Definisi
MAKALAH 1
MAKALAH 3
Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang sederhana
yang dibeli bebas di apotik atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter (Rahardja,
2010).
Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah perilaku untuk mengatasi sakit ringan sebelum
mencari pertolongan ke petugas atau fasilitas kesehatan. Lebih dari 60% dari anggota masyarakat
melakukan swamedikasi, dan 80% di antaranya mengandalkan obat modern (Anonim, 2010)
Swamedikasi adalah Pengobatan diri sendiri yaitu penggunaan obat-obatan atau menenangkan diri
bentuk perilaku untuk mengobati penyakit yang dirasakan atau nyata. Pengobatan diri sendiri sering
disebut dalam konteks orang mengobati diri sendiri, untuk meringankan penderitaan mereka sendiri
atau sakit. Dasar hukumnya permekes No.919/MENKES/PER/X/1993, secara sederhana swamedikasi
adalah upaya seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit tanpa berkonsultasi dengan
dokter terlebih dahulu. Namun bukan berarti asal mengobati, justru pasien harus mencari informasi
obat yang sesuai dengan penyakitnya dan apoteker-lah yang bisa berperan di sini. Apoteker bisa
memberikan informasi obat yang objektif dan rasional. Swamedikasi boleh dilakukan untuk kondisi
penyakit yang ringan, umum dan tidak akut. Setidaknya ada lima komponen informasi yang yang
diperlukan untuk swamedikasi yang tepat menggunakan obat modern, yaitu pengetahuan tentang
kandungan aktif obat, indikasi, dosage, efek samping, dan kontra indikasi (Anonim, 2010).
Resiko dari pengobatan sendiri adalah tidak mengenali keseriusan gangguan. Keseriusan dapat
dinilai salah satu atau mungkin tidak dikenali, sehingga pengobatan sendiri bisa dilakukan terlalu
lama. Gangguan bersangkutan dapat memperhebat keluhan, sehingga dokter perlu menggunakan
obat-obat yang lebih keras. Resiko yang lain adalah penggunaan obat yang kurang tepat. Obat bisa
digunakan secara salah, terlalu lama atau dalam takaran yang terlalu besar. Guna mengatasi resiko
tersebut,maka perlu mengenali kerugian-kerugian tersebut (Tjay dan Raharja, 1993).
Disinilah peran Farmasi Apoteker untuk membimbing dan memilihkan obat yang tepat. Pasien dapat
meminta informasi kepada apoteker agar pemilihan obat lebih tepat. Selain apoteker, tenaga
farmasi lain seperti asisten apoteker mempunyai peran penting dalam menyampaikan informasi
obat kepada masyarakat. Seperti penyampaian informasi tentang Penggunaan obat secara tepat,
aman dan rasional. Atas permintaan masyarakat Informasi yang diberikan harus benar, jelas dan
mudah dimengerti serta cara penyampaiannya disesuaikan dengan kebutuhan, selektif, etika,
bijaksana dan hati-hati. Informasi yang diberikan kepada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, makanan/ minuman/ aktifitas
yang hendaknya dihindari selama terapi dan informasi lain yang diperlukan (Anief, 1997).
Swamedikasi biasanya digunakan untuk mengatasi keluhan-keluhan penyakit ringan yang banyak
dialami masayarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, diare, penyakit
kulit dan lain-lain. Swamedikasi diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan
pengobatan. Pada pelaksanaanya, swamedikasi menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan
karena ada ancaman penyakit yang lebih serius yang tidak disadari oleh masyarakat dan juga
keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunannya (Sriana, 2004).
Obat bebas dan obat bebas terbatas adalah obat yang dapat diperjualbelikan secara bebas tanpa
resep dokter untuk mengobati jenis penyakit yang pengobatannya dapat diterapkan sendiri oleh
masyarakat. Pengertian obat itu sendiri adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnosis,
pengobatan melunakkan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau hewan
(Anief, 1997).