TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Obesitas
terhadap tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, dan etnisitas hingga pada batas yang
adipositas. Dalam praktik klinis dan riset epidemologis, obesitas paling sering
didefinisikan melalui indeks massa tubuh atau body mass index (BMI), yaitu suatu
ukuran yang dapat memperkirakan adipositas secara logis, BMI diperoleh dengan
membagi berat badan individu dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dalam
lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. Tetapi
masih banyak pendapat dimasyarakat yang mengira bahwa anak yagn gemuk adalah
sehat. Obesitas atau kegemukan dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit
salah gizi, sebagai akibat konsumsi makanan yang lebih jauh melebihi kebutuhannya.
Dari berbagai tulisan mengenai obesitas pada anak, ternyata banyak masalah yang
dihadapi anak yang obesitas ini. Lebih-lebih kalau obesitas pada anak-anak berlanjut
psikososial. Selain itu obesitas pada anak berpotensi untuk mengalami berbagai
konsekuensi kesehatan yang serius dan merupakan resiko mayor untuk mengalami
masalah kesehatan pada masa anak-anak dan merupakan penyebab kematian dan
Obesitas juga dapat diartikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai
permasalahan umum yang dialami anak-anak pada masa sekarang ini. Obesitas juga
kelebihan lemak disimpan dalam jaringan adiposa kendatipun dalam setting kesehatan
masyarakat. Jaringan adiposa tidak dapat diukur secara langsung dan demikian harus
Kelebihan berat badan atau obesitas masih merupakan masalah kesehatan bagi
anak maupun dewasa, oleh karena komplikasi jangka pendek obesitas itu sendiri
Berat badan berlebih dan obesitas dapat didefinisikan sebagai akumulasi lemak
tubuh secara berlebihan. Pada pria, kandungan tubuh yang sehat mungkin berjumlah
15% dari keseluruhan berat badan sedangkan pada wanita mungkin 25% perbedaan
kadar ini mencerninkan perbedaan hormonal dan kebutuhan antarjenis kelamin.
Akumulasi lemak yang berlebihan dapat melebihi 50% berat badan total, dan
asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya, disamping kesalahan dalam memilih
bahan makanan untuk disanta.Buah dari ketergantungan ini utamanya berupa penyakit
kronis, berat badan lebih dan kurang, pca karies dentis, serta alergi. Jika tidak teratasi,
berat badan berlebih atau obesitas akan berlanjut sampai remaja dan dewasa. Sama
seperti orang dewasa, kelebihan berat badan anak terjadi karena ketidakseimbangan
antara energi yang masuk dengan keluar, terlalu banyak makan, terlalu sedikit olahraga,
atau keduanya. Berbeda dengan dewasa, kelebihan berat badan pada anak tidak boleh
diturunkan karena penyusutan berat akan sekaligus menghilangkan zat gizi yang
diperlambat sampai proporsi berat terhadap tingggi badan kembali normal. Perlambatan
ini dapat dicapai dengan cara mengurangi makan sambil memperbanyak olahraga
(Arisman, 2010).
Dampak lain dari obesitas juga berkaitan dengan dampak fisik dari kelebihan
berat badan pada rangka dan sendi, dampak dari peningkatan kerja otot respirasi yang
diperlukan untuk mengatasi hambatan dalam bernafas, dampak sosial dari berat badan
berlebih dan obesitan dalam persepsi masyarakat, serta dalam menjalin dan
mempertahankan hubungan pribadi, Jika penderita obesitas memiliki rasa rendah diri.
Berbagai dampak diatas memiliki efek yang sangat besar pada kualitas hidup dan
pengalaman sosial penderita obesitas, dan dapat berimplikasi serius terhadap tingkat
2. Penyebab obesitas
a. Aktifitas Fisik
sehingga energi akan disimpan dalam jaringan lemak (Kliegman, n.d.; Hall dan
berhubungan dengan tingginya persentil indeks masa tubuh. Temuan ini secara
risiko terjadinya obesitas pada anak (Carlson et al., 2012). Aktivitas fisik secara
al., 2012).
