Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA I

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT DALAM KEPERAWATAN JIWA


(PENCEGAHAN SEKUNDER)

Disusun Oleh :
CINDY DELIA PUTRI
18010005

Dosen Pembimbing :
ISNA OVARI S.Kp M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEKANBARU MEDICAL CENTER


PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun. Salawat serta salam senantiasatercurahkan selalu kepada
junjungan nabi besar muhammad SAW, karena beliau yang telah membawa manusia dari zaman
kebodohan menuju zaman yang modern yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Terimakasih saya
ucapkan kepada dosen pembimbing, mudah-mudahan ilmu yang beliau berikan kepada saya
khususnya dan kepada kami semua bermanfaat. Penyusunan makalah ini diajukan sebagai salah
satu tugas pada mata kuliah keperawatan jiwa. Demikian penyususnan makalah ini semoga
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya pada pembaca.

Pekanbaru, Juli 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
LATAR BELAKANG...........................................................................................................
RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................
TUJUAN PENULISAN.........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................
PENGERTIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA...................................................
Manusia..................................................................................................................................
Lingkungan............................................................................................................................
Keperawatan..........................................................................................................................
PRINSIP-PRINSIP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA.............................................
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA...........................................
A. Dulu...................................................................................................................................
B. Sekarang............................................................................................................................
ASUHAN YANG KOMPETEN BAGI PERAWAT JIWA..................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................................................
KESIMPULAN......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Gangguan jiwa, ilussi, halusinasi, terapi kognitif, terapi keluarga, model keperawatan
jiwa, pakar keperawatan jiwa, asuhan gangguan keperawatan jiwa, terapi aktifitas kelompok,
diagnosa keperawatan, psikopat, diagnosa, trauma.

RUMUSAN MASALAH

1.    Mengetahui pengertian keperawatan jiwa


2.    Mengetahui perkembangan keperawatan jiwa
3.    Mengerti asuhan keperawatan jiwa

TUJUAN PENULISAN

Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang keperawatan dalam


klien pada gangguan jiwa
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

a. Menurut American Nurses Associations (ANA)


Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan
ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental
masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).

b. Menurut WHO
Kes. Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung
berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat
positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan
kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.

c. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966


Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari
seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain.

Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu


perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons
psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan
menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi
modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien
(individu, keluarga, kelompok komunitas ).
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.
Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan.

1. Manusia

Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama
dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk
tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan
untuk berubah dan keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai
kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi
persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.

2. Lingkungan

Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan
lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan,
manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan
interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu.

 Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu
segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh
kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.

3. Keperawatan

Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan
diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri
sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri,
lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk
perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat
mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya.
Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan
masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah.
Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses
terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, dan masyarakat
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal ( Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991).
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut, yaitu
proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu perawat dalam melakukan
praktik keperawatan, menyelesaikan masalah keperawatan klien, atau memenuhi kebutuhan klien
secara ilmiah, logis, sistematis, dan terorganisasi. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan
salah satu teknik penyelesaian masalah (Problem solving). Proses keperawatan bertujuan untuk
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu
pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi,
diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan,
perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik
bagi individu klien.
Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan
terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.
Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan tidak
mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada. Proses keperawatan merupakan
sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal peran perawat lebih
besar dari peran klien, namun pada proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih
besar daripada perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat
diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi.
Manfaat Proses Keperawatan Bagi Perawat.

a. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan.


b. Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisasi.
c. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan bahwa perawat bertanggung
jawab dan bertanggung gugat.
d. Peningkatan kepuasan kerja.
e. Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan.
f. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.

Bagi Klien  :
a. Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Partisipasi meningkat dalam menuju perawatan mandiri (independen care).
c.    Terhindar dari malpraktik.

Keperawatan Jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang


menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara
terapeutik sebagai kiatnya. Praktik keperawatan jiwa terjadi dalam konteks sosial dan
lingkungan. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu-ilmu psikososial, biofisik, teori-
teori kepribadian dan perilaku manusia untuk menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang
menjadi landasan praktik keperawatan.
Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan selaras dengan
orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,
masyarakat dan lingkungan, keharmonisan fungsi jiwa, yaitu sanggup menghadapi problem yang
biasa terjadi dan merasa bahagia. Sehat secara utuh mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan
pribadi yang dapat dijelaskan sebagi berikut.Kesehatan fisik, yaitu proses fungsi fisik dan fungsi
fisiologis,kepadanan,danefisiensinya. Indikator sehat fisik yang paling minimal adalah tidak ada
disfungsi, dengan indikator lain (mis. tekanan darah, kadar kolesterol, denyut nadi dan jantung,
dan kadar karbon monoksida) biasa digunakan untuk menilai berbagai derajat kesehatan.
Kesehatan mental/psikologis/jiwa, yaitu secara primer tentang perasaan sejahtera secara
subjektif, suatu penilaian diri tentang perasaan seseorang, mencakup area seperti konsep diri
tentang kemampuan seseorang, kebugaran dan energi, perasaan sejahtera, dan kemampuan
pengendalian diri internal, indikator mengenai keadaan sehat mental/psikologis/jiwa yang
minimal adalah tidak merasa tertekan/ depresi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan
merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, dan sosial individu secara optimal,
dan selaras dengan perkembangan dengan orang lain. Kesehatan sosial, yaitu aktivitas sosial
seseorang. Kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas, berperan, dan belajar berbagai
keterampilan untuk berfungsi secara adaptif di dalam masyarakat. Indikator mengenai status
sehat sosial yang minimal adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas dan keterampilan dasar
yang sesuai dengan peran seseorang.
Kesehatan pribadi adalah suatu keadaan yang melampaui berfungsinya secara efektif dan
adekuat dari ketiga aspek tersebut di atas, menekankan pada kemungkinan kemampuan, sumber
daya, bakat dan talenta internal seseorang, yang mungkin tidak dapat/ akan ditampilkan dalam
suasana kehidupan sehari-hari yang biasa.
Menurut pedoman asuhan keperawatan jiwa rumah sakit umum atau pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas) sehat pribadi berarti bahwa di dalam diri seseorang terdapat potensi dan
kemampuan untuk memenuhi dan menyelesaikan dimensi lain dari dirinya, hal yang tidak
bersifat instrumental, dan yang memungkinkan perkembangan optimal seseorang. Indikator
minimal dari kesehatan pribadi adalah ada minat yang nyata terhadap aktivitas dan pengalaman
yang memungkinkan seseorang untuk menembus keadaan “status quo”.
Psikiatri dan kesehatan jiwa Indonesia menggunakan pendekatan elektik-holistik yang
melihat manusia dan perilakunya baik dalam keadaan sehat maupun sakit, sebagai kesatuan yang
utuh dari unsur-unsur organo-biologis (bio-sistem), psiko edukatif/ psikodinamik (psiko-sistem),
dan sosio-kultural (sosio-sistem).
Pendekatan ini berarti bahwa kita harus dapat melihat kondisi manusia dan perilakunya,
baik dalam kondisi sehat maupun sakit, secara terinci “detail” dalam ketiga aspek tersebut di atas
(ekletik), tetapi menyadari bahwa ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan merupakan satu
kesatuan yang utuh sebagai satu sistem (holistik).
Jadi jelas dengan pendekatan ini kita memperhatikan faktor psikologis dan sosial atau psikososial
di samping faktor biologis di dalam melaksanakan upaya kesehatan.
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik
karena masalah kesehaan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, saperti pada masalah
kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian
masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda dan
kontradiksi.
Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi.
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan
asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran perawat dalam
asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya. Klien mungkin menghindar atau menolak berperan serta
dan perawat mungkin cenderung membiarkan, khususnya terhadap klien yang tidak
menimbulkan keributan dan tidak membahayakan.
Hal itu harus dihindari karena :

 Belajar menyelesaikan masalah akan lebih efektif jika klien ikut berperan serta.
 Dengan menyertakan klien maka pemulihan kemampuan klien dalam
 mengendalikan kehidupannya lebih mungkin tercapai.
 Dengan berperan serta maka klien belajar bertanggung jawab terhadap pelakunya.

B. Peran dan Fungsi Perawat Jiwa Defenisi dan Uraian Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan
mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien atau
klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA
mendefiniskan keperawatan kesehatan jiwa sebagai Suatu bidang spesialisasi praktik
keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan pengunaan diri yang
bermanfaat sebagai kiatnya. Praktik kontemporer keperawatan jiwa terjadi dalam konteks sosial
dan lingkungan.
Peran keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen historis
aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis, advokasi pasien-keluarga,
tanggung jawab fiskal, kolaborasi antardisiplin, akuntabilitas sosial, dan parameter legal-etik.
Center for Mental Health Services secara resmi mengakui keperawatan kesehatan jiwa sebagai
salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari
ilmu psikososial, biofisik,, teori kepribadian, dan perilaku manusia untuk mendapatkan suatu
kerangka berpikir teoritis yang mendasaripraktikkeperawatan.
Berikut ini adalah dua tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa yang telah
diidentifikasi.

1. Psychiatric-mental health registered nurse (RN)


adalah perawat terdaftar berlisensi yang menunjukkan keterampilan klinis dalam
keperawatan kesehatan jiwa melebihi keterampilan perawat baru di lapangan. Sertifikasi adalah
proses formal untuk mengakui bidang keahlian klinis perawat.

2. Advanced practice registered nurse ini psychiatric-mental health (APRN-PMH)


adalah perawat terdaftar berlisensi yang minimal berpendidikan tingkat master, memiliki
pengetahuan mendalam tentang teori keperawatan jiwa, membimbing praktik klinis, dan
memiliki kompetensi keterampilan keperawatan jiwa lanjutan. Perawat kesehatan jiwa pada
praktik lanjutan dipersiapkan untuk memiliki gelar master dan doktor dalam bidang keperawatan
atau bidang lain yang berhubungan.

3. Rentang Asuhan Tatanan Tradisional


Untuk perawat jiwa meliputi fasilitas psikiatri, pusat kesehatan jiwa masyarakat, unit
psikitari di rumah sakit umum, fasilitas residential, dan praktik pribadi. Namun, dengan adanya
reformasi perawatan kesehatan, timbul suatu tatanan alternatif sepanjang rentang asuhan bagi
perawat jiwa.
Banyak rumah sakit secara spesifik berubah bentuk menjadi sistem klinis terintegrasi
yang memberikan asuhan rawat inap, hospitalisasi parsial atau terapi harian, perawatan residetial,
perawatan di rumah, dan asuhan rawat jalan.
Tatanan terapi di komunitas saat ini berkembang menjadi foster care atau group home,
hospice, lembaga kesehatan rumah, asosiasi perawat kunjungan, unit kedaruratan, shelter,
nursing home, klinik perawatan utama, sekolah, penjara, industri, fasilitas managed care, dan
organisasi pemeliharaan kesehatan.
Tiga domain praktik keperawatan jiwa kontemporer meliputi :
(1) Aktivitas asuhan langsung
(2) Aktivitas komunikasi
(3) Aktivitas penatalaksanaan
Fungsi penyuluhan, koordinasi, delegasi, dan kolaborasi pada peran perawat ditunjukkan dalam
domain praktik yang tumpang tindih ini.Berbagai aktivitas perawat jiwa dalam tiap-tiap domain
dijelaskan lebih lanjut. Aktivitas tersebut tetap mencerminkan sifat dan lingkup terbaru dari
asuhan yang kompeten oleh perawat jiwa walaupun tidak semua perawat berperan serta pada
semua aktivitas.
Selain itu, perawat jiwa mampu melakukan hal-hal berikut ini:

1. Membuat pengkajian kesehatan biopsikososial yang peka terhadap budaya.


2. Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk pasien dan keluarga yang
mengalami masalah kesehatan kompleks dan kondisi yang dapat menimbulkan sakit.
3. Berperan serta dalam aktivitas manajemen kasus, seperti mengorganisasi, mengakses,
menegosiasi, mengordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan perbaikan bagi individu dan
keluarga.
4. Memberikan pedoman perawatan kesehatan kepada individu, keluarga,dan kelompok
untuk menggunakan sumber kesehatan jiwa yang tersedia di komunitas termasuk
pemberian perawatan, lembaga,teknologi,dan sistem sosial yang paling tepat.
5. Meningkatkan dan memelihara kesehatan jiwa serta mengatasi pengaruh gangguan jiwa
melalui penyuluhan dan konseling.
6. Memberikan asuhan kepada pasien penyakit fisik yang mengalami masalah psiokologis
dan pasien gangguan jiwa yang mengalami masalah fisik.

7.    Mengelola dan mengordinasi sistem asuhan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien,
keluarga,staf, dan pembuat kebijakan.

C. PRINSIP-PRINSIP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


 Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi keperawatan
jiwa : yang kompeten).
 Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat dengan
klien).
 Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
·        
 Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa).
 Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam
keperawatan jiwa).
 Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam
keperawatan jiwa).
 Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya dalam
keperawatan jiwa).
 Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan dalam
keperawatan jiwa).
 Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam
keperawatan jiwa).
 Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses
keperawatan : dengan standar- standar perawatan).
 Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards
(aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar professional)

D. PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Menangani klien yang memiliki masalah sikap, perasaan dan konflik

                                                                 ↓
                                                   Pencegahan primer
                                                                 ↓
                                               Penanganan multidisiplin
                                                                 ↓
                                             Spesialisasi keperawatan jiwa
1) DULU
Pasien Gangguan Jiwa dianggap sampah, memalukan dipasung.

2) SEKARANG
-  Meningkatkan Iptek
      -  Pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa meningkat
             -  Perlu pemahaman tentang human right
- Penting meningkatkan mutu pelayanan dan perlindungan konsumen. model pendekatan
keperawatan jiwa
 
Berdasarkan konseptual model keperawatan diatas, maka dapat dikelompokkan ke dalam
6 model yaitu:

1. Psycoanalytical (Freud, Erickson)


Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada seseorang apabila
ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan
seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma,
agama(super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of
Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis
terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak
mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata- kata,
dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan
sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa
mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan
ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali
dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal
dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus.
Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya,
sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai
keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya
( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh
dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi
terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).

2. Interpersonal ( Sullivan, peplau)


Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya ancaman.
Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang
akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini
perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang
sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya membangun
rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan
yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien
merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing
mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan
dengan orang lain), therapist use empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap empati
dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal
yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.

3. Social ( Caplan, Szasz)


Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan
perilaku apabila banyaknya factor social dan factor lingkungan yang akan memicu munculnya
stress pada seseorang ( social and environmental factors create stress, which cause anxiety and
symptom). Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah environment
manipulation and social support ( pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan
sosial)
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman
sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan therapist berupaya : menggali system sosial
klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.

4. Existensial ( Ellis, Rogers)


Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila
individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan
akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-image-nya.
Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar berpengalaman
bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat
dianggap sebagai panutan(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara
introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in
group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback
tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta dalam
memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya dan mendapatkan feed back
dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas
kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward & punishment.

5. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)


Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial dan respo
maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit maag, migraine,
batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang
percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti :
susah bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan,
dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena
tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul
saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif, individu diupayakan
mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang
dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki
dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik
dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.

6. Medica ( Meyer, Kraeplin)


Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang kompleks
meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya
harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik
interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan
prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi,
laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi
yang digunakan.

E. PERAN PERAWAT KESEHATAN JIWA

 Pengkajian yg mempertimbangkan budaya


 Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan
 Berperan serta dlm pengelolaan kasus
 Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit mental -
penyuluhan dan konseling
 Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan
pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan. Memberikan pedoman pelayana kesehatan.

1. Peran perawat dalam prevensi primer.

a. Memberikan penyuluhan tentang prinsip sehat jiwa.


b. Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan,tingkat kemiskinan dan pendidikan
c.Memberikan pendidikan dalam kondisi normal,pertumbuhan dan perkembangan dan
Pendidikan seks.
d. Melakukan rujukan yang sesuai sebelum terjadi gangguan jiwa.
e. Membantu klien di rumah sakit umum untuk menghindari masalah psikiatri.
f. Bersama keluarga untuk memberikan dukungan pada anggotanya untuk meningkatkan fungsi
kelompok.
g. Aktif dalam kegiatan masyarakat atau politik yang berkaitan dengan kesehatan jiwa.

2. Peran perawat dalam prevensi sekunder.


a. Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa.
b. Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan di rumah.
c. Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di rumah sakit umum.
d. Menciptakan lingkungan terapeutik.
e. Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan.
f. Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri.
g. Memberi konsultasi.
h. Melaksanakan intervensi krisis.
i. Memberikan psikoterapi pada individu,keluarga dan kelompok pada semua usia.
j. Memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi yan teridentifikasi masalah.

Target pelayanannya yaitu anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan


tanda-tanda masalah psikososial atau gangguan jiwa.
Aktivitas

1. Menentukan kasus sedini mungkin


2. Melakukan skrining dan langkah-langkah lanjut
3. Follow up

3. Peran perawat dalam prevensi tertier.


a. Melaksanakan latihan vokasional dan rehabilitasi.
b. Mengorganisasi pelayanan perawatan pasien yang sudah pulang dari rumah sakit jiwa untuk
memudahkan transisi dari rumah sakit ke komunitas.
c. Memberikan pilihan perawatan rawat siang pada klien.

Pelayanan dan Kolaborasi Interdisiplin Keperawatan Jiwa


1. Pengertian Pelayanan dan Kolaborasi Interdisiplin Keperawatan Jiwa
Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa merupakanpelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh sekolompok tim kesehatan profesional (perawat, dokter, tim kesehatan
lainnya maupun pasien dan keluarga pasien sakit jiwa) yang mempunyai hubungan yang jelas,
dengan tujuan menentukan diagnosa, tindakan-tindakan medis, dorongan moral dan kepedulian
khususnya kepada pasien sakit jiwa. Pelayanan akan berfungsi baik jika terjadi adanya
konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada pasien sakit
jiwa. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli
gizi, manager, dan apoteker.
Oleh karena itu tim kolaborasi interdisiplin hendaknya memiliki komunikasi yang
efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim. Secara integral,
pasien adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan akan
menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien
yang optimal hanyadapat dicapai jika pasien sebagai pusat anggota tim. Karena dalam hal ini
pasien sakit jiwa tidak dapat berpikir dengan nalar dan pikiran yang rasional,maka keluarga
pasienlah yang dapat dijadikan pusat dari anggota tim. Disanaanggota tim dapat berkolaborasi
dalam menentukan tindakan-tindakan yangtelah ditentukan.
Apabila pasien sakit jiwa tidak memiliki keluarga terdekat, maka disinilah peran perawat
dibutuhkan sebagai pusat anggota tim. Karena perawatlah yang paling sering berkomunikasi dan
kontak langsung dengan pasien sakit jiwa. Perawat berada disamping pasien selam 24 jam
sehingga perawatlah yang mengetahui semua masalah pasien dan banyak kesempatan untuk
memberikan pelayanan yang baik dengan tim yang baik. Perawat adalah anggota membawa
persfektif yang unik dalam interdisiplin tim.
Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien
dan pemberi pelayanan kesehatan. Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati
dan mencegah penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti
pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya
sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan.

2. Elemen Penting Dalam Mencapai Kolaborasi Interdisiplin Efektif


Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak
dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi interdisiplin yang efektif
meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung jawab, komunikasi, kewenangan dan kordinasi, seperti
yang di jelaskan dibawah ini :
a. Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa beberapa
alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan.
b. Ketegasan penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat mereka dengan keyakinan.
Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-benar didengar dan konsensus untuk
dicapai.
c. Tanggung jawab artinya mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus dan
harus terlibat dalam pelaksanaannya.
d. Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untukmembagi informasi
penting mengenai perawatan pasien sakit jiwa dan issu yang relevan untuk membuat
keputusan klinis.
e. Pemberian pertolongan artinya masing-masing anggota dapat memberikan tindakan
pertolongan namun tetap mengacu pada aturan-aturan yang telah disepakati.
f. Kewenangan mencakup kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.
g. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien sakit jiwa,
mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan
permasalahan.
h. Tujuan umum artinya setiap argumen atau tindakan yang dilakukan memiliki tujuan untuk
kesehatan pasien sakit jiwa. Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika :
1) Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama
2) Masing-masing profesi mengetahui batas-batas dari pekerjaannya
3) Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik
4) Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang tergabung dalam tim.

3. Manfaat Kolaborasi Interdisiplin Dalam Pelayanan Keperawatan Jiwa


Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktisi profesional,
kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan kepada pasien. Kolegalitas menekankan
pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah dalam tim dari pada
menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab. Beberapa tujuan kolaborasi
interdisiplin dalam pelayanan keperawatan jiwa antara lain :
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik
profesional untuk pasien sakit jiwa
b. Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
c. Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
d. Meningkatnya kohesifitas antar profesional
e. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional
f. Menumbuhkan komunikasi, menghargai argumen dan memahami orang lain.

4. Hambatan Dalam Melakukan Kolaborasi Interdisiplin dalam Keperawatan Jiwa


Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah.Ada banyak
hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi :
a. Ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim
b. Struktur organisasi yang konvensional
c. Konflik peran dan tujuan
d. Kompetisi interpersonal
e. Status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri.

F. ASUHAN YANG KOMPETEN BAGI PERAWAT JIWA ( COMPETENT OF


CARING )
 Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.
 Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga.
 Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi, koordinasi
pelayanan bagi individu dan keluarga.
 Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok, untuk menggunakan
sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk pelayanan terkait, teknologi
dan sistem sosial yang paling tepat.
 Meningkatkan dan memelihara kesehatanmental serta mengatasi pengaruh penyakit mental
melalui penyuluhan dan konseling.
 Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis dan penyakit
jiwa dengan masalah fisik.
 Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan klien,
keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gangguan jiwa, ilussi, halusinasi, terapi kognitif, terapi keluarga, model keperawatan
jiwa, pakar keperawatan jiwa, asuhan gangguan keperawatan jiwa, terapi aktifitas kelompok,
diagnosa keperawatan, psikopat, diagnosa, trauma.
Untuk mencapai pelayanan perawatan pasien sakit jiwa yang efektif maka keluarga,
perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya harus berkolaborasi satu dengan yang lainnya. Tidak
ada kelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masing-masing
profesi memiliki kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan dapat
menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kolaborasi yang efektif antara
anggota tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya pelayanan keperawatan jiwa yang
berkualitas. Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah dalam
keperawatan jiwa. Ada banyak hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi ketidaksesuaian
pendidikan dan latihan anggota tim, struktur organisasi yg konvensional, konflik peran dan
tujuan, kompetisi interpersonal, status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri

B. SARAN
Demikian isi makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi yang kami uraikan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkankritik dan saran yang membangun dari para pembaca
untuk perbaikan makalah selanjutnya.
Daftar Pustaka

Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2. Jakarta:
EGC.
Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai