DOSEN PENGAMPU :
FAKULTAS FARMASI
2020
DRP
DRP (Drug Related Problem) merupakan keadaan yang tidak diinginkan pasien
terkait dengan terapi obat serta hal-hal yang mengganggu tercapainya hasil akhir yang
sesuai dan dikehendaki untuk pasien. Tujuh penggolongan DRp menurut Cipolle
adalah penggunaan obat yang tidak diperlukan, kebutuhan akan terapi obat tambahan,
obat yang tidak efektif, dosis terapi yang digunakan terlalu rendah, adverse drug
reactoin, dosis terapi yang trlalu tinggi, dan ketidakpatuhan.
Klasifikasi Drp :
1. Reaksi obat yang tidak dikehendaki/ROTD (Adverse Drug Reaction/ADR)
Pasien mengalami reaksi obat yang tidak dikehendaki seperti efek samping
atau toksisitas.
2. Masalah pemilihan obat (Drug choice problem)
Masalah pemilihan obat di sini berarti pasien memperoleh atau akan
memperoleh obat yang salah (atau tidak memperoleh obat) untuk penyakit dan
kondisinya. Masalah pemilihan obat antara lain: obat diresepkan tapi indikasi
tidak jelas, bentuk sediaan tidak sesuai, kontraindikasi dengan obat yang
digunakan, obat tidak diresepkan untuk indikasi yang jelas.
3. Masalah pemberian dosis obat (Drug dosing problem)
Masalah pemberian dosis obat berarti pasien memperoleh dosis yang lebih
besar atau lebih kecil dar ipada yang dibutuhkannya.
4. Masalah pemberian/penggunaan obat (Drug use/administration problem)
Masalah pemberian/penggunaan obat berarti tidak memberikan/tidak
menggunakan obat sama sekali atau memberikan/menggunakan yang tidak
diresepkan.
5. Interak siobat (Interaction)
Interaksi berarti terdapat interaksi obat-obat atau obat-makanan yang
bermanifestasi atau potensial.
6. Masalah lainnya (Others)
Masalah lainnya misalnya: pasien tidak puas dengan terapi, kesadaran yang
kurang mengenai kesehatan dan penyakit, keluhan yang tidak
jelas(memerlukan klarifikasi lebih lanjut), kegagalan terapi yang tidak
diketahui penyebabnya, perlu pemeriksaan laboratorium.
Kode-Kode Dalam DRP
KASUS DRP
Pasien B, laki laki 55 tahun, berat badan 85 kg berkunjung ke ugd dengan
keluhan mati rasa di lengan kirinya dan tidak menyebar. Mati rasa terjadi saat makan
malam dan tidak membaik selama 2 jam. Tn B mempunyai riwayat hipertensi,
hyperlipidemia dan gangguan arteri perifer. Terapi yang diberikan selama ini
Lisinopril 5 mg PO per hari, atrovastatin 10 mg PO per hari, dan aspirin 81 mg PO
per hari. TD 146/86mmHg, HR 88 kali/ menit. Pemeriksaan laboratorium: profil
metaboliknya normal dan peningkatan marker jantung, pemeriksaan EKG
menunjukkan depresi segmen ST. Pasien datang ke RS untuk dilakukan repurfusi
invasive.
Diagnosis : Pasien dinyatakan mengalami acute coronary syndrome (ACS).
1. Analisis
Subjek :
Pasien Tn B laki laki 55 tahun, berat badan 85 kg dia mengeluh mati rasa di
lengan kiri dan tidak menyebar. Tn B memliki riwayat hipertensi, hiperlipidemia
dan gangguan arteri perifer.
Dalam kasus ini, pasien menerima 3 item obat, yaitu:
1. Lisinopril 5 mg, antihipertensi golongan ACEI (angiotensin converting
enzyme inhibitor)
2. Atorvastatin 10 mg, antihiperlipidemia golongan HMG CoA reduktase
3. Aspirin 81 mg, sebagai antiplatelet untuk mengatasi gangguan arteri
perifer
Obyek :
TD 146/86mmHg, HR 88 kali/ menit. Pemeriksaan laboratorium : profil
metaboliknya normal dan peningkatan marker jantung, pemeriksaan EKG
menunjukkan depresi segmen ST. Pasien datang ke RS untuk dilakukan repurfusi
invasive.
2. Assessment
Untuk arteri perifer belum ada pengobatan, dapat dilihat dari data objektif
dimana ada peningkatan marker jantung, kemungkinan mati rasa di lengan
disebabkan aliran darah yang tidak terdistribusi. Untuk arteri perifer dapat
direkomendasikan obat golongan statin, vasodilator atau antikoagulan.
3. Planning
- Lisinopril 5 mg, antihipertensi golongan ACEI (angiotensin converting
enzyme inhibitor).
- Atorvastatin 10 mg, antihiperlipidemia golongan HMG CoA reduktase
- Aspirin 81 mg, sebagai antiplatelet untuk mengatasi gangguan arteri perifer
Lisinopril merupakan obat dengan indikasi untuk mengobati tekanan darah
tinggi dan termasuk dalam golongan ACE Inhibitor.ACE inhibitor dapat
bekerja dengan cara menghambat produksi angiotensin dalam tubuh.
Angiotensin merupakan senyawa kimia yang menyebabkan pembuluh darah
arteri mengencang dan menegang.
Terapi disarankan:
- Penggunaan atorvastatin tidak diperlukan, karena sudah tidak menunjukkan
tanda hyperlipidemia.
- Penggunaan aspirin dan Lisinopril memiliki efek samping yang mungkin
terjadi seperti pendarahan lambung, dyspepsia, dan nausea maka perlu
dimonitoring penggunaanya.
- Pemantauan perubahan EKG menjadi normal.
- Pasien harus diingatkan untuk melakukan terapi non farmakologi, seperti diet
lemak dan garam.
- Pasien tidak boleh mengkonsumsi alcohol.
- Tetap dilakukan pemantauan tensi darah dari pasien
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
STOCKLEY 2009