Anda di halaman 1dari 39

TUGAS INDIVIDU

LAPORAN PENDHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN ANAK

DISUSUN OLEH :

CINDY DELIA PUTRI

18010005

DOSEN PEMBIMBING :

ISNA OVARI S.Kp M.Kep

PRODI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEKANBARU MEDICAL CENTER

2020
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKes PMC
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN PRE KLINIK
KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa :
NIM :
Tanggal Praktek :
Ruang Rawat :
Diagnosa Medis :

A. Definisi
Kelebihan berat badan dan besitas merupakan penumpukan lemak yang tidak normal atau
berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. (Who.int, 2015). Obesitas terjadi bila terjadi
pertambahan jumlah sel lemak dan pertambahan ukuran sel lemak (Sugondo,S.,2009). Obesitas
disebabkan oleh pemasukan jumlah makan yang lebih besar dari pada pemakaiannya oleh tubuh
sebagai energi. Energi yang berlebihan akan disimpan dalam jaringan adiposa. (Hall dan
Guyton,n.d.)

B. Epidemiologi
Obesitas merupakan akumulasi penumpukan lemak yang tidak normal yang dapat
mengganggu kesehatan. Pada tahun 2014 lebih dari 1,9 miliar orang dewasa usia 18 tahun atau
lebih mengalami kelebihan berat badan. Prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat dua kali
lipat antara tahun 1980 dan 2014. Dari jumlah tersebut lebih dari 600 juta mengalami obesitas.
Secara keseluruhan, sekitar 13% dari populasi dewasa di dunia (11% laki-laki dan 15%
perempuan) yang mengalami obesitas dan 39% dari orang dewasa berusia 18 tahun ke atas (38%
pria dan 40% wanita) mengalami kelebihan berat badan. (Who.int, 2015). Tahun 2013, 42 juta
anak-anak di bawah usia 5 mengalamai kelebihan berat badan atau obesitas. Sebelumnya telah
diketahui kelebihan berat badan dan obesitas merupakan masalah bagi negara yang
berpenghasilan tinggi, kelebihan berat badan dan obesitas sekarang meningkat di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah, terutama di perkotaan.
Di negara-negara berkembang tingkat kenaikan kelebihan berat badan dan obesitas pada
kanak-kanak sudah lebih dari 30% lebih tinggi dari negara-negara maju (Who.int, 2015). Di
Indonesia Secara nasional masalah gemuk pada anak umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8
persen, terdiri dari gemuk 10,8 persen dan sangat gemuk (obesitas) 8,8 persen. Prevalensi gemuk
terendah di Nusa Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta (30,1%). Sebanyak 15
provinsi dengan prevalensi sangat gemuk diatas nasional, yaitu Kalimantan Tengah, Jawa Timur,
Banten, Kalimantan Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi,
Papua, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung dan DKI Jakarta. Tahun 2013 sebesar 0,6 persen
balita di Bali mengalami gizi lebih (Riskesdas, 2013).

C. Etiologi
Kelebihan berat badan dan besitas terjadi karena ketidakseimbangan asupan energi antara
pengeluaran energi. Obesitas adalah hasil dari interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan
faktor lingkungan. Faktor genetik menentukan habitus tubuh, napsu makan, pemasukan energi,
aktivitas fisik, dan pengeluaran energi. Faktor lingkungan menentukan tingkat ketersediaan
makanan, pilihan jenis makanan, tingkat aktivitas fisik dan untuk jenis aktivitas fisik (Kliegman,
n.d.). Perubahan lingkungan seperti adanya industri makanan menyebabkan semakin sedikitnya
keluarga yang menyiapkan makanannya sendiri. Industri makanan menyediakan makanan
dengan kalori tinggi, karbohidrat sederhana, dan lemak. Banyaknnya anak yang senang
mengkonsumsi makanan ini meningkatkan risiko terjadinya obesitas. Tingginya konsumsi
minuman yang tinggi karbohidrat seperti minuman bersoda, minuman berenergi, dan sari buah
menambah faktor ini (Kliegman, n.d.).
Tingkat aktivitas fisik pada anak dan dewasa disebabkan oleh banyaknya kendaraan dan
berkuranganya minat untuk berjalan kaki. Televisi, komputer, video games, dan media hiburan
lainnya menyebabkan anak kurang melakukan aktivitas fisik ditambah lagi dengan persepsi
kurang amannya lingkungan menyebabkan anak untuk tetap diam di dalam rumah (Kliegman,
n.d.). Penurunan waktu tidur pada anak-anak dan dewasa meningkatkan risiko terjadinya
obesitas, dengan dampak yang mungkin lebih besar pada anak-anak dibandingkan pada orang
dewasa. Penurunan waktu tidur berhubungan dengan penurunan tingkat leptin dan peningkatan
ghrelin yang menyebabkan peningkatan rasa lapar (Kliegman, n.d.).
Faktor genetik seperti mutasi beberapa gen berhubungan dengan obesitas gen Lep (ob),
LepR (db), POMC, MCR4R, PC-1, dan TrkB dapat menyebabkan obesitas. Sindrom genetik
yang mempunyai asosiasi dengan obesitas pada anak- anak diantaranya, sindrom Prader-Willi,
Pseudohypoparathyroidism, Sindrom Laurence-Moon-Biedl (Bardet-Biedl), Sindrom Cohen,
Sindrom Down, Sindrom Turner (Jameson dan Harrison, 2013; Kliegman, n.d.). Faktor endokrin
dan neurofisiologi yaitu penurunan tingkat leptin dan peningkatan ghrelin yang menyebabkan
peningkatan rasa lapar juga dapat menyebabkan terjadinya obesitas pada anak anak-anak dan
dewasa. Hormon pencernaan, termasuk cholecystokinin, GLP-1, peptida YY, dan umpan balik
dari neuronal vagal mendorong rasa kenyang, sedangkan ghrelin merangsang nafsu makan.
Jaringan adiposa memberikan umpan balik mengenai tingkat penyimpanan energi ke otak
melalui rilis hormon adiponektin dan leptin (Kliegman, n.d).

D. Patofisiologi
Obesitas terjadi bila asupan energi lebih besar dari pengeluaran energi. Asupan energi
berlebih akan disimpan di jaringan lemak. Menurut jumlah sel lemak, obesitas dapat terjadi
karena hipertrofi sel lemak dan atau hiperplasia sel lemak. Penambahan dan pembesaran sel
lemak paling cepat pada masa tahun pertama kehidupan dan mencapai puncaknya pada masa
meningkat dewasa. Setelah masa dewasa, tidak akan terjadi hiperplasia sel lemak, tetapi hanya
terjadi hipertrofi sel lemak. Obesitas yang terjadi pada masa anak-anak selain terjadi hipertrofi
sel lemak juga terjadi hiperplasia sel lemak (Jameson dan Harrison, 2013; Soetjiningsih, 1995).
Sebuah konsep "set point" berat badan yang didukung oleh mekanisme fisiologis
berpusat di sekitar sistem penginderaan dalam jaringan adiposa yang mencerminkan cadangan
lemak dan reseptor, atau "adipostat," yang ada di pusat hipotalamus. Ketika simpanan lemak
berkurang, sinyal adipostat rendah, dan hipotalamus merespon dengan merangsang rasa lapar
dan penurunan pengeluaran energi untuk menghemat energi. Sebaliknya, ketika penyimpanan
lemak berlimpah, sinyal meningkat, dan hipotalamus merespon dengan menurunkan rasa lapar
dan meningkatkan pengeluaran energi (Jameson dan Harrison, 2013).

E. Manifestasi klinis
Anak obesitas memiliki berat badan lebih yang lebih tinggi dari anak seusianya. Anak
obesitas akan mencapai masa pubertas lebih capat. Hal ini menyebabkan tidak hanya memiiki
berat badan yang lebih tinggi tetapi juga pematangan tulang anak obesitas lebih cepat dari anak
seusianya. Pertumbuhan anak obesitas lebih cepat dari anak seusianya dan pertumbuhan
tingginya lebih cepat selesai. Ini menyebabkan anak obesitas relatif lebih tinggi pada masa
remaja awal dan akhirnya memiliki tinggi badan yang relatif lebih pendek dari anak sebayanya
(Soetjiningsih, 1995). Anak obesitas memiliki bentuk muka yang tidak proporsional, hidung dan
mulut relatif kecil dan memiliki dagu ganda. Terdapat timbunan lamak pada daerah lengan atas,
payudara, perut, dan paha. Timbunan lemak ini menyebabkan payudara anak obesitas laki-laki
terlihat tumbuh, penis terlihat kecil, dan jari-jari terlihat kecil dan runcing. Pada beberapa bagian
tubuh terdapat striae (Soetjiningsih, 1995).

F. Penilaian status Gizi


Obesitas atau peningkatan adipositas didefinisikan menggunakan indeks massa tubuh
(IMT), yang merupakan indikator yang sangat baik untuk pengukuran lebih langsung dari lemak
tubuh. IMT = berat badan dalam kg / (tinggi dalam meter) 2. Orang dewasa dengan IMT ≥30
memenuhi kriteria untuk obesitas, dan orang-orang dengan IMT 25-30 jatuh di kisaran kelebihan
berat badan (Kliegman, n.d.). Menurut WHO, kriteria IMT untuk Asia IMT = 23-24,9 termasuk
dalam kriteria kelebihan berat badan, IMT = 25-29,9 termasuk dalam kriteria obesitas tipe 1 dan
IMT ≥ 30 termasuk kriteriadalam kriteria obesitas tipe 2 (Lancet, 2004).
Selama masa kanak-kanak, tingkat perubahan lemak tubuh dimulai dengan adipositas
tinggi selama masa bayi. Kadar lemak tubuh menurun sekitar 5,5 tahun sampai periode yang
disebut adipositas Rebound, ketika lemak tubuh biasanya pada tingkat terendah. Adipositas
kemudian meningkat sampai awal masa dewasa (Kliegman, n.d.). Obesitas dan kelebihan berat
badan pada anak umur 5-19 tahun dapat menggunakan indeks masa Tubuh menurut umur
(BB/U). Anak dikatakann obesitas badan bila IMT/U > +2 SD anak dikatakan kelebihan berat
bila IMT/U >+1SD, anak dikatakan kurus IMT/U < -2 SD, dan anak dikatakan sangat kurus bila
IMT/U < -3 SD (Who.int, 2016).

G. Komplikasi
Obesitas yang muncul pada anak dan remaja meningkatkan risiko morbiditas dan
mortalitas pada usia dewasa muda dan dapat berlajut menjadi obesias pada usia dewasa (Juonala
et al., 2011; Mistry dan Puthussery, 2015). Obesitas pada anak menjadi faktor risiko beberapa
penyakit seperti kardiovaskular, diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, hiperlipidemia, non alcoholic
fatty liver disease (NAFLD), pubertas dini, haid yang tidak teratur dan sindrom ovarium
polikistik, steatohepatitis, sleep apnea, asma, gangguan muskuloskeletal, dan masalah psikologi
seperti depresi (Kliegman, n.d; Soetjiningsih, 1995; Lakshman, Elks and Ong, 2012; Mistry dan
Puthussery, 2015).
Resistensi insulin meningkat seiring dengan meningkatnya jaringan adiposa dan secara
tidak langsung memiliki efek terhadap metabolise lipid dan kesehatan kadiovaskular. NAFLD
terjadi 10-25% remaja obesitas. NAFLD dapat muncul dengan fibrosis berat atau steatohepatitis
alkohol dan dapat menyebabkan sirosis dan karsinoma hepatoseluler. NAFLD berkaitan secara
tidak langsung dengan penyakit kardiovaskular (Kliegman, n.d). Anak obesitas memiiki risiko
tinggi mengalami prediabetes, dislipidemia, steatosis hati, dan hipertensi. Anak laki-laki
cenderung memiliki profil risiko metabolisme dan kardiovaskular yang lebih buruk dan
komorbiditas yang lebih tinggi dibandingkan anak perempuan (Dalla Valle et al., 2015).
Beberapa komplikasi mekanik dari obesitas seperti obstructive sleep apnea dan gangguan
orthopedi. Komplikasi orthopedi termasuk penyakit Blount dan slipped femoral capital
epiphysis. Komplikasi psikologikal pada anak obesitas seperti ansietas, depresi, kurang percaya
diri, tanda-tanda depresi, memburuknya prestasi sekolah, isolasi sosial, masalah dengan
intimidasi atau ditindas (Kliegman, n.d; Chung, Chiou dan Chen, 2015).

H. Faktor Penyebab Obesitas pada Anak


1. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik merupakan salah satu pengeluaran energi (Kliegman, n.d). Tingakat
aktivitas fisik yang rendah dapat menurunkan pengeluaran energy sehingga energi akan disimpan
dalam jaringan lemak (Kliegman, n.d.; Hall dan Guyton, n.d.). Rendahnya aktivitas fisik dan
tingginya perilaku menetap berhubungan dengan tingginya persentil indeks masa tubuh. Temuan
ini secara umum disepakati dengan ulasan penelitian obesitas pada anak yang menyimpulkan
rendahnya aktivitas fisik dan perilaku menetap merupakan factor risiko terjadinya obesitas pada
anak (Carlson et al., 2012). Aktivitas fisik secara independen berhubungan dengan indeks
adipositas. Anak yang kurang aktif dalam melakukan aktifitas fisik lebih cenderung mengalami
obesitas (Chaput et al., 2012).
Anak yang mengaami kelebihan berat badan dan obesitas cenderung memiliki level
aktivitas fisik yang rendah dan diikuti dengan peningkatan level perilaku menetap. Aktivitas fisik
memiliki hubungan negatif yang kuat terhadap dan obesitas pada anak laki dan perempuan.
Aktivitas fisik berbanding terbalik dengan komposisi tubuh anak laki-laki, tetapi tidak untuk
anak perempuan. Pada anak laki-laki waktu di depan layar dan aktivitas fisik berbanding lurus
dengan risiko kelebihan berat badan, tetapi pada anak perempuan aktivitas fisik memiliki
hubungan yang lebih kuat dengan kelebihan berat badan (Prentice-Dunn dan Prentice-Dunn,
2012). Penelitian review sistematis Mistry dan Puthussery (2015) menemukan dari delapan studi
enam diantaranya menunjukan hubungan positif anatara aktivitas fisik dan kelebihan berat badan
atau obesitas. Contoh kegiatan fisik termasuk olahraga (berjalan cepat, berenang, berjalan,
jogging, ras berjalan, dan aerobik) dan permainan luar ruangan (bola voli, sepak bola, kriket,
bulu tangkis, dan tenis lapangan).
Durasi kegiatan berkisar dari kurang dari 2 jam per minggu sampai kurang dari 30 menit
per hari. Meskipun, dua studi tidak menemukan korelasi positif yang signifikan antara aktivitas
fisik dan berat berlebih atau obesitas, satu studi menemukan kegiatan di rumah seperti olahraga
teratur untuk menitper hari sebagai faktor protektif terhadap kelebihan berat badan atau obesitas
(Mistry dan Puthussery, 2015). Perilaku menetap meningkatkan risiko terjadinya obesitas.
Perilaku menetap seperti waktu di depan layar seperti menonton televisi, menonton DVD, video
games, dan bermain gadget kurang dari dua jam sehari merupakan tindakan untuk mencegah
terjadinya obesitas. Banyak penelitian telah menemukan bahwa peningkatan waktu di depan
layar yaitu lebih dari dua jam sehari berkorelasi dengan peningkatan massa tubuh. Beberapa
studi telah menemukan perilaku menetap merupakan faktor risiko independen terhadap obesitas
(Prentice-Dunn dan Prentice-Dunn, 2012).
Perilaku menetap lebih dari empat jam per hari memiliki hubungan positif dengan
kelebihan berat badan atau obesitas. Anak yang menghabiskan waktunya lebih dari empat jam
untuk kegiatan menetap setiap hari dua kali lebih besar kemungkinan kelebihan berat badan atau
obesitas dibandingkan anak-anak yang menghabiskan lebih sedikit waktu pada kegiatan menetap
(Bhuiyan, Zaman dan Ahmed, 2013). Menonton televisi selama berjam- jam juga cenderung
mendorong anak untuk ngemil makanan yang berkalori tinggi. Iklan yang ditampilkan di televisi
seperti iklan minuman ringan yang tidak sehat dan makanan padat energi juga akan mendorong
anak untuk ngemil makanan yang berkalori tinggi (Mistry dan Puthussery, 2015; Payab et al.,
2015).

2. Kebiasaan Makan
Pola makan anak seperti sering mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori dan rendah
nutrien memiliki hubungan dengan terjadinya kelebihan berat badan dan obesitas. Dari lima studi
empat diantaranya menunjukkan hubungan yang positif antara mengkonsumsi makanan tinggi
kalori seperti makanan cepat /junk food dan terjadinya kelebihan berat badan atau obesitas
(Mistry dan Puthussery, 2015; Payab et al., 2015). Peningkatan konsumsi camilan pada anak
seperti karbohidrat olahan (gula, tepung putih, dan lemak jenuh) meningkatkan terjadinya
obesitas dan penyakit kronik lainnya. Konsumi makanan manis seperti kue, cokelat, dan permen
memiliki hubungan yang signifikan dengan terjadinya obesitas dan obesitas abdominal. Anak
yang jarang mengkonsumsi junk food atau makanan cepat saji seperti hot dogs,hamburgers,
cheeseburgers, fried chicken, and pizza memiliki risiko obesitas general dua puluh lima persen
lebih rendah dan sembilan belas persen lebih rendah dari pada anak yang mengkonsumsi
makanan cepat saji setiap hari. Anak yang jarang mengkonsumsi minuman manis seperti soda
dan minuman ringan memiliki risiko obesitas general 15% lebih rendan dari pada anak yang
mengkonsumsi minuman manis seiap hari (Payab et al., 2015).

3. Faktor Penyebab lainnya


Orang tua obesitas memiliki peran dalam terjadinya obesitas pada anak. Salah satu dari
orang tua kelebihan berat badan atau obesitas, anaknya tiga kali lebih besar kemungkinan
mengalami kelebihan berat badan atau obesitas dari pada orang tua yang tidak kelebihan berat
badan atau obesitas (Bhuiyan, Zaman dan Ahmed, 2013). Anak obesitas lima puluh persen
memiliki riwayat keluarga kelebihan berat badan atau obesitas (Mistry dan Puthussery, 2015).
Enam studi yang dilakukan di Asia Selatan empat diantaranya menemukan hubungan positif
antara status sosial ekonomi dan terjadinya kelebihan berat badan dan obesitas pada anak.
Status sosial ekonomi di tentukan melalui tempat tinggal (perkotaan/pedesaan), biaya
pendidikan per bulan, riwayat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, kekayaan
menggunakan status social demografi, stratifikasi sosial ekonomi, dan pengeluaran keluarga per
bulan. Satu studi menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja dengan sosial ekonomi yang lebih
tinggi dan tinggal di perkotaan delapan belas kali lebih mungkin untuk menjadi kelebihan berat
badan atau obesitas dibandingkan dengan sosial ekonomi rendah dan tinggal di pedesaan. Status
sosial ekonomi yang lebih tinggi di Negara berkembang merupakan faktor penyapihan dini
pemberian ASI dan memberikan pengganti ASI. Pemberian ASI yang panjang berkaitan dengan
penurunan adipositas pada masa kanak-kanak kemudian (Mistry dan Puthussery, 2015).

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Obesitas dianjurkan agar melalui banyak cara secara bersama-sama.
Terdapat banyak pilihan antara lain:

1.      Gaya hidup

Perubahan perilaku dan pengaturan makan.Prinsipnya mengurangi asupan kalori


dan meningkatkan keaktifan fisik, dikombinasikan dengan perubahan perilaku.Kata
pepatah Cina kuno “makan malam sedikit akan membuat Anda hidup sampai sembilan
puluh sembilan tahun”.Pertama usahakan mencapai dan mempertahankan BB yang sehat.
Konsumsi kalori kurang adalah faktor penting untuk keberhasilan penurunan BB.
Pengaturan makan disesuaikan dengan banyak faktor antara lain usia, keaktifan fisik.
Makan jumlsssah sedang makanan kaya nutrien, lemak rendah dan kalori rendah.Pilih
jenis makanan dengan kepadatan energi rendah seperti sayur-sayuran dan buah-buahan,
jenis makanan sehat, jenis karbohidrat yang berserat tinggi, hindari manis-manisan,
kurangi lemak. Awasi ukuran porsi, dan hitung kalori misalnya makanan yang diproses
mengandung lebih banyak kalori daripada yang segar. Perbanyak kerja fisik, olahraga
teratur, dan kurangi waktu nonton TV.

2.      Bedah bariatrik

Di Amerika Serikat cara ini dianjurkan bagi mereka dengan IMT 40 kg/m2 atau
IMT 35,0-39,9 kg/m2 disertai penyakit kardiopulmonar, DM t2, atau gangguan gaya
hidup dan telah gagal mencapai penurunan BB yang cukup dengan cara non-bedah. (NIH
Consensus Development Panel pada tahun 1991). Kemudian pada tahun 2004 ASBS
Consensus menganjurkan juga cara ini untuk mereka dengan IMT 30,0–34,9 kg/m2
dengan keadaan komorbid yang dapat disembuhkan atau diperbaiki secara nyata. Dapat
diharapkan penurunan BB maksimal 21–38%.

3.Obat-obat anti obesitas

Ada obat yang mempunyai kerja anoreksian (meningkatkan satiation,


menurunkan selera makan, atau satiety, meningkatkan rasa kenyang, atau keduanya),
contohnya Phentermin.Obat ini hanya dibolehkan untuk jangka pendek.Orlistat
menghambat enzim lipase usus sehingga menurunkan pencernaan lemak makanan dan
meningkatkan ekskresi lemak dalam tinja dengan sedikit kalori yang diserap. Sibutramine
meningkatkan statiation dengan cara menghambat ambilan kembali monoamine
neurotransmitters (serotonin, noradrenalin dan sedikit dopamin), menyebabkan
peningkatan senyawa-senyawa tersebut di hipotalamus. Rimonabant termasuk kelompok
antagonuis CB1, yang menghambat ikatan cannabinoid endogen pada reseptor CB1
neuronal, sehingga menurunkan selera makan dan menurunkan BB.Orlistat, sibutramin
dan rimonabant dapat dipergunakan untuk jangka lama dengan memperhatikan efek
sampingnya; rimonabant masih ditunda di Amerika Serikat.Sayangnya obat-obatan
tersebut tiada yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan orang.Oleh karena itu
industri farmasi masih mengembangkan banyak calon obat baru.

4.Balon Intragastrik

Balon Intragastrik adalah kantung poliuretan lunak yang dipasang ke dalam


lambung untuk mengurangi ruang yang tersedia untuk makanan.

5.Pintasan Usus

Pintasan usus meliputi penurunan berat badan dengan cara malabsorbsi. Tindakan
ini kadang-kadang dilakukan dengan diversi biliopankreatik, yang memerlukan reseksi
parsial lambung dan eksisi kandung empedu dengan transeksi jejunum .jejunum
proksimal dianastomosiskan (dihubungkan melalui pembedahan) ke ilium distal, dan
jejunum distal dianastomosiskan ke bagian sisa dari lambung.

J. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan metabolik atau endorin

Dapat menyatakan ketidaknormalan misalnya hipotiroidisme, hipogonadisme,


peningkatan pada insulin, hiperglikemi.Dapat juga menyebabkan gangguan
neuroendokrin dalam hipotalamus yang mengakibatkan berbagai gangguan kimia.

2. Pemeriksaan antropometrik

Dapat memperkirakan rasio lemak dan otot.

DAFTAR PUSTAKA
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.
Ariani, A. and Tembiring, T. (2007). Prevalensi Obesitas pada Anak Sekolah Dasar di Kota
Medan. Majalah Kedokteran Nusantara, 40(2), pp.86-89.
Bhuiyan, M., Zaman, S. and Ahmed, T. (2013). Risk factors associated with overweight and
obesity among urban school children and adolescents in Bangladesh: a case–control study.
BMC Pediatrics, 13(1), p.72.
Carlson, J., Crespo, N., Sallis, J., Patterson, R. and Elder, J. (2012). Dietary-Related and Physical
Activity-Related Predictors of Obesity in Children: A 2-Year Prospective Study.
childhood Obesity, 8(2), pp.110-115.
Chaput, J., Lambert, M., Mathieu, M., Tremblay, M., O' Loughlin, J. and Tremblay, A. (2012).
Physical activity vs. sedentary time: independent associations with adiposity in children.
Pediatric Obesity, 7(3), pp.251-258.
Chung, K., Chiou, H. and Chen, Y. (2015). Psychological and physiological correlates of
childhood obesity in Taiwan. Sci. Rep., 5, p.17439.
Cintari, L, Padmiari, I.A., and Utami, IGA. (2011). Perbedaan Kejadian Obesitas pada Anak
Sekolah Berdasarkan Jenis Sarapan dan Faktor Keturunan. Skala Husada, 8(2), pp.102-
118.
Dalla Valle, M., Laatikainen, T., Kalliokoski, T., Nykänen, P. and Jääskeläinen, J. (2015).
Childhood obesity in specialist care – searching for a healthy obese child. Annals of
Medicine, 47(8), pp.639-654.
Hanandita, W. and Tampubolon, G. (2015). The double burden of malnutrition in Indonesia:
Social determinants and geographical variations. SSM - Population Health, 1, pp.16-25.
Hapsari IA, Putu YA, Luh SA, (2011).Gambaran Status Gizi Siswa SD Negeri 3 Peliatan
Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. Available at:http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/6695/5104.
[Diakses 30 Desember 2015]
Hidayati S, Irawan R, Hidayat B, (2006). Obesitas Pada Anak. Surabaya : Divisi Nutrisi Dan
Penyakit Metabolic Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair
Juonala, M., Magnussen, C., Berenson, G., Venn, A., Burns, T., Sabin, M., Srinivasan, S.,
Daniels, S., Davis, P., Chen, W., Sun, C., Cheung, M., Viikari, J., Dwyer, T. and
Raitakari, O. (2011). Childhood Adiposity, Adult
Adiposity, and Cardiovascular Risk Factors. New England Journal of Medicine, 365(20),
pp.1876-1885. KKRI, (2012). Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan
dan Obesitas pada Anak Sekolah. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Nutrisi

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tarap awal dari proses keperawatan. Semua data data dikumpul
secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini, pengkajian harus dilakukan
secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, social, dan spiritual klien. Tujuan
dari pengkajian menetapkan data Universitas Sumatera Utara dasar dan mengumpulkan
informasi terkait dengan kebutuhan, dan masalah kesehatan. Dalam pengumpulan data motode
yang digunakan adalah wawancara,observasi, pemeriksaan fisik (Tarnoto & Wartonah, 2006).
Untuk mengidentifikasikan masalh gangguan nutrisi serta mengumpulkan data guna penyusunan
rencana keperawatan, perawat perlu melakukan pengkajian keperawatan. Menurut Aziz (2012).

1. Riwayat Makanan
Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan, tipe
makanan yang dihindari atauun diabaikan, makanan yang lebih diskai, yang dapat digunakan
membantu merencanakan jenis makanan, untuk sekarang, dan rencana makanan untuk masa
selanjutnya.
2. Kemampuan makan
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam hal kemampuan makan, antara lain kemampuan
mengunyah, menelan dan makan sendriri tanpa bantuan orang lain.
3. Pengetahuan tentang nutrisi
Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah penentuan tingkat
pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi.
4. Nafsu makan, jumlah asupan.
5. Tingkat aktivitas.
6. Pengonsumsian obat.
7. Pemampilan fisik
Penampilan fisik dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fisik terhadap, aspek- aspek
berikut: rambut yang sehat berciri mengkilat, kuat, tidak kering, dan tidak mengalami kebotakan
bukan karena factor usia; daerah di atas kedua pipi dan bawah kedua mata tidak berwarna gelap;
mata cerah dan tidak ada rasa sakit atau penonjolan pembuluh darah; daerah bibir tidak kering,
pecah-pecah, ataupun pembengkakan; lidah berwarna merah gelap, tidak berwarna merah terang,
dan tidak ada luka pada permukaannya; gusi tidak bengkak, tidak udah berdarah, dan gusi yang
mengelilingi gigi haruscrapat serta erat tidak tertarik kebawah sampai bawah perukaan gigi; gigi
tidak perlubang dan tidak berwarna; kulit tubuh halus, tidak bersisik, tidak timbul bercak
kemerahan, atau tidak terjadi perdarahan yang berlebihan; kuku jari kuat dan berwarna merah
muda.
8. Pengukuran Antropometrik
Pengukursn ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar lengan.
Tinggi dan berat badan orang dewasa sering dibandingkan dengan bermacam- macam peta untuk
dirinya, pada umumnya, berat badan pria lebih darri berat badan seorang wanita walaupun
tingginy sama. Ini disebabkan pria mempunyai presentase jaringan dan struktur tulang yang
berbeda. Seseorang dengan presentase bagian tubuh yang besar dan jaringan otot yang banyak
akan terlihat gemuk (over weight). Metode khusus yang sering digunakan untuk mengukur besar
tubuh seseorang adalah area kulit yang berada diatas otot trisep. Pada umumnya, wanita
mempunysi lipatan kulit yang lebih tebal di daerah ini. Ini disebabkan banyaknya jaringan
subkutan pada wanita, sehingga membuat wanita terlihat lebih gemuk.
9. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubuungan dengan pemenushan
kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hb, glukosa, elektrolit
dan lain-lain.

