Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA PROFESIONAL


KLINIK DAN KOMUNITAS

Dosen Pengampu
Ns. Rina Hardiyanti S.Kep,.M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 2
1. Angel De Fretes
2. Elisabeth Pratiwi
3. Asep ahmad
4. Yamin
5. Briana topocio
6. Bonar malaimoy
7. Rosalio sugiati Pasribu

Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Papua ( YPMP )


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua ( STIKES )
Program Studi Ilmu Keperawatan
Tahun 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan kebesaran Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, penulis
panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah " Makalah manajemen pelayanan keperawatan jiwa profesional klinik
” Adapun makalah “ini telah penulis usahakan dapat disusun dengan sebaik
mungkin dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan secara tepat waktu. Untuk itu penulis tidak lupa untuk
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam penulisan makalah ini.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari
segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan dada penulis membuka
selebar-lebarnya bagi pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik dan saran
kepada penulis agar penulis dapat memperbaiki kualitas makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah "Makalah manajemen pelayanan keperawatan jiwa
profesional klinik”
" ini bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam makalah -kekurangan
lainnya. Oleh karena itu, dengan lapangini dapat diambil hikmah dan manfaatnya oleh
para pembaca.

Sorong, 08 november 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….
BAB 1 Pendahuluan…………………………………………………………………..
A. Latar Belakang……………………………………………………………………
B. Tujuan……………………………………………………………………………
C. Manfaat………………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….
A. Defenisi Manajemen pelayanan keperawatan profesional ……………………..
B. Konsep Dasar Community Mental Helath nursing………………………………
C. Peran dan fungsi kesehatan jiwa Komunitas……………………………………
D. Pelayanan Keperawatan Jiwa Komunitas………………………………………..
E. Perkembangan Keperawatan Jiwa komunitas……………………………………..
F. Perencanaan Layanan Kesehatan jiwa komunitas………………………………..
G. Kebijakan Layanan Kesehatan Jiwa Komunitas…………………………………
H. Upaya Kesehatan Jiwa……………………………………………………………..
I. Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Community Health Nursing)……………….
J. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa pada CMHN…………………………….
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………
A. Saran……………………………………………………………………………….
B. Kesimpulan………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan diindonesia dimasa depan perlu mendapatkan prioritas
utama dalam pengembangan keparawatan dimasa depan. Hal ini berkaitan dengan
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap pengembangan dan perubahan
memerlukan pengelolaan secara professional dengan memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi diindonesia.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu
metode perlakuan asuhan keperawatan secara profesonal,sehingga diharapkan
keduannya dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam
manajemen keperawatan terdiri dari perkumpulan data, identifikasi
masalah,perencanan,pelaksanaan,dan evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan
mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga daripada seorang pegawai,maka
setiap tahapan didalam proses manajemen lebih rumit dibandingkan dari proses
keperawatan.
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus sebagai suatu tuntutan bagi
organisasi pelayanan kesehatan. Saat ini adanya suatu keinginan untuk merubah
sistem pemberian pelayanan kesehatan ke sistem desentralisasi. Dengan
meningkatnya pendidikan bagi perawat,diharapkan dapat memberikan arah terhadap
pelayanan keperawatan berdasarkan pada issue masyarakat.
Perkembangan dalam berbagai askep keperawatan saling berhubungan, saling
bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan. Oleh karena itu inovasi
dalam pendidikan keperawatan,praktek keperawatan, ilmu keperawatan dan
kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses
profesionalisasi.
Manajemen keperawatan harus dapat di aplikasikan dalam tantanan pelayanan nyata,
yaitu dirumah sakit, sehingga perawat perlu memahami konsep dan langkah langka
B. TUJUAN
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui arti dari manajemen keperawatan
serta apa saja bagian dari manajemen keperawatan jiwa professional klinik dan
Komunitas

C. MANFAAT
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami manajemen
keperawatan jiwa professional klinik dan Komunitas serta mampu
mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Manajemen pelayanan keperawatan profesional


Manajemen pelayanan keperawatan profesional adalah suatu pendekatan yang
terorganisir dan sistematis dalam mengelola dan mengkoordinasikan pelayanan
keperawatan yang disediakan oleh perawat atau profesional keperawatan dalam
berbagai lingkungan kesehatan. Tujuan dari manajemen pelayanan keperawatan
profesional adalah untuk memastikan pelayanan keperawatan yang efektif,
berkualitas, aman, dan sesuai dengan standar profesi.

B. Konsep Dasar Community Mental Helath nursing


Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan yang
komprehensif , holistik, dan paripurna yang berfokus pada masyarakat yang sehat
jiwa , rentan terhadap stress (resiko gangguan jiwa) dandalam tahap pemulihan serta
pencegahan kekambuhan (gangguan jiwa).
Keperawatan komprehensif adalah pelayanan yang berfokuskan pada pencegahan
primer pada anggota masyarakat yang sehat jiwa, pencegahan sekunder pada anggota
masyarakat yang mengalami masalah psikososial (resiko gangguan jiwa) dan
pencegahan tersier pada pasien gangguan jiwa dengan proses pemulihan.
Keperawatan holistik adalah pelayanan menyeluruh pada semua aspek kehidupan
manusia yaitu aspek bio-psiko-sosio-cultural dan spiritual.
a. Aspek (bio-fisik)
Dikaitkan dengan masalah kesehatan fisik seperti kehilangan orang tubuh yag
dialami anggota masyarakat akibat bencana yang memerlukan pelayanan dala
rangka adaptasi mereka terhadap kondisi fisiknya. Demikian pula dengan
penyakit fisik lain baik yang akut,kronis maupun terminal yang memberi
dampak pada kesehatan jiwa.
b. Aspek psikologis
Dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis yang dialami masyarakat
seperti ketakutan, trauma,kecemasan maupun kondisi yang lebih berat yang
memerlukakan pelayanan agar mereka dapat beradaptasi dengan situasi
tersebut.
c. Aspek social
Dikaitkan dengan kehilangan suami/istri/anak , keluarga dekat, kehilangan
pekerjaan , tempat tinggal, dan harta benda yang memerlukan pelayanan dari
berbagai sektor terkait agar mereka mampu mempertahankan kehidupan sosial
yang memuaskan.
d. Aspek cultural
Dikaitkan dengan tolong menolong dan kekeluargaan yang dapat digunakan
sebagai sistem pendukung sosial dalam mengatasi berbagai permasalahan
yang ditemukan.
e. Aspek spiritual
Dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat yang dapat
diperdayakan sebagai potensi masyarakat dalam mengatasi berbagai konflik dan
masalah kesehatan yang terjadi.
Pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan pada semua jenjang
pelayanan yaitu dari pelayanan kesehatan jiwa spesialis , pelayanan kesehatan
jiwa integratif dan pelayanan kesehatan jiwa yang bersumber daya masyarakat.
Perberdayaan seluruh potensi dan sumber daya yang ada dimasyarakat diupayakan
agar terwujud masyarakat yang mandiri dalam memelihara kesehatannya.

C. Peran dan fungsi kesehatan jiwa Komunitas


Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang
berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mendukung
pada fungsi yang terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan diri secara wajar
dan dapat melakukan fungsinya dengan baik, sanggup menjelaskan tugasnya
sehari-hari sebagaimana mestinya. Dalam mengembangkan upaya pelayanan
keperawatan jiwa, perawat sangat penting untuk mengetahui dan meyakini akan
peran dan fungsinya, serta memahami beberapa konsep dasar yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan jiwa.
Center for Mental Health Services secara resmi mengakui keperawatan
kesehatan jiwa sebagai salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa. Perawat
jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik,, teori kepribadian,
dan perilaku manusia untuk mendapatkan suatu kerangka berpikir teoritis yang
mendasari praktik keperawatan.
1. Pengkajian yg mempertimbangkan budaya
2. Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan
3. Berperan serta dalam pengelolaan kasus
4. Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh
penyakit mental - penyuluhan dan konseling
5. Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan
kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan
6. Memberikan pedoman pelayanan kesehatan.

D. Pelayanan Keperawatan Jiwa Komunitas


Pelayanan keperawatan jiwa komprehensif adalah pelayanan keperawatan
jiwa yang diberikan pada masyarakat pasca bencana dan konflik, dengan kondisi
masyarakat yang sangat beragam dalam rentang sehat – sakit yag memerlukan
pelayanan keperawatan pada tingkat pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang komprehensif mencakup 3 tingkat
pencegahan yaitu pencegaha primer , sekunder, dan tersier.
1. Pencegahan Primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah
terjadinya gangguan jiwa , mempertahankan dan meningkatkan kesehtan jiwa.
Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan
jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu anak, remaja, dewasa, dan usia
lanjut. Aktivitas pada pencegahan primer adalah program pendidikan
kesehatan , program stimulasi perkembangan, program sosialisasi kesehatan
jiwa , manajemen stress , persiapan menjadi orang tua.
2. Pencegahan Sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini
dan penanganan dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa.
Tujuan pelayanan adalah menurunkan angka kejadian gangguan jiwa. Target
pelayanan adalah anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan
tanda-tanda masalah dan gangguan jiwa.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan yang berfokus pelayana
keperawatan adalah : pada peningkatkan fungsi dan sosialisasi serta
pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Tujuan pelayanan
adalah mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan akibat gangguan jiwa.
Target pelayanan yaitu anggota masyarakat mengalami gangguan jiwa pada
tahap pemulihan.

E. Perkembangan Keperawatan Jiwa komunitas


Menangani klien yang memiliki
masalah sikap, perasaan dan
konflik

Pencegahan primer

Penanganan multidisiplin

Spesialisasi keperawatan jiwa

 Dulu
Pasien Gangguan Jiwa dianggap sampah, memalukan dan dipasung
 Sekarang
o Meningkatkan Iptek
o Pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa meningkat
o Perlu pemahaman tentang human right
o Penting meningkatkan mutu pelayanan dan perlindungan konsumen.

F. Perencanaan Layanan Kesehatan jiwa komunitas


Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan
sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana
kegiatan itu dilaksanakan, dan dimana kegiatan itu akan dilakukan. Perencanaan
yang matang akan memberi petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu
kegiatan. Tanpa perencanaan, kegiatan akan menjadi tidak terarah sehingga
hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diinginkan.
1. Visi Layanan Keperawatan Jiwa Komunitas
Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan alasan pembentukan
organisasi serta tujuan tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai landasan
perencanaan organisasi. Saat ini, pusat layanan keperawatan kesehatan di
komunitas adalah puskesmas. Visi pembangunan kesehatan melalui
puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat 2010. Kecamatan Sehat 2010
merupakan gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan, yang ditandai dengan penduduknya hidup
dalam lingkungan sehat dan menunjukkan perilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau layanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata, serta memiliki derajat setinggi-tingginya.
Oleh karena itu, Desa Siaga Sehat Jiwa merupakan bentuk layanan
keperawatan kesehatan jiwa komunitas mempunyai visi “Meningkatkan
kesehatan jiwa masyarakat, mencegah masalah kesehatan jiwa masyarakat,
memelihara kesehatan jiwa masyarakat, dan mengoptimalkan kemampuan
hidup pasien gangguan jiwa yang ada di masyarakat sesuai dengan
kemampuannya dengan memberdayakan keluarga dan masyarakat”. Contoh
visi Desa Siaga Sehat Jiwa adalah “Masyarakat Sehat Jiwa Melalui Desa Siaga
Sehat Jiwa”.

2. Misi Layanan Keperawatan Jiwa Komunitas


Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam
mencapai visi yang telah ditetapkan. Misi layanan keperawatan kesehatan jiwa
komunitas adalah pengembangan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat
untuk mencapai masyakat sehat jiwa melalui Desa Siaga Sehat Jiwa. Contoh
misi Desa Siaga Sehat Jiwa adalah “Mewujudkan Kesehatan Jiwa Masyarakat:
masyarakat yang sehat tetap sehat jiwa: masyarakat yang berisiko tidak akan
mengalami gangguan jiwa: dan masyarakat yang mengalami ganghuan jiwa
menjadi mandiri dan produktif.
3. Filosofi Layanan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Filosofi adalah seperangkat nilai yang menjadi rujukan semua kegiatan
dalam organisasi dan menjadi alasan dan arahan bagi seluruh perencanaan
jangka panjang. Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih dari satu. Filosofi
layanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas di NAD terkait dengan nilai-
nilai yang dianut oleh masyarakat NAD, yang notabene sangat lekat denagn
syariat Islam.

G. Kebijakan Layanan Kesehatan Jiwa Komunitas

Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam


pengambilan keputusan. Kebijakan layanan keperawatan kesehatan jiwa
komunitas mengacu pada kebijakan di piuskesmas atau pemerintahan. Kebijakan
untuk layanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas di puskesmas tentang Desa
Siaga Sehat Jiwa.
Rencana jangka pendek yang ditetapkan pada layanan keperawatan
kesehatan jiwa komunitas terdiri atas rencana bulanan dan tahunan. Perawatan
puskesmas (CMHN) membuat rencana bulanan dan tahunan. Sedangkan tokoh
masyarakat (toma) hanya membuat rencana bulanan.
1. Rencana bulanan
adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat CMHN dan
kader kesehatan jiwa dalam waktu satu bulan. Rencana bulanan perawat
meliputi dua aspek, yaitu:
a. Kegiatan manajerial. Misalnya, supervisi kader dan rapat/pertemuan
b. Kegiatan asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan pada pasien dan
keluarga terdiri atas:
1) Pendidikan kesehatan bagi kelompok masyarakat yang sehat
(dikelompokkan dalam 8 tahap perkembangan), kelompok yang
berisiko mengalami masalah psikososial dan kelompok keluarga pasien
gangguan jiwa
2) Asuhan keperawatan masalah psikososial
3) Asuhan keperawatan risiko masalah psikososial
4) Asuhan gangguan jiwa
5) Terapi aktivitas kelompok dan rehabilitas untuk kelompok pasien yang
mengalami gangguan jiwa.
Sedangkan recana bulanan kader kesehatan jiwa ini meliputi beberapa
kegiatan.
a. Mendeteksi keluarga di Desa Siaga Sehat Jiwa: sehat, risiko, dan
gangguan.
b. Menggerakkan keluarga sehat untuk menghindari penyuluhan sehat jiwa
sesuai dengan usianya
c. Menggerakkan keluarga berisiko untuk menghadiri penyuluhan tentang
risiko masalah psikososial
d. Menggerakkan keluarga pasien gangguan jiwa untuk mengikuti
pendidikan kesehatan
e. Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti TAK dan
rehabilitas.
f. Melakukan kunjungan rumah kepada pasien gangguan jiwa yang telah
mandiri
g. Merujuk pasien gangguan jiwa ke perawat CMHN
h. Mendokumentasikan semua kegiatan

Kegiatan kader kesehatan jiwa masyarakat di rencanakan berdasarkan


uraian tugas tersebut dan dilakukan secara bergiliran dalam satu bulan.
Sebagai contoh, minggu pertama melakukan kegiatan nomor a,b,f, dan g;
minggu kedua melakukan kegiatan nomor a,d,e,f, dan g; minggu ketiga
melakukan kegiatan nomor a,c,f, dan g; minggu ke empat melakukan kegiatan
nomor a,d,f, dan g. Menurut rencana, kader kesehatan jiwa melakukan
kegiatan satu kali per minggu.
2. Rencana tahunan perawat CMHN
Setiap akhir tahun, perawat melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam
satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta
penyusunan rencana tahun berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup :
a. Menyusun laporan tahunan yang membahas kinerja layanan keperawatan
kesehatan jiwa komunitas berupa kegiatan yang di laksanakan berikut hasil
evaluasinya (wilayah kerja puskesmas dan Desa Siaga Sehat Jiwa).
b. Penyegaran terkait dengan materi layanan keperawatan kesehatan jiwa
komunitas, terutama untuk kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini
bertujuan untuk mementapkan hal-hal yang belum optimal.
c. Pengembangan SDM (perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa) dalam
bentuk rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal dan informal.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan perawat CMHN
dan kader. Uraian tentang pengembangan SDM lebih lanjut dapat dilihat pada
modul pemberdayaan SDM.

