfirmasi.
Peran paradoks IL-6 sebagai faktor cachectogenic dan mediator
potensial obesitas dapat diselesaikan dengan saran bahwa tingkat peradangan
yang rendah hadir pada obesitas dan tingkat peradangan yang tinggi
mengakibatkan hilangnya nafsu makan. Dengan kata lain, IL-6 sebagai faktor
parakrin terlibat dalam etiologi obesitas, tetapi IL-6 sebagai mediator
endokrin yang bekerja pada hipotalamus bertanggung jawab atas hilangnya
nafsu makan selama inflamasi akut atau kronis . Kemungkinan resolusi lain
dari kontroversi tersebut adalah bahwa IL-6 adalah cachectogenic pada
tingkat hipotalamus , tetapi terlibat dalam induksi resistensi insulin dan
dislipidemia pada tingkat sel. Resistensi insulin adalah fenomena yang
berkaitan dengan usia, dengan penurunan sensitivitas insulin dimulai sekitar
usia paruh baya dan semakin meningkat. Pada jaringan adiposa tikus,
resistensi insulin dan bertambahnya usia menghasilkan ekspresi mediator
inflamasi yang lebih tinggi, termasuk IL-6.
16
dijelaskan oleh satu faktor, tetapi IL-6 harus menjadi salah satu mediator
yang berkontribusi. Meskipun kontroversi, IL-6 dianggap setidaknya sebagai
pengubah obesitas, dan memahami dan mengklarifikasi peran yang tepat
dalam pengaturan senyawa homeostasis energi dan pengaturan berat badan
dapat membantu dalam perencanaan terapi dan pencegahan. obesitas—
tantangan sosial ekonomi abad ini. Sayangnya, konsekuensi jangka panjang
dari latihan olahraga teratur pada penanda inflamasi ini tidak jelas.16
17
dan berat badan menetap karena seiring dengan berat badan yang berkuranbg terjadi
penurunan energy ekspenditure.
Oleh karena itu, setelah terapi penurunan berat badan selama 6 bulan,
program penurunan berat badan harus terus dilakukan. Jika dibutuhkan penurunan
berat badan lebih banyak, dapat dilakukan penyesuaian lebih lanjut terhadap anjuran
diet dan aktivitas fisik.14.15
18
Untuk pasien yang tidak mampu mencapai penurunan berat badan yang
signifikan, pencegahan kenaikan berat badan lebih lanjut merupakan tujuan yang
paling penting.1
22
gelombang menentukan difraksi gelombang AS dan, dengan demikian, batas
resolusi gambar). Frekuensi probe 18 MHz menghasilkan resolusi gambar
sekitar 0,1 mm, dan 6 MHz menghasilkan sekitar 0,3 mm. Batas SAT
berkerut; oleh karena itu, batasan yang diberikan secara biologis menentukan
akurasi yang dapat diperoleh. Pengaruh keterbatasan biologis ini
diminimalkan karena algoritma evaluasi citra yang digunakan mengambil
nilai rata-rata dari banyak pengukuran ketebalan pada citra yang diberikan.
22
direproduksi, dan modalitas sensitif dibandingkan dengan teknik lain,
keandalan USG tercatat lebih dari 98%. Tidak diperlukan persiapan
sebelumnya untuk pengukuran lemak subkutan yang diukur dengan
ultrasound. Sekitar 40% hingga 60% lemak tubuh menumpuk di bawah
kulit.
22
Gambar. Contoh Pengukuran Subcutaneous Fat pada pasien
dengan BMI Indeks terukur dengan obesitas.
USG adalah metode yang dapat diandalkan dan lebih mudah untuk
mengukur subkutan fat dan pengukuran sebenarnya dari lemak perut dengan
USG lebih informatif daripada pengukuran antropometrik lainnya. Penelitian
kami dilakukan untuk melihat apakah hasil dalam populasi kami sesuai
dengan penelitian sebelumnya atau tidak. Sehingga tak satu pun dari
penelitian sebelumnya mengkorelasikan BMI dengan lemak subkutan yang
diukur di daerah suprapubik. Hal ini menunjukkan bahwa jika lemak
subkutan di daerah suprapubik meningkat, IMT juga akan meningkat.18
22
1. subcutaneous fat
2. Pemeriksaan lingkar perut dan interleukin-6
22
daerah operasi, yang timbul pada 30 hari rekam medis -
operasi pertama setelah operasi untuk infeksi Nominal
Dikelompokkan
superfisial dan 30-90 hari untuk infeksi menjadi ada atau
dalam.5,9 tidaknya infeksi
daerah operasi
BAB III
METODE PENELITIAN
22
2.5 Kriteria inklusi dan eksklusi
2.5.2 Kriteria inklusi
1. Pasien Wanita Obesitas usia produktif
2. Pasien yang melakukan pemeriksaan subcutaneous fat, serta dilakukan
pemeriksaan lingkar perut dan interlekukin-6 pada periode Oktober 2022
sampai Oktober 2023.