2. Analisa Data
Analisa data mencakup mengenai pola atau kecenderungan, membandingkan pola ini
dengan kesehatan yang normal dan menarik konklusi tentang respon klien. Perawat
memperhatikan pola kecenderungan sambil memeriksa kelompok data terdiri atas batas
karakteristik. Fungsi analisa data adalah perawat yag mengumpulkan data diperoleh dari pasien
atau dari sumber lain, sehingga data yang diperoleh dapat dijadikan pengambilan keputusan
untuk menentukan masalah keperawatan dan kebutuhan pasien.
Tipe data :
a. Data Subjektif
Data yang di dapat dari klien sebagai suatu pendapat klien tentang masalah kesehatan
atau kejadian informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat. Mencakup persepsi,
perasaan, dan status kesehatannya. Misalnya ketidaknyamanan fisik, kecemasan dan sters mental
(Potter & Perry, 2005).
b. Data Objektif
Data yang di dapat dari observasi dan pengukuran data dapat di peroleh dari
menggunakan panca indra (dilihat,didengar, diraba dan di cium) selama melakukan pemeriksaan
fisik. Misalnya pernafasan, frekuensi nadi, tekanan darah, berat badan dan tingkat kesadaran
(Potter & Perry, 2005).

3. Rumusan Masalah
Sebelum merumuskan diagnose keperawatan, perawat mengidentifikasikan kesehatan
umum klien, tetapi sebelum memberikan masalah keperawatan perawat harus terlebih dahulu
menentukan apa masalah kesehatan klien dan apakah masalah tersebut potensial atau aktual
(Potter & Perry, 2005). Adapun masalah yang saya ambil pada gangguan nutrisi adalah :
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
b. Kekurangan volume cairan.

4. Perencanaan
Perencanaan adalah untuk menguraikan berbagai diagnosa keperawatan diperkirakan
ditetapkan dan intervensi keperawatan dalam menentukan tujuan dan hasil yang akan dicapai
(Potter & Perry, 2005). Tahap dalam perencanaan melibatkan perawat, klien, keluarga, dan orang
terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah yang
sedang di alami klien. Perencanaan ini merupakan suatu petunjuk tertulis untuk menggambarkan
secara tepat rencana tindakan keperawatan yang akan dilakkuan kepada klien sesuai dengan
kebutuhan berdasarkkan diagnose keperawatan.
K. Asuhan Keperawatan Kasus

1. BIODATA/ IDENTITAS PASIEN


Nama : An. A
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 25 Desember 2015
Usia : 18 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah/Ibu : Tn. A/ Ny. M
Pekerjaan Ayah : Dinas Perhubungan
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : Belum Sekolah
Alamat : Jl.Cinta Rakyat Gg Sadar Sari Rejo Medan Polonia
Tangal Operasi : Tidak ada rencana operasi
Tanggal pengkajian : 31 Mei 2017

II. KELUHAN UTAMA


Ibu pasien mengatakan An. A tidak nafsu makan, kesulitan dalam menelan makanan
berat badan menurun,tubuh kurus, dan makan bubur tim hanya 1 kali/ hari dalam porsi
kecil(tidak habis) hanya ingin minum susu formula (Nutricia Nutrinidrink) 120ml/sesuai
keinginan anak (kurang dari 120ml/jam) dan suhu tubuh meningkat dan dialami pasien sudah 3
hari (dialami sejak tanggal 28 Mei 2017).

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


1. Penyakit waktu kecil
Ibu klien mengatakan anaknya hanya sakit seperti diare, deman, batuk dan pilek.
2. Pernah dirawat di rumah sakit
Ibu klien mengatakan klien pernah dirawat di RS Adam Malik pada tanggal 11 Maret
2017 karena demam dan pada tanggal 2 Juni 2017 klien rawat jalan di RS USU.
3. Obat-obatan yang digunakan
Riwayat mengkonsumsi obat dari RS. USU pada tanggal 29 Mei 2017 yaitu :
a. Calnic 3x5ml(1 sendok makan).
b. Cifixime 3x2,5 ml(1 sendok teh).
c. Depakene 2x5ml(1 sendok makan).
d. Paracetamol 3x 500g/1 tablet.
e. Susu Nutricia Nutrinidrink diberikan 120ml(dalam setiap pemberian susu.

4. Hasil lab di Rumah sakit USU (Rawat Jalan)


Tanggal 2 Juni 2017 :
JENIS PEMERIKSAAN Hasil Normal URINALISA
Urine lengkap
Makroskopik
Warna : kuning
Kekuningan Kejernihan : Jernih
Kimia
Ph : 5.5
5.0-6.0 (Urine Pagi)
Berat jenis : 1.020g
1.003-1.030 g
Protein : Negatif
Negatif (uji semi kuantitatif, 0.03 0.15mg/24jam)
Glugosa : Negatif
Negatif warna biru
Bilirubin : Negatif Max 0.34 µmol/L
Urobilinogen : Negatif 0.1-1.0 Ehrlich U/dL
Keton : Negatif
Nitrit : Negatif
Negatif (kurang dari 0.1 mg/dL
Sediment (mikroskopik)
Leukosit : 0-2 LPB 2-4 sel per lapangan Padang besar
Eritrosit : 1-2 LPB 0-3 sel per lapangan Padang Besar
Kristal : Ca Oxalat (+) LKP Tidak ada Kristal
Bakteri : Negatif LPB Negatif

HEMEMATOLOGI Darah lengkap (CBC)


Hemoglobin : 10.3 g/dL 9-15 g/dL
Hematokrit : 32.10% 35-44%
Leukosit : 8.5810 3 /µL 5-10.000 per µL
Eritrosit : 3.95 10 6 /µL 3.0-5.20 10 6 µL
Trombosit : 12110 3 /µL 150-400 ribu/µL
MCV : 81.30 fL 80-96 fL
MCH : 26.10 pg 27-33 pg
MCHC : 32.10 g% 33-36 g/dl
RDW-CV : 12.0% 4-15%
PDW : 18.5 fL 10.0-18.0 fL
MPV : 12.8 fL 6.5-11.0 fL
Hitung jenis
Neutrofil Segmen : 38.0%
Limfosit : 47.2% 20-30%
Monosit : 14.0% 2-8%
Basofil : 0.6% 4.0-1%
4. Tindakan (Operasi)
Tidak ada tindakan operasi.
5. Alergi
Ibu mengatakan anakknya tidak memiliki riwayat alergi baik itu obat- obatan maupun makanan.
6. Imunisasi
Ibu mengatakan anaknya mendapatkan imunisasi dari posyandu di Jl. Cinta Rakya di Kelurahan
Sari Rejo yang dekat dengan rumahnya.
a. Hepatitis B : 3 kali
b. Polio : 4 kali
c. BCG : 1 kali
d. PCV : 4 kali
e. DPT : 4 kali

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


1. Orang tua
Orang tua tidak ada memilik riwayat penyakit serius.
2. Saudara Kandung
Klien tidak memiliki saudara kandung, klien anak tunggal.
3. Penyakit Keturunan Yang Ada
Keluarga klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan.

V. GENOGRAM
Keterangan :
: Laki-laki
: Wanita
: Klien/Pasien
: Satu Rumah

VI. RIWAYAT SOSIAL


1. Yang Mengasuh
Anak diasuh oleh orang tua (ibu) dari Tn.A.
2. Hubungan dengan Anggota Keluarga
Hubungan dengan keluarga harmonis.
3. Pembawaan Secara Umum
Pembawaan anak secara umum baik atau normal seperti ceria.
4. Lingkungan rumah
Lingkungan rumah pasien bersih tidak ada bau yang menyengat, sampah tidak ada yang
berserakan.

VII. KEBUTUHAN DASAR


1. Makanan
- Makanan yang disukai /tidak disukai
Ibu klien mengatakan anaknya makan bubur tim dan biscuit pormina.
- Selera
Ibu klien mengatakan klien tidak nafsu makan, sulit menelan makan makan hanya 1kali/hari posi
kecil tidak habis (+ 3 shari) di karenakan sakit.

2. Pola tidur
- Kebiasaan sebelum tidur
Klien sebelum tidur biasanya meminum suusu formula sambil menonton tv (menonton kartun).
- Tidur malam
Ibu klien mengatakan tidak ada masalah dengan tidur sebelum atau setelah sakit pukul 20:30
WIB.
- Tidur Siang
Klien setiap hari tidur siang tetapi lamanya tidur biasanya 2-3 jam baik sebelum atau sejak sakit.

3. Mandi
Klien mandi 2 kali sehari yaitu di pagi hari ( pukul : 08:00 WIB) dan sore hari (pukul 16:30
WIB).

4. Aktifitas bermain
Aktifitas bermain untuk anak di usianya 18 bulan biasanya biasanya bermain sambil dengn
ditemani orang tua atau teman sebaya seperti boneka.

5. Eliminasi
BAB
a. Pola BAB
Tidak ada masalah dengan BAB pasien sebelum dan setelah sakit 1 kali/hari.
b. Karekter feses
Karekter feses pasien lunak dan feses kuning pasien tidak ada mengalami diare.
c. Riwayat Perdarahan
Tidak ada riwayat perdarahan pada BAB pasien.
d. BAB terakhir
Klien terakhir BAB pada pagi hari pukul 10:00 Wib saat pengkajian.
e. Diare
Pasien tidak ada mengalami diare.

BAK
a. Pola BAK
Pasien BAK 4-5 kali/ hari.
b. Karakter Urine
Urine pasien berwarna kuning jernih berat jenis 1.020 g.
c. Riwayat Ginjal/ Kandung Kemih
Pasien tidak ada riwayat ginjl atau kandung kemih.

IX. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum
Keadaan pasien lemah, konjungtiva pucat, bibir pucat, mukosa bibir dan kulit kering
tidak mau makan, sulit menelan makan, suhu tubuh meningat 37,8 0C setelah sakit dan hanya
ingin minum susu formula saja.

2. Tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh : 37,8 0C
b. Tekanan darah : 70/50mmHg
c. Nadi : 120kali/ menit
d. Pernafasan : 30kali/menit
e. TB : 80 cm
f. BB : 3.5 kg (berat badan baru lahir)
: 6,8 kg (setelah sakit)
: 7,8 kg (sebelum sakit)

3. Pemeriksaan head to toe


Kepala
a. Bentuk
Bentuk kepala pasien simetris dan tidak ada ditemukan benjolan.
b. Kulit kepala bersih

Rambut
a. Penyeran dan keadaan rambut
Rambut pasien meyebaran merata tipis,berwarna hitam kering.
b. Bau
Kepala pasien berbau minyak telon bayi.

Wajah
a. Warna kulit
Kulit wajah pasien putih.
b. Struktur Wajah
Struktur wajah simetris tidak ditemukan kelainan ssperti adanya benjolan, memar atau
kemerahan.

Mata
a. Kelengkapan dan Kesimetrisan
Pasien memiliki mata yang lengkap tetapi tidak simetris mata kiri dan kanan strabismus (juling).
b. Konjungtiva dan sklara
Konjungtiva pasien pucat, kering dan sklara putih.
c. Pupil
Pupil pasien isokor.
d. Cornea
Cornea pasien pasien jernih putih.
e. Air mata
Sedikit air mata ketika menangis.

Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi
Tulang hidung dan posisi septum nasi klien simetris tidak ada kelainaan yang ditemukan.
b. Lubang hidung
Lubang hidung pasien bersih dan adanya ditemukan secret.
c. Cuping hidung
Tidak adanya pernafasan cuping hidung.

Telinga
a. Bentuk telinga
Pasien memiliki dua telinga kanan dan kiri dengan bentuk normal dan simetris kiri dan kanan
telinga.
b. Ukuran Telinga
Ukuran telinga pasien kiri dan kanan simetris.
c. Lubang Telinga
Lubang telinga pasien kiri dan dan kanan tampak bersih dan terdapat serumen (seperti liln)
lubang telinga pasien dalam batas normal.
d. Ketajaman Pendengaran
Normal pasien mampu mendengar suara dengan baik sperti ketika kita menggil namanya pasien
menoleh kearah sumber suara/ bunyi.

Mulut Dan Faring


a. Keadaan bibir
Bibir pasien atas dan bawah simetris dan bibir terlihat kering dan pucat.
b. Keadaan gusi dan gigi
Gigi pasien jumlah 10.
c. Keadaan lidah
Keadaan lidah pasien adanya edema.
Pemeriksaan Integumen
a. Kebersihan
Kulit pasien terlihat bersih dan tidak terdapat kotoran dikulit pasien.
b. Kehangatan
Kulit pasien terasa hangat.
c. Warna
Kulit pasien berwarna putih.
d. Turgor
Turgor kulit <2 detik.
e. Kelembaban
Kulit pasien kering pada daerah mukosa mulut dan kulit tangan.
f. Kelaianan pada kulit
Tidak ditemukan kelainan pada kulit pasien seperti kemerahan atau bercak-bercak merah.

Pemeriksaan Thoraks/ dada


a. Inspeksi thoraks
Bentuk thoraks pasien normal/ simetris (besar antara kanan dan kiri sama dan tidak ada benjolan
atau pembengkatan) dan pernafasan teratur.
b. Pernafasan
Frekuensi pernafasan 30kali/menit dengan irama teratur.
c. Tanda Kesulitan bernafas
Tidak ada kesulitan bernafasan seperti sesak.

Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi
Bentuk datar dan simetris (besar antara kiri dan kanan sama) tidak
ada pembengkakan.
b. Auskultasi
Saat di auskultasi pada abdomen pasien bunyi usus 8kali/hari.
c. Perkusi
Suara abdomen pasien tymphani (kembung seperti banyak gas).

Pengukuran Antropometri
Pengukuran lila =10 cm
Pengukuran lingkar kepala = 45 cm
TB : 80 cm.
BB : 6,8 kg (setelah sakit) dan 7,8 kg (sebelum sakit)
BBI= (Umur/thn)x2)+8 BBI= 2(18 bulan) + 8= 3,6+ 8 = 11,6 kg.
Berat Badan Normal
BBN= BBI-(10%.BB)= 11,6 kg-(10%. 6,8 kg)= 10.92 kg.

2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. Ds : Asupan makan sedikit Ketidakseimbangan nutrisi

Ibu pasien mengatakan An. kurang dari kebutuhan


A:
Tidak nafsu makan tubuh
- Tidak nafsu makan,
kesulitan dalam menelan
makanan dalam sehari
Intake tidak adekuat
hanya 1 kali makan bubur
tim dalam porsi kecil (tidak
habis) selama sakit (+ 3 hari
Berat badan menurun
).

- Suhu tubuh 37.80c

Ketidakseimbangan nutrisi
- Mengkonsumsi obat dari
RS USU tanggal 29 Mei
2017 yaitu : Calnik
2x5ml(1sendok makan), Ketidakseimbangan nutrisi
Cifixime 3x2,5ml(1 sendok
kurang dari kebuthan tubuh
the), Depakene 2x5ml (1
sendok makan),
paracetamol 3x500g(1
tablet), susu Nutricia
Nutrinidrink diberikan
120ml (sesuai keinginan
pasien).

