Anda di halaman 1dari 7

Nama : Sadina Vania Tsany Dyah Sanjaya (2308612058)

Ni Kadek Putri Ariswari (2308612059)


Luh Gede Ratih Dewi Tri Nugrahaeni (2308612060)
Klp/ Kelas : Kelompok 2/ Kelas C
CBL Rhinitis Alergi
Seorang pasien bernama Tuan Bagus, usia 65 tahun datang ke apotek dengan keluhan bersin-
bersin di pagi hari. Pasien menceritan bersin -bersin disertai hidung gatal dan mata berair,
biasanya hilang ketika siang hari. Pasien tidak ada keluhan demam ataupun batuk. Pasien
datang meminta obat sanaflu. Pasien juga menyampaikan meminum captopril rutin untuk
hipertensinya.

DOKUMENTASI PEMANTAUAN TERAPI OBAT


Nama Pasien : Tuan Bagus
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 65 Tahun
Alamat : Tidak Ada
No. Telepon : Tidak Ada

Tanggal Catatan Keterangan


Pengobatan
Pasien
Nama Obat Captopril
Dosis Tidak dicantumkan
Cara Per-oral
Pemberian
Riwayat Captopril
penggunaan
obat
Riwayat alergi Tidak dicantumkan
Identifikasi
Masalah
Terkait Obat
(x) Pemilihan 1. Captopril tetap dilanjutkan untuk mengontrol hipertensi pasien
Obat 2. Permintaan Sanaflu tidak tepat, karena sanaflu mengandung
phenylpropanolamine HCL yang mengakibatkan efek samping
salah satunya krisis hipertensi (Medscape) dimana pasien
mempunyai riwayat hipertensi dan masih mengonsumsi captopril
hingga saat ini. Kandungan paracetamol pada sanaflu juga tidak
tepat karena pasien tidak ada keluhan demam. Sehingga
permintaan pasien berupa sanaflu tidak dapat diberikan.
(✓) Bentuk Sanaflu; Kaplet
Sediaan
(✓) Dosis Paracetamol 500 mg
Phenylpropanolamine HCl 15 mg
(✓) Durasi -
Penggunaan
Obat
(✓) Cara Oral
Penggunaan Dewasa: 1 kaplet 3 kali sehari (MIMS)
Obat
(✓) Reaksi Gangguan GI, gangguan psikomotorik, takikardia, aritmia, jantung
Obat Yang berdebar, retensi urin, penggunaan dosis besar dan jangka Panjang
Tidak dapat menyebabkan kerusakan hati (MIMS, 2024)
Diinginkan
(✓) Interaksi Interaksi terhadap golongan Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOI)
Obat jenis antidepresan akan menyebabkan krisis hipertensi. Contoh:
Selegiline, Rasagiline, Phenelzine (MIMS, 2024)
(✓) Lainnya Tidak ada
Rekomendasi : Pengobatan Rhinitis Allergic
Direkomendasikan menggunakan Cetirizine 10 mg menurut
Guidelines ARIA, 2019 tentang pengobatan rhinitis alergi

Berdasarkan guidelines ARIA, 2019 pengobatan rhinitis alergi


pasien harus melihat VAS (Visual analog scale) yang dibagi menjadi
kategori < 5/10 dan > 5/10 untuk kasus ini dimana pasien dianggap
mendapatkan VAS <5/10 karena gejala yang dirasakan pasien
dianggap ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari pasien.
Sesuai guidelines kami merekomendasikan menggunakan
pengobatan anti H1 oral dan telah sesuai dengan first line terapi
rhinitis alergi. Menurut Pharmacotherapy Handbook 2021, agen non
sedative lebih direkomendasikan untuk digunakan terlebih dahulu
dibanding sedative agen (generasi 1). Hal ini dikarenakan generasi 2/
non sedative agent memiliki efek sedasi yang minim. Untuk obat
anti H1 oral kami menggunakan golongan antihistamin H1 generasi
kedua yaitu Cetirizine 10 mg karena antihistamin H1 generasi
pertama dianggap kurang baik karena efek menenangkan yang kuat
serta harus dihindari. Cetirizine merupakan obat yang efektif dalam
mengobati reaksi alergi konjungtivitis seperti radang mata, alergi
kulit seperti urtikaria, infeksi saluran pernafasan dan reaksi alergi
lainnya (Swapna et al., 2014). Antihistamin Cetirizine merupakan
metabolit karboksilat dari antihistamin generasi pertama hidroksizin,
diperkenalkan sebagai antihistamin yang sedikit mempunyai efek
sedasi. Obat ini tidak mengalami metabolisme, mulai kerjanya lebih
cepat dari pada obat yang sejenis dan lebih efektif dalam pengobatan
alergi. Efeknya antara lain menghambat fungsi eosinofil,
menghambat pelepasan histamin dan prostaglandin. Efek dari
Cetirizin tidak menyebabkan aritmia jantung, namun mempunyai
sedikit efek sedasi sehingga bila dibandingkan dengan terfenadin,
astemizol dan loratadin obat ini lebih rendah (Supryiyanto, 2020)

Pengobatan Hipertensi
Menurut the eight report of the joint national committee dalam
algoritma tatalaksana hipertensi digambarkan bahwa salah satu
golongan ACEI yaitu capotrpil merupakan first line untuk karena
sifatnya yaitu cardiac protective, sehingga menghambat komplikasi
jantung. Captopril bekerja dengan menghambat kerja dari ACE,
sehingga mengkonversi angiotensin I menjadi angiotensin II pada
darah, pembuluh darah, ginjal, jantun, kelenjar adrenal dan otak
menjadi terhambat. Hambatan ini menyebabkan vasodilatasi dan
penurunan sekresi aldosterone, sehingga natrium dan kalium
disekresi oleh ginjal. Dengan mekanisme kerja captopril dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah, dan mengurangi beban after
load dan preload jantung (Riskesdas 2018).

Jimbaran, 3 April 2024


Apoteker

Apt. Ni Kadek Putri Ariswari, S.Farm.


LEMBAR KERJA 2

KIE yang harus diberikan kepada pasien terkait penggunaan obatnya:


1. Nama obat dan komposisi :
Cetirizine 10 mg dan komposisi mengandung cetirizine

2. Kegunaan :
Cetirizine 10 mg digunakan untuk meredakan gejala akibat reaksi alergi, seperti mata
berair, bersin-bersin, hidung meler, atau gatal di kulit, tenggorokan, maupun hidung.
3. Frekuensi, waktu, dan cara penggunaan :
Cetirizine 10 mg digunakan 1 x 1 tablet perhari pada malam hari, sebaiknya diminum
setelah makan. Penggunaan cetirizine dikontrol 1-4 minggu
4. Efek yang terjadi setelah penggunaan obat :
- Somnolen (2-14%)
- Sakit kepala (11-14%)
- Fatigue (5.9%)
- Mulut kering ( 5%)
- Pusing (2-3%)
- Diare (2-3%)
Source: Medscape, 2024.
5. Lainnya:
a. Menyarankan pasien untuk tidak berkendara terlebih dahulu karena obat memiliki
efek kantuk
b. Menyarankan pasien untuk menghindari faktor pemicu alergi, contoh: bulu hewan
peliharaan, debu, serbuk bunga dll.
c. Menyarankan pasien untuk menggunakan pelindung masker ketika diluar ruangan
d. Menyarankan pasien untuk istirahat yang cukup
e. Memberitahu pasien untuk menyimpan obat pada suhu ruang yang terhindar dari
paparan sinar matahari & jauh dari jangkauan anak
f. Mengedukasi keluarga pasien untuk ikut memonitoring kondisi pasien saat berada di
rumah untuk memastikan kualitas hidup pasien selama pengobatan. Misal:
- Apaka pasien dapat bernafas melalui hidung dengan mudah?
- Apakah masih terdapat sekret?
- Apakah kualitas tidur pasien baik atau masih terganggu?
- Apakah terdapat perbaikan gejala setelah pengobatan?
g. Monitoring kondisi pasien dengan melakukan visite mandiri ke rumah pasien 2-3 hari
sekali serta melakukan konseling terhadap keluarga pasien terkait pengobatan yang
diterima. Karena berdasarkan usia, pasien masuk dalam kategori special population
yaitu lansia. Sehingga diperlukan monitoring dan evaluasi terhadap dosis obat,
efektivitas, efek terapi nya, serta reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) yang
mungkin terjadi pada pasien guna mencapai goals therapy yang diinginkan dan
menghindari ROTD.
DAFTAR PUSTAKA
Klimek, L., Bachert, C., Pfaar, O., Becker, S., Bieber, T., Brehler, R., Buhl, R., Casper, I.,
Chaker, A., Czech, W., Fischer, J., Fuchs, T., Gerstlauer, M., Hörmann, K., Jakob, T., Jung,
K., Kopp, M. V., Mahler, V., Merk, H., … Bousquet, J. (2019). ARIA guideline 2019:
treatment of allergic rhinitis in the German health system. Allergologie Select, 3(01), 22–50.
https://doi.org/10.5414/alx02120e
Medscape. 2024. Cetirizine (https://reference.medscape.com/drug/quzyttir-zyrtec-cetirizine-
343384). diakses pada tgl 3 april 2024
MIMS. (2024). MIMS Indonesia Drug Info: Sanaflu. Diakses pada 2 April 2024 di
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/sanaflu
Riskesdas Kemenkes. 2018. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) JOURNAL OF
PHYSICS A: MATHEMATICALS AND THEORETICAL
Schwinghammer, T. L., DiPiro, J. T., Ellingrod, V. L., & DiPiro, C. V. (Eds.). (2021).
Pharmacotherapy handbook. McGraw-Hill.
Supriyanto. 2020. Evaluasi Penggunaan Obat Cetirizine Dan Loratadin Sebagai Antihistamin Di
Apotek Kusuma Farma Kudus. JOSEPH Journal of Science and Pharmacy
Swapna B.D, Sudhakar M, Rao V.U, Malavika B.P, and Sailaja A. (2014). Formulation and
Evaluation of Oral Disintegrating Tablet of Cetirizine Hydrochloride

Anda mungkin juga menyukai