Q1 = 1-P1
Q2 = 1-P2
P = ½ (P1+P2)
Q = 1-P
Zb = Power 0,8
22
Data diperoleh dari pasien Wanita dengan obesitas usia produktif yang datang ke
poliklinik rawat jalan RSUP Kariadi Semarang pada periode Oktober 2022 sampai
Oktober 2023. Untuk pengelompokan data dilakukan pemeriksaan subcutaneous fat
kemudian diukur lingkar perut dan pemeriksaan interleukin-6 . Data yang diperoleh,
selanjutnya dilakukan follow up dan kontrol apakah terdapat hubungan yang
signifikan pada subcutaneous fat terhadap pemeriksaan lingkar perut dan interleukin-
6.
REFERENSI
1. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. Robbins and Cotran Pathologic
Basic of Disease. 8th ed. Philadelphia : Saunders, An imprint of Elsevier Inc.
2010 : 438-442.
2. Bell, Ge K., Popkin B.M. 2001. Weight gain and its predictors in Chinese
adults. Int J nationed Metabolism Disorder. 25:1079-1086.
3. Bergman, Van C., Mittelman S.D. 2001. Central role of adipocytes in
metabolic syndrome. J Investig Med. 49:119-126.
4. Boivin, Brochu, Marceau P. 2007. Regional differences in adipose tissue
metabolism in obese men. Metabolism. 56:533-540.
5. Brunicardi, F. Charles; Andersen, Dana.K; dkk “the surgical mangemen of
obesity” in “Schwartz priciples of surgery” ed.9 . USA. 2010. The McGraw-
Hill companies,Inc.
6. Caballero B. 2005. Nutrition Paradox-underweight and obesity in developing
countries. N Engl. J. Med. 352:1514-1516.
22
7. Grundy S.M. 2006. Metabolic syndrome: connecting and reconceiling
cardiovaskuler and diabetes world. J Am Coll Cardiol. 47:1093-1110.
8. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. Robbins and Cotran Pathologic
Basic of Disease. 8th ed. Philadelphia : Saunders, An imprint of Elsevier Inc.
2010 : 438-442.
9. Sugondo Sidarta. Obesitas. Dalam : Sudoyo.A, Setoyohadi.B, dkk. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam jilid III, edisi ke-5, Jakarta, Interna Publishing Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, 2009 : 1973-82.
10. Liubov, Cikim S., Vakur A., Neze O. 2001. The relationship betwen neck
circumference and body fat ratio in Turkish women. Department of
Endocrinology and Metabolism, Turkey.
11. Liubov, Sohar E., Laor A., 2001. Neck circumference as s simple screening
measure for identifying overweight and obese Patients. The North
Association for The Study of Obesity. 470:477.
12. Mahan, Adair, Popkin B.M. 2002. Ethnic differences in the association
betwen body mass index and hypertension. Am J Epidemiology. 155:346-353.
13. Tchernof. 2007. Visceral adipocytes and the metabolic syndrome. Nutrition
Reviews. 24:29-6.
14. Sjostrom, CD, Lassner. 2001. Relationship betwen changes in body
composition and changes in cardiovasculer risk factors: the SOS Intervention
Study: Sweedish obese subjects. Obes Res. 5:519535.
15. Zhang. 2004. Trends in the association betwen obesity sosioeconomic status
in US adults. Obesity Research. 12:1622-1632.
16. Katalin Eder, Noemi Baffy , dkk. 2009. The major inflammatory mediator
interleukin-6 and obesity . Inflamm. Res. 58:727–736
17. Paul S, Wolfram M, dkk. 2017. Standarized Ultrasound Measurement Of
Subcutanoeus Fat patterning: High reability & Acurracy in groups ranging
from learn to obese. Ultrasound in Med. & Biol., Vol. 43, No. 2, pp. 427–
438.
22
22
2
1
2