OPEN FRACTURE
Oleh:
Denny Emilius, S.Ked
10700229
Pembimbing
dr.Broto Suwadji, Sp.OT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan
berbagai kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan REFERAT dengan
judul OPEN FRACTURE .
Penulis terdorong untuk meneliti topik ini oleh karena masalah open
fracture khususnya di daerah kota Bangil, Pasuruan masih banyak dijumpai,
Referat ini berhasil penulis selesaikan karena dukungan dari berbagai pihak. Oleh
sebab itu pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih yang tak terhingga
kepada:
1. dr.Broto Suwadji, Sp.OT . Sebagai pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, serta dorongan dalam menyelesaikan referat ini.
2. Segenap teman-teman sejawat berserta seluruh staaf khususnya di bagian
SMF BEDAH RSUD BANGIL yang telah banyak membantu meberi
masukan dan dorongan sehingga lebih termotivasi dalam menyelesaikan
referat ini.
3. Semua pihak yang tidak mungkin disebut satu per satu yang telah
membantu dalam menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan referat ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan segala masukan demi kesempurnaan tulisan ini.
Akhirnya besar harapan penulis agar referat ini dapat bermanfaat bagi semua
dan juga untuk penelitian referat di masa mendatang.
Surabaya, November 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya aktivitas manusia dalam memanfaatkan sistem transportasi,
baik di darat, laut, maupun udara menyebabkan peningkatan jumlah trauma pada
saat ini. Hal ini didukung oleh kegiatan olahraga yang semakin berkembang, baik
yang bersifat rekreasi maupun kompetitif, serta kegiatan perindustrian yang
semakin kompleks sehingga menyebabkan mobilisasi semakin meningkat (Salter,
1999).
Salah satu trauma muskuloskeletal yang menyebabkan morbiditas yang
tinggi adalah patah tulang terbuka. Patah tulang terbuka adalah terputusnya
kontinuitas struktur jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan
oleh trauma, baik trauma langsung ataupun tidak lansung, yang berhubungan
dengan dunia luar atau rongga tubuh yang tidak steril, sehingga mudah terjadi
kontaminasi bakteri dan dapat menyebabkan komplikasi infeksi (Bedah UGM,
2009).
Patah tulang terbuka dapat menyebabkan kerusakan jaringan lunak yang
luas, yang meliputi kerusakan otot, vaskuler, dan syaraf. Kerusakan otot dapat
mengakibatkan komplikasi gas gangren yang bisa berakibat fatal bila tidak
ditangani dengan baik. Kerusakan vaskuler dapat menyebabkan terjadinya
kehilangan darah yang banyak sehingga terjadi syok. Delayed union dapat terjadi
jika aliran darah yang diperlukan untuk terjadinya menyatuan tulang tidak
memadai (Apley dan Solomon, 2001).
Patah tulang terbuka merupakan salah satu kegawatdaruratan di bidang
orthopaedi yang membutuhkan penanganan secara cepat dan tepat yang mana
bersifat life saving dan life threatening (Koval and Zuckerman, 2006).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Fraktur terbuka adalah putusnya kontinuitas jaringan tulang
dimana
terjadi
kerusakan
kulit
dan
jaringan
dibawahnya
yang
serta
tulang atau dalam minggu pertama dan komplikasi lambat (Apley dan
Solomon, 2001).
Komplikasi Dini :
1. Lesi Vaskuler
Trauma vaskular dapat melibatkan pembuluh darah arteri dan
vena. Perdarahan yang tidak terdeteksi atau tidak terkontrol dengan
cepat akan mengarah kepada kematian pasien, atau bila terjadi
iskemia akan berakibat kehilangan tungkai, stroke, nekrosis dan
kegagalan organ multipel.
Keparahan trauma arteri bergantung kepada derajat invasifnya
trauma, mekanisme, tipe, dan lokasi trauma, serta durasi iskemia.
Gambaran klinis dari trauma arteri dapat berupa perdarahan luar,
iskemia, hematoma pulsatil, atau perdarahan dalam yang disertai
tanda-tanda syok. Gejala klinis paling sering pada trauma arteri
ekstremitas adalah iskemia akut. Tanda-tanda iskemia adalah nyeri
terus-menerus,
parestesia,
paralisis,
pucat,
dan poikilotermia.
palsu
merupakan
komplikasi
lama.
Rekomstruksi
semakin
meningkat.
Penekanan
saraf
perifer
a. Pain
b. Paresthesia
c. Pallor
d. Paralysis
e. Pulseness Osteomyelitis Akut
3. . Gas Gangren
Keadaan yang mengerikan ini ditimbulkan oleh infeksi
klostridium, terutama C. welchii. Organisme anaerob ini dapat hidup
dan berkembang biak hanya dalam jaringan dengan tekanan oksigen
yang rendah; karena itu, tempat utama infeksinya adalah luka yang
kotor dengan otot mati yang telah ditutup tanpa debridemen yang
memadai. Toksin yang dihasilkan oleh organisme ini menghancurkan
dinding sel dan dengan cepat mengakibatkan
nekrosis jaringan,
dan
reseptor bervariasi
(adhesin) yang
pasien hanya mengeluh demam ringan saja. Demam dilaporkan 6080% kasus, biasanya demam ringan, dan demam tinggi terjadi pada
30-40% kasus sampai lebih dari 399 C. Nyeri pada artritis septik
khasnya adalah nyeri berat dan terjadi saat istirahat maupun dengan
gerakan aktif maupun pasif.
Evaluasi awal meliputi anamnesis yang detail mencakup faktor
predisposisi, mencari sumber bakterimia yang transien atau menetap
(infeksi
kulit,
pneumonia,
infeksi
saluran
kemih,
adanya
adalah
peningkatan
enterotoksin
dan
eksotoksin
yang
akhirnya
dapat
tiga
subtype
lagi
berdasarkan
kerusakan
dibagi
ke
periosteal, Ada
1.
Derajat
I: Luka biasanya
berupa
tusukan
kecil dan
tersebut.
Sedikit
Patah
melintang,
atau
dan
tulang biasanya
oblik
kerusakan
jaringan
patah tulang
berupa
tidak
sederhana,
Derajat II: Luka lebih besar dari 1 cm, tanpa adanya skin flap
ataupun avulsion. Kerusakan pada jaringan lunak tidak begitu
banyak. Kominusi
dan crushing
injury terjadi
hanya
3.
dengan
adanya high-energy
lunak. Biasanya
tulang
disebabkan
oleh
komunisi. Amputasi
segemental
transfer ke
traumatik,
patah
ini.
derajat
III ini
dibagi
lagi
dalam
menjadi tiga
subtype:
a.
Derajat
ditutupi
IIIA
Tulang
yang
patah
dapat
lunak yang
pengelupasan
berat
dari
luas
periosteum
patahan
tulang
disertai
dan komunisi
tersebut.
dengan
yang
Tulang
14
Derajat
IIIC
: Semua
patah
tulang
terbuka
ini
juga
menunjukkan
kontaminasi,
infeksi,
dilihat
dari derajat
jaringan
lunak,
infeksi
semakin
meningkat
resiko
terjadinya
derajat
kerusakan
Resiko terjadinya infeksi pada derajat I adalah 0-12%, pada derajat II 212%, dan pada derajat III 9-55%. Derajat patah tulang terbuka ini juga
sangat erat kaitannya dengan kejadian amputasi, delayed
union
dan
fungsi
non-union,
ekstermitas.
dan
Penentuan
definitive dilakukan
kecacatan
atau
penurunan
setelah
debridement
yang
terbuka
adekuat
secara
telah
15
D. DIAGNOSIS
Anamnesis
Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur), baik
yang hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan
untuk menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan
cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan
mungkin fraktur terjadi pada daerah lain.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1. Syok, anemia atau perdarahan
2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang
belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen
3. Fraktur predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.
Pemeriksaan lokal
1. Inspeksi (Look)
hari
Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan
kependekan
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-
organlain
Keadaan vaskularisasi
1. Palpasi (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya
mengeluh sangatnyeri.
secara hati-hati
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi
arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai
tungkai
bawah
untuk
serta
gradasi
kelelahan
neurologis,
yaitu
neuropraksia,
17
Hal ini dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCl fisiologis secara
mekanis untuk mengeluarkan benda asing yang melekat.
2. Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridement)
Semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya merupakan daerah
tempat pembenihan bakteri sehingga diperlukan eksisi secara operasi pada
kulit,jaringan subkutaneus, lemak, fasia, otot dan fragmen-fragmen yang
lepas. Debridement adalah pengangkatan jaringan yang rusak dan mati
sehingga luka menjadi bersih. Untuk melakukan debridement yang adekuat,
luka lama dapat diperluas, jika diperlukan dapat membentuk irisan yang
berbentuk elips, untuk mengangkat kulit, fasia serta tendon ataupun jaringan
yang sudah mati. Debridement yang adekuat merupakan tahapan
yang
4. Penutupan kulit
Apabila fraktur terbuka diobati dalam waktu periode emas (6-7 jam mulai
dari terjadinya kecelakaan),maka sebaiknya kulit ditutup. Hal ini tidak
dilakukan apabila penutupan membuat kulit sangat tegang. Dapat
dilakukan split thickness skin-graft serta pemasangan drainasi isap untuk
mencegah akumulasi darah dan serum pada luka yang dalam. Luka dapat
dibiarkan terbuka setelah beberapa hari tapi tidak lebih dari 10 hari. Kulit
dapat ditutup kembali disebut delayed primary closure. Yang perlu
18
fraktur
terbuka
antibiotika
yang
dianjurkan
adalah
golongan
6. Pencegahan tetanus
Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan
tetanus. Pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan
pemberian toksoid tapi bagi yang belum,dapat diberikan 250 unit tetanus
imunoglobulin (manusia).
serta isotonik yaitu latihan aktif dinamik pada otot-otot tungkai dan
punggung. Diperlukan pula terapi okupasi.
G. PROGNOSIS
Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat. Dengan
terbukanya barier jaringan lunak, maka patah tulang tersebut terancam
untuk terjadinya infeksi. Seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak
patah tulang terbuka, luka yang terjadi masih dalam stadium kontaminasi
(golden periode) dan setelah waktu tersebut, luka berubah menjadi luka
infeksi. Oleh karena itu penanganan patah tulang terbuka harus dilakukan
sebelum golden periode terlampaui agar sasaran akhir penanganan patah
tulang
terbuka
tercapai
walaupun
ditinjau
dari
segi
prioritas
BAB III.
KESIMPULAN
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan
lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga
timbul komplikasi berupa infeksi. luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang
yang tajam keluar menembus kulit atau dari luar oleh karena tertembus misalnya
oleh peluru atau trauma langsung.
Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan
penanganan yang terstandar untuk mengurangi resiko dan komplikasi dari fraktur
terbuka.. Hubungan dengan dunia luar dapat terjadi karena penyebab rudapaksa
20
merusak kulit, jaringan lunak dan tulang atau fragmen tulang merusak jaringan
lunak dan menembus kulit.
Semua patah
21
DAFTAR PUSTAKA
Apley A.G., Nagayam S., Solomon L., Warwick D. 2001. Apleys System
of Orthopaedics and Fractures: Arnold
Bedah UGM. (2009).
Fraktur
Terbuka.
Retrieved
http://www.bedahugm.net/tag/fraktur-terbuka/( 3 April 2012).
from
22