Anda di halaman 1dari 8

OBESITAS DAN GANGGUAN FUNGSI GASTROINTESTINAL YANG DITIMBULKAN

Danny Amanati Aisya Jurusan Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, (E-mail: dannyaisya@gmail.com)

ABSTRAK Prevalensi obesitas di seluruh dunia terus meningkat. Oleh karena itu,

obesitas menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan dan obesitas merupakan fakto resiko utama untuk penyakit penyakit degenerative seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular, obesitas juga dapat mengakibatkan penyakit dalam sistem saluran pencernaan dan menyebabkan terganggunya fungsi dari sistem gastrointestinal. Pengukuran berat badan termasuk obesitas atau tidak berdasarkan nilai BMI (normal 18,5 24,9 kg/m2; overweight 25 29,9 kg/m2; obesitas 30 kg/m2 ). Berdasarkan penelitian Reyes et al (2013) menyebutkan bahwa subjek yang memiliki BMI overweight dan obesitas memiliki keluhan gangguan sistem pencernaan lebih sering dibandingkan subjek yang memiliki BMI normal. Pada penelitian Fujimoto et al menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dengan besarnya kejadian gangguan fungsi sistem gastrointestinal.

Keywords: Obesitas, BMI, gangguan sistem fungsi gastrointestinal

PENDAHULUAN Obesitas merupakan keadaan dimana tubuh memiliki banyak lemak yang berhubungan dengan resiko penyakit dan kematian premature. Menurut WHO dan Institut Kesehatan National United States pengukuran obesitas atau overweight berdasarkan nilai dari body mass index (BMI), dengan interpretasi nilai normal untuk dewasa adalah 18,5 24,9 kg/m2;overweight 25 29,9 kg/m2; dan obesitas nilai BMI diatas 30 kg/m2 (Reyes et al, 2013). Prevalensi obesitas di seluruh dunia terus meningkat, di United States angka obesitas terus meningkat dari 14 % menjadi 30% dalam kurun waktu kurang dari 50 tahun. Pada Negara China angka obesitas pada dewasa 3,6% meningkat

menjadi 7,1% dalam kurun waktu 10 tahun. Peningkatan yang sangat cepat ini menjadikan obesitas merupakan masalah besar dalam kesehatan, karena berhubungan dengan banyaknya penyakit dan angka harapan hidup suatu negara. Setiap tahun, kematian akibat obesitas di United Stated adalah 300,000. Ini menunjukkan bahwa obesitas merupakan penyebab kematian nomer dua setelah kematian akibat konsumsi rokok (Moayyedi et al, 2008). Beberapa etiologi obesitas adalah faktor genetic dan faktor lingkungan. Di negara negara berkembang penyebab obesitas terutama karena faktor lingkungan daripada faktor genetic. Angka kejadian obesitas lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, dan terus meningkat pada usia muda sampai usia pertengahan. Pada beberapa penelitian, menunjukkan bahwa di negara berkembang terjadi perubahan dalam pola hidup seperti food intake dengan

aktifitas sehari hari. Kebanyakan masyarakat di negara berkembang lebih

banyak makan daripada untuk mengeluarkan energi, sehingga energi yang masuk dalam tubuh kita tidak sebanding dengan energi yang dikeluarkan oleh tubuh. Obesitas juga berhubungan dengan pola hidup sedentary seperti kepemilikan mobil dan lamanya individu melihat televisi dalam satu minggu, sehingga individu malas untuk beraktifitas (Moayyedi et al, 2008). Obesitas merupakan masalah utama dalam kesehatan karena dapat menyebabkan penyakit seperti sindroma metabolic, DM tipe 2, hipertensi, dan berhubungan dengan masalah gastrointestinal. Gejala yang sering dikeluhkan oleh pasien obesitas pada sistem gastrointestinal adalah regurgitasi, perut terasa penuh, rasa panas dalam perut, mudah kenyang, sering buang gas, konstipasi, IBS, mual, dan nyeri pada epigastrik. Obesitas dapat menjadi faktor resiko terjadinya GERD, gangguan motilitas esophageal, irritable bowel syndrome, dan penyakit pada kandung empedu. Obesitas juga merupakan faktor resiko terjadinya kanker pada sistem gastrointestinal seperti kanker kolorektal dan oesophageal adenocarcinoma (Oijen et al, 2006;Reyes et al, 2013).