memiliki level aktivitas fisik yang rendah dan diikuti dengan peningkatan level
perilaku menetap. Aktivitas fisik memiliki hubungan negatif yang kuat terhadap
dan obesitas pada anak laki dan perempuan. Aktivitas fisik berbanding terbalik
dengan komposisi tubuh anak laki-laki, tetapi tidak untuk anak perempuan. Pada
11 anak laki-laki waktu di depan layar dan aktivitas fisik berbanding lurus
dengan risiko kelebihan berat badan, tetapi pada anak perempuan aktivitas fisik
memiliki hubungan yang lebih kuat dengan kelebihan berat badan (Prentice-Dunn
aktivitas fisik dan kelebihan berat badan atau obesitas. Contoh kegiatan fisik
termasuk olahraga (berjalan cepat, berenang, berjalan, jogging, ras berjalan, dan
aerobik) dan permainan luar ruangan (bola voli, sepak bola, kriket, bulu tangkis,
dan tenis lapangan). Durasi kegiatan berkisar dari kurang dari 2 jam per minggu
sampai kurang dari 30 menit per hari. Meskipun, dua studi tidak menemukan
korelasi positif yang signifikan antara aktivitas fisik dan berat berlebih atau
obesitas, satu studi menemukan kegiatan di rumah seperti olahraga teratur untuk
menitper hari sebagai faktor protektif terhadap kelebihan berat badan atau
terjadinya obesitas.
menonton DVD, video games, dan bermain gadget kurang dari dua jam sehari
menemukan bahwa peningkatan waktu di depan layar yaitu lebih dari dua jam
obesitas. Anak 12 yang menghabiskan waktunya lebih dari empat jam untuk
kegiatan menetap setiap hari dua kali lebih besar kemungkinan kelebihan berat
waktu pada kegiatan menetap (Bhuiyan, Zaman dan Ahmed, 2013). Menonton
makanan yang berkalori tinggi. Iklan yang ditampilkan di televisi seperti iklan
minuman ringan yang tidak sehat dan makanan padat energi juga akan
mendorong anak untuk ngemil makanan yang berkalori tinggi (Mistry dan
b. Kebiasaan Makan
kalori dan rendah nutrien memiliki hubungan dengan terjadinya kelebihan berat
badan dan obesitas. Dari lima studi empat diantaranya menunjukkan hubungan
yang positif antara mengkonsumsi makanan tinggi kalori seperti makanan cepat
/junk food dan terjadinya kelebihan berat badan atau obesitas (Mistry dan
(gula, tepung putih, dan lemak jenuh) meningkatkan terjadinya obesitas dan
penyakit kronik lainnya. Konsumi makanan manis seperti kue, cokelat, dan
obesitas abdominal. Anak yang jarang mengkonsumsi junk food atau makanan
cepat saji seperti hot dogs,hamburgers, cheeseburgers, fried chicken, and pizza
memiliki risiko obesitas general dua puluh lima persen lebih rendah dan sembilan
belas persen lebih rendah dari pada anak yang mengkonsumsi makanan cepat saji
setiap hari. Anak yang jarang mengkonsumsi minuman manis seperti soda dan
minuman 13 ringan memiliki risiko obesitas general 15% lebih rendan dari pada
anak yang mengkonsumsi minuman manis seiap hari (Payab et al., 2015).
Orang tua obesitas memiliki peran dalam terjadinya obesitas pada anak.
