Anda di halaman 1dari 8

MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20….

, Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487

REKONSILIASI OBAT PADA PASIEN DIABETES MELITUS

Nur Kholis Majid1, Irma Susanti2, Primanitha Ria Utami3


1)UniversitasMuhammadiyah Lamongan; JL. Raya Plalangan Plosowahyu KM 2
Telp/Fax (0322)322356 Lamongan
2)Fakultas Ilmu Kesehatan, Program Studi S1 Farmasi

e-mail: 1) nkholismajid24@gmail.com

ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya. Pasien diabetes melitus memerlukan terapi jangka panjang
sehingga diperlukan proses rekonsiliasi agar mendapatkan terapi yang sesuai.
Rekonsiliasi obat yaitu suatu proses membandingkan suatu instruksi pengobatan
dengan obat yang didapat oleh pasien, dilakukanya rekonsiliasi obat yaitu untuk
mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error) seperti obat
tidak diberikan, duplikasi, kesalahan kekuatan obat atau interaksi obat. Tujuan
menganalisis rekonsiliasi obat pada pasien diabetes melitus di sarana kesehatan
Kabupaten Lamongan. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan
pengambilan data retrospektif yang dilakukan di sarana kesehatan Kabupaten
Lamongan pada tahun 2022. Hasil pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
rekonsiliasi obat dari intruksi pengobat yang telah didapatkan pasien yaitu
hasilnya yang sesuai 105 (55,6%) dan yang tidak sesuai dengan instruksi 84
(44,4%) kekuatan obat 16,9%, obat dihentikan 2,6%, pergantian obat 10,1%,
riwayat elergi dan efek samping obat 4,8%, pemberian obat kombinasi 6,3% dan
kepatuhan pengambilan obat 3,7%. Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah;
memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien;
mengidentfikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi dokter
dan mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.

Kata kunci: Diabetes Melitus, Puskesmas, Rekonsiliasi Obat

ABSTRACT
Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases characterized by hyperglycemia that
occurs due to abnormalities in insulin secretion, insulin action or both. Diabetes mellitus
patients require long-term therapy so a reconciliation process is needed to get appropriate
therapy. Medication reconciliation is a process of comparing a medication instruction with
the medication received by the patient. Drug reconciliation is carried out to prevent
medication errors such as medication not being administered, duplication, medication
strength errors or drug interactions. The aim is to analyze medication reconciliation in
diabetes mellitus patients in Lamongan Regency health facilities. This study uses a cross
sectional method with retrospective data collection carried out at Lamongan Regency
health facilities in 2022. The results of this study show that the reconciliation of drugs
from treatment instructions that patients have obtained is 105 (55.6%) and the results are
in accordance with not according to instructions 84 (44.4%) drug strength 16.9%, drug
discontinued 2.6%, drug change 10.1%, history of allergies and drug side effects 4.8%,
combination drug administration 6.3% and drug taking compliance 3.7%. The purpose of
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
medication reconciliation is; ensure accurate information about the medications the patient
is taking; identify discrepancies due to undocumented doctor's instructions and identify
discrepancies due to unreadable doctor's instructions.

Keywords: Community Healt Centers, Diabetes Mellitus, Drug Reconciliation

PENDAHULUAN
Diabetes melitus merupakan suatu keadaan hiperglikemi kronik yang
timbul pada seorang yang di sertai dengan berbagai kelainan metabolik akibat
terjadinya gangguan hormonal seperti kegagalan sekresi insulin, kerja insulin,
ataupun keduanya (IDF, 2021).
Seseorang yang menderita diabetes melitus dapat memiliki gejala antara
lain poliuria (sering kencing), polidipsia (sering merasa haus), dan polifagia
(sering merasa lapar), serta penurunan berat badan yang tidak diketahui
penyebabnya. Selain hal-hal tersebut, gejala penderita diabetes melitus lainya
adalah keluhkan lemah badan dan kurangnya energi, kesemutan di tangan atau
kaki, gatal, mudah terkena infeksi bakteri atau jamur, penyembuhan luka yang
lama, dan mata kabur. Namun, pada beberapa kasus, penderita diabetes melitus
tidak menunjukkan adanya gejala (Cao et al., 2017).
Parameter yang dapat digunakan dalam menilai pengendalian diabetes
melitus yaitu HbA1c, gula darah puasa (GDP), glukosa darah 2 jam, profil lipid,
indeks massa tubuh (IMT) dan tekanan darah. Diagnosis diabetes melitus
ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadarglukosa darah. Pemeriksaan glukosa
darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan
bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan
dengan glucometer (PERKENI, 2019)
Pada tahun 2021 penderita diabetes melitus di seluruh dunia mencapai
537 juta orang, dengan angka kematian lebih dari 6,7 juta jiwa. Penderita
diabetes melitus yang ada di Indonesia mencapai 19.465.100 orang, dengan
angka kematian sebesar 236,711 jiwa (IDF, 2021). Penderita diabetes melitus yang
ada di Jawa Timur sudah mencapai 867.257 (Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2021),
Penderita diabetes melitus di Kabupaten Lamongan mencapai 22.580 (Dinas
kesehatan Kabupaten Lamongan, 2021).
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan (Manuel et al., 2021).
Pada pasien diabetes melitus hasil yang diperoleh dan diidentifikasi
ketidaksesuaian pengobatan berdasarkan hasil rekonsiliasi obat didapati yaitu
Incomplete prescription (resep yang tidak lengkap) sebesar (10,2 %), Omission
medication (ketidak patuhan pengobatan) sebesar (10,2 %), dan Ketidaksesuaian
yang disengaja (100%). Untuk itu disarankan untuk menambah personil tenaga
kesehatan yang bertugas mengambil dan memvalidasi data riwayat pengobatan
dan memberikan edukasi mengenai proses terjadinya rekonsiliasi obat. Proses
rekonsiliasi obat yaitu suatu proses membandingkan suatu instruksi pengobatan
dengan obat yang telah didapat oleh pasien, dilakukanya rekonsiliasi obat yaitu
untuk mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error) seperti
obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan
pemberian obat (medication error) sangat rentan terjadi pada pemindahan pasien
dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, juga antar ruang perawatan lainya,
dan pada pasien yang keluar dari rumah sakit ke layanan kesehatan primer
seperti puskesmas dan sebaliknya (Khairuzzaman, 2016). Berdasarkan latar
belakang masalah dengan tujuan untuk menganalisis rekonsiliasi obat pada
pasien diabetes melitus di sarana kesehatan kabupaten lamongan.

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian ini melakukan Teknik pengambilan data secara
retrospektif yaitu pengambilan data di Februari 2022 hingga bulan Mei 2022.
Dengan pengambilan data di rekam medis dan resep untuk mengetahui jumlah
pasien rawat jalan yang mengalami rekonsiliasi obat diabetes melitus di salah
satu sarana kesehatan di Kabupaten Lamongan. Waktu penelitian pada bulan
Maret – Juni 2023. Penelitian ini telah mendapatkan izin etik.
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristis Pasien
Table 1 Karakteristik Pasien

Jenis Kelamin
Jenis
No Frekuensi (F) Persentase (%)
Kelamin
1 Perempuan 134 70,9
2 Laki-laki 55 29,1
Total 189 100

Usia
No Usia Frekuensi (F) Persentase (%)
1 26-35 Tahun 13 6,9
2 36-45 Tahun 27 14,3
3 46-55 Tahun 79 41,8
4 56-65 Tahun 56 29,6
5 ≥65 Tahun 14 7,4
Total 189 100
Berdasarkan hasil dari tabel 1 dapat dilihat dari jumlah total pasien
diabetes melitus paling banyak terjadi pada perempuan yaitu 134 pasien
dengan persentase (70,9%) paling banyak juga terjadinya diabetes mellitus
pada pasien perempuan karena perubahan pola hidup perempuan lebih
berisiko terkena diabetes ketimbang pria. Perempuan cenderung tidak banyak
beraktivitas (Detty et al., 2020). Pada penelitian ini diabetes melutus paling
banyak terjadi pada usia 46-55 tahun yaitu sebanyak 79 pasien dengan
persentase (41,8%), terjadinya diabetes melitus pada lansia disebabkan
penurunan semua fungsi sistem tubuh, antara lain sistem imun, metabolisme,
endokrin, seksual dan reproduksi, kardiovaskuler, gastrointestinal, otot dan
saraf. Penyakit degeneratif mulai terdiagnosis, aktivitas dan kualitas hidup
berkurang akibat ketidakmampuan baik fisik maupun psikis yang sangat
terganggu (Resti et al., 2021).
2. Jenis Obat Dan Dosis Yang Di Dapatkan
Table 2 Obat Diabetes Melitus Tunggal Dan Kombinasi

No Nama & dosis obat Frekuensi (F) Persentase (%)


Obat Tunggal
1 Metformin 500mg 48 45,5
2 Acarbose 50mg 14 12,3
3 Glimepiride 2mg 13 11,3
4 Glimepiride 4mg 11 10,4
5 Piaglitazone 30mg 11 10,4
6 Glibenclamid 4mg 5 4,6
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
7 Glibenclamid 10mg 5 4,6
8 Gliclazid 80mg 1 0,9
Total 105 100
Obat Kombinasi
1 Metformin 500mg + acarbose 100mg 3 3,6
2 Metformin 500mg + acarbose 50mg 2 2,4
3 Metformin 500mg + pioglitazone 30mg 4 4,8
4 Metformin500mg + glibenclamid 5mg 1 1,2
5 Metformin 500mg + glibenclamid 100mg 1 1,2
6 Glimepirid 2mg + acarbose 50mg 11 7,1
7 Glimepirid 4mg + acarbose 50mg 5 5,8
8 Glimepirid 2mg + metformin 500mg 14 16,7
9 Glimepirid 4mg + metformin 500mg 6 13,0
10 Glibenclamid 5mg + acarbose 50mg 4 4,8
11 Giclazid 80mg + glimepirid 2mg 2 2,4
12 Giclazid 80mg + acarbose 3 3,6
13 Giclazid 80mg + pioglitazone 30mg 2 2,4
14 Giclazid 80mg + metformin 500mg 4 4,8
15 Giclazid 80mg + mrtformin 500mg + 3 3,6
acarbose 50mg
16 Giclazid 80mg + metformin 500mg + 2 2,4
acarbose 100mg
17 Giclazid 80mg + metformin 500mg + 3 3,6
pioglitazone 30mg
18 Giclazid 80mg + glimepirid 2mg + acarbose 1 1,2
100mg
19 Glimepirid 2mg + metformin 500mg + 5 5,8
acarbose 50mg
20 Glimepirid 2mg + metformin 500mg + 1 1,2
pioglitazone 30mg
21 Glimepirid 4mg + metformin 500mg + 1 1,2
pioglitazone 30mg
22 Glimepirid 4mg + metformin 500mg + 4 4,8
acarbose 50mg
23 Glimepirid 2mg + metformin 500mg + 1 1,2
acarbose 50mg + pioglitazone 30mg
24 Giclazid 80mg + metformin 500mg + 1 1,2
acarbose 50mg + pioglitazone 30mg
Total 84
100
Total seluruh 189
Pada tabel 2 pada penggunaan obat tunggal paling banyak obat yang
diterima pasien pasien yaitu obat metformin 500mg dengan frekuensi 48 yaitu
(45,5%) karena penggunaan monoterapi atau pun kombinasi pada obat
metformin dapat mencegah terjadinya komplikasi. Metformin dapat
menurunkan produksi glukosa hepatik, dengan meningkatkan penyerapan dan
pemanfaatan glukosa perifer. Metformin monoterapi dapat memperbaiki
tekanan darah diastolik dan mengurangi angka mortalitas pada pasien diabetes
melitus. Pada kombinasi metformin dan sulfonilurea dapat mencegah efek
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
samping hipoglikemia yang disebabkan penggunaan sulfonilurea secara
monoterapi. Terdapat juga kekurangan pada metformin yaitu sering terjadinya
efek samping gangguan gastrointestinal seperti mual/muntah yang dipengaruhi
oleh cara minum obat yang tidak benar dengan dosis yang kurang tepat,
terkadang juga menyebabkan diare, ketidak nyaman abdomen dan juga dapat
menyebabkan asidosis laktat. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan pasien
dalam menggunakan obat metformin seperti indikasi, efek samping, cara
penggunaan, dosis, frekuensi pemberian, dan penyimpanannya. Teori
menyatakan bahwa Initial dose 500 mg secara oral dua kali sehari setelah makan
atau dosis 850 mg secara oral satu kali sehari setelah makan. Dosis awal untuk
pasien yang mendapatkan metformin adalah 500 mg digunakan sehari dua kali
(Rismawati et al., 2023).
Pada penggunaan obat kombinasi yang diterima pasien paling banyak
yaitu pada obat kombinasi glimepirid 2mg + metformin 500mg dengan frekuensi
14 yaitu (16,7%). Pada penelitian ini Glimepirid 2mg + metformin 500mg paling
banyak digunakan karena golongan sulfonilurea bekerja dengan meningkatkan
sekresi insulin di sel beta pankreas. Sehingga lebih efektif di gunakan pada
pasien dengan fungsi sel beta pankreas yang masih baik, sedangkan golongan
biguanida bekerja langsung pada hati (hepar), menurunkan produksi glukosa
hati dan meningkatkan glukosa di jaringan perifer (Nazhipah et al., 2021).
3. Kesesuaian Obat Yang Diresepkan Dengan Obat Yang Diterima Pasien
Table 3 Kesesuaian Obat Yang Di Resepkan Dan Yang Di Terima

No Kesesuaian obat Frekuensi (F) Persentase (%)


1 Sesuai
2 Tidak sesuai 105 55,6
Total 189 100
Pada tabel 3 menjelaskan bahwa instruksi pengobatan dengan obat yang
telah didapat oleh pasien adalah yang sesuai dengan intruksi yaitu 105 pasien
dengan persentase (55,6%) dan yang tidak sesuai dengan intruksi yaitu 84
dengan persentase (44,4%), hal ini dikarenakan rekonsiliasi obat yang terjadi
yaitu seperti duplikasi terapi, dosis obat, kesalahan peresepan, kesalahan
penyiapan obat, interaksi obat dan obat tidak diberikan. Rekonsiliasi adalah
suatu proses untuk mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat (medication
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat
(Studer et al., 2023).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu sarana


kesehatan di Kabupaten Lamongan tentang rekonsiliasi obat pada pasien
diabetes melitus, yang membandingkan suatu instruksi pengobatan dengan obat
yang telah didapat oleh pasien yaitu hasilnya adalah yang sesuai dengan intruksi
yaitu 105 pasien dengan persentase (55,6%) dan yang tidak sesuai dengan
intruksi yaitu 84 dengan persentase (44,4%).

DAFTAR PUSTAKA

Cao, X., Wang, D., Zhou, J., Yuan, H., & Chen, Z. (2017). Relationship between
dental caries and metabolic syndrome among 13 998 middle-aged urban
Chinese. Journal of Diabetes, 9(4), 378–385. https://doi.org/10.1111/1753-
0407.12424

Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2021. (2021). Dinas Kesehatan Jawa Timur 2021. In
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2021 (Vol. 3, Issue 1).
https://doi.org/10.21831/dinamika.v3i1.19144

Dinas kesehatan Kabupaten Lamongan. (2021). Profil Kesehatan Kabupaten


Lamongan. In Dinas kesehatan Kabupaten lamongan. Dinas Kesehatan
Kabupaten lamongan.

IDF. (2021). International Diabetes Federation. In Diabetes Research and Clinical


Practice (10th ed.). https://doi.org/10.1016/j.diabres.2013.10.013

Khairuzzaman, M. Q. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


72 Tahun 2016. 4(1), 64–75.

Manuel, J. T., Wiyono, W. I., & Jayanti, M. (2021). Identifikasi Ketidaksesuaian


Pengobatan pada Proses Rekonsiliasi Obat di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit. Jurnal Biomedik:JBM, 13(3), 241.
https://doi.org/10.35790/jbm.13.3.2021.31769

Nazhipah, I., Mulyani, Muhammad, Z., & Riyadi, muhammad arif. (2021).
Analisis Efektivitas Biaya (Cost-Effectiveness) Penggunaan Antidiabetes Oral
Kombinasi Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Rawat Jalan Di Rsud Dr. H.
Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. 4(April), 103–110.
https://doi.org/10.36387/jifi.v4i1.683

PERKENI. (2019). Pedoman Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2


MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
Dewasa Di Indonesia.

Resti, A., Tusy, T., Firhat, E., & Nugraha, fidel rama. (2021). Hubungan Antara
Usia, Jenis Kelamin, Dan Tingkat Pendidikan Dengan Kejadian Diabetes Mellitus
Di Klinik Mardi Waluyo Lampung Tengah. 5(September), 146–153.

Rismawati, A., Fathurrohmah, A., & Yunita, D. (2023). Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Diterapi Rawat Jalan Dengan Anti Diabetik Oral. 3,
13005–13009.

Studer, H., Imfeld, T. L., Patrick, I., Marco, E. B., Rosen, C., Bodmer, M., Boeni, F.,
Hersberger, K. E., & Lampert, M. L. (2023). The impact of pharmacist ‑ led
medication reconciliation and interprofessional ward rounds on drug ‑
related problems at hospital discharge. International Journal of Clinical
Pharmacy, 45(1), 117–125. https://doi.org/10.1007/s11096-022-01496-3

Anda mungkin juga menyukai