Do :

- Keadaan umum pasien


lemah, konjungtiva pucat
kering, dan keinginan untuk
minum susu saja.

- Konjungtiva pucat, kering

Kondisi mata juling


(strabismus).

- Mukosa bibir, pucat dan


kulit kering (turgor kulit < 2
detik).

- Penurunan berat badan.

- Badan terlihat kurus.

- Pengukuran Antropometri

Pengukuran lila =10 cm


Pengukuran lingkar kepala
= 45 cm

- TB : 80 cm.

- BB : 3.5 kg (berat badan


baru lahir) 6,8 kg (setelah
sakit) dan 7,8 kg (sebelum
sakit).

- BBI = (umur/tahun)x 2+8


BBI = 2(18 bulan)+8= 3.6
kg + 8 = 11.6 kg

- BBN = BBI – (10%.BB)=


11.6 kg – (10%..8 kg)= 11.6
kg - 0.86 = 10.92 kg

- Hematokrit : 32,10%

- TTV : Suhu tubuh :


37,80C

TD : 70/50mmHg

RR : 30 kali/menit

HR : 120 kali/menit

2. Ds : Masukan makanan/minuman Kekurangan volume cairan

- Ibu Klien mengatakan Kurang kurang dari kebutuhan


Pasien hanya ingin tubuh
meminum susu formula saat
haus. Terjadi respon pada tubuh

- BAK 4-5 kali/hari.

DO : Tekanan osmotic pada rongga


usus meninggi
- Keadaan klien lemah dan

masih berbaring di atas


tempat tidur. Peningkatan suhu tubuh

- Mukosa bibir pucat, dan


kering
Penurunan urine
- Kulit kering turgor kulit <
2 detik.

Kekurangan volume cairan


- Peristaltik usus
8kali/menit.

- Suara abdomen tymphani

(kembung seperti banyak


gas).

- Klien tidak ada bertenaga

untuk memegang botol


susunya sendiri mudah
terjatuh atau terlepas tiba-
tiba dari genggaman
tagannya.

- Urine berwarna kuning


3. Rumusah Masalah
a. Ketidakseibagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
b. Kekurangan volume cairan kurang dari tubuh.

4. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengabsorsi nutrien ditandai dengan klien tidak nafsu makan dan berat
badan menurun.
b. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
BAK ditandai dengan warna urin kuning (BAK sedikit 4-5 kali/hari).

5. Perencanaan
PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Hari /Tanggal
Kamis, 01 Juni 2017

Perencanaan Keperawatan
1. Tujuan dan Kriteria Hasil :
Tujuan Jangka Panjang :
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang akan teratasi dibuktikan dengan adanya keseimbangan
nutris dan makan yang adekuat dan status nutrisi yang baik.
Tujuan Jangka Pendek :
b. Jumlah asupan makanan dan nutrisi yang masu kedalam tubuh terpenuhi selama 24 jam.
Kriteria Hasil :
1. Meningatkan nafsu makan.
2. Mempertahankan berat badan.
3. Mengkonsusi diet yang seibang (lebih baik mengkonsumsi makanan non-olahan).

Rencana Tindakan
Rasional
Kaji :
1. Kaji tanda dan gejala nafsu makan menurun (makan bubur tim 1 kali/hari dengen porsi kecil
tidak habis, hanya ingin mengkonsumsi susu formula dan berat badan menurun).
2. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai dan yang tidak disukai.

1. Mengetahui penyebab ketidakseimbangan nutrisi kurang.


2. Mengidentifikasi kebutuhan pertimbangan keinganan individu dapat memperbaiki masukan
diet.

Observasi :
3. Observasi masukan makanan dan timbang berat badan.

Tindakan mandiri :
4. Monitor tanda-tanda vital.
5. Anjurkan selingi makan dengan minum.

Kolaborasi :
6. Kolaborasi dengan anggota keluarga memberian makan sedikit tapi sering.

Pendidikan kesehatan :
7. Memberitahukan informasi kepada keluarga tentang pentingnya kebutuhan nutrisi dan makan
dalam tumbuh kembang anak berhubungan penyakitnya.

3. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi.


4. Untuk mengetahui tanda-tanda vital.
5. Memudahkan makanan masuk.
6. Mempercepat proses penyumbahan.
7. Meningkatkan pengetahuan keluarga pasien untuk dapat menjaga keseimbangan nutrisi.

Hari / Tanggal
Jumat, 02 juni 2017
Perencanaan Keperawatan
2. Tujuan dan Kriteria Hasil :
1. Memiliki asupan makanan dan cairan yang adekuat.
2. Tidak mengalami harus yang berlebih.
3. Memiliki hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal.

Rencana Tindakan
Rasional
Kaji :
1. Kaji tanda membran mukosa bibir kering dan pucat, kulit kering BAK 4-5kali/hari adanya rasa
haus.

Observasi :
2. Observasi masukan dan keluar aran cairan urin (frekuensi, warna dan berat jenis).

Tindakan mandiri :
3. Monitor tanda-tanda vital.
4. Anjurkan untuk makan dan minum.

Kolaborasi:
5. Kolaborasi dengan keluarga untuk pemberian cairan yang adekuat.

Pendidikan Kesehatan:
6. Memberitahukan informasi tentang kebutuhan cairan cairan yang berhubungan dengan
penyakitnya.

1. Untuk mengetahui bagaimana megatasi rasa haus dan untuk mengindentifikasi pennyebab
membrane mukosa dan kulit kering.
2. Mengetahui masukan dan pengeluarran cairan.
3. Untuk mengetahui tanda-tanda vital pasien.
4. Untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum.
5. Mempercepat proses penyembuhan.
6. Meningkatkan pengetahuan keluarga pasien untuk menjaga keseimbangan cairan.

No Waktu Implementasi Waktu Evaluasi


.
(WIB) Keperawatan (WIB) SOAP
Dx

1. 10.00 1. Mengkaji tanda 15.00 S:


dan
Ibu pasien mengatakan An.
gejala tidak nafus
A:
makan (Berat badan
menurun)
Tidak nafsu makan,

- Makan bubur tim


kesulitan dalam menelan
hanya 1x 1hari
makanan dalam sehari hanya 1
dalam porsi kecil
kali makan bubur tim dalam
tidak habis dan
porsi kecil (tidak habis) selama
hanya ingin
sakit (+ 3 hari).
mengkonsumsi susu
formula (Nitricia O:
Nutrinidrink).
Keadaan umum pasien lemah
2. Memonitor tanda-
Tanda-tada Vital
tanda vital

Suhu tubuh : 37,80C


T : 37,80C
15.20 TD : 70/50mmHg
TD : 70/50 mmHg

RR : 30 kali/menit
HR :120kali/ menit

HR : 120 kali/menit
RR : 30kali/menit
TB : 80 cm TB : 80 cm

BB : 3.5 kg (berat BB : 6,8 Kg (Setelah


10.10 badan baru lahir) 6,8
sakit), 7,8 g (Sebelum
kg (setelah sakit)
dan 7,8 kg (sebelum
sakit)
sakit)
HB : 10,3 g/dL
3. Menganjurkan
selingi makan A:
dengan minum
Masalah ketidak seimbangan
sedikit tapi sering.
nutrisi kurang dari kebutuhan
- Saat diberikan tubuh belum teratasi. tim
bubur berikan anak untuk minum air
putih atau sesuai keinginan
tim berikan anak
anak
untuk minum air
putih atau sesuai menyukai minum susu formula
keinginan anak 15.40 (Nitricia

menyukai minum Nutrinidrink).


susu
4. Mengetahui makan/minum
formula (Nitricia yang disukai aau yang tidak
Nutrinidrink). disukainya.

4. Mengetahui Anakmenyukaiminum susu


makan/minum yang formula(Nitricia
10.30 disukai aau yang
tidak Nutrini drink).

disukainya. P:
- Anak menyukai Intervensi dilanjutkan
minum susu formula
1. Mengkaji tanda dan gejala
(Nitricia Nutrini nafsu makan menurun(makan
drink). bubur tim1kali/hari dengen
porsi kecil tidak habis, hanya
ingin mengkonsumsi susu
formula dan berat badan

menurun).

2. Menganjurkan selingi

makan dengan minum.

Saat diberikan buburtim


berikan anakuntuk minum
16.00
airputih atau
sesuaikeinginananakmenyukai
minumsusuformula(Nitricia

Nutrinidrink).

2. 11.00 1. Mengkaji tanda 15.00 S:


membrane mukosa
Ibu pasien mengatakan Pasien
kering kulit kering,
hanya ingin meminum susu
BAK 4-5kali/hari
formula saat haus. BAK 4-5
adanya rasa haus.
kali/hari
2. Memonitor tanda-
O:
tanda vital
T : 37,80C Keadaan pasien lemah dan
masih berbaring di atas tempat
11.15 15.20
TD : 70/50mmHg
tidur.

RR : 30kali/menit
Tanda-tada Vital

HR : 120 kali/menit
Suhu tubuh : 37,50C

TB : 80 cm
T : 70/50mmHg

BB : 6,8 Kg
RR : 30 kali/menit

3. Kolaborasi
HR : 120 kali/menit
dengan keluarga
untuk pemberian TB : 80 cm
cairan yang adekuat.
BB : 6,8 Kg (Setelah sakit), 7,8
Untuk memenuhi g (Sebelum sakit)

kebutuhan intake A : Masalah cairan kurang dari


11.25 dan output kebutuhan tubuh belum teratasi
(pemasukan dan
P:
pengeluaran yang
seimbang). Intervensi dilanjutkan

1. Mengkaajitanda membran

Mukosa kering kulil, kering,


BAK 4-5 kali/hari adanya rasa
15.50
haus.

16.00
K. Pathway

Obesitas

Genetik pola fungsi kesehatan obat-obatan


akitvitas

Perubahannutrisi
lebih dari
kebutuhan

Intake makanan intake yang berlebihan obat-obatan steroid akumulasi

Yang adekuat nafsu makan berlebih


lemak tubuh

Akumulasi lemak pada BB berlebih BB


berlebih
Gangguanpencitraan
diri

Daerah abdomen tidak nyaman dalam situasi sosial


Hambatan interaksi sosial

Menekan diafragma

Pola nafastidak
efekif
L. Pendidikan Kesehatan

Edukasi yang dapat disampaikan pada pasien atau orang tua pasien yang mengalami
obesitas antara lain :

 Penatalaksanaan obesitas mencakup multi disiplin terdiri dari ahli gizi, spesialis anak/
spesialis penyakit dalam, psikolog, fisioterapis, okupasional terapis, ahli bedah, perawat
bariatrik, dan farmasi

 Edukasi mengenai pentingnya perubahan gaya hidup, bahwa tidak ada intervensi yang
bekerja jika pasien masih menerapkan pola hidup sedenter. Bahkan pasca operasi
beberapa program aktivitas fisik masih diperlukan untuk mencegah kenaikan berat badan

 Fokus pada perubahan perilaku dan pola makan yang berkaitan dengan gaya hidup sehat
daripada menurunkan berat badan

 Berhati-hatilah untuk tidak membuat komentar negatif mengenai berat badan atau bentuk
tubuh. Hindari menggunakan kata-kata negatif seperti 'gemuk', 'berat' atau 'obese',
gunakan seperti 'di atas berat badan paling sehat/ideal'. Serta hindari membandingkan
pasien dengan orang normal lain dan jangan biarkan mereka melakukan hal yang sama

 Untuk kasus obesitas pada anak, anak perlu mendapatkan penjelasan mengapa orang tua
atau dokter khawatir dengan kondisinya, misalnya dengan mengatakan bahwa
mempertahankan berat badan ideal atau gaya hidup sehat sekarang akan membantu
mencegah sakit saat dewasa [2,4]

Upaya Pencegahan

Upaya pencegahan obesitas perlu melibatkan berbagai sektor. Pemerintahan berperan


dalam mendorong atau menyediakan pasar tradisional demi meningkatkan kesediaan makanan
sehat, memperluas program bawa buah dan sayuran ke sekolah, tempat kerja, dan komunitas.
Tenaga kesehatan dapat lebih didorong untuk mempromosikan ASI eksklusif, MPASI yang
sehat, dan skrining obesitas pada anak dan dewasa. Pada sektor transportasi, pemerintah dapat
mengatur kebijakan yang mempromosikan sepeda dan angkutan umum.
Kelompok komunitas dapat menciptakan dan memelihara lingkungan yang nyaman untuk
aktivitas fisik dan meningkatkan akses ke taman-taman bermain anak, menganjurkan pendidikan
jasmani yang berkualitas di sekolah dan fasilitas penitipan anak. Kementerian kesehatan
(Kemenkes) juga telah mengampanyekan “Isi Piringku” atau yang dikenal juga dengan “Healthy
Plate” sebagai ganti dari 4 sehat 5 sempurna. Konsep 4 sehat 5 sempurna dinilai sudah tidak
relevan lagi dengan ilmu gizi saat ini karena sekarang Indonesia sudah dihadapkan pada masalah
obesitas bahkan di beberapa daerah pelosok. Pada “Isi Piringku” diterapkan porsi dari masing-
masing bahan pangan, yaitu setengah porsi dalam 1 piring terdiri dari sayuran dan buah dan
setengah porsi lagi terdiri dari lauk dan karbohidrat, dengan komposisi karbohidrat sebanyak 2/3
bagian dan lauk sebanyak 1/3 bagian.

“Isi Piringku” juga menekankan pada pentingnya membatasi garam, gula, dan lemak
dalam konsumsi sehari-hari. Dalam sehari, batas maksimal konsumsi gula adalah empat sendok
makan, satu sendok teh untuk garam, dan lima sendok makan untuk minyak goreng.

Pada tingkat individu, pencegahan obesitas dapat dilakukan dengan hal berikut, seperti :

 Terkait asupan makanan: membatasi asupan makanan tinggi lemak dan gula,
meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, mencukupi kebutuhan air putih, serta
mendukung pemberian ASI eksklusif

 Terkait aktivitas fisik: tingkatkan aktivitas fisik (45-60 menit per hari intensitas sedang),
pilih aktivitas yang dapat membakar kalori (misalnya dengan berjalan di sekitar blok atau
naik turun tangga di tempat kerja), batasi menonton TV (durasi kurang dari 2 jam)

 Timbang berat badan secara berkala [3,5,23,27,28]

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10 Jakarta: EGC.
Hidayat.(2012)..Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan
Cetakan 5. Jakarta: Salemba Medika.
Morris, Jacqueline C. (2014). Pedoman Gizi Pengkajian & Dokumentasi. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.
Edisi 4. Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Saryoga, Savitri. (2008). Menuju Perempuan Sehat &Aktif Melalui Gizi Seimbang. Jakarta:
Salemba Medika.
Tarnoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,Intervensi, Kriteria
Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta: EGC.
Wong. (2009). Buku Ajar Pediatrik. Edisi 6. Volume 1. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai