Anda di halaman 1dari 14

MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20….

, Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487

EVALUASI TINGKAT PENGETAHUAN PENGGUNAAN OBAT NYERI


DAN OBAT KORTIKOSTEROID PADA MAHASISWA UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH LAMONGAN

Fauzi Ramadhan Afandi1, Primanitha Ria Utami2, Riana Prastiwi H3


Universitas Muhammadiyah Lamongan;JL Raya Plalangan Plosowahyu KM2
1)

Telp/Fax(0322)322356 Lamongan
2)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Program Studi S1 Farmasi
e-mail: 1) fauziramadhan525@gmail.com

ABSTRAK
Nyeri merupakan sensasi yang mengindikasikan bahwa tubuh sedang
mengalami kerusakan pada jaringan, inflamasi, atau kelainan yang lebih berat
seperti disfungsi pada sistem syaraf. Oleh karena itu nyeri sering disebut sebagai
alarm untuk melindungi tubuh dari kerusakan jaringan yang lebih parah.
Kortikosteroid menunjukkan toksisitas jangka pendek dan jangka panjang. Efek
samping langsungnya meliputi imunosupresi, yang dapat bermanifestasi sebagai
kandidosis, hiperglikemia, dan gangguan kejiwaan. Pasien yang telah
menggunakan analgesik dan kortikosteroid sebagai terapi nyeri perlu
meningkatkan pemahaman bahwasanya obat analgesik dan kortikosteroid tidak
dapat digunakan dalam jangka panjang tanpa sepengetahuan dokter. Tujuan
dari penelitian ini adalah Mengetahui tingkat pengetahuan penggunaan obat
nyeri dan obat kortikosteroid pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Lamongan. Penelitian ini bersifat observasional yaitu mengidentifikasi suatu
subyek, mengamati dan mencatat data yang diperoleh. Penelitian ini
menggunakan analisis Deskriptif dan pengumpulan data secara cross-sectional.
Pada tingkat pengetahuan baik 2 mahasiswa (2,15%), tingkat pengetahuan cukup
9 mahasiswa (9,67%), tingkat pengetahuan kurang 82 mahasiswa (88,17%). Dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa Universitas Muhammadiyah Lamongan
dominan masih sangat kurang pada tingkat pengetahuan penggunaan obat
nyeri dan kortikosteroid didapatkan presentase (88,17%).
Kata Kunci: Nyeri,Kortikosteroid,Pengetahuan,Penggunaan Obat.

ABSTRACT
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487

Pain is a sensation that indicates that the body is experiencing tissue damage,
inflammation, or a more serious disorder such as dysfunction in the nervous system.
Therefore, pain is often referred to as an alarm to protect the body from more severe tissue
damage. Corticosteroids show short-term and long-term toxicity. Immediate side effects
include immunosuppression, which can manifest as candidosis, hyperglycemia, and
psychiatric disorders. Patients who have used analgesics and corticosteroids as pain
therapy need to increase their understanding that analgesics and corticosteroid drugs
cannot be used long term without the doctor's knowledge. The aim of this research is to
determine the level of knowledge of the use of pain medication and corticosteroid drugs
among Muhammadiyah Lamongan University students. This research is observational,
namely identifying a subject, observing and recording the data obtained. This research uses
descriptive analysis and cross-sectional data collection. At a good level of knowledge, 2
students (2.15%), a sufficient level of knowledge, 9 students (9.67%), a poor level of
knowledge, 82 students (88.17%). It can be concluded that the majority of
Muhammadiyah Lamongan University students are still very lacking in the level of
knowledge of the use of pain medication and corticosteroids, the percentage obtained was
(88.17%).

Keywords: Pain, Corticosteroids, Knowledge, Drug Use.

Keywords: consist of 3-5 words or phrases represent the focus of writing. Written with letters Book
Antiqua Italic 10 pt.

Catatan: Untuk isi jurnal ditulis menggunakan huruf Book Antiqua 11 pt dengan
spasi 1,5. Margin atas, kanan dan bawah 3 cm dan margin kiri 4 cm mengikuti
template yang sudah disediakan.

PENDAHULUAN
Nyeri merupakan sensasi yang mengindikasikan bahwa tubuh sedang
mengalami kerusakan pada jaringan, inflamasi, atau kelainan yang lebih berat
seperti disfungsi pada sistem syaraf. Oleh karena itu nyeri sering disebut sebagai
alarm untuk melindungi tubuh dari kerusakan jaringan yang lebih parah
(Bunardi et al., 2021). Nyeri dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,
pekerjaan, tingkat pendidikan, budaya, gaya hidup individu. Nyeri dibedakan
menjadi nyeri nosiseptif, nyeri nuropatik, dan nyeri campuran (Amalia et al.,
2016). Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yakni nyeri akut dan
nyeri kronis (Jiatong (Steven) Chen, 2022).
Pada penelitian sebelumnya nyeri kronis mempengaruhi 41% orang yang
berusia antara 65 – 75 tahun, 48% orang berusia antara 75 – 84 tahun, dan 55%
orang yang berusia 85 tahun. Ini terjadi diantara 45% - 80% orang yang tinggal
dipanti jompo. Penelitian dilakukan di 15 negara di Eropa dan di Israel
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487

menunjukkan penyebaran nyeri kronis dan pengaruhnya terhadap kualitas


hidup pasien, dan tinggi untuk sector medis. (A.A & Boy, 2020).
Rasa nyeri yang dirasakan oleh individu dapat ditangani dengan
melakukan manajemen terapi nyeri, hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi
rasa nyeri yang dapat mengganggu aktivitas penderita. Manajemen ini dapat
diberikan dengan swamedikasi mulai dari terapi non-farmakologi dan terapi
farmakologi. Pengobatan nyeri pada umumnya dilakukan dengan menggunakan
obat analgesik atau obat anti nyeri. Analgesik merupakan obat yang selektif
mengurangi rasa sakit dengan cara bertindak dalam sistem saraf pusat atau pada
mekanisme nyeri perifer, tanpa secara signifikan mengubah kesadaran. Obat
Analgesik menghilangkan rasa sakit, tanpa mempengaruhi penyebabnya.
Analgesik apabila digunakan dengan dosis yang berlebihan dapat menimbulkan
beberapa efek samping (Lumape et al., 2018).
Adapun analgesik yang dapat digunakan sebagai obat pereda nyeri adalah
analgesik non-opioid (NSAID), analgesik opioid (Rasmi, 2019). Umumnya obat
analgesik memiliki efek samping yang cukup banyak sehingga penggunaan obat
analgesik perlu dilakukan pemantauan menggunakan obat analgesik untuk
mengurangi atau menekan rasa nyeri. Adapun ESO potensial dari penggunaan
NSAID ini juga adalah GI (gastrointestinal bleeding). Obat-obat analgesik yang
biasanya digunakan oleh masyarakat adalah golongan obat analgesik yang
berjenis nonopioid seperti asam salisilat, asam mefenamat, serta parasetamol
karena obat analgesik golongan nonopioid tidak bersifat adiktif seperti obat
analgesik golongan opioid. Obat-obat analgesik nonopioid memiliki efek
samping yaitu, gangguan lambung dan usus, reaksi hipersensitivitas, kerusakan
ginjal, dan dapat menyebabkan kerusakan hati apabila digunakan dalam dosis
yang berlebihan. Pada suatu Penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan
obat golongan NSAID atau OAINS lebih dari 4 minggu dapat menurunkan
fungsi tubulus ginjal (Yunita et al., 2020).
Obat golongan kortikosteroid sering disebut sebagai life saving drug.
Manfaat dari obat ini cukup besar namun dikarenakan adanya efek samping
yang tidak diharapkan cukup banyak sehingga penggunaan obat ini dibatasi
(Ajeng Padma Kumala & Widianingtyas, 2018). Efek samping penggunaan
jangka panjang obat kortikosteroid yaitu osteoporosis, diabetes melitus, dan
hipertensi. penggunaan jangka panjang obat kortikosteroid pada pasien SLE
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487