Salah satu dari orang tua kelebihan berat badan atau obesitas, anaknya tiga kali
lebih besar kemungkinan mengalami kelebihan berat badan atau obesitas dari
pada orang tua yang tidak kelebihan berat badan atau obesitas (Bhuiyan, Zaman
dan Ahmed, 2013). Anak obesitas lima puluh persen memiliki riwayat keluarga
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak. Status sosial ekonomi di tentukan
pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, kekayaan menggunakan status sosial
demografi, stratifikasi sosial ekonomi, dan pengeluaran keluarga per bulan. Satu
studi menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja dengan sosial ekonomi yang
lebih tinggi dan tinggal di perkotaan delapan belas kali lebih mungkin untuk
menjadi kelebihan berat badan atau obesitas dibandingkan dengan sosial ekonomi
rendah dan tinggal di pedesaan. Status sosial ekonomi yang lebih tinggi di negara
3. Gejala obesitas
Hal sederhana yang dapat membantu kita untuk memastikan bahwa Anak
c. Perut buncit
e. Pada Anak laki-laki dada membusung dan payudara sedikit membesar, serta
penis mengecil (tidak terlihat secara utuh karena tertutup oleh timbunan
lemak)
f. Pada Anak perempuan datangnya pubertas lebih dini yaitu usia kurang dari 9
tahun sudah mengalami menstruasi
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut :
Berat Badan(Kg)
IMT =
Tinggi Badan ( m ) x Tinggi Badan( m)
Hasil dari rumus diatas kemudian dicocokkan dengan norma yang telah
Kategori Cut off Point IMT untuk Indonesia (Sumber: Depkes 1994)
IMT Kategori
18,4
Kekurangan berat badan
tingkat ringan
18,5 – Normal
25,0
≥ 28 Obesitas
5. Dampak Obesitas
Obesitas pada anak merupakan awal dari obesitas pada dewasa dengan segala
makanan dan keluarannya. Artinya, asupan makanan kemungkinan sesuai dengan anak
lain usia sebayanya tapi anak kurang melakukan kegiatan aktivitas harian dengan
mengeluarkan tenaga.
Anak yang kelebihan berat badan dapat menderita masalah kesehatan yang
cukup serius seperti diabetes dan penyakit jantung dan sering kali juga membawa
a. Terhadap kesehatan
Obesitas ringan sampai sedang, morbiditsnya kekcil pada masa anak-anak. Tetapi
bila obesitas masih terjadi setelah masa dewasa, maka morbiditas maupun
mortalitasnya akan meningkat. Terdapat korelasi positif antara tingkat obesitas dengan
berbagai penyakit infeksi, kecuali TBC. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tersebut,
polimorfonuklear.
b. Saluran pernafasan
Pada bayi, obesitas merupakan rsiko terjadinya infeksi saluran pernafasan bagian
bawah, kaaren aterbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipertrofi tonsil dan adenoid
anoksia dan saturasi oksigen rendah, yang disebut sindrom Chubby Puffer. Obstruksi
kronis saluran pernafasan dengan hipertrofi tonsil dan adenoid, dapat mengakibatkan
gangguan tidur, gejala-gejala jantung dan kadar oksigen dalam darah yang abnormal.
c. Kulit
Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah/panas, ssering disertai
d. Ortopedi
seperti Legg-Perthee disease, genu valgum, slipped femoral capital epiphyse, tibia vara
dll.
e. Efek psikilogis
Kurang percaya diri. Anak pada masa remaja yang obesitas biasanya pasif dan
depresi. Karena sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman
sebayanya. Gangguan kejiwaan ini juga dapat sebagai penyebab terjadinya obesitas,
Bila obesitas pada anak terus berlanjut sampai masa dewasa, dapat
mengakibatkan:
dewasa.
c. Diabetes
d. Sindrom pickwickian merupakan komplikasi yang berat dari obesitas dewasa, yaitu
somnolen. Kita harus berhati-hati pada pemberian oksigen kosentrasi tinggi pada
anak ini. Usaha pengurusan badan sangat penting kalau terjadi komplikasi ini
e. Maturitas seksual lebih awal, menstruasi sering tidak teratur .
6. Pencegahan Obesitas
Mencegah obesitas jauh lebih baik daripada mengobati kalaau sudah terjadi
mereka tidak menganggap bahwa sehat itu identik dengan gemuk. Upaya pencegahan
1. Jangan berikan permen atau jajanan sebagai hadiah bagi anak yang berkelakuan
baik atau untuk menghentikan kelakuan buruk anak. Cari solusi lain untuk
2. Jangan selalu membiasakan anak untuk menghabiskan isi piringnya. Orang tua
harus menyadari seberapa lapar anaknya. Bila anak-anak sudah cukup kenyang,
untuk meningkatkan aktifitas anak adalah dengan membatasi waktu mereka untuk
menontopn televisi setiap harinya. Aktifitas diam lainnya (main vidio game dan
2) Tekankan pada aktifitas bukan olahraga. Aktifitas anak tidak harus berupa program
olahraga tak terstruktur, tujuannya hanya agarmereka tetap bergerak. Aktifitas bermain
bebas seperti petak umpet, tarik tambang atau lompat tali seperti ini cara yang jitu
3) Temukan aktifitas yang disukai oleh anak. Contohnya, bila anak pergi kealam untuk
jalan-jalan dan mengumpulkan daun-daun dan batu-batuan yang dapat dikoleksi oleh
anak-anak. Bila anak suka membaca orang tua bisa mengajaknyaa untuk berjalan kaki
4) Bila orang tua ingin memiliki anak yang aktif, maka orang tua juga harus aktif. Jangan
buat kegiatan oleh gerak sebagai hukuman atau kewajiban. Temukan aktifitas yang
6) Buat aktifitas yang bervariasi, biarkan anak-anak secara bergantian memilih aktifitas
apa yang akan mereka lakukan hari ini atau minggu ini. Latihaan memukul bola,
b. Penanganan Obesitas
Penanganan ini pertama harus berupa program pengaturan berat badan, dengan
b) Mempertahankan penurunan berat badan yang telah dicapai dengan mengubah gaya
1. Pengertian Pengetahuan
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,
c. Aplikasi (application)
d. Analisis (analysis)
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
e. Sintesis (syntesis)
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
f. Evaluasi (evaluation)
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-
lemak dalam tubuh. Salah satu kelompok usia yang berisiko mengalami obesitas
adalah kelompok usia 6-12 tahun. Pengetahuan gizi ibu berhubungan dengan
dikonsumsi anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah
dasar. Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan studi cross sectional.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas 3-5 di SD Negeri 59 Kendari dengan
pembagian angket kepada ibu yang berisi pertanyaan seputar gizi. Status gizi anak
1. Aktifitas
Aktivitas fisik adalah semua kegiatan atau gerakan tubuh yang terdiri dari
edukasi fisik, kegiatan masyarakat dan aktivitas diwaktu luang yang dapat
Aktivitas fisik penting untuk kesehatan fisik, emosional, dan mencapai berat badan
yang normal. Aktivitas fisik dapat menyeimbangkan kalori yang terkandung dalam
makanan dengan kalori yang digunakan selama aktivitas fisik, sehingga dapat
mengontrol berat badan. Aktivitas fisik semasa anak-anak dan remaja dapat
penampilan akademis dan psikososial. Setiap aktivitas fisik memerlukan energi untuk
bergerak. Pengeluaran energi untuk aktivitas fisik harian ditentukan oleh jenis,
intensitas dan lama aktivitas fisik. Teori menyebutkan bahwa aktivitas yang kurang
aktif menyebabkan penggunaan kalori menurun sehingga jumlah kalori yang digunakan
lebih kecil dari pada jumlah kalori yang masuk dalam tubuh yang dapat menimbulkan
kelebihan kalori. Semakin lama kelebihan kalori ini akan terakumulasi dalam tubuh dan
dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan dikatakan berisiko obesitas. dilihat
lagi berdasarkan orang yang berisiko obesitas yang kebiasaan lebih malas bergerak
dibandingkan orang yang non obesitas sehingga berat badan seorang yang berisiko
energi, dimana lemak tubuh berhubungan dengan obesitas dan dipengaruhi secara
langsung oleh asupan energi dan total pengeluaran energi . Aktivitas fisik penting
untuk kesehatan fisik, emosional, dan mencapai berat badan yang normal. Aktivitas
fisik dapat menyeimbangkan kalori yang terkandung dalam makanan dengan kalori
yang digunakan selama aktivitas fisik, sehingga dapat mengontrol berat badan .
