Anda di halaman 1dari 7

19

UTS EBM DAN EBP 

Dosen Pengampu : Juvita Herdianty 


Prodi : S1 Farmasi 
Nama Lengkap : Meilinda Wulan Reformasinta
NIM : 2061A0001
Kelas :  Non Reg 2 (s1 Farmasi)

Kasus Pertama 

Sorang pasien datang kepada dokter untuk cek up tiap bulannya. Menurut hasil  laboratorium setelah
konsul dengan dokter pasien diagnosa menderita penyakit Diabetes Melitus  dengan komplikasi hipertensi,
dokter tersebut meresepkan untuk obat anti DM yaitu metformin 500  mg dan obat antihipertensi amlodipin
5 mg. Pasien juga mengeluhkan adanya asam lambung  sehingga dokter meresepkan cimetidin. Setelah
pasien tersebut menebus obat diapotek pasien  konsultasi dengan apoteker akan penyakitnya. Sebagai
apoteker bagaimana anda memberikan KIE  terhadap pasien tersebut dengan melihat riwayat penyakit dan
juga beberapa obat yang  diperolehnya dengan menyertakan daftar pustaka. 

JAWAB :
Tujuan utama terapi penatalaksanaan DM komplikasi hipertensi adalah
mengontrol tekanan darah, mengurangi risiko komplikasi makrovaskuler dan
mikrovaskuler terutama yang menyangkut ginjal dan kardiovaskuler, memperbaiki gejala
yang sudah muncul, mengurangi angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup pasien
(Triplitt et al, 2005).
Penatalaksanaan diabetes yang berhasil membutuhkan kerjasama yang erat dan
terpadu dari penderita dan keluarga dengan para tenaga kesehatan yang menanganinya,
antara lain dokter, apoteker, dan ahli gizi. Kebanyakan pasien dengan diabetes tidak
mendapatkan perawatan optimal, seringkali kadar gula tidak terkontrol dengan baik.
Menurut The National Community Pharmacists Association’s National Institute for
Pharmacist Care Outcome di USA, kontribusi apoteker berfokus kepada pencegahan dan
perbaikan penyakit, termasuk mengidentifikasi dan menilai kesehatan pasien, memonitor,
mengevaluasi, memberikan pendidikan dan konseling, menyelesaikan terapi yang
berhubungan dengan obat untuk meningkatkan pelayanan ke pasien dan kesehatan secara
keseluruhan (Muchid, 2005).
Sasaran terapi DM komplikasi hipertensi adalah memperlambat proses
berkembangnya risiko kardiovaskuler dengan cara sebagai berikut ini.
1. Menurunkan tekanan darah dibawah angka 130/80 mmHg.
2. Pengaturan kadar glukosa darah mendekati normal yaitu,
(a) kadar gula sesudah makan < 180mg/dl
(b) kadar gula sewaktu 90–130 mg/dl
(c) HbA1C < 7%
3. Pengaturan kadar lipid
(a) HDL > 40mg/dl
(b) LDL < 100mg/dl
(c) Trigliserida < 150mg/dl (Anonim, 2005).

Strategi terapi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan terapi non-
farmakologi (tanpa menggunakan obat) dan terapi farmakologi dengan penggunaan
obat antihipertensi oral.
Berdasarkan Stockley’s Drug Interaction Eight Edition tahun 2008,
Metformin berinteraksi dengan obat cimetidin. Penggunaan metformin
dengan pasien diabetes mellitus yang juga menderita hipertensi. Interaksi
antara metformin dengan ACEI (Angiotensin Converter Enzyme Inhibitor)
pemberian metformin dengan cimetidin menimbulkan interaksi
farmakokinetik. Interaksi yang terjadi yaitu pada pemberian 800 mg
metformin sehari dapat menurunkan klirens ginjal 27% dan meningkatkan
kadar AUC (Area Under Curve) sebesar 50%. Hal tersebut terjadi karena area
kinetika interaksi antara metformin dengan antagonis reseptor H2 adalah
ekskresi. Cimetidin memperlambat ekskresi metformin oleh ginjal. Terjadi
interaksi ekskresi obat karena perubahan transpor aktif yakni pada
pengangkutan obat dari darah melintasi sel-sel tubulus proksimal masuk ke
urin. Penghambatan ekskresi metformin oleh cimetidin dapat menurunkan
klirens metformin, sehingga meningkatkan kadar metformin, efek
antihiperglikemik meningkat. Selain itu cimetidin juga mengikat sitokrom P-
450 dan menurunkan kerja enzim mikrosom hati sehingga obat yang
diberikan bersamaan dengan cimetidin akan terakumulasi di dalam darah
(Aziz, 2002).

Saran :
1) Pasien dapat diberi obat antidiabetes metformin dengan dosis 500mg 3x1tab/hr.
2) Dilakukan monitoring fungsi ginjal selama terapi menggunakan antihipertensi Amlodipin dan
metformin.dan cimetidine
3) Amlodipine meningkatkan absorsi metformin di minum sehari sekali waktu pagi
4) sebagai apoteker saya akan menyampaikan kepada pasien terkait dengan terapi obat yang
sudah diperoleh pasien tersebut agar tidak mengkonsumsi obat yang sudah diterima secara
bersamaan, karena dapat menimbulkan interkasi obat antara cimetidine dan metformin yaitu
dapat meningkatkan kadar atau efek metformin melalui kompetensi obat kationik dasar
untuk klirens tubulus ginjal maka harus digunakan hati-hati dan selalu di monitoring
(Medscape). Untuk mengatasi hal tersebut obat DM yaitu metformin 500 mg diminum pagi
dan siang hari bersamaan dengan makanan sama dengan dosis pemberian 2x sehari 500 mg.
Sehingga untuk obat antihipertensinya amlodipine 5 mg dapat diminum malam hari sesudah
makan dengan dosis pemberian 1x sehari 5 mg 1x sehari pada malam hari. Obat amlodipine
diminum 1x sehari lebih menurunkan tekanan darah systole dan diastole jika diminum pada
malam hari dibandingkan diminum pagi hari (Karlina, 2014). Untuk obat cimetidinnya
diminum pada pagi hari sesudah makan dan malam hari sebelum tidur dengan dosis
pemberian sehari 2x ( Basic Pharmacology & Drugs Notes, 2019).

Daftar Pustaka :
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, C.V. Agung Seto, Jakarta
Anonim, 2002, Treatment of Hypertension in Adult With Diabetes,
http://www.care.diabetes journals.org/cgi, diakses tanggal 12 Mei 2009
Anonim, 2005, Standards of Medical Care In Diabetes,
http://care.diabetesjournal.Org/cgi/content/full/28/suppl. diakses 12 Mei
2009
Cipolle, R., J., Strand, L. M., and Morley P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practice,
Chapter 3, McGraw-Hill, New York, 75- 83
Corwin, E.J., 2001, Buku Saku Patofisiologi, Penerbit buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 542.
Fitria, A., 2009, Diabetes Tips Pencegahan Preventif dan Penanganan, Penerbit
Venus, Yogyakarta
Gormer, B., 2007, Farmakologi Hipertensi, http://lyrawati.files.wordpress.com/
2008/11/hypertensionhosppharm.pdf, diakses tanggal 25 Mei 2009.

Kasus Kedua 

Bagaimana pendapat saudara sebagai apoteker dalam memberikan informasi atau  masukkan
kepada dokter terkait pasien dengan riwayat antihipertensi yang mendapatkan terapi eplerenone dan
diltiazem 

JAWAB :
 terdapat interaksi obat seriuas , diltiazem dan eplerone yaitu meningkatkan kadar efek
eplerenone dan mempengaruhi metabaolisme hati / usus CYP3A4. Alternatifnya harus
mengganti obat tersebut atau memberikan jarak meminum obat, jika kombinasi tidak
dapat dihindari maka dosis epleronone tidak boleh melebihi 25mg/hari untuk pasien
gagal jantung ( medscape).

Kasus Ketiga 

Pasien Ny. Diah datang ke apotek dengan keluhan anemia karena kekurangan zat besi  selama
kehamilannya. Kebetulan pasien tersebut memiliki kebiasan minum obat dengan jus jeruk  karena untuk
menutupi bau dari zat besi tersebut. Bagaimana anda seorang apoteker memberikan  KIE kepada pasien
tersebut 

JAWAB :

.Kebutuhan Fe/Zat Besi dan Suplementasi Zat Besi Pada Masa Kehamilan Kebutuhan zat besi
selama hamil yaitu rata-rata 800 mg – 1040 mg. Kebutuhan ini diperlukan untuk : • ± 300 mg diperlukan
untuk pertumbuhan janin. • ± 50-75 mg untuk pembentukan plasenta. • ± 500 mg digunakan untuk
meningkatkan massa haemoglobin maternal/ sel darah merah. • ± 200 mg lebih akan dieksresikan lewat
usus, urin dan kulit. • ± 200 mg lenyap ketika melahirkan Perhitungan makan 3 x sehari atau 1000-2500
kalori akan menghasilkan sekitar 10–15 mg zat besi perhari, namun hanya 1-2 mg yang di absorpsi.9 jika
ibu mengkonsumsi 60 mg zat besi, maka diharapkan 6-8 mg zat besi 6 dapat diabsropsi, jika dikonsumsi
selama 90 hari maka total zat besi yang diabsropsi adalah sebesar 720 mg dan 180 mg dari konsumsi
harian ibu. Besarnya angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%, trimester
II sebesar 70%, dan trimester III sebesar 70%.4 Hal ini disebabkan karena pada trimester pertama
kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih
lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat
sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah
merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan
besi 300 – 350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar
40 mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil.

Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya angka kematian ibu
berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel
tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi
komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan
bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan
postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita
yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan dara

Di berikan monitoring untuk menghindari makanan saat pnya keluahan anemia


1. Mengonsumsi daging setengah matang.
2. Makanan yang memiliki asam oksalat.
3. Makanan yang mengandung gluten.
4. Makanan laut yang tidak segar.
5. Segala minuman yang berkafein.

Penyebab terbanyak anemia defisiensi zat besi yaitu karena rendahnya masukan zat besi
yang berasal dari makanan, serta rendahnya tingkat penyerapan zat besi dari makanan.
Rendahnya tingkat penyerapan zat besi disebabkan oleh komposisi menu makanan masyarakat
yang lebih banyak mengandung faktor - faktor yang dapat menghambat penyerapan zat besi
(inhibitor factors) seperti serat, fitat, maupun tanin.
Sedangkan faktor - faktor yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi (enhancer
factors) seperti vitamin C dan protein hewani hanya sedikit proporsinya untuk dikonsumsi di
dalam menu sehari – hari (Tarwoto dan Wasnidar,2013).
Buah jeruk mengandung tinggi akan vitamin C. Perlu di ketahui bahwa vitamin C
membantu penyerapan zat besi hingga 30%. Ketika kebutuhan zat besi yang besar maka vitamin
C sangat dibutuhkan untuk membantu proses penyerapan zat besi. Asam organik seperti asam
askorbat (vitamin C) dapat membantu penyerapan besi dengan cara mereduksi feri menjadi fero
yang mudah diserap 3-6 kali (Almatsier,2010).
Selain mengandung vitamin C, buah jeruk mudah didapatkan, ekonomis, praktis dan
hampir semua orang menyukai jeruk, serta belum ada penelitian yang menyatakan buah jeruk
dapat menyebabkan alergi. Vitamin C adalah Kristal putih yang mudah larut dalam air. Fungsi
utama vitamin C adalah untuk pembentukan protein kolagen melalui proses hidroksilasi.
Sementara itu, fungsi lain adalah pada metaloenzim untuk pembentukan nerophineohrine,
karnitine, elastine dan nukleosida. Vitamin ini juga berfungsi sebagai agen perekduksi sehingga
dapat meningkatkan absorpsi Fe nom heme dan pereduksi komponen metal untuk aktifitas
katalitik enzim terkait serta menghambat pembentukan nitrosamine (Almatsier,2010).

Saran :
1. Bagi ibu hamil diharapkan untuk mengkonsumsi suplemen vitamin C bersamaan dengan
tablet Fe agar Fe dapat diabsorbsi dengan baik sehingga ibu terhindar dari anemia dan
tidak terjadi komplikasi pada saat persalinan seperti perdarahan. Tenaga kesehatan perlu
memberikan edukasi kepada ibu hamil agar mengkonsumsi tablet Fe secara teratur
dengan disertai dengan konsumsi vitamin C serta makanan yang mengandung vitamin
tersebut.
2. Untuk Fe dapat di minum bersaaman dengan jeruk karena dapat meningkatkan dari efek
zat besinya

Daftar Pustaka

1. Susilo Wirawan,dkk (2015).Pengaruh Pemberian Tablet Besi dan Tablet Besi Plus Vitamin
Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Hamil. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan-Vol 18, No.3
Juli 2015
2. Fatimah, Hadju et al. Pola Konsumsi dan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Di Kabupaten
Maros,Sulawesi Selatan. Makara,Kesehatan. 2011;Vol. 15(1): 31-Samhadi. Malnutrisi,
Keteledoran Sebuah Bangsa 2008 [diakses tanggal 28 September 2007]. Tersedia di:
www.kompas.com.
3. Cunningham dan Garry F. Obstetri Williams Edisi 21 Vol 2 [Hartono et al., trans]. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001
4. Sukrat B. and Sirichotiyakul S. The prevalence and causes of anemia during pregnancy in
Maharaj Nakorn Chiang Mai Hospital. J. Med. Assoc. Thai 2006; 89(Suppl 4):S142-146 6
5. Broek van den NR, Letsky EA. Etiology of anemia in pregnancy in south Malawi. Am. J.
Clin. Nutr. 2000; 72(1):247S-256S.
6. Hinderaker SG, Olsen BE, Lie RT, et al. Anemia in pregnancy in rural Tanzania:
associations with micronutrients status and infections. Eur. J. Clin. Nutr. 2002; 56(3):192-
199.
7. Ahmed F, Khan MR, Jackson AA. Concomitant Supplemental Vitamin A Enhances the
Response to Weekly Supplemental Iron and Folic Acid in Anemic Teenagers In Urban
Bangladesh. Am. J. Clin. Nutr. 2001; 74(1):108-115
8. Departemen Kesehatan R.I. Program Penanggulangan Anemia Gizi pada Wanita Usia Subur
(WUS); (Safe Motherhood Project: A Partnership and Family Approach). Direktorat Gizi
Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Depkes, 2001

Kasus Keempat 
Seorang lelaki berusia 35 tahun sedang menjalani pengobatan dengan doksisiklin.Setelah
menebus resep di apotek di RS Swasta pasien sempat cerita kepada apoteker bahwa kebiasaan  pasien
minum susu untuk tiap harinya. Bagaimana tanggapan anda sebagai apoteker dalam  memberikan KIE
kepada pasien tersebut 

JAWAB :

Doksisiklin merupakan antibiotik semi sintetik bakteriostatik turunan dari tetrasiklin yang
berspektrum luas. Doksisiklin banyak digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Gram positif dan Gram negatif terutama infeksi saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran
urinaria (Soliman et.al., 2015).

Efek Samping: 
anoreksia, kemerahan, dan tinnitus.

Dosis: 
Dosis lazim dewasa: 200 mg pada hari pertama (diberikan sebagai dosis tunggal atau 100 mg setiap 12
jam) diikuti dengan dosis pemeliharaan 100 mg/hari (diberikan sebagai dosis tunggal atau sebagai dosis
50 mg setiap 12 jam). Untuk mengatasi infeksi yang lebih berat (terutama infeksi saluran kemih kronis),
200 mg sehari selama perioda terapi.

Anak di atas 8 tahun: Dosis yang dianjurkan pada anak BB kurang dari atau sama dengan 45 kg adalah
4,4 mg/kg bb (sebagai dosis tunggal atau dosis terbagi dua pada hari pertama), diikuti dengan 2,2 mg/kg
bb (dosis tunggal atau dosis terbagi dua) pada hari yang berurutan. Pada infeksi yang lebih berat, bisa
hingga 4,4 kg/bb.Anak dengan berat badan lebih dari 45 kg: sama dengan dosis dewasa.

Akne Vulgaris: 50-100 mg per hari hingga 12 minggu.


Infeksi gonokokus tanpa komplikasi pada serviks, rektum atau uretra dimana gonokokus masih sensitif:
doksisiklin oral 100 mg dua kali sehari selama 7 hari dianjurkan ditambah dengan sefalosporin yang
sesuai atau kuinolon, seperti berikut ini: sefiksim oral 400 mg dalam dosis tunggal atau seftriakson 125
mg intramuskular dalam dosis tunggal atau siprofloksasin oral 500 mg dalam dosis tunggal atau
ofloksasin oral 400 mg dalam dosis tunggal.

Saran :

Minumlah obat doksisiklin 2-3 jam sebelum atau setelah konsumsi produk yang mengandung
aluminum, kalsium, zat besi, magnesium, zinc, atau bismuth subsalicylate. Beberapa contoh yaitu
antasida, didanosine solution, quinapril, vitamin/mineral, produk susu (seperti susu, yogurt), dan jus kaya
kalsium.Karena Produk ini berikatan dengan doxycycline, membuat tubuh Anda tidak mampu menyerap
obat dengan sempurna.

Doxycycline sebaiknya diminum dalam keadaan lambung kosong, minimal 1 jam sebelum atau 2
jam setelah makan. Obat ini biasanya diminum satu atau dua kali sehari.
Kasus Kelima 

Seorang pasien berusia 25 tahun mendapatkan pengobatan eritromisin dari dokternya. 


Perempuan ini sangat menyukai yogurt dan hendak minum obat tersebut setengah jam setelahnya. 
Bagaimana tanggapan anda sebagai apoteker memberika KIE kepada pasien tersebut. 

 Jawaban: Yoghurt sangat baik bagi tubuh terutama pencernaan tetapi alangkah baiknya
jika meminum obat diberikan jarak 1 -2 jam sampai lambung kosong kembali,
eritromisine sangat dianjurkan diminum sebelum makan dalam keadaan perut kosong
agar penyerepanya dan efektifitasnya maksimal.

Anda mungkin juga menyukai