dapat meningkatkan sindroma metabolik (Adiansyah et al., 2021). Kortikosteroid


termasuk penyebab tersering perawatan di rumah sakit (RS) terkait efek samping
obat, dan upaya optimalisasi penggunaan obat ini telah menjadi fokus utama
pada berbagai panduan praktik klinik selama bertahun-tahun. Laporan efek
samping bervariasi, antara 7% dan 33% pada penggunaan jangka pendek (60
hari, bahkan pada dosis rendah (≤7,5 mg/hari) (Siagian et al., 2019).
Kortikosteroid menunjukkan toksisitas jangka pendek dan jangka panjang.
Efek samping langsungnya meliputi imunosupresi, yang dapat bermanifestasi
sebagai kandidosis, hiperglikemia, dan gangguan kejiwaan. Efek jangka panjang
terdiri dari miopati, tukak lambung, osteoporosis, dan sindrom Cushing. Dalam
sebuah penelitian yang tidak terkontrol, kandidosis oral dan miopati proksimal
merupakan efek samping yang paling sering terjadi akibat terapi steroid. Alasan
paling umum penghentian pengobatan deksametason adalah kematian atau
kerusakan umum. Sebanyak empat (4%) dari 106 pasien yang diobati
menghentikan pengobatan karena efek samping seperti kegelisahan, gangguan
tidur, dispepsia, dan ruam kulit.
Perbandingan prednisolon dengan deksametason menunjukkan bahwa
efek samping kedua obat serupa, meskipun lebih banyak perubahan psikologis
( P <0,02) dan hiperaktif ( P <0,05) yang diamati pada pasien yang diobati
dengan deksametason. Ketika membandingkan betametason dengan
prednisolon, masing-masing 33% dan 20% pasien dinilai mempunyai efek
samping yang mengganggu. Gastroprotektor diresepkan oleh 27% dokter untuk
75-100% pasien yang diobati dengan kortikosteroid, dan 65% dokter meresepkan
obat ini ketika pasien menerima kortikosteroid dan NSAID secara bersamaan.
Pasien yang telah menggunakan analgesik dan kortikosteroid sebagai
terapi nyeri perlu meningkatkan pemahaman bahwasanya obat analgesik dan
kortikosteroid tidak dapat digunakan dalam jangka panjang tanpa
sepengetahuan dokter. pengetahuan yang memadahi senantiasa akan
mempengaruhi masyarakat untuk berperilaku sehat yang nantinya akan
berdampak pada keberhasilan terapi pengobatan. Sebaliknya Pengetahuan
masyarakat yang kurang memadahi dapat berpotensi meningkatkan risiko
terjadinya insiden obat atau efek samping obat yang tidak diinginkan (Bunardi et
al., 2021).
METODOLOGI PENELITIAN
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif.


Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang menggambarkan objek atau
subyek yang diteliti secara objektif dengan tujuan menggambarkan fakta secara
sistematis, karakteristik objek, dan frekuensi yang diteliti secara tepat. Penelitian
ini bersifat observasional yaitu mengidentifikasi suatu subyek, mengamati dan
mencatat data yang diperoleh. Penelitian ini menggunakan analisis Deskriptif
dan pengumpulan data secara cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di
Universitas Muhammadiyah Lamongan pada bulan September-Februari 2024.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden

Tabel 1 Berdasarkan Jenis Kelamin

N Jenis Frekuensi Persentase


o Kelamin (F) (%)
1 Perempuan 53 43,0

2 Laki-laki 40 57,0

Total 93 100

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa pada responden berjenis kelamin


perempuan mendapatkan nilai frekuensi 53 mahasiswa bisa dikatakan lebih
banyak dari pada nilai frekuensi dari responden berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 40 mahasiswa.

