Anda di halaman 1dari 4

Obese fillah

Wanita usia subur merupakan wanita yang sudah menikah atau belum menikah yang berusia 15 - 49
tahun. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20 - 29 tahun. WUS usia 20 - 29 tahun termasuk
kategori dewasa awal. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Usia dewasa
memiliki karakteristik telah dapat hidup mandiri, telah menyelesaikan pendidikan formalnya, serta
memulai karir dan pekerjaan. Angka obesitas pada perempuan cenderung lebih tinggi dibanding
pria. Data riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi obesitas wanita dewasa >18 tahun sebesar
32,9% dan pria dewasa sebesar 19,7%. Tambahkan data dari Kalbar

Obesitas Sentral meningkatkan risiko sindrom ovarium polikistik dan berkontribusi untuk
menyebabkan anovulasi melalui resistensi insulin hiperinsulinemia dan hiperandrogenemia. Sindrom
ovarium polikistik atau PCOS merupakan kelainan endokrin yang ditandai dengan pembesaran
ovarium dengan banyak kista dan menstruasi yang tidak teratur. Sindrom tersebut merupakan
penyebab infertilitas dan mempengaruhi hingga 18% wanita usia subur.

Penyebaran obesitas hampir terjadi di berbagai negara di seluruh dunia sehingga disebut sebagai
epidemik global. Peningkatan obesitas di negara berkembang merupakan hal yang harus diwaspadai
terutama pada fase wanita usia subur. Obesitas sentral didefinisikan sebagai penumpukan lemak
dalam tubuh di bagian perut. Penumpukan lemak ini diakibatkan oleh jumlah jaringan lemak yang
berlebih baik di lemak subkutan atau di lemak intra-abdomen (lemak visceral). Lemak visceral
merupakan lemak yang berlokasi di sekitar visceral (di sekitar organ rongga dada dan rongga perut)
dan di dalam peritonium.

Penumpukan lemak pada jaringan lemak visceral merupakan bentuk tidak berfungsinya jaringan
lemak subkutan dalam menghadapi ketidakseimbangan energi tubuh. Ketidakseimbangan energi
dapat terjadi ketika seseorang mengalami kelebihan energi akibat konsumsi makan berlebih dan
memiliki aktivitas fisik kurang serta tingginya perilaku sedentari.

Obesitas sentral berkaitan erat dengan faktor risiko metabolik seperti tingginya tekanan darah
sistolik, intoleransi glukosa, dislipidemia dengan peningkatan serum trigliserida dan penurunan HDL
kolesterol, serta semua faktor yang berkontribusi dengan risiko koroner. Obesitas sentral juga
berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler dan penyakit jantung koroner. Obesitas sentral lebih
berhubungan dengan sindrom metabolik dan meningkatkan resiko terjadinya penyakit degeneratif,
seperti penyakit kardiovaskuler, sindrom metabolik gangguan toleransi glukosa, diabetes tipe2,
hipertensi, batu empedu, dislipidemia, susah nafas, sleep apnea, hyperuricaemia, gout,
ketidaknormalan produksi hormon, polycystic ovary syndrome, ketidaksuburan, masalah psikososial
dan beberapa tipe kanker.

Usia reproduksi merupakan usia yang penting dalam memantau dan menangani perubahan berat
badan. Perubahan ini akan berdampak buruk pada kesehatan perempuan serta kesehatan anak-anak
mereka, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Obesitas selama tahap perencanaan kehamilan
mengganggu metabolisme dan hormonal. Hal ini terjadi ketika sel lemak visceral mengubah
metabolisme dengan mensekresikan adipokines (adiponektin dan sitokin) yang mengganggu proses
hormonal. Selain itu, obesitas mendorong perubahan dalam berbagai pengaturan hormon seperti
insulin, androgen, dan globulin pengikat hormon seks. Perubahan tersebut dapat mengakibatkan
anovulasi, infertilitas, dan resiko keguguran yang lebih tinggi. Kondisi obesitas pada WUS dapat
mengganggu kehamilan di masa depan seperti gangguan ovulasi dan disfungsi plasenta. Obesitas
selama kehamilan dapat menyebabkan berbagai komplikasi terkait dengan gangguan metabolisme
glukosa dan lipid. Wanita hamil dengan obesitas cenderung memiliki resiko mengalami diabetes
gestasional dan preeklamsia. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan obesitas sentral pada
wanita usia subur diantaranya konsumsi Sugar Sweetened Beverage (SSBs), kurangnya aktivitas fisik
dan durasi tidur yang rendah .

Pada umumnya penilaian status gizi seperti obesitas dapat menggunakan IMT atau indeks massa
tubuh indeks massa tubuh ini merupakan alat yang sederhana adalah memantau status gizi
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.

Obese susilowati

Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh yang umumnya ditimbun di dalam jaringan subkutan
atau bawah kulit sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya
obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan
akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran
ideal. Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya aktivitas
atau latihan fisik, ataupun keduanya. Dengan demikian, tip orang perlu memperhatikan banyaknya
asupan makanan (disesuaikan dengan kebutuhan tenaga sehari-hari) dan aktivitas fisik yang
dilakukan. Faktor penyebab obesitas ada dua yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung faktor
langsung terdiri dari genetik hormonal obat-obatan asupan makan dan asupan fisik. Sedangkan
faktor tidak langsung adalah pengetahuan gizi dan pengaturan makanan.

Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi Berdasarkan indeks massa tubuh
atau imd sebagai berikut obesitas I 24,0 sampai 29,9. Obesitas II 30,0-40,0. Obesitas III >40.

Dari segi fisik orang yang mengalami obesitas akan mengalami rendah diri dan merasa kurang
percaya diri sehingga seringkali mengalami tekanan, baik dari dirinya sendiri maupun dari
lingkungannya. Kelebihan penimbunan lemak di atas 20% berat badan ideal akan menimbulkan
permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi organ tubuh. Organ dengan obesitas akan
lebih mudah terserang penyakit degeneratif, seperti hipertensi penyakit jantung koroner diabetes
melitus, gout, batu empedu, dan kanker.

Akumulasi kelebihan lemak dalam tubuh disebut obesitas obesitas dapat mengganggu
keseimbangan keseimbangan hormon dalam tubuh salah satunya adalah masalah ketidak suburan
beberapa keadaan gangguan kesuburan dikaitkan dengan obesitas antara lain
1. Disfungsi ovulasi karena obesitas
Disfungsi ovulasi merupakan faktor utama yang menyebabkan infertilitas pada perempuan obesitas.
Ketidakteraturan kadar hormon androgen dan estrogen dan progesteron bener-bener dapat
mengubah siklus menstruasi perempuan titik tingkat optimal hormon ini sangat penting untuk
kehamilan dan konsepsi. Endapan lemak pada ovarium juga dapat mengganggu perkembangan
embrio dan mengakibatkan keguguran.
2. Polycystic ovary syndrome dan obesitas
Penyebab utama infertilitas pada perempuan dan kondisi sub kesuburan yang dikenal sebagai
polycystic ovary syndrome atau PC kos dimana sejumlah besar kista kecil muncul di ovarium sebagai
akibat dari ketidakseimbangan hormon. Gangguan dalam ovulasi perempuan dan siklus menstruasi
sebagai akibat dari kenaikan berat badan tidak sehat dapat berdampak negatif terhadap sistem
reproduksi, menyebabkan kesulitan untuk hamil.
3. Produksi sperma rendah, disfungsi ereksi dan obesitas
Obesitas sangat terkait dengan infertilitas pada pria sel-sel lemak memproduksi estrogen, dan pria
dengan sel lemak lebih banyak memiliki estrogen yang beredar melalui tubuh mereka dibanding pria
dengan berat badan normal penyebab paling umum untuk pria adalah produksi sperma yang
abnormal.

Obesitas merupakan akar penyebab dari beberapa komplikasi medis. Pengobatan untuk infertilitas
terkait obesitas pada pria dan perempuan harus mencakup pendekatan yang difokuskan Pada
pengobatan obesitas itu sendiri. Untuk mengatasi permasalahan obesitas dan fertilitas adalah
dengan memperbaiki pola gaya hidup dengan kebiasaan makan yang sehat dan teratur peningkatan
aktivitas fisik sehari-hari dan berolahraga yang teratur. Mungkin sebagian besar di luar kendali
seseorang sehingga modifikasi gaya hidup dapat memainkan peran penting dalam mempertahankan
berat badan yang sehat dan meningkatkan kualitas hidup seseorang. Penurunan berat badan
diperlukan untuk menurunkan risiko infertilitas akibat obesitas titik terapi yang dilakukan dapat
dengan diet rendah kalori dengan mengurangi 500 kkal energi dari total energi energi diet sehari
untuk mencapai penurunan berat badan sebesar 0,5 - 1,0 kg per minggu. Prinsip diet rendah kalori
ini selain mengurangi asupan kalori sehari dalam batas yang tidak membahayakan, juga dengan
mengurangi asupan makanan sumber lemak jenuh (santan, gajih hewann minyak) serta juga
mengurangi makanan tinggi gula (permen, coklat, gula, kue manis dan minuman manis).

Buku pink

Obesitas, gizi kurang, status antioksidan yang tidak adekuat, lemak tubuh yang berlebih, konsumsi
alkohol dalam jumlah banyak, konsumsi kafein dalam jumlah berlebih, struktur saluran reproduksi
yang tidak normal, stres oksidatif, dan gangguan metabolik juga berpengaruh terhadap fertilitas baik
pada laki-laki maupun perempuan. Berat badan merupakan faktor risiko yang dapat diubah dan
terbukti bahwa perubahan berat badan berdampak kepada kesehatan ibu hamil, bayi dan anak.
Perencanaan kehamilan dapat memberikan kesempatan kepada perempuan untuk mengubah
kebiasaan yang tidak sehat. Salah satu faktor yang penting diperhatikan pada masa sebelum dan
selama kehamilan adalah status gizi. Banyak perempuan yang kurang menyadari bahwa status gizi
mereka berdampak pada kehamilannya kelak. Oleh karena itu, memperbaiki kebiasaan terkait berat
badan dan gizi pada perempuan harus dimulai sejak awal usia reproduksi. Terdapat hubungan antara
obesitas sebelum kehamilan dengan gangguan selama kehamilan.

Masalah status gizi ganda yang dialami perempuan usia reproduktif adalah obesitas dan gizi kurang.
Komplikasi selama kehamilan dapat dipengaruhi oleh status gizi berlebih atau kurang pada masa pra
konsepsi, tinggi badan serta defisiensi zat gizi mikro. Perempuan dengan status gizi berlebih dan
obesitas diduga memiliki kebiasaan makan yang kurang baik seperti tinggi energi namun terendah
zat gizi. Perempuan yang obesitas sebelum kehamilan akan berdampak merugikan saat kehamilan
maupun pada janinnya. Keadaan satu sisi berlebih dan obesitas sebelum kehamilan dapat
meningkatkan resiko terjadinya hipertensi selama kehamilan dan gestasional diabetes, kelahiran
mati, dan cacat jantung bawaan. Berat badan berlebih sebelum kehamilan juga dapat meningkatkan
resiko terjadinya pre-eklamsia. Perempuan dengan status gizi berlebih sangat dianjurkan untuk
menurunkan berat badan dengan baik sebelum konsepsi karena penurunan berat badan tidak
direkomendasikan dilakukan selama masa kehamilan.
Berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan faktor yang dapat diubah. Menerapkan pola
makan (diet) dan kebiasaan hidup yang baik sebelum kehamilan merupakan anjuran FIGO (The
Internasional Federation of Gynecology dan Obstetrics) bagi remaja putri dan wanita untuk
mengoptimalkan status gizinya. Perempuan dengan status gizi kurang kemungkinan akan mengalami
kekurangan berapa zat gizi penting. Oleh karena itu, pengkajian gizi harus dilakukan secara cermat
dan jika perlu diberikan suplementasi. Perempuan dengan IMT <18,5 kg/m2 akan mengurangi
kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan saar hamil. Status gizi kurang (jika dikaitkan
dengan kehamilan) menyebabkan cadangan energi dalam tubuh kurang, kemungkinan mengalami
defisiensi beberapa zat gizi seperti zat besi, asam folat, vitamin, yodium, kalsium, dan seng,
melemahnya sistem imun tubuh, dan meningkatnya risiko infeksi maupun penyakit lainnya. Status
gizi kurang pada perempuan sebelum kehamilan dapat meningkatkan resiko kelahiran mati,
prematur, kecil masa kehamilan, dan bayi dengan berat badan lahir rendah. Status gizi kurang
berkontribusi pada terjadinya kematian pada ibu hamil. Status gizi kurang sebelum kehamilan secara
signifikan meningkatkan sebesar 32% dari seekor kelahiran prematur, serta meningkatkan beresiko
kecil masak kehamilan atau KMK. Salah satu cara target WHO 2025 adalah menurunkan 30%
kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah.

Asupan makanan yang padat energi tapi rendah kandungan zat gizi dan rendahnya aktivitas fisik
olahraga dapat berdampak pada kesehatan ibu dan anak. olahraga diketahui dapat menurunkan
resiko gestasional DM, pre-eklampsia dan mengontrol pertambahan berat badan ibu hamil.
Pengkajian status gizi menjadi faktor kunci pemberian intervensi yang tepat seperti saran diet yang
sesuai serta rekomendasi pemberian suplemen sebelumnya selama kehamilan. FIGO
merekomendasikan intervensi yang tepat seperti diversifikasi makanan, konsumsi makanan yang
telah di fortifikasi, suplementasi gizi untuk mengatasi defisiensi zat gizi mikro.

Anda mungkin juga menyukai