Obesitas pada anak berhubungan dengan kebiasaan yang tidak aktif yang mengarah
pada perilaku kurang gerak (sedentary behavior), kurang melakukan aktivitas gerak
dapat mempengaruhi kesehatan tubuh. Anak yang selalu melakukan aktivitas fisik
Pola makan merupakan suatu gambaran tentang cara seseorang atau kelompok
orang dalam memilih jenis makanan dan jumlah makanan yang dikonsumsi sehari-hari
tertentu artinya setiap hari. Pada prinsipnya pola makan atau pola konsumsi pangan
percatatan rekor makanan. Dalam penelitian ini pola makan yang dimaksud meliputi
frekuensi makan dalam sehari, jenis makanan dengan penilaian secara kualitatif dan
remaja.Pada fase ini seseorang terus berkembang, demikian juga aspek sosial maupun
psikologisnya. Perubahan ini membuat seseorang anak mengalami banyak ragam gaya
hidup, perilaku, dan dalam menentukan makanan apa yang akan dikonsumsi. Hal
terakhir inilah yang akan berpengaruh pada keadaan gizi sseorang anak. Untuk seorang
anak, makan dapat dijadikan media untuk mendidik anak supaya dapat menerima,
menyukai, memilih makanan yang baik, juga untuk menentukan jumlah makanan yang
cukup dan bermutu. Dengan demikian dapat dibina kebiasaan yang baik tentang waktu
makan dan melalui cara pemberian makan yang teratur anak biasa makan pada waktu
Pola makan menurut Lie Goon Hong dalam Sri Karjatiadalah berbagai informasi
yang memberikan gambaran mengenai berbagai macam dan jumlah makanan yang
dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok
tertentu. Pola makan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain : kebiasaan makan,
taraf ekonomi keluarga, lingkungan sekolah dan lain sebagainya. Sejak zaman dahulu
kala, makanan selain untuk kekuatan atau pertumbuhan, memenuhi rasa lapar, dan
selera juga mendapat tempat sebagai lambang, yaitu lambang kemakmuran, kekuasaan,
ketentraman. Semua faktor tersebut di atas bercampur membentuk suatu ramuan yang
memenuhi kebutuhan tubuh dalam suatu hidangan lengkap setiap hari dan sering
dipersiapkan berulang. Pola makan yang diukur dengan menggunakan metode 24 jam
recall, untuk menghitung konsumsi energi yang dikonsumsi oleh anak mulai dari
bangun tidur hingga akan tidur kembali. Metode ini sering digunakan sebagai suatu
individu.
a. Petugas atau pewawancara menanyakan dan mencatat semua makanan dan minuman
yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) selama kurun waktu 24
b. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan daftar komposisi
tidaknya asupan zat gizi dari setiap individu, kesukaaan terhadap suatu makanan,
dan jenis pengolahan makanan yang sering digunakan. Pengukuran asupan makanan
seseorang dapat dilakukan dengan metode recall 24 jam. Metode recall 24 jam
merupakan metode yang paling sederhana dan mudah dilakukan yaitu dengan
gizi yang dimakan. Penilaian konsumsi makanan penting dilakukan oleh karena
konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Adapun asupan zat
gizi yang diperlukan dan sangat penting untuk dipenuhi oleh anak usia prasekolah
yaitu asupan energi. Energi adalah satuan panas yang di dapat di tubuh manusia
sebagai hasil pembakaran karbohidrat, lemak dan protein tubuh. Karbohidrat dan
lemak adalah yang sangat penting dalam menghasilkan energi. Energi diperlukan
manu sia untuk bergerak atau melakukan pekerjaan fisik dan juga
2.) Cara Perhitungan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk perorangan atau Individu :
gizi individu tersebut terhadap AKG. Untuk menentukan AKG individu dapat
perorangan tersebut dengan BB standar yang ada pada tabel AKG. Misalnya:
diketahui BB sampel laki–laki usia 5 tahun adalah 15 kg. Berdasarkan hasil recall
24 jam diketahui tingkat konsumsi energi sehari adalah 1.800 kalori. Pada daftar
AKG diketahui BB standar laki–laki usia 4 sampai 6 tahun adalah 18 kg dan AKG
untuk energi adalah 1.700 kalori. Maka AKG individu adalah 15 kg berbanding 18
kg dikalikan 1.700 kalori sama dengan 1.417 kalori. Jadi pencapaian AKG (Angka
Kecukupan Gizi) untuk sampel di atas adalah 1.800 kalori berbanding 1.417 kalori
Ini berdasarkan klasifikasi tingkat konsumsi energi yaitu baik bila = 100 %
AKG dan kurang bila = 99 % AKG. Keseimbangan energi dapat dicapai apabila
energi yang masuk kedalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang
dikeluarkan. Keadaan ini akan menghasilkan berat badan ideal dan normal.
(Almatsier, 2001).
faktor ataupun kondisi setempat, yang dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu :
yang pertama adalah faktor yang berhubungan dengan persediaan atau penanganan
pangan. Termasuk disini faktor geografi, iklim, kesuburan tanah berkaitan dengan
produksi bahan makanan. Kedua, adalah faktor-faktor dan adat kebiasaan yang
penting dalam pola konsumsi penduduk. Ketiga, hal yang dapat berpengaruh disini
adalah bantuan atau subsidi terhadap bahan-bahan tertentu. Selain itu pola makan
setempat juga dapat diperkaya dengan pengaruh budaya asing yang datang dari luar.
Jumlah macam makanan dan jenis serta banyaknya bahan makanan dalam pola
pangan di suatu negara atau daerah tertentu, biasanya berkembang dari pangan
setempat atau dari pangan yang telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka
kebiasaan dan kebersamaan termasuk juga pola makannya. Seorang anak yang
hidup dalam suatu kelompok masyarakat akan memiliki pola makan seperti
menyusun hidangan untuk anak hal yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan zat
gizi untuk hidup sehat dan bertumbuh kembang. Kecukupan zat gizi ini
kemampuan mengelola makanan sehat untuk anak adalah suatu hal yang amat
a. Jumlah Makanan
b. Jenis Makanan
terdiri atas:
1. Sumber energi atau tenaga, misalnya: nasi, roti bihun, jagung, ubi, singkong,
3. Sumber zat pengatur berupa sayuran dan buah. Sayuran di utamakan yang
berwarna hijau dan kuning jingga, seperti bayam, daun singkong, kangkung,
wortel, dan tomat, serta sayur kacang–kacangan seperti kacang panjang dan
buncis. Buah–buahan yang di utamakan yang berwarna kuning, kaya serat dan
yang berasa asam, seperti pepaya, mangga, nenas, nangka masak, jambu biji,
3.)Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah pemberian makanan kepada anak usia sekolah
dalam sehari. Kecukupan energi bagi anak ditandai dengan berat badan yang normal.
Anak juga harus tetap diberikan makanan 3 kali sehari. Karena menurut berbagai
kajian, frekuensi makan yang baik adalah 3 kali sehari. (Khomsan 2004). Pola
konsumsi anak adalah jenis serta frekuensi bahan makanan yang dikonsumsi anak. Jenis
bahan makanan diklasifikasikan dalam makanan pokok, lauk pauk hewani, lauk nabati,
seorang anak menjadi dewasa pasti melalui fase remaja. Pada fase ini seseorang terus
membuat seseorang remaja mengalami banyak ragam gaya hidup, perilaku, tidak
terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan apa yang akan dikonsumsi. Untuk
membentuk pola makan anak prasekolah bukanlah urusan yang mudah. Pada masa ini
sebenarnya anak belajar makan dari apa yang tersedia dirumah. Pada masa ini anak
mengalami proses perubahan dalam pola makan di mana anak pada umumnya
Proses eliminasi pada anak sudah menunjukkan proses kemandirian dan masa
perkembangan dan anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah dan
tampak sekali kemampuan anak belum mampu menilai sesuatu berdasarkan apa yang
mereka lihat dan anak membutuhkan pengalaman belajar dengan lingkungan dan orang
tuanya. Sedangkan perkembangan psikososial pada anak sudah menunjukkan adanya
rasa inisiatif, konsep diri yang positif serta mampu mengidentifikasi identitas dirinya.
Selain itu kebutuhan nutrisi juga dapat membantu dalam aktifitas sehari-hari karena
nutrisi juga sebagai sumber tenaga yang dibutuhkan berbagai organ dalam tubuh, dan
Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak haruslah seimbang diantara zat gizi
lain, mengingat banyak sekali yang kita temukan berbagai masalah dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi yang tidak seimbang seperti tidak suka makan, tidak mau atau tidak
mampu untuk makan padahal yang tidak disukai makanan tersebut mengandung zat gizi
yang seimbang, sehingga harapan dalam pemenuhan gizi harus selaras, serasi dan
seimbang tidak terlaksana, di samping itu pada anak sakit dapat dijumpai masalah
nutrisi yang kurang sedangkan kebutuhan dalam tubuh semakin meningkat sehingga
hubungannya dengan apa yang orang biasa makan, juga berkaitan dengan
kemungkinan kondisi perubahan kebiasaan pola pangan yang timbul dari dalam dan
luar dirinya.
Kebiasaan makan adalah yang dimaksud adalah cara makan yang sudah
membudaya dalam diri seseorang atau sekelompok masyarakat dalam hal ini adalah
masyarakat betawi yang mempunyai pola makan asal kenyang tidak memperhatikan
zat gizi dalam bahan makanan yang akan di makan. Faktor–faktor kebiasaan
makan yang akan diukur meliputi konsumsi pangan, frekuensi makan, preferensi
pangan, dan sosial budaya pangan. Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan
pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah
pedesaan, misalnya: larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan ataupun daging
hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada dan hanya diwarisi secara turun
temurun dasarnya anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu
a. Pertahankan kebiasaan makan yang baik dengan cara mengajarkan anak mengenal
nutrisi, misalnya dengan menggambarkan atau melakukan aktivitas bermain yang lain.
yang lebih sering, yaitu 4 sampai 5 kali sehari. Apabila memberi makanan padat, seperti
nasi, 3 kali dalam sehari, berikan makanan ringan di antara waktu makan tersebut. Susu
c. Izinkan anak untuk membantu orang tua menyiapkan makanan dan jangan terlalu
e. Fasilitasi anak untuk dapat mengekspresikan ide, pikiran, serta perasaannya saat
makan bersama dan fasilitasi anak untuk berinteraksi secara efektif dengan anda atau
makanan dan minuman yang dapat melayani kebutuhan anak di sekolah setiap hari.
Bila anak hidup dalam suatu lingkungan tertentu, maka anak akan memperlihatkan pola
tingkah laku yang khas dari lingkungannya. Disekolah anak diatur dengan tata aturan
yang ada khususnya tentang kebersihan kantin sekolah sebagai upaya untuk
Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi oleh taraf
makanan yang bergizi. Hal ini harus mendapat perhatian serius karena keadaan
ekonomi ini relatif mudah di ukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan.
kebutuhan makanan. Yang perlu di pahami adalah bahwa gizi yang baik akan
merisaukan di seluruh dunia. Penyebab masalah obesitas secara global adalah faktor
genetik atau keturunan, dan faktor lingkungan justru lebih memegang peranan yang
makan adalah faktor penting yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pola makan menjadi salah satu
penyebab dari tinginya tingkat obesitas anak. Untuk itu observasi dilakukan di
Sekolah Dasar Bunda Hati Kudus Jakarta. Data yang didapatkan berdasarkan
kuesioner yang disebar dan diganti menjadi skala ordinal untuk dianalisis secara
Disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pola makan yang
buruk dengan obesitas. Perilaku gizi salah yang membentuk sebuah pola makan yang
buruk dapat meningkatkan risiko seorang anak menjadi obesitas. Selain pola makan,
faktor aktivitas fisik (p=0,001) juga memiliki hubungan yang bermakna dengan
faktor risiko obesitas dengan menanamkan pendidikan kesehatan pada anak sejak
Anak usia sekolah dasar mulai belajar tentang tata bahasa yang benar dan lebih
kompleks sehingga mereka bisa membenarkan jika ada hal-hal yang salah termasuk
kata sifat, kata keterangan, kata penghubung, kata depan, dan kata abstrak.
b. Perkembangan Sosial
Anak merasa nyaman bila bersama dengan orang tua dan keluarga, merasa lebih
percaya diri, emosi berkurang dan lebih dapat melihat segala sesuatu secar realistik.
keterampilan daru dan dapat menerima tanggung jawab baru, serta anak akan merasa
d. Perkembangan Moral
Anak mengalamai perubahan dari egosentris ke pola berfikir logis, mulai mengalami
Harapan orang tua dan guru yang terlalu tinggi, persaingan, rasa malu, dan agresi.
Kematangan seks, ukuran tinggi badan dan berat badan, serta konsep diri. (Surianti,
2012).