Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PRAKTIKUM FARMASI RUMAH SAKIT

DRP RUMAH SAKIT

KELOMPOK : 5 (LIMA)

DISUSUN OLEH :

1. Cici Selvia Anggraini – 2101005


2. Dewi Ayu Septiani – 2101009
3. Inan Is Dayu – 2101013
4. Nabila Septiana Sari – 2101019
5. Putri Arista Tefa Yusuf – 2101021

AKADEMI FARMASI CENDIKIA FARMA HUSADA


BANDAR LAMPUNG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Adanya perubahan orientasi pada kefarmasian dari drug oriented menjadi patient

oriented, memicu timbulnya ide tentang pelayanan farmasi (Pharmaceutical Care), yang

tujuannya mencegah dan meminimalkan permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan

obat. Pharmaceutical Care merupakan rangkaian kegiatan terpadu yang bertujuan untuk

mengidentifikasi mencegah dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan obat,

namun pada kenyataannya saat ini sebagian besar rumah sakit yang ada di Indonesia belum

melaksanakan kegiatan pelayanan farmasi ini.

Sistem pelayanan kesehatan masih banyak menimbulkan masalah dalam penggunaan

obat yaitu penggunaan obat tidak tepat, tidak efektif, tidak aman dan juga tidak ekonomis

atau yang lebih popular dengan istilah tidak rasional, saat ini telah menjadi masalah dalam

pelayanan kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Masalah ini dijumpai

di unit-unit pelayanan kesehatan misalnya RS, Puskesmas, praktek pribadi maupun di

masyarakat.

Kesalahan yang sering terjadi pada pengobatan pediatri adalah salah dalam

perhitungan dosis dan interval dosis, salah dalam penulisan serta salah dalam pembuatan dan

penyimpanan seperti halnya demam berdarah dengue. Demam berdarah dengue ditemukan

pertama kali pada tahun 1968 seringkali menjadi penyebab kematian terutama pada anak

remaja dan dewasa. Dengue Haemorrhagic Fever juga telah menyebabkan hampir seluruh

wilayah di Indonesia dari tahun ketahun kejadiannya cenderung meningkat.


II. Tujuan Praktikum

Pada praktikum Farmasi rumah sakit ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum

drug related problem (DRP) yang terdapat di rumah sakit.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Drug Related Problems (DRPs) adalah kejadian yang tidak diharapkan, berupa
pengalaman pasien yang melibatkan atau diduga melibatkan terapi obat dan pada kenyataannya
atau potensial mengganggu keberhasilan penyembuhan yang diharapkan. Drug Related
Problem merupakan maslah yang terkait obat dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas
kualitas hidup pasien serta berdampak juga terhadap ekonomi dan sosial pasien.
Pharmaceuticaal care Network Europe mendefinisikan masalah terkait obat (DPRs) adalah
kejadian suatu kondisi terkait dengan terapi obat yang secara nyata atau potensial mengganggu
hasil klinik kesehatan yang diinginkan.

Sifat hubungan ini tergantung akan kekhususan Drug Related Problems (DRPs).
Hubungan yang biasanya terjadi antara keadaan yang tidak dikehendaki dengan terapi obat
adalah kejadiaan itu akibat dari terapi obat atau kejadian itu membutuhkan terapi obat( Cipolle
et al., 1998). Drug Related Problems (DRPs) terdiri dari DRPs actual dan DRPs potensial.
DRPs actual adalah problem yang sedang terjadi berkaitan dengan terapi obat yang sedang
diberikan pada pasien. DRPs potensial adalah problem yang diperkirakan akan terjadi yang
berkaitan dengan terapi obat yang sedang digunakan oleh pasien (Yunita et al., 2004).

1. Kategori umum Drug Related Problems (DRPs) :


a. Membutuhkan obat tambahan.
Penyebabnya yaitu pasien membutuhkan obat tambahan misalnya untuk profil aksi atau
pramedikasi, memiliki penyakit kronik yang memerlukan pengobatan kontinu, memerlukan
terapi kombinasi untuk menghasilkan efek sinergis atau potensiasi dan atau ada kondisi
kesehatan baru yang memerlukan terapi obat.
b. Menerima obat tanpa indikasi yang sesuai atau tidak perlu obat.
Hal ini dapat terjadi sebagai berikut: menggunakan obat tanpa indikasi yang tepat, dapat
membaik kondisinya dengan terapi non obat, minum beberapa obat padahal hanya satu terapi
obat yang diindikasikan atau minum obat untuk mengobati efek samping.
c. Menerima obat yang salah.
Kasus yang mungkin terjadi adalah: obat tidak efektif, ketidaktepatan pemilihan obat,
alergi, adanya resiko kontraindikasi, resisten terhadap obat yang diberikan, kombinasi obat
yang tidak perlu dan atau obat bukan yang paling aman.
d. Dosis terlalu besar.
Beberapa penyebabnya adalah dosis salah, frekuensi tidak tepat, dan jangka waktu tidak
tepat.
e. Dosis terlalu kecil.
Penyebabnya antara lain: dosis terlalu kecil untuk menghasilkan respon yang diinginkan,
jangka waktu terlalu pendek, pemilihan obat, dosis, rute pemberian, dan sediaan yang tidak
tepat.
f. Pasien mengalami adverse drug reactions.
Penyebab umum untuk kategori ini: pasien menerima obat yang tidak aman, pemakaian
obat tidak tepat, interaksi dengan oba tlain, dosis dinaikkan atau diturunkan terlalu cepat
sehingga menyebabkan adverse drug reaction dan atau pasien mengalami efek yang tak
dikehendaki yang tidak diprediksi.
g. Pasien mengalami kondisi keadaan yang tidak diinginkan akibat tidak minum obat secara
benar (non compliance).
Beberapa penyebabnya adalah: obat yang dibutuhkan tidak ada, pasien tidak mampu
membeli, pasien tidak memahami instruksi, pasien memilih untuk tidak mau minum obat
karena alas an pribadi dan atau pasien lupa minum obat (Cipolle et al., 1998).
Identifikasi dan pemecahan masalah pada Drug Related Problems (DRPs) tergantung pada
beberapa faktor. Faktor pertama adalah adanya semua data esensial dan farmasis bertugas
menentukan data apa yang dibutuhkan (Cipolle et al., 1998).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

CONTOH ANALISA KASUS DRP

Resep
20-7-2022

R/ Metformin 500 XLV


S 3 dd 1
R/ Glibenklamide 5 XV
S 1 dd 1
R/ Captopril 50 XLV
S 3 dd 1
R/ furosemid X
S ½-0-0
R/ BC XLV
S 3 dd 1
R/ Amlodipin 5 XV
S 1 dd 1
R/ Na-diklofenak 50 XXX
S 0-0-1
R/ Simvastatin 10 XV
S 0-0-1

Pro : Tn. SS (66 tahun)

ANALISA
a. Anamnesa/ diagnose
Pasien dinyatakan mengalami diabetes mellitus, hipertensi, hiperkolesterolemia, ostheoartritis,
dan sindrom dispepsia.
b. Analisa resep
Dalam kasus ini pasien menerima 8 item obat, sebagai berikut :
 Metformin, antidiabetes golongan biguanid
 Glibenklamide, antidiabetes golongan sulfonylurea
 Captopril, antihipertensi golongan inhibitor enzim pengkonversi angiotensin (ACEI
 Furosemid, antihipertensi golongan loop diuretic
 BC/ vitamin B kompleks, suplemen kekurangan vitamin B
 Amlodipin, antihipertensi golongan pemblok kanal kalsium (CCB)
 Na-diklofenak, antiinflamasi nonsteroid
 Simvastatin, antihiperlipidemia golongan statin

Kombinsai metformin dan glibenklamid pada kasus pasien diagnose lain berupa hipertensi
diperbolehkan. Seperti halnya pada kasus resep nomor 2. Dosis kombinasi kedua obat tersebut
juga masih dalam batas aman. Dimana dosis maksimum keduanya adalah 20 mg/hari untuk
glibenkalmid, dan 2000 mg/hari untuk metformin. (Dipiro; 1369, 1384, 1385).
Penanganan hipertensi dalam kasus ini digunakan kombinasi 3 antihipertensi, yaitu
captopril (ACE inhibitor), furosemid (loop diuretik), dan amlodipin (Pemblok kanal kalsium).
Kombinasi tersebut diperbolehkan. Dosis furosemid merupakan dosis terendah yaitu 20 mg,
dengan waktu pemberian yang tepat yaitu pada pagi hari. Sedangkan dosis captopril
merupakan dosis maksimum yaitu 150 mg/hari, dalam dosis terbagi 3. Sedangkan amlodipin
yang diberikan adalah dosis menengah, yaitu 5 mg/hari, lazimnya 2,5-10 mg/hari. Perlu
diperhatikan pasien telah cukup lanjut usianya (66 tahun), captopril diberikan pada dosis
maksimum dikombinasi dengan furosemid, dan amlodipin, akan berpotensi menimbulkan
efek hipotensi. Dengan pemberian furosemid, pasien akan mengalami diuresis, yang berarti
volume darah menurun dan menurun pula tekanan darahnya, sedangkan pemberian ACE
inhibitor dapat menyebabkan penurunan tekanan darah melalui berbagai mekanisme yang
terlibat dalam pengaturan sistem rennin-angiotensin-aldosteron (RAAS), sehingga resiko
hipotensinya semakin meningkat, terlebih pada pasien yang telah lanjut usia, ditambah
dengan kombinasi dengan amlodipin. Tekanan darah harus senantiasa dipantau
Dalam kasus ini, pasien telah didiagnose sindrome dispepsia, dan mendapat terapi AINS
yang dapat memperparah sindrom tersebut, namun pasien tidak mendapat obat untuk indikasi
ini. Tak ada obat yang diberikan untuk mengobati sindrom dispepsianya.
Simvastatin dosis tunggal pada malam hari 10 mg, untuk terapi hiperlipidemia.
Penggunaan simvastatin pada penderita diabetes diperbolehkan. Pemberian vitamin B
kompleks, yang mengandung asam nikotinat, akan membentu menghambat pembentukan
kolesterol dan trigliserida, sehingga akan membantu menekan kadar lipid dalam darah.
Interaksi yang mungkin terjadi
1. Amlodipin (pemblok kanal kalsium) dan captopril (ACE inhibitor) yang digunakan
bersama-sama, cenderung berinteraksi menyebabkan efek hipotensif, ACE inhibitor juga
akan bekerja pada sistem kanal kalsium, meski tidak secara langsung, begitu pun dengan
furosemid.
2. Captopril berinteraksi dengan makanan, dan menyebabkan absorpsi captopril menurun.
(DIF)
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan
Drug Related Problems (DRPs) adalah kejadian yang tidak diharapkan, berupa
pengalaman pasien yang melibatkan atau diduga melibatkan terapi obat dan pada
kenyataannya atau potensial mengganggu keberhasilan penyembuhan yang
diharapkan. Kategori umum Drug Related Problems (DRPs) :
a. Membutuhkan obat tambahan.
b. Menerima obat tanpa indikasi yang sesuai atau tidak perlu obat.
c. Menerima obat yang salah.
d. Dosis terlalu besar.
e. Dosis terlalu kecil.
f. Pasien mengalami adverse drug reactions.
g. Pasien mengalami kondisi keadaan yang tidak diinginkan akibat minum obat secara
tidak benar
DAFTAR PUSTAKA

Chishlom-Burns, M. A., Wells, B. G., Schwinghammer, T. L., Malone, P. M.,


Kolesar, J. M., Rotschafer, J. C., dan Dipiro, J. T., 2008,Pharmacotherapy Principles
and Practice, McGraw-Hill Companies, New York.

Jeremy, P. T., Ward, J., Leach, R. M., dan Wiener, C. M., 2007,At Glance Sistem
Respirasi Edisi Kedua, Erlangga Medical Series, Jakarta.

Kusumawardani, I., 2011,Identifikasi Drug Related Problems Kategori Obat Salah,


Ketidaktepatan Dosis, dan Interaksi Obat Pada Pasien Pneumonia Pediatri di Instalasi
Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2010, Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai