Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN RESMI

PRATIKUM PIO - KIE


PEMBERIAN INFORMASI TENTANG KESEHATAN
MELALUI KIE KEPADA PASIEN (1)

10

DISUSUN OLEH :
RANTIKA PURBOWATI 2017141029

15

SI FARMASI

UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA

2019
20 I. JUDUL PRATIKUM

Pemberian informasi tentang kesehatan melalui KIE kepada pasien (1)

II. PERTANYAAN

Bolehkah obat steroid diminum terus - menerus ?

III. JAWABAN

25 Boleh

IV. ALASAN JAWABAN

Akan tetapi dalam penggunaanya perlu diperhatikan efek samping

dari obat steroid tersebut dan dilihat dari kondisi pasien tersebut. Dapat

pula bermanfaat pada kondisi tertentu. Selain itu juga penggunaan

30 steroid dihubungkan dengan data subyektif misalnya riwayat penyakit,

usia dan jenis kelamin atau pun dari rute pemberian sediaan

kortikosteroid. Akan berbaya jika dikonsumsi tidak sesuai anjuran

dokter.

V. PEMBAHASAN

35 A. PRIMER

1. A Pengunaan kortikosteroid untuk terapi sakit tenggorokan juga

tidak ditemukan efeksamping secara signifikan yang dapat

mempengaruhi terhambatnya aktivitas kerja atau sekolah. Penggunaan

kortikosteroid bermanfaat pada terapi jangka panjang untuk kondisi

40 khusus dimana hal ini telah dibuktikan pada beberapa systematic review.

( Martanty, 2016). Penggunaan kortikosteroid jangka panjang pada

kondisi tertentu juga dapat menurunkan angka mortalitas. ( Martanty,

2016).

2. B Steroid intravena merupakan terapi pilihan untuk penderita

1
45 infeksi susunan saraf pusat yang berfungsi mengurangi peradangan pada

otak dan sumsum tulang belakang. Pemberian steroid intavena dengan

dosis dan durasi yang berlebihan dapat menimbulkan efek samping yang

beragam pada penerima terapinya mulai ringan hingga yang terberat,

akan tetapi steroid intravena cukup aman diberikan sebagai terapi

50 tambahan untuk penyakit infeksi susunan saraf pusat di RSUP Prof. Dr.

R. D. Kandou Manado ( Ezra, dkk, 2016)

3. C Diasumsikan bahwa durasi pengobatan yang lebih besar akan

menyebabkan efek samping yang lebih besar, dan oleh karena itu

kelompok yang paling berisiko adalah mereka yang menggunakan

55 kortikosteroid oral jangka panjang (LTOC) dosis tinggi. Dosis tinggi

didefinisikan sebagai resep prednisolon oral> 5 mg dan jangka panjang

sebagai durasi pengobatan> 1 bulan (berdasarkan pedoman National

Institute for Health and Care Excellence untuk pasien yang 'berisiko' efek

samping sistemik). Parameter yang harus dipantau dalam perawatan

60 primer meliputi berat badan, tekanan darah, trigliserida, glukosa dan urea

serta elektrolit. Dari pengalaman klinis dalam pengaturan praktik umum,

penulis mengusulkan bahwa pasien-pasien ini tidak menerima

pemantauan dasar yang memadai sebelum memulai kortikosteroid juga

tidak ada penanda ini dipantau secara konsisten setelahnya.(Lewis

65 Mundell 2017)

B. SEKUNDER

2
70 Penggunaan Glukokortikoida (kortisol) terutama digunakan

berdasarkan berbagai khasiat salah satunya terapi subtitusi pada penyakit

addison diberikan hodrokortison karena efek mineralnya paling kuat

diberikan pengobatan dalam jangka panjang dan memiliki efek samping

kortisol terutama nampak pada gangguan lama dengan dosis tinggi dari 50mg

75 sehari atau dosis setaraf dari derivat sintesisnya. Efek ini menyerupai gejala

dari suatu gangguan yang disebabkan oleh produksi kortisol faal berlebihan ,

yakni sindrom Cushing yakni sering kali di sebabkan oleh suatu tumor di

hipofyse dan heperproduksi ACTH, gejala utamanya adalah retensi cairan di

jaringan - jaringan yang menyebabkan naiknya berat badan dengan pesat,

80 muka menjadi tembab dan bundar (“muka bulan”), adakalanya kaki-tangan

gemuk (bagian atas). Selain itu, terjadi penumpukan lemak dibahu dan

tengkuk. Kulit menjadi tipis, lebih mudah terluka dan timbul garis kebiru-

biruan (striae). (Drs.Tan Hoan Tjay dkk)

85 C. TERSIER

Kortikosteroid digunakan untuk manajemen penyakit saluran napas

yang reversibel dan tidak ireversibel. Penggunaan kortikosteroid inhalasi

selama 3-4 minggu dapat membantu membedakan asma dari penyakit paru

obstruktif kronik. Asma kortikosteroid efektif untuk asma, karena

90 mengurangi inflamasi saluran napas ( menyebabkan mengurangi udem dan

sekresi mukus ke dalam salauran napas). Kortikosteroid inhalasi diajurkan

sebagai terapi profilaksis asama pada pasien yang menggunakan agonis beta -

2 tiga kali seminggu atau lebih jika gejala asma mengganggu tidur lebih dari

satu kali seminggu atau jika pasien mengalami eksaserbasi dlama 2 tahun

3
95 terkhr dan memerlukan kortikosteroid sistemik atau nebulasi bronkodilator.

Pada asma kronik lanjut, bila espons terhadap obat antiasma yang lain tidak

mencukupi, pemeberian kortikosteroid oral lebih lama mungkin dibutukan.

Pada kasus semaca, ini inhalasi kortikosteroid dosis tinggu perlu dilanjutkan

untuk mengurangi pemberian oral. Pada penyakit paru obstruktif kronik

100 prednisolon 30mg sehari sebaiknya diberikan selama 7-14 hari, pengobatan

dapan dihentikan tiba - tiba. Terapi dengan prednisolon oral jangga panjang

tidak bermanfaat dan terapu pemeliharaan tidak dianjurkan.efeknya jika

terlalu panjang kepadatan mineral tulang menurun pada penggunaan inhalasi

dosis tinggi jangka lama, yang menyebabkan pasien mengalami osteoforosis.(

105 Pionas, kortikosteroid)

VI. DAFTAR PUSTAKA

1. Judul : Review kortikosteroid induksi sindrom psikotik

Martanty Aditya, 2016 Review kortikosteroid induksi sindrom psikotik,

110 Jurnal Wiyata

2. Judul : Efek samping terapi steroid intravena pada penderita infeksi

sususnan saraf pusat di Departemen Neurologi RSUP Prof.

Dr. R. D. Kandou Manado periode juli 2014 - juni 2015

115 Ezra L.P. Sumampouw, Arthur H.P. Mawuntu, Rizal Tumewah , Efek

samping terapi steroid intravena pada penderita infeksi sususnan

saraf pusat di Departemen Neurologi RSUP Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado periode juli 2014 - juni 2015, jurnal e.Clinic

(eCl) falkutas kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

4
120 2016

3. Judul : Monitoring Long- Term oral corticosteroids

Lewis Mundell, Roberta Lindermann, James Douglas, Monitoring

Long- Term oral corticosteroids, Bmj Quality Improvement

125 Report, 2017

4. Judul : Buku Obat - Obat Penting, Bab ACTH DAN

KORTIKOSTEROIDA

Drs. Tan Hoan Tjay dan Drs. Kirana Rahardja, Obat obat penting

130 jakarta 2002 , ACTH DAN KORTIKOSTEROIDA hal 679

-691,

5. Judul : 3.2 KORTIKOSTEROID

Pionas.pom.go.id/ioni/bab-3-sistem-saluran-napas-0/32-koerikosteroid

135

5 5

Anda mungkin juga menyukai