ISI Obesitas dan faktor resiko gangguan fungsi gastrointestinal Beberapa penelitian menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor resiko dari pankratitis akut, dan berhubungan dengan kematian. Obesitas juga berhubungan dengan faktor resiko diare, peningkatan resiko untuk muntah, dan upper abdominal pain. Penelitian di New Zealand dengan design penelitian

kohort yang menggunakan kuesioner gastrointestinal yang telah di validasi menunjukkan hasil terdapat hubungan positif yang signifikan antara peningkatan BMI dengan angka kejadian diare ( BAB > 3x /hari, feses cair; P < 0,05). Rasa ingin muntah pada obesitas dikarenakan ukuran makanan yang dicerna terlalu besar akan menyebabkan distensi lambung yang berlebihan dan akan menyebabkan rasa ingin muntah. Obesitas meningkatkan resiko gangguan fungsi gastrointestinal yang disebabkan oleh keluarnya sitokin proinflammatory (Moayyedi et al, 2008). Obesitas merupakan faktor resiko untuk refluks gastritis dan hiatal hernia. Obesitas juga berhubungan dengan refluks esophagus ketik lemak dalam perut meningkatkan tekanan dalam lambung dan menurunkan frekuensi spinkter esofagus untuk berelaksasi dan terjadi refluks asam. Pada penelitian lain menyebutkan bahwa jaringan lemak perifer dapat menyebabkan aktifasi metabolik dan berhubungan dengan peningkatan jumlah proinflammatory adipokines yang berhubungan dengan refluks gastritis, yaitu interleukin 6, tumor nekrosis faktor dan adiponectin (Fujimoto et al, 2013).

Pada beberapa hasil penelitian meta analisis menunjukkan bahwa obesitas merupaka faktor resiko untuk pancreatitis akut. Ini berhubungan dengan resiko sistemik dan komplikasi lokal. Nekrosis pada pankreas dan sepsis merupakan komplikasi local yang umum. BMI 30 (obesitas) memiliki insidensi yang tinggi untuk terjadinya komplikasi local pada pancreatitis daripada individu yang tidak obese. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa ukuran lingkar pinggang juga merupakan resiko untuk tejadinya pancreatitis, semakin lebar lingkar pinggang semakin beresiko untuk terkena pancreatitis (John, et al, 2006; Tiu, 2005). Pada penelitian yang dilakukan Tiu et al didapatkan hasil bahwa prevalensi batu empedu pada obesitas lebih tinggi dari BMI normal, dengan nilai resiko relative 5 6. Penelitian lain juga menyebutkan wanita yang mengalami obesitas dua kali lebih beresiko dari wanita normal, dan tujuh kali lebih beresiko untuk wanita yang sangat obese (Tiu et al, 2005) Obesitas juga beresiko untuk terjadinya cholecystitis. Pada penelitian cross sectional bahwa BMI dan ukuran lingkar pinggang memiliki hubungan dengan peningkatan prevalensi penyakit kandung empedu. Didapatkan hasil 11,2% wanita yang obesitas ditemukan mengalami kolesistitis, dimana 4% memiliki riwayat kolesistitis. Pada pria, ukuran lingkar pinggang tidak berhunbungan secaara signifikan dengan angka penyakit penyakit pada kandung empedu, hanya BMI yang berhubungan dengan penyakit pada kandung empedu (Tiu et al, 2005). Obesitas dengan frekuensi gejala gastrointestinal Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Reyes et al (2013), ketika peneliti mengelompokkan sampel menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok A untuk BMI

normal (<25kg/m2), kelompok B untuk overweight (BMI 25 29,9kg/m2), dan kelompok C obesitas ( BMI 30 kg/2). Didapatkan hasil untuk kelompok overweight dan obesitas mengalami frekuensi gejala gejala gastrointestinal lebih sering dari BMI normal. Untuk gejala yang paling umum untuk kelompok

obesitas adalah dyspepsia (nyeri pada epigastric, mudah kenyang, dan muntah), gastroesofageal reflux disease (rasa panas pada perut, dan regurgitasi), produksi gas intestinal (kembung dan buang gas), serta konstipasi.

KESIMPULAN Obesitas merupakan faktor resiko utama yang menyebabkan gangguan fungsi sistem gastrointestinal dan penyakit pada sistem gastrointestinal. Pada keadaan overweight atau obesitas keluhan yang sering dirasakan terkait gangguan fungsi sistem gastrointestinal seperti perut kembung, panas, sering buang gas, nyeri epigastrik, mual dan muntah.

DAFTAR PUSTAKA Fujimoto, Ai., et al. 2013. Obesity and Gastrointestinal Disease. Moayyedi, Paul. 2008. The Epidemiology of Obesity and Gastrointestinal adan Other Disease : An Overview. 53:2293-2299 Oijen, M.G.H van, D.F.G.M Josemanders, R.J.F Laheji, L.G.M Van Rossum, A.C.I.T.L Tan, J.B.M.J Jansen. 2006. Gastrointestinal Disorders and Symptomps : Does Body Mass Index Matter? 64:45-49 Reyes, R Bernal., et al. 2013. Prevalence of Gastrointestinal Symptoms in Overweight and Obese Subject: An Epidemiologic Study on Mexican Population. 78:24-34 Tiu, Amy C, et al. 2005. Obesity and Its Impact on Gastrointestinal Disease. 11

Anda mungkin juga menyukai