Tabel 2 Berdasarkan Usia


No Usia Frekuensi (F) Persentase (%)
1 18-19 Tahun 41 44,1
2 20-21 Tahun 34 36,6
3 22-23 Tahun 18 19,3
Total 93 100
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa pada kelompok sebagai
responden yang dominan paling banyak mengisi kuisioner berumur 18-19 tahun
berjumlah 41 mahasiswa dan yang paling sedikit berumur 22-23 tahun berjumlah 18
mahasiswa.
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487

Tabel 3 Berdasarkan Prodi


No Prodi Frekuensi (F) Persentase%
1 S1 Perawat 33 35,5
2 S1 Bidan 7 7,5
3 S1 farmasi 16 17,2
4 S1 Manajemen 11 11,8
5 Teknik Komputer 6 6,5
6 Administrasi Rumah Sakit 12 12,9
7 Pendidikan Guru Sekolah Dasar 8 8,6
Total 93 100,0

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa pada kelompok sebagai


responden yang paling banyak mengisi kuisioner adalah prodi perawat
berjumlah 33 mahasiswa dan yang paling sedikit yaitu pada prodi Teknik Komputer
berjumlah 6 mahasiswa.

Tabel 4 Berdasarkan Riwayat Obat


N Nama obat Frekuensi (F) Persentase (%)
o
1 Parasetamol 56 60,2
2 Asam Asetil salisilat 7 7,5
3 Asam mefenamat 19 20,4
4 Lainnya 11 11,8
Total 93 100,0
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa pada kelompok sebagai
responden berdasarkan riwayat obat mahasiswa, bisa dikatakan bahwa
Paracetamol lebih dominan digunakan mendapatkan frekuensi sebanyak 56
mahasiswa, pada pengunaan Asam Asetil salisilat mendapatkan frekuensi
sebanyak 7 mahasiswa bisadikatakan paling sedikit dari nama obat yang lainnya.
2. Data Khusus
Tabel 5 Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Indikator

Frekuensi Tingkat
No Indikator Persentase (%)
(F) pengetahuan
1 Penggunaan obat 39 39 Kurang
2 Aturan pakai obat 67 67,5 Cukup
3 Frekuensi pemberian 25 12,75 Kurang
obat
4 Efek samping obat 34 34 Kurang
5 Interaksi obat 49 49 Kurang
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan hasil presentase rata-rata dari 93


responden sesuai indikator, pada indikator aturan pakai obat adalah yang paling
dominan tinggi mendapatkan frekuensi sebanyak 67 mahasiswa dari 5 indikator
pada kuisioner yang sudah disebarkan dan untuk Frekuensi pemberian obat bisa
dikatakan paling rendah sebanyak 25 mahasiswa dari 5 indikator pada kuisioner
yang sudah disebarkan.

Tabel 6 Tingkat Pengetahuan Masing-Masing Responden


Berdasarkan Tiap Pertanyaan
Tingkat
No Frekuensi (F) Persentase (%)
Pengetahuan
1 Baik 2 2,15
2 Cukup 9 9,67
3 Kurang 82 88,17
Total 93 100
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan hasil presentase rata-rata dari 93
responden sesuai tingkat pengetahuan, bisa dikatakan bahwa frekuensi yang
paling tinggi dominan pada tingkat pengetahuan yang kurang sebanyak 82
responden, pada tingkat pengetahuan yang paling sedikit yaitu pada tingkat
pengetahuan baik mendapatkan frekuensi sebanyak 2 responden.

Hasil penelitian data karakteristik pada tabel 1 jenis kelamin menunjukkan


bahwa sebagian besar yang menggunakan obat nyeri yaitu berjenis kelamin
perempuan sebanyak 53 mahasiswa (57,0%) dan laki-laki sebanyak 40
mahasiswa (43,0%). Pada penelitian (I. G. D. Pratiwi & Hasanah, 2020),
ketidaknyamanan yang sering dialami remaja khususnya perempuan yaitu
dismenore atau nyeri haid, Dismenore pada remaja terjadi 60%-90% dan
mengganggu aktivitas sehari hari. Wanita membutuhkan obat untuk
mengurangi rasa nyeri baik dengan farmakologi maupun non farmakologi.
Pengobatan yang di butuhkan wanita yaitu pengobatan yang tidak bersifat
invasive dan yang cocok dengan pasien nyeri. Menurut (Retno Kinasih Baginda
et al., 2021), menyatakan bahwa tingkat pengetahuan perempuan lebih baik
dibandingkan laki-laki karena jiwa sosialisasi perempuan lebih tinggi
dibandingkan dengan laki-laki, kecenderungan perempuan untuk sering
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487

bertukar pikiran dan lebih banyak berbicara juga mempengaruhi tingkat


pengetahuan perempuan. Perolehan prestasi belajar laki-laki dan perempuan
cenderung juga menunjukkan perbedaan, perempuan mampu berkonsentrasi
saat belajar, menyediakan waktu untuk mengikuti pelajaran tambahan dan
berpartisipasi aktif dalam kelas. Jumlah responden perempuan yang lebih
banyak dibandingkan dari laki-laki tentu menyebabkan pengetahuan perempuen
lebih baik diakibatkan oleh kuantitasnya.

Data karakteristik responden kategori usia menunjukkan bahwa pada


sebagian besar penggunaan obat nyeri pada tabel 2 dapat di dominasi oleh
kelompok usia 18-19 tahun sebanyak 41 mahasiswa (44,1%), pada kelompok usia
20-21 tahun sebanyak 34 mahasiswa (36,6%), pada kelompok usia 22-23 tahun
sebanyak 18 mahasiswa (19,4%). Penelitian ini sejalan dengan (Bureni et al.,
2017) tingkat pengetahuan tidak tahu dan tidak paham pada kelompok umur 17-
30 tahun pada 92 responden (54,76%). Dilihat berdasarkan umur tersebut,
responden dengan usia 17-30 tahun memang mempunyai pengetahuan dan
pemahaman yang minim tetang cara penggunaan obat yang benar karena pada
usia tersebut belum tentu banyak pengalaman dan informasi yang diterima.
Namun dari tabel di atas juga dapat disimpulkan bahwa umur bukanlah faktor
mutlak yang menentukan tingkat pengetahuan seseorang. Karena dari tabel
tersebut dapat dilihat responden yang umurnya lebih tua pun ada yang
pengetahuannya di bawah. Menurut (Zulkarnain et al., 2020) pertambahan usia
individu akan mempengaruhi berkembangnya konsep pemikiran individu
tersebut. Terjadi perkembangan pada psikis seorang individu dimana progres
pemikirannya berkembang secara bertahap menuju arah yang lebih sempurna
seiring bertambahnya umur. Menurut (Simamora, 2019), umur seseorang
mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang. Hal ini
diakibatkan oleh perkembangan daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Hasil tabel 3 Data karakteristik responden kategori prodi menunjukan
bahwa prodi Perawat sebanyak 33 mahasiswa (35,5%), Bidan sebanyak 7
mahasiswa (7,5%), S1 farmasi sebanyak 16 mahasiswa (17,2%), Manajemen
sebanyak 11 mahasiswa (11,8%), T.komputer sebanyak (6,5%), ARS sebanyak 12
mahasiswa (12,9%), PGSD sebanyak 8 mahasiswa (8,6%). Data karakteristik
responden kategori prodi menunjukkan bahwa pada sebagian besar penggunaan
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487

obat nyeri pada tabel 4.3 dapat di dominasi pada mahasiswa prodi perawat 33
mahasiswa (35,5%) dan pada mahasiswa prodi S1 farmasi 16 mahasiswa (17,2%).
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Damayanti, 2017), menunjukkan bahwa
ada perbedaan tingkat pengetahuan mahasiswa program studi kesehatan dan
non kesehatan terhadap penggunaan obat, mahasiswa kesehatan memiliki
tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa non kesehatan.
WHO (World Health Organization) menjelaskan bahwa pengetahuan
dipengaruhi oleh pengalaman seseorang, faktor-faktor di luar orang tersebut
seperti lingkungan, baik fisik maupun non fisik dan sosial budaya yang
kemudian pengalaman tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini sehingga
menimbulkan motivasi, niat untuk bertidak dan akhirnya menjadi perilaku (P. N.
Pratiwi et al., 2018). Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa bidang
kuliah/prodi yang mahasiswa ambil mempengaruhi tingkat pengetahuan
penggunaan obat nyeri. Mahasiswa dengan prodi Kesehatan memiliki
pengetahuan tinggi dibandingkan dengan mahasiswa dengan prodi non-
kesehatan yang memiliki pengetahuan yang kurang. Hal ini dikarenakan
mahasiswa di bidang kesehatan lebih memahami dan mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan ilmu kesehatan termasuk informasi mengenai penggunaan
obat nyeri atau dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan tersedianya fasilitas
sebagai sumber informasi yang benar dan tepat tentang pengetahuan obat nyeri.
Pengetahuan seseorang juga dipengaruhi oleh apa yang diperoleh melalui mata
dan telinga individu itu sendiri yang merupakan faktor utama terbentuknya
suatu sikap atau tindakan (Samgryce Siagian & Pradana, 2022)
Hasil tabel 4 Data karakteristik responden pada riwayat obat responden
berdasarkan riwayat obat mahasiswa, Parasetamol sebanyak 56 mahasiswa
(60,2%), Asam salisilat sebanyak 7 mahasiswa (7,5%), Asam mefenamat sebanyak
19 mahasiswa (20,4%), Lainnya sebanyak 11 mahasiswa (11,8%). Berdasarkan
dari hasil penelitian dari golongan obat nyeri yang sering digunakan mahasiswa
adalah paracetamol dan asam mefenamat. Menurut penelitian yang dilakukan
(Hidayati & Kustriyani, 2020) Parasetamol ini merupakan salah satu obat yang
sering digunakan. Parasetamol digunakan secara luas sebagai antipiretik dan
analgesik. Dosis maksimum yang direkomendasikan untuk parasetamol adalah 4
gram/hari. Keuntungan menggunakan parasetamol antara lain adalah indeks
terapinya lebar, bioavaibilitas bagus setelah pemberian oral, eliminasi cepat,
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487

interaksi dengan obat lain dalam jumlah kecil, harga yang murah, bisa dibeli
bebas tanpa resep dokter dan efek sampingnya yang sedikit. Hal ini membuat
parasetamol popular digunakan. Terapi analgesik lain yang dominan digunakan
oleh masyarakat adalah asam mefenamat, penelitian (Fitriyansah & Rahmawati,
2017) Asam mefenamat merupakan salah satu jenis obat NSAID yang banyak
digunakan. Asam mefenamat mempunyai harga yang lebih murah ,dan kadar
zat aktifnya masih dalam standar sesuai Farmakope Indonesia. Manfaat asam
mefenamat sendiri yaitu untuk meredakan nyeri akibat reumatik, cedera jaringan
lunak, kondisi nyeri pada otot rangka dan dismenorea. Faktor yang
menyebabkan penggunaan obat nyeri yang tinggi adalah obat cepat memberikan
efek terapi dan responden merasa cocok mengkonsumsi obat tersebut.
Pada tabel 5 menunjukkan hasil tingkat pengetahuan mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Lamongan tentang terapi analgesik maupun
kortikosteroid itu masuk pada kategori tingkat pengetahuan yang kurang karena
secara dominan dari beberapa indikator penggunaan obat, frekuensi pemberian
obat, efek samping obat, interaksi obat itu semuanya hasilnnya adalah tingkat
pengetahuannya kurang. Selain penilaian tingkat pengetahuan responden
berdasarkan karakteristik jenis kelamin, usia, prodi dan Riwayat obat,
pengetahuan dan pemahaman responden juga dinilai pada setiap indikator yang
terdapat dalam soal. Pada indikator cara penggunaan obat, banyak juga
responden yang tidak mengetahui tentang minum obat sesudah makan yang
efektif adalah 2 jam sesudah makan. Bagi mereka menunggu 2 jam sesudah
makan untuk minum obat terlalu lama, padahal 2 jam adalah waktu yang efektif
bagi sistem pencernaan untuk bisa mencerna makanan dengan baik sebelum
akhirnya mencerna obat. Oleh karena itu, perlu adanya informasi yang benar
bagi masyarakat agar obat dapat digunakan dengan cara yang tepat dan obat
yang dikonsumsi lebih efektif dalam memberikan efek terapi. Berdasarkan
indikator yang dinilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
masyarakat tentang penggunaan obat yang benar sangat dinamik. Ada indikator
yang sudah diketahui dan ada yang belum diketahui oleh masyarakat. Indikator
yang dimuat dalam soal tidak terlalu mendalam dan sulit, tetapi persoalan yang
umum dihadapi setiap hari, sehingga meskipun para responden tidak
benarbenar. Hasil penilaian secara ringkas dapat dilihat dalam tabel yang
disajikan pada tabel 5 (Bureni et al., 2017)
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487

Pada tabel 6 diketahui bahwa hasil presentase berdasarkan tingkat


pengetahuan masing-masing dari 93 responden tingkat pengetahuan baik
terdapat 2 mahasiswa, tingkat pengetahuan cukup terdapat 9 responden, tingkat
pengetahuan kurang terdapat 82 responden. Hal ini bisa disebabkan karena
banyak yang belum mengetahui tentang penggunaan obat, efek samping,
interaksi obat dikarenakan kurang mengalih ilmu, kurang literasi pada kesehatan
atau ada faktor-faktor lain yang yang menjadi keterbatasan responden pada
suatu pengetahuan. Umumnya masyarakat kurang memahami bahwa obat selain
menyembuhkan penyakit juga mempunyai efek samping yang merugikan
kesehatan. Bahaya yang sering timbul pada obat adalah penyalahgunaan obat
misalnya terlalu sering dan sembarangan minum obat tanpa pemeriksaan
dokter/nasihat dokter atau minum obat terlampau banyak/takaran yang sesuai.
Segi-segi negatif obat perlu diketahui masyarakat. Salah satu cara yang bisa
ditempuh adalah dengan menyediakan informasi yang seluas-luasnya mengenai
masalah obat. Masalah obat pada dewasa ini berkembang sangat pesat dan
rumit, oleh karena itu perlu adanya pengawasan terhadap obat agar jangan
sampai timbul salah penggunaan atau penyalahgunaan. Masalah sikap
pengobatan sendiri oleh masyarakat perlu menjadi perhatian, perlu adanya
informasi yang benar bagi masyarakat (Bureni et al., 2017). Dari hasil diatas bisa
dikatakan bahwa tingkat pengetahuan pada Mahasiswa Uuniversitas
Muhammadiyah Lamongan masih dominan masih sangat kurang.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Lamongan
tentang tingkat penggunaan obat nyeri dan obat kortikosteroid masih sangat
kurang. Pada tingkat pengetahuan baik 2 mahasiswa (2,15%), tingkat
pengetahuan cukup 9 mahasiswa (9,67%), tingkat pengetahuan kurang 82
mahasiswa (88,17%). Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Lamongan dominan masih sangat kurang pada tingkat
pengetahuan penggunaan obat nyeri dan kortikosteroid didapatkan presentase
(88,17%).

DAFTAR PUSTAKA
A.A, M. P., & Boy, E. (2020). Prevalensi Nyeri Pada Lansia. Magma Medica:
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487

Berkala Ilmiah Kedokteran Dan Kesehatan, 6(2), 138.


https://doi.org/10.26714/magnamed.6.2.2019.138-145

Adiansyah, E. E. P. S., Ariyani, H., & Hendera. (2021). Literature Study Of The
Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAIDs) On The Gastrointestinal
System. Jcps, 5(1), 418–428.

Ajeng Padma Kumala, & Widianingtyas. (2018). su. Jurnal Kefarmasian Akfarindo,
April, 7–12. https://doi.org/10.37089/jofar.v0i0.38

Amalia, A. F., Runtuwene, T., & Kembuan, M. A. H. N. (2016). Profil nyeri di


poliklinik saraf RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2014
–31Desember2014.E-CliniC,4(2). https://doi.org/10.35790/ecl.4.2.2016.14593

Bunardi, A., Rizkifani, S., & Nurmainah, N. (2021). Studi Tingkat Pengetahuan
Dan Perilaku Swamedikasi Penggunaan Obat Analgesik Pada Mahasiswa
Kesehatan. Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN, 4(1), 109–
117. https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfarmasi/article/view/47107

Bureni, Ni, Y. N., & Jefrin, S. (2017). Tingkat Pengetahuan Dan Pemahaman
Masyarakat Tentang Penggunaan Obat Yang Benar Di Kota Kupang. Info
Kesehatan, 12(1), 684–702.

Damayanti, L. (2017). Perbedaan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kesehatan


dan Non kesehatan terhadap Swamedikasi di Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang. Skripsi.

Fitriyansah, A., & Rahmawati, R. (2017). Analisis Kuantitatif Kadar Zat Asam
Mefenamat dan Asam Mefenamat Bermerek Dagang di Apotek Unisia
Polifarma Universitas Islam Indonesia. In Jkki (Vol. 5, Issue 1, pp. 1–12).

Hidayati, H., & Kustriyani, A. (2020). Paracetamol, Migraine, and Medication


Overuse Headache (Moh). JPHV (Journal of Pain, Vertigo and Headache), 1(2),
42–47. https://doi.org/10.21776/ub.jphv.2020.001.02.5
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487

Jiatong (Steven) Chen. (2022). Physiology Of Pain. National Library Of Medicine.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539789/

Lumape, A. A., Gobel, I., & Gansalangi, F. (2018). Gambaran Tindakan


Keperawatan Penatalaksanaan Nyeri Berrdasarkan Persepsi Pasien Di
Ruang Perawatan Blud Rsu Liun Kendage Tahuna. Jurnal Ilmiah Sesebanua,
2(1), 8–13.

Pratiwi, I. G. D., & Hasanah, L. (2020). Efektifitas Spiritual Hipnoterapi terhadap


Penurunan Nyeri Dismenore pada Mahasiswi Kebidanan. In Jurnal Ners dan
Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery) (Vol. 7, Issue 2, pp. 264–269).
https://doi.org/10.26699/jnk.v7i2.art.p264-269.

Pratiwi, P. N., Pristianty, L., Noorrizka, G., & Impian, A. (2018). Pengaruh
Pengetahuan Terhadap Perilaku Swamedikasi Obat Anti-Inflamasi Non-
Steroid Oral Pada Etnis Thionghoa di Surabaya. Jurnal Farmasi Komunitas,
1(2), 36–40.

Rasmi. (2019). Literature Review Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap


Obat Analgesik Pada Swamedikasi Untuk Mengatasi Nyeri Akut. Association
Between the Level of Public Knowledge Regarding Analgesic Drugs And Self-
Medication in Acute Pain, 10(2), 156–160.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.138

Retno Kinasih Baginda, T., Rumi, A., & Yuliet, Y. (2021). Evaluasi Tingkat
Pengetahuan Mahasiswa Farmasi Universitas Tadulako Palu Mengenai
Obat Golongan Kortikosteroid. Jurnal Health Sains, 2(5), 689–696.
https://doi.org/10.46799/jhs.v2i5.166

Samgryce Siagian, H., & Pradana, D. (2022). Evaluasi Tingkat Pengetahuan


Swamedikasi Obat Tradisional Mahasiswa Prodi Kesehatan Dan Mahasiswa
Prodi Non-Kesehatan Di Universitas Imelda Medan. JIFI (Jurnal Ilmiah
Farmasi Imelda), 6(1), 30–35. https://doi.org/10.52943/jifarmasi.v6i1.1119
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487

Siagian, J. N., Ascobat, P., & Menaldi, S. L. (2019). Kortikosteroid Sistemik: Aspek
Farmakologi Dan Penggunaan Klinis Di Bidang Dermatologi. Media Dermato
Venereologica Indonesiana, 45(3). https://doi.org/10.33820/mdvi.v45i3.33

Simamora, R. H. (2019). Pengaruh Penyuluhan Identifikasi Pasien Dengan


Menggunakan Media Audiovisual Terhadap Pengetahuan Pasien Rawat
Inap. Rabit : Jurnal Teknologi Dan Sistem Informasi Univrab, 1(1), 2019.

Yunita, E. P., Hidayanti, P. A. N., & Tjahjono, C. T. (2020). Evaluasi Penggunaan


Aspirin Jangka Panjang terhadap Fungsi Ginjal Pasien Penyakit Jantung
Koroner. Jurnal Manajemen Dan Pelayanan Farmasi (Journal of Management
and Pharmacy Practice), 10(3), 186. https://doi.org/10.22146/jmpf.53312

Anda mungkin juga menyukai