H. Upaya Kesehatan Jiwa


1. Memperbaiki Wawasan dan Pemahaman Pasien
Memperbaiki wawasan dan pemahaman pasien menjadi fokus perawat
dalam pelayanan kesehatan jiwa di RSJBanda Aceh. Memahami masalah
sesuaidengan perspektif pasien dapat dilakukan dengan mendengar aktif dan
tidakmendominasi pasien dalam komunikasi. Halini tergambar dari beberapa
ucapan persertawawancara sebagai berikut: ”Saya berusaha mendengarkan…,
… kemudian mencobaberdiskusi... Dalam diskusi dengan pasien,perawat
harus mencoba memperbaikiwawasan dan pemahaman pasien
tentangpenyakitnya...”.Diskusi yang dilakukan perawat denganpasien harus
mampu menemukan masalahyang dialami pasien dan bagaimana
masalahtersebut menekan psikologisnya. Namundiskusi yang dilakukan untuk
memperbaikiwawasan dan pengetahuan pasien selama inimasih fokus pada
mengatasi dan mengontroltujuh keluhan utama gangguan jiwa.
Dalammeningkatkan wawasan dan pengetahuan,perawat harus menggunakan
bahasa yangmudah dimengerti, dan bila perlu langsungdipraktekkan.
2. Meningkatkan Kemandirian Pasien
Peningkatan kemandirian pasien jugamerupakan tujuan perawat dalam
pelaksanaanasuhan keperawatan. Pemenuhan kebutuhan,motivasi dan
pemberian tanggung jawabdianggap mampu meningkatkan
kemandirianpasien. Namun kegiatan ini harus dilakukansesuai perkembangan
pasien. Hal dapat dilihatdari beberapa pernyataan perawat dalamwawancara
kelompok fokus sebagai berikut:”Adalah penting untuk
meningkatkankemandirian pasien untuk menjadi mandiri, perawat harus
memberi motivasi,memenuhi kebutuhan, memberi tanggungjawab, memberi
latihan, Meningkatkan kemandirian pasien harus disesuaikan dengan
perkembangan dan kemampuanpasien…,Menurut perawat, kemandirian
pasiensangat berkaitan dengan wawasan danpengetahuan mereka tentang
penyakitnya.Perawat harus mengajarkan, melatih dan melibatkan pasien dalam
aktivitas perawatan.Meningkatkan kemandirian pasien harusdilakukan dengan
memberi tanggung jawabmelakukan tindakan perawatan danpengobatan.
Pasien harus terus dimotivasimelakukan kegiatan secara mandiri, tanpa
tergantung pada perawat ruangan. Evaluasipenting untuk menjamin tingkat
kemandirian pasien terus berkembang setiap harinya.
3. Meningkatkan Kerjasama dengan Keluarga Pasien
Perawat yakin bahwa keterlibatankeluarga dalam perawatan pasien di
rumahsakit sangat penting bagi perkembanganpasien. Selain itu, keterlibatan
keluarga dapatmemperbaikit wawasan dan pengetahuanmereka dalam
merawat pasien di rumah. Halini dapat dilihat dari beberapa
pernyataanperawat dalam wawancara kelompok fokussebagai berikut: ”Kita
harus melibatkankeluarga dalam perawatan dan pengobatan ..., perkembangan
pasien akan lebih cepat,kalau keluarga terlibat...,...keluarga akan memperoleh
pengetahuan penting yang dapat digunakan untuk merawat pasien di
rumah,...”.Menurut perawat kerjasama dengan keluarga diarahkan pada
peningkatan pengetahuan, kesadaran dan kemaun keluarga untuk mendukung
perawatan dan pengobatan pasien di rumah sakit dan perawatan pasien di
rumah. Hal ini penting karena keluarga memiliki arti dan pengaruh dalam
proses kesembuhan pasien. Keluarga harus memahami bagaimana merawat
pasien dengan baik, tanpa memprovokasi perasaan mereka.
4. Meningkatkan Kerjasama Antar Profesi
Kerjasama lintas profesi sangat pentingdalam upaya meningkatkan
kualitas pelayanan. Semua profesi yang terlibat dalamperawatan dan
pengobatan pasien harus mampu bersinergi sesui dengan peran danfungsinya
masing-masing sehingga praktekpelayanan menjadi lebih baik. Hal ini telihat
Idea Nursing Journal Aiyub, dkk dari salah satu pernyataan perawatan dalam
wawancara kelompok fokus sebagai berikut:”Kita harus memperkuat kerja
sama antaraperawat dan kelompok profesi lain, sepertidokter, psikiater, dan
psikolog untukmemperbaiki praktek”.Permasalahan yang dihadapi
dalampeningkatan kerjasama lintas profesi adalahtingginya ego sektoral
masing-masing profesitentang peran dan tanggung jawab
mereka.Memperbaiki praktek pelayananKeinginan perawat
memperbaikitkualitas pelayanan di RSJ Banda Aceh sangatbesar.
Untuk meningkatkan kualitaspelayanan, perawat menginginkan
adanyasistem reward and punsihment yang jelas.Selain itu, perawat harus
diberi kebebasan dandukungan dalam mengembangkan kualitaspelayanan.
Menyediakan apa yang dibutuhkanperawat dalam memberikan pelayanan
adalahsalah satu wujud dukungan yang diinginkanperawat. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa:pernyataan peserta wawancara kelompok fokus sebagai
berikut: ”Saya menginginkansituasi kerja yang nyaman dan pasien
dapatdirawat dengan cara yang lebihbagus,...dengan memberikan apa
yangdibutuhkan perawat ..., ... perawat akan lebihfokus pada upaya perbaikan
praktek, ...”.Perawat menginginkan adanya kombinasi Model Praktek
KeperawatanProfesional (MPKP) dengan terapilingkungan dalam
meningkatkan kualitaspelayanan. Hal dapat dimulai denganpenyusunan
Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai pedoman.
Substansi yang menjadi intipengaturan dalam Undang-
UndangKesehatan Jiwa adalah upaya kesehatanjiwa karena selama ini belum
menjadiprioritas dalam upaya kesehatan nasional.Upaya Kesehatan Jiwa
adalah setiapkegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal
bagi setiapindividu, keluarga, dan masyarakatdengan pendekatan promotif,
preventif,kuratif, dan rehabilitatif yangdiselenggarakan secara
menyeluruh,terpadu, dan berkesinambungan olehPemerintah, Pemerintah
Daerah,dan/atau masyarakat. Pasal 4 UndangUndang Kesehatan jiwa
menyebutkanupaya kesehatan jiwa terdiri dari upayapromotif, preventif,
kuratif, danrehabilitatif yang harus dilaksanakansepanjang siklus kehidupan
manusia.Pelaksanaannya dilakukan di lingkungan keluarga, lembaga, dan
masyarakat. Pasal 6 sampai dengan Pasal 9 mengatur mengenai upaya
promotif yang merupakan suatu kegiatan dan/atau rangkaian kegiatan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan jiwa yang bersifat promosi Kesehatan
Jiwa. Pasal 10 sampai dengan Pasal 16 mengatur mengenai upaya preventif
yang merupakan suatu kegiatan untuk mencegah terjadinya masalah kejiwaan
dan gangguan jiwa. Pasal 17 sampai dengan Pasal 24 mengatur mengenai
upaya kuratif yang merupakan kegiatan pemberian pelayanan kesehatan
terhadap ODGJ, yang mencakup proses diagnosis dan penatalaksanaan yang
tepat sehingga ODGJ dapat berfungsi kembali secara wajar di lingkungan
keluarga, lembaga, dan masyarakat. Sedangkan Pasal 25sampai dengan Pasal
32 mengatur mengenai upaya rehabilitatif yang merupakan kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan jiwa yang ditujukan untuk
memulihkan fungsi sosial serta mempersiapkan dan memberi kemampuan
ODGJ agar mandiri di masyarakat. Sistem Pelayanan Kesehatan Jiwa Sistem
pelayanan kesehatan jiwa ditujukan untuk mengatasi ganggunan jiwa yang
diderita ODGJ karena gangguan jiwa menimbulkan berbagai hambatan bagi
ODGJ untuk beraktivitas secara normal. Hal ini pada akhirnya menyebabkan
daya guna ODGJ ikut menurun drastis. Jika diproyeksikan dalam bentuk
kerugian ekonomi, maka menurunnya fungsi seseorang yang RechtsVinding
Online menjadi ODGJ mencapai Rp20 triliun. Kerugian tersebut berupa
hilangnya produktivitas ODGJ, serta beban ekonomi dan biaya kesehatan yang
harus ditanggung keluarga dan negara. Apalagi, proses pengobatan penderita
ODGJ dapat berlangsung seumur hidup. (Asmadi, 2012).
Pelayanan kesehatan jiwa di rumah sakit umum pun terbatas. Dari
1.678 (seribu enam ratus tujuh puluh delapan) rumah sakit umum yang terdata,
hanya sekitar 2 (dua) persen yang memiliki layanan kesehatan jiwa. Di
samping itu, dari 441 (empat ratus empat puluh satu) rumah sakit umum
daerah milik pemerintah kabupaten/kota, hanya 15 (lima belas) rumah sakit
yang memiliki layanan psikiatri. Kondisi serupa terjadi pada puskesmas,
dimana hanya 1.235 (seribu dua ratus tiga puluh lima) puskesmas yang
memberikan layanankesehatan jiwa dari sekitar 9.000 (sembilan ribu)
puskesmas di seluruh pelosok Indonesia (RS online, 2013). Untuk mengatasi
hal tersebut, dalam Undang-Undang Kesehatan Jiwa diatur bahwa Pemerintah
membangunsistem pelayanan kesehatan jiwa yang berjenjang dan
komprehensif sebagaimana diatur dalam Pasal 33 Undang-Undang Kesehatan
Jiwa.
Sistem pelayanan kesehatan jiwa terdiri dari pelayanan kesehatan dasar
dan pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan kesehatan jiwa dasar merupakan
pelayanan kesehatan jiwa yang diselenggarakan terintegrasi dalam pelayanan
kesehatan umum di Puskesmas dan jejaring, klinik pratama, praktik dokter
dengan kompetensi pelayanan kesehatan jiwa, rumah perawatan, serta fasilitas
pelayanan di luar sektor kesehatan dan fasilitas rehabilitasi berbasis
masyarakat. Pelayanan kesehatan jiwa rujukan terdiri dari pelayanan
kesehatan jiwa di rumah sakit jiwa, pelayanan kesehatan jiwa yang terintegrasi
dalam pelayanan kesehatan umum di rumah sakit, klinik utama, dan praktik
dokter spesialis kedokteran jiwa.

I. Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Community Health Nursing


Keperawatan kesehatan masyarakat, merupakan salah satu kegiatan pokok
Puskesmas yang sudah ada sejak konsep Puskesmas di perkenalkan. Perawatan
Kesehatan Masyarakat sering disebut dengan PHN (Public Health Nursing)
namun pada akhir-akhir ini lebih tepat disebut CHN (Community Health
Nursing). Perubahan istilah public menjadi community, terjadi di banyak negara
karena istilah “public” sering kali di hubungkan dengan bantuan dana pemerintah
(government subsidy atau public funding), sementara keperawatan kesehatan
masyarakat dapat dikembangkan tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh
masyarakat atau swasta, khususnya pada sasaran individu (UKP), contohnya
perawatan kesehatan individu di rumah (home health nursing). Keperawatan
kesehatan masyarakat (Perkesmas) pada dasarnya adalah pelayanan keperawatan
profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan
konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan
pada kelompok resiko tinggi.
Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal dilakukan
melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) di
semua tingkat pencegahan (levels of prevention) dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan. Tujuan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah
meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah keperawatan
kesehatan masyarakat yang optimal. Pelayanan keperawatan diberikan secara
langsung kepada seluruh masyarakat dalam rentang sehat–sakit dengan
mempertimbangkan seberapa jauh masalah kesehatan masyarakat mempengaruhi
individu, keluarga, dan kelompok maupun masyarakat. Sasaran keperawatan
kesehatan masyarakat adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga,
kelompok beresiko tinggi termasuk kelompok/ masyarakat penduduk di daerah
kumuh, terisolasi, berkonflik, dan daerah yang tidak terjangkau pelayanan
kesehatan Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat dapat diberikan secara
langsung pada semua tatanan pelayanan kesehatan , yaitu :
1. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll) yang
mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat nginap 5
2. Di rumah Perawat “home care” memberikan pelayanan secara langsung pada
keluarga di rumah yang menderita penyakit akut maupun kronis. Peran home
care dapat meningkatkan fungsi keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang mempunyai resiko tinggi masalah kesehatan.
3. Di sekolah Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care)
diberbagai institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi,
guru dan karyawan). Perawat sekolah melaksanakan program screening
kesehatan, mempertahankan kesehatan, dan pendidikan kesehatan
4. Di tempat kerja/industri Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan
langsung dengan kasus kesakitan/kecelakaan minimal di tempat kerja/kantor,
home industri/ industri, pabrik dll. Melakukan pendidikan kesehatan untuk
keamanan dan keselamatan kerja, nutrisi seimbang, penurunan stress, olah
raga dan penanganan perokok serta pengawasan makanan.
5. Di barak-barak penampungan Perawat memberikan tindakan perawatan
langsung terhadap kasus akut, penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda, dan
mental.
6. Dalam kegiatan Puskesmas keliling Pelayanan keperawatan dalam puskesmas
keliling diberikan kepada individu, kelompok masyarakat di pedesan,
kelompok terlantar. Pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah pengobatan
sederhana, screening kesehatan, perawatan kasus penyakit akut dan kronis,
pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.
7. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak, panti wreda,
dan panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan) atau lembaga
pemasyarakatan (Lapas).
8. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi
o Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, lansia mendapat
perlakukan kekerasan
o Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa
o Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaan obat
o Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok lansia,
gelandangan pemulung/pengemis, kelompok penderita HIV
(ODHA/Orang Dengan Hiv-Aids), dan WTS
Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan, membimbing
dan mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk menanamkan
pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara dan
meningkatkan derajad kesehatannya. Keperawatan kesehatan masyarakat
berorientasi pada proses pemecahan masalah yang dikenal dengan “proses
Keperawatan” (nursing proses) yaitu metoda ilmiah dalam keperawatan yang
dapat dipertanggung jawabkan sebagai cara terbaik dalam memberikan pelayanan
keperawatan yang sesuai respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan.
Langkah langkah proses keperawatan kesehatan masyarakat adalah pengakajian,
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Dalam penerapan proses keperawatan,
terjadi proses alih peran dari tenaga keperawatan kepada klien (sasaran) secara
bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai kemandirian sasaran dalam
menyelesaikan masalah kesehatannya.
Berdasarkan uraian diatas, pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
mempunyai ciri sebagai berikut :
1. Merupakan perpaduan pelayanan keperawatan dan kesehatan masyarakat
2. Adanya kesinambungan pelayanan kesehatan (continuity of care)
3. Fokus pelayanan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan
pencegahan penyakit (preventif) baik pada pencegahan tingkat pertama, kedua
maupun ketiga
4. Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan masyarakat kepada klien
(individu, keluarga, kelompok, masyarakat) sehingga terjadi kemandirian
5. Ada kemitraan perawat kesehatan masyarakat dengan masyarakat dalam upaya
kemandirian klien.
6. Memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain serta masyarakat.

J. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa pada CMHN


A. Pengkajian
Pengkajian awal dilakukan dengan menggunakan pengkajian 2 menit
berdasarkan keluhan pasien. Setelah ditemukan tanda-tanda menonjol yang
mendukung adanya gangguan jiwa, maka pengkajian dilanjutkan dengan
menggunakan format pengkajian kesehatan jiwa. Data yang dikumpulkan
mencakup:
1. Keluhan utama
2. Riwayat kesehatan jiwa
3. Pengkajian psikososial
4. Dan pengkajian status mental
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara dengan
pasien dan keluarga, pengamatan langsung terhadap kondisi pasien, serta
melalui pemeriksaan.
B. Diagnosa
Diagnosis keperawatan dapat dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian,
baik masalah yang bersifat aktual (gangguan kesehatan jiwa) maupun yang
berisiko mengalami gangguan jiwa. Jika perawat menemukan anggota
masyarakat yang mengalami gangguan jiwa, maka perawat harus berhati-hati
dalam penyampaiannya kepada pasien dan keluarga agar tidak menyebutkan
gangguan jiwa karena hal tersebut merupakan stigma dalam masyarakat.
Adapun diagnosis keperawatan yang diidentifikasi penting untuk pascabencana
adalah sebagai berikut :
1. Masalah kesehatan jiwa pada anak/remaja.
a. Depresi
b. Perilaku kekerasan
2. Masalah kesehatan jiwa pada usia dewasa.
a. Harga diri rendah
b. Perilaku kekerasan
c. Risiko bunuh diri
d. Isolasi sosial
e. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
f. Gangguan proses pikir: waham
g. Defisit perawatan diri
3. Masalah kesehatan jiwa pada lansia.
a. Demensia
b. Depresi

C. Intervensi
Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan standar asuhan
keperawatan kesehatan jiwa yang mencakup tindakan psikoterapeutik yaitu:
1. Penggunaan berbagai teknik komunikasi terapeutik dalam membina
hubungan dengan pasien;
2. Pendidikan kesehatan tentang prinsip-prinsip kesehatan jiwa dan gangguan
jiwa;
3. Perawatan mandiri (aktivitas kehidupan sehari-hari) meliputi kebersihan diri
(misal, mandi, kebersihan rambut, gigi, perineum), makan dan minum,
buang air besar dan buang air kecil;
4. Terapi modalitas seperti terapi aktivitas kelompok, terapi lingkungan dan
terapi keluarga;
5. Tindakan kolaborasi (pemberian obat-obatan dan monitor efek samping).
Dalam menyusun rencana tindakan harus dipertimbangkan bahwa untuk
mengatasi satu diagnosis keperawatan diperlukan beberapa kali pertemuan
hingga tercapai kemampuan yang diharapkan baik untuk pasien maupun
keluarga. Rencana tindakan keperawatan ditujukan pada individu, keluarga,
kelompok, dan komunitas.
1. Pada tingkat individu difokuskan pada peningkatan keterampilan dalam
kegiatan seharihari dan keterampilan koping adaptif dalam mengatasi
masalah.
2. Pada tingkat keluarga difokuskan pada pemberdayaan keluarga dalam
merawat pasien dan menyosialisasikan pasien dengan lingkungan.
3. Pada tingkat kelompok difokuskan pada kegiatan kelompok dalam rangka
sosialisasi agar pasien mampu beradaptasi dengan lingkungan.
4. Pada tingkat komunitas difokuskan pada peningkatan kesadaran masyarakat
tentang kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, serta menggerakkan sumber-
sumber yang ada di masyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh pasien dan
keluarga.

D. Implementasi
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat.
Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien
saat ini. Perawat bekerja sama dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan lain
dalam melakukan tindakan. Tujuannya adalah memberdayakan pasien dan
keluarga agar mampu mandiri memenuhi kebutuhannya serta meningkatkan
keterampilan koping dalam menyelesaikan masalah. Perawat bekerja dengan
pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka dan
memfasilitasi pengobatan melalui kolaborasi dan rujukan.

E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan pasien dan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah.
1. Evaluasi pasien
a. Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai kemampuannya.
b. Membina hubungan dengan orang lain di lingkungannya secara bertahap.
c. Melakukan cara-cara meyelesaikan masalah yang dialami.
2. Evaluasi keluarga
a. Membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien hingga pasien mandiri.
b. Mengenal tanda dan gejala dini terjadinya gangguan jiwa.
c. Melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa atau kekambuhan.
d. Mengidentifikasi perilaku pasien yang membutuhkan konsultasi segera.
e. Menggunakan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat seperti
tetangga, teman dekat, pelayanan kesehatan terdekat.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Selama ini masalah kesehatan hanya terfokus pada kesehatan fisik,
sementara kesehatan jiwa tampaknya masih terabaikan. Satu sisi masyarakat
masih punya stigma negative terhadap kesehatan jiwa dan di pihak lain
pemerintah dalam program kesehatan jiwa masih menganaktirikannya. Apapun
kalaulah masalah kesehatan jiwa tidak ditangani secara serius tentu akan
berpengaruh kepada Indeks Pembangunan Manusia. Posisi kesehatan mempunyai
korelasi terhadap tingkat produktivitas masyarakat. Kesehatan fisik tanpa
kesehatan jiwa dan lingkungan yang mendukung, tidak akan dapat menghasilkan
manusia yang mumpuni dan berkualitas. Pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia
masih sangat terbatas, belum menyentuh tingkat pelayanan kesehetan primer, baik
sarana prasarana maupun sumber daya manusianya.

B. Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai konsep pelayanan manajemen
keperawatan jiwa di klinik dan di komunitas seperti ini, diharapkan para pembaca
mengetahui bagaimana cara mengenali dan merawat orang-orang dengan gejala
dan mengidap gangguan jiwa dengan baik. Karena dengan adanya manajemen
yang baik, maka kejadian orang mengidap gangguan jiwa dapat diminimalisir dan
hidup masyarakat akan menjadi lebih baik pula dan diperlukan suatu perubahan
cara pikir masyarakat agar stigma negative mengenai kesehatan jiwa sangat
penting. Dan semoga makalah ini dapat menjadi acuan, atau referensi dalam
pengajaran mata kuliah kesehatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. 2018. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.

Keliat, Budi Anna. 2017.Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 2016. Buku Saku Keperawatan Jiwa.

Captain. 2018. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2019. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih bahasa
oleh Yasmin Asih. Jakarta: EGC.

Fitria, Nita. 2018 Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tidakan Keperawatan (LP dan SP) revisi 2018. Jakarta:
Salemba Medika.

Jakarta: EGC. Videbeck, Sheila L. 2015.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai