Anda di halaman 1dari 5

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN DALAM

PENGELOLAAN DIET PADA PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS


TIPE 2 DI KOTA SEMARANG
FACTORS RELATED TO COMPLIANCEIN DIET MANAGEMENT IN DIABETES
OUTPATIENT PATIENTS MELLITUS TYPE 2 IN SEMARANG CITY
Penulis:
1. Wulan Ramadani 20020200051
2. Zumrotin Nafilah 20020200049
3. Devi Cahyaningtyas 20020200054
4. Findy Lovierna 20020200053

(farmasizumrotinnafilah@gmail.com / 081615562039)

ABSTRAC
Type 2 DM (T2DM) management are diet, physical activity, blood sugar control, and
medication. The prevalence of T2DM was 85-90%. In Puskesmas Tlogosari Wetan,
cases of T2DM was top five in the city of Semarang.
Methods: It was cross sectional study with the population of patients with T2DM in
2016 (July 1 to December
31) and sample size taken was 57 respondents. Measurement of dietary management
was done by using a questionnaire.
Results: It showed there was association between age (p<0.01), sex (p<0.01), and the
role of the family (p<0.01) with the compliance in the management of diet among
patients with T2DM. There was no association between education (p: 0,44), occupation
(p: 0.7), knowledge (p: 0.42), and the role of health officer
(p: 0.7).
KeyWords:
Compliance, Management of Diet, T2DM.

ABSTRAK
Latar Belakang: Pengelolaan DM tipe 2 meliputi perencanaan makan atau diet,
aktivitas fisik, kontrol gula darah, dan minum obat. Prevalensi kasus DM tipe 2 mencapai 85-
90%. Di Puskesmas Tlogosari Wetan, kasus DM tipe 2 menduduki 5 besar kasus tertinggi di
Kota Semarang. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan
populasi seluruh penderita DM tipe 2 tahun 2016 (1 Juli – 31 Desember) dan besar sampel
adalah 57 responden. Pengukuran pengelolaan diet dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara umur (p<0,01), jenis
kelamin (p< 0,01), dan peran keluarga (p: <0,01) dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet
DM tipe 2. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan (p: 0,44), pekerjaan (p: 0,7),
pengetahuan (p: 0,42), dan peran petugas kesehatan (p: 0,7).

Kata kunci:
Kepatuhan, Manajemen Diabetes, T2DM
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) merupakan 2014). Jumlah kasus DM tipe 2 di Jawa
suatu penyakit menahun yang ditandai Tengah tahun 2015 sebanyak 99.646 kasus.
dengan kadar glukosa darah (gula darah) Hal ini berbeda dengan tiga tahun
melebihi normal yaitu kadar gula darah sebelumnya. Pada tahun 2014 kasus
sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, diabetes melitus tipe 2 sebanyak 96.431
dan kadar gula darah puasa di atas atau kasus (0,29%). Pada tahun 2013 kasus
sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, diabetes mellitus tipe 2 di Jawa Tengah
2006). DM dikenal sebagai silent killer yaitu sebesar 142.925 (0,43%) kasus,
karena sering tidak disadari oleh sedangkan pada tahun 2012 sebesar
penyandangnya dan saat diketahui sudah 181.543 (0,55%) kasus.
terjadi komplikasi (Kemenkes RI, 2014).
DM dapat menyerang hampir seluruh Kota semarang menempati urutan
sistem tubuh manusia, mulai dari kulit ketiga dari 35 kabupaten/kota di Jawa
sampai jantung yang menimbulkan Tengah (Dinas Kesehatan Jawa Tengah,
komplikasi. 2015). Kasus DM tipe 2 di Kota Semarang
pada tahun 2014 sebesar 15.464 kasus, hal
International Diabetes Federation ini mengalami peningkatan dari tahun
(IDF) menyebutkan bahwa prevalensi sebelumnya yaitu tahun 2013 sebesar
diabetes mellitus di dunia adalah 1,9% dan 13.112 kasus. Pada tahun 2015, menurut
telah menjadikan DM sebagai penyebab data Dinas Kesehatan Kota Semarang
kematian urutan ke tujuh di dunia menunjukkan bahwa kasus tertinggi
sedangkan tahun 2013 angka kejadian terdapat di Puskesmas Tlogosari Wetan.
diabetes di dunia adalah sebanyak 382 juta Dari data rekam medik Puskesmas
jiwa dimana proporsi kejadian DM tipe 2 Tlogosari Wetan didapatkan laporan data
adalah 95% dari populasi dunia. Prevalensi kesakitan penyakit tidak menular,
kasus Diabetes melitus tipe 2 sebanyak 85- khususnya DM non insulin yaitu sebesar
90% (Bustan, 2015). 530 kasus, dengan tingkat kejadian paling
banyak adalah pada usia 45-65 tahun dan
Data laporan WHO tahun 2003 pada jenis kelamin wanita. Dari studi
menunjukkan hanya 50% pasien DM di pendahuluan didapatkan bahwa tingkat
negara maju mematuhi pengobatan yang kepatuhan pasien diabetes belum dapat
diberikan. Pada DM yang tidak terkendali dikatakan baik, ditandai dengan frekuensi
dapat terjadi komplikasi. Timbulnya kedatangan pasien untuk melakukan
komplikasi mempe- ngaruhi kualitas hidup pengobatan DM yang tidak mengalami
dan mempengaruhi perekonomian. penurunan. Selain itu petugas juga
menjelaskan program-program yang
Prevalensi diabetes mellitus di
dilakukan dalam penanggulangan diabetes
Indonesia pada tahun 2013 adalah sebesar
melitus di puskesmas Tlogosari Wetan
2,1%. Angka tersebut lebih tinggi
meliputi penemuan kasus, pengobatan dan
dibandingkan dengan tahun 2007 (1,1%).
perawatan penderita, dan penyuluhan
Sebanyak 31 provinsi (93,9%)
langsung pada penderita yang berkunjung
menunjukkan kenaikan prevalensi diabetes
ke puskesmas dengan pengelolaan meliputi
mellitus yang cukup berarti.
diet, olahraga, dan obat.
Prevalensi untuk Provinsi Jawa
Tengah sebesar (1,9%) (Kemenkes RI,
Menurut konsensus Perhimpunan pekerjaan, tingkat pengetahuan, peran
Endoktrinologi Indonesia (PERKENI, keluarga, dan peran petugas kesehatan,
2011), pilar pengendalian DM meliputi serta kepatuhan pengelolaan diet pada
latihan jasmani, terapi gizi medis, \ penderita DM tipe 2. Populasi pada
intervensi farmakologis, dan edukasi. penelitian ini adalah seluruh penderita DM
Keberhasilan proses kontrol terhadap tipe 2 yang tercatat di rekam medis
penyakit DM salah satunya ditentukan oleh Puskesmas Tlogosari Wetan Kota
kepatuhan pasien dalam mengelola pola Semarang tahun 2016 (Juli-Desember)
makan atau diet sehari-hari. Hal ini agar dengan teknik pengambilan data yaitu
mencegah timbulnya komplikasi dari obsevasi dan wawancara. Penelitian ini
penyakit DM. Prinsip pengaturan makan melibatkan 57 responden. Teknik
pada penderita DM hampir sama dengan pengambilan sampel yang digunakan
anjuran makan untuk masyarakat umum adalah teknik purposive sampling dengan
yaitu makanan yang seimbang dan sesuai menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi.
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi Instrumen penelitian menggunakan
masing-masing individu. Penderita diabetes kuesioner. Teknik analisis menggunakan
melitus perlu ditekankan pentingnya analisis univariat dan bivariat. Analisis
keteraturan makan dalam hal jadwal bivariat dengan uji chi square.
makan, jenis dan jumlah makanan, terutama
pada mereka yang menggunakan obat HASIL DAN PEMBAHASAN
penurun glukosa darah atau insulin.
Pada analisis variabel umur, responden
Menurut Di Matteo (2004) menunjukkan
dengan kategori dewasa (20-59 tahun)
bahwa populasi penderita DM adalah
sebanyak 43 responden (75,4%) dan
populasi yang terendah kepatuhan (67,5%)
kategori lansia (≥60 tahun) sebanyak 14
dalam tindakan medis yang dianjurkan
responden (24,6%).Berjenis kelamin
dibandingkan 16 penyakit utama lain. perempuan sebanyak 41 penderita (71,9%),
Kendala utama pada penanganan sedangkan pada responden laki-laki
diet DM adalah kejenuhan pasien dalam sebanyak 16 penderita (28,1%).
mengikuti terapi diet yang sangat
Dari analisis diperoleh nilai PR = 9,12,
diperlukan untuk mencapai keberhasilan.
artinya responden yang termasuk dalam
Meskipun diperlukan pola makan atau diet
kategori umur dewasa memiliki risiko 10
yang sesuai dengan perintah dokter, namun
kali lebih besar terhadap rendahnya
kenyataannya tingkat kepatuhan penderita
kepatuhan dalam pengelolaan diet. Dalam
dalam menjalankan program manajemen
penelitian ini kategori usia dewasa lebih
penyakit tidak cukup baik. Permasalahan
dominan daripada yang berusia dalam
seperti ini menjadi tantangan dalam
kategori lansia. Sehingga tabel
penanggulangan penyakit diabetes melitus.
menunjukkan bahwa proporsi kepatuhan
Tujuan penelitian ini adalah untuk
pengelolaan diet pada responden dewasa
mengetahui faktor-faktor yang
lebih tinggi dibandingkan lansia. Dapat
berhubungan dengan kepatuhan dalam
disimpulkan bahwa sebagian besar
pengelolaan diet pada penderita DM tipe 2
responden yang menderita DM tipe 2
di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari
berusia antara 45-60 tahun atau dalam
Wetan Kota Semarang.
kategori dewasa. Umur dewasa merupakan
METODE usia pra lansia, dimana fungsi dan integrasi
mulai mengalami penurunan, kemampuan
Jenis penelitian ini menggunakan untuk mobilisasi dan aktivitas sudah mulai
rancangan penelitian cross sectional. berkurang sehingga muncul beberapa
Variabel yang diteliti adalah umur, jenis penyakit yang menyebabkan status
kelamin, tingkat pendidikan, status kesehatan menurun.
Hal ini sejalan dengan penelitian Trisnawati dibandingkan dengan orang yang
(2013) bahwa adanya hubungan yang berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan
signifikan pada kelompok umur lebih dari yang lebih tinggi akan memudahkan
45 tahun yang lebih beresiko menderita DM seseorang atau masyarakat untuk menyerap
tipe 2. Didapatkan hasil penderita DM lebih informasi dan mengimplementasikannya
banyak pada kelompok umur dewasa dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari,
daripada lansia. Dengan bertambahnya usia khususnya dalam mematuhi pengelolaan
maka terjadi penurunan fungsi diet DM. Menurut Heryati (2014)
pendengaran, penglihatan dan daya ingat seseorang yang berpendidikan lebih tinggi
seorang pasien sehingga pada pasien usia akan mempunyai pengetahuan yang lebih
lanjut akan lebih sulit menerima informasi luas dibandingkan dengan seseorang yang
dan akhirnya salah paham mengenai tingkat pendidikannya lebih rendah karena
instruksi yang diberikan oleh petugas pendidikan merupakan dasar utama untuk
kesehatan. keberhasilan dalam pengobatan.
Penelitian ini tidak sejalan dengan Beberapa penelitian di Indonesia juga
penelitian Liu (2004) mempelajari menunjukkan hasil yang serupa dengan
kemampuan orang dewasa yang lebih tua penelitian ini dimana tingkat pendidikan
untuk mengingat dalam memantau glukosa tidak memiliki pengaruh yang signifikan
mereka sebanyak empat kali dalam waktu dengan kepatuhan diet pada penderita DM
yang sudah ditentukan. Dalam tipe 2.
penelitiannya menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara usia dengan kepatuhan Selain itu pekerjaan juga mempengaruhi
dalam pengelolaan kepatuhan diet DM. kepatuhan dari segi pendapatan. Dalam
penelitian Macgilchrist (2010) bahwa ada
Penelitian yang dilakukan oleh Wong hubungan antara status pekerjaan dengan
(2005) menunjukkan bahwa ada hubungan kepatuhan pengelolaan diet pasien DM tipe
antara jenis kelamin dengan kepatuhan diet 2. Penderita DM tipe 2 yang memiliki
pada penderita DM tipe 2. Penelitian yang pendapatan yang rendah lebih tidak patuh
tidak sejalan adalah dalam penelitian Tania dalam mengelola diet dibandingkan dengan
(2016) menunjukkan persentase responden orang yang memiliki pendapatan tinggi.
yang ikut dalam penelitian dengan jenis Hal ini dikarenakan orang yang mempunyai
kelamin laki-laki lebih banyak (51%) pendapatan rendah lebih sedikit berpeluang
dibandingkan perempuan (49%). Namun, untuk membeli makanan yang sesuai
pada uji statistik Tania (2016) dengan diet diabetes daripada yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan berpendapatan tinggi.
yang bermakna antara jenis kelamin dengan
kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Ketidakbermaknaan antara jenis kelamin yang dilakukan oleh Tania (2016) pada
dengan kepatuhan diet dapat disebabkan pasien rawat jalan DM tipe 2 di RSUP
karena jenis kelamin bukan merupakan Fatmawati, menyatakan bahwa responden
faktor yan berhubungan langsung dengan yang mempunyai tingkat pengetahuan baik
perilaku kepatuhan seperti yang 12,5 kali lebih patuh dalam diet
diungkapkan dalam teori Health Belief dibandingkan dengan responden yang
Model atau model kepercayaan kesehatan. berpengetahuan kurang. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa tingkat
Secara teori, seseorang dengan pendidikan pengetahuan menjadi faktor risiko terhadap
yang tinggi akan mempunyai kesempatan kepatuhan diet yang dijalankan pasien DM
untuk berperilaku baik. Orang yang tipe 2
berpendidikan tinggi lebih mudah
memahami dan mematuhi perilaku diet
Pada variabel peran petugas kesehatan, of 50 Years of Research. Medical Care, 43
tidak ada hubungan antara peran petugas (3): 200-209 Dinas Kesehatan Jawa
kesehatan dengan kepatuhan dalam Tengah. (2015). Profil Keehatan Jawa
pengelolaan diet pada pasien rawat jalan Tengah Tahun 2015. Semarang: Dinas
penderita DM tipe 2. Dapat disimpulkan Kesehatan Jawa Tengah Febriani, D. and
bahwa responden yang memiliki peran Sulistyarini, T. (2016). Pentingnya Sikap
petugas kesehatan yang baik lebih banyak Pasien yang Positif dalam Pengelolaan
daripada yang peran petugas kesehatannya Diabetes Mellitus. Jurnal Stikes RS Baptis
kurang. Kediri, 7(1)
Penelitian ini diperkuat dengan adanya
penelitian Senuk (2013) yang
menggambarkan bahwa dukungan petugas
memiliki hubungan yang signifikan
sehingga disimpulkan bahwa dukungan
petugas berpengaruh terhadap kepatuhan
diet pasien DM, dimana semakin baik
dukungan petugas kepada pasien maka
akan semakin baik kepatuhan pasien.

PENUTUP
Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe
2 adalah umur, jenis kelamin, dan peran
keluarga.

UCAPAN TERIMA KASIH


Peneliti mengucapkan terimakasih kepada
Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Ketua
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Dosen Pembimbing atas terlaksananya
kegiatan penelitian dengan lancar.
Terimakasih juga peneliti sampaikan
kepada Petugas Puskesmas Tlogosari
Wetan dan pihak-pihak lain yang telah
membantu jalannya penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Akmal, H.F. and Puruhita, N., (2012).
Perbedaan Asupan Energi, Protein,
Aktivitas Fisik dan Status Gizi antara
Lansia yang Mengikuti dan Tidak
Mengikuti Senam Bugar Lansia: Studi
Kasus di Instalasi Geriatri Paviliun Lanjut
Usia Prof. Dr. Boedhi Darmojo RSUP Dr.
Kariadi Semarang. Jurnal Media Medika
Muda DiMatteo, M.R. (2004). Variations in
Patient’s Adherence to Medical
Recommendation: A Quantitative Review

Anda mungkin juga menyukai