PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara
efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah dan
onset diabetes, disebabkan penggunaan insulin yang kurang efektif oleh tubuh. DM tipe
memperkirakan pada negara berkembang pada tahun 2025 akan muncul 80% kasus baru
pada tahun 2017 meningkat menjadi 425 juta dari tahun sebelumnya yaitu 415 juta.
dunia dengan jumlah 10 juta kasus pada tahun 2017 (IDF, 2017)..
Data dari bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun
2017 didapatkan bahwa penyakit DM berada pada peringkat ke-2 setelah Hipertensi
1
2
dari 10 besar kunjungan kasus penyakit tidak menular di Puskesmas se Kota Pekanbaru
tahun 2017 dengan jumlah 13.006 orang dimana Puskesmas Harapan Raya berada pada
peringkat kedua untuk jumlah kunjungan penderita DM. Puskesmas Harapan Raya
didapatkan data kunjungan pasien dengan penyakit DM berada pada peringkat ke-2
untuk penyakit tidak menular dengan jumlah 1744 orang dari 10 penyakit terbesar
Kejadian DM yang terus meningkat disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat
seperti makan makanan yang berkalori tinggi dan kurang olahraga sehingga
menyebabkan pankreas bekerja keras dan kelelahan, faktor genetis, penggunaan obat
yang dapat menaikkan gula darah, kegemukan, dan kelebihan lemak tubuh (Cahyono,
2012).
Hasneli (2009) dalam penelitiannya “The effect of health belief model on dietary
jumlah penderita DM disebabkan karena gaya hidup masyarakat Kota Pekanbaru yang
mayoritas bersuku Minang dan Melayu yang kurang sehat sehingga meningkatkan
kolesterol akibat makanan berminyak, bersantan, kurang mengonsumsi sayur dan buah
Pola makan tinggi lemak dan kalori serta rendah serat (seperti fast food) dapat
sebagai pemicu timbulnya penyakit DM atau penyakit degeneratif lainnya (Umar et al,
2013), sehingga penderita DM harus bisa melakukan diet sehat dan seimbang, olahraga
teratur, menjaga berat badan, dan usaha mengendalikan gula darah agar tidak terjadi
Komplikasi DM timbul karena gula darah yang tidak terkontrol dengan baik
mikrovaskuler yaitu komplikasi yang mengenai pembuluh darah sehingga menjadi kaku
3
makrovaskuler yaitu komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang lebih besar
koroner, hipertensi, stroke, dan gangren pada kaki (Krisnatuti, Yenrina, & Rasjmida,
2014).
panjang, pemakaian sediaan obat anti glikemik dinilai banyak menimbulkan efek
samping pada pasien. Sehingga diperlukan adanya sediaan yang lebih efektif dan aman
seperti obat non farmakologis (obat tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan).
Tanaman tradisional dewasa ini banyak menjadi salah satu fokus perhatian penelitian
WHO juga merencanakan program hidup sehat melalui back to nature dan
untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker, karna obat tradisional memiliki
efek samping yang relatif lebih sedikit daripada obat modern (Emilda, 2018).
Di Indonesia salah satu tumbuhan yang telah dikenal dan dapat dipakai dalam
sehari-hari seperti penyedap masakan dan minuman. Kandungan kimia yang terdapat
suatu polifenol (flavanoid) yang mempunyai kerja seperti insulin (Logamarta, 2008).
4
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hananti, Hidayat dan Yanti (2012) tentang uji
glibenklamid pada mencit jantan galur dengan metode toleransi glukosa didapatkan
hasil yang menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit kayu manis dosis 100mg/kg BB
yang diberikan secara oral dapat menurunkan kadar glukosa darah sebesar 21,32%.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Firdaus (2014) tentang efek ekstraksi kayu
manis terhadap kadar glukosa darah dan kadar trigleserida pada tikus jantan yang
terinduksi aloksan menunjukkan bahwa kayu manis secara signifikan dapat menurunkan
kadar glukosa darah dan kadar trigleserida tikus dengan taraf signifikansi yaitu p
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Arini dan Ardiaria (2016) tentang
pengaruh pemberian seduhan bubuk kayu manis terhadap kadar glukosa darah puasa
dan 2 jam post prandial pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Ngawi
tingkat korelasi 0,001 sedangkan pada kelompok kontrol tidak ditemukan perbedaan
Penelitian yang dilakukan oleh Fatmalia dan Muthoharoh (2017) tentang pengaruh
seduhan kayu manis terhadap penurunan kadar glukosa darah dengan taraf signifikansi
(p=0,000).
Penelitian yang dilakukan pada oleh Hasneli (2017) tentang Identifikasi dan analisis
sensitivitas kaki dan glukosa darah pada pasien diabetes setelah melakukan terapi pijat
kaki alat pijat kayu menunjukkan bahwa kadar gula darah rata-rata responden sebelum
intervensi yaitu 271,62 mg / dl dengan SD 79,43 dan setelah memberikan intervensi rata-rata
5
220,75 mg / dl dengan SD 71,83. Hasil uji statistik menggunakan uji Wilcoxon untuk
kadar gula darah diperoleh nilai p 0,001 <(α = 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan kadar gula darah rata-rata sebelum dan sesudah pijat menggunakan APIYU
pada kelompok eksperimen. Hasil uji statistik untuk sensitivitas kanan dan Kaki Kiri
diperoleh p value 0,011 dan 0,004 <(α = 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan rata-rata sensitivitas Hak dan Kaki Kiri sebelum dan sesudah pijat kaki
Harapan Raya pada tanggal 30 Juli – 3 Agustus 2018 mereka tidak mengetahui bahwa
kayu manis dapat digunakan untuk menurunkan kadar gula darah. Mereka
mengharapkan ada obat herbal yang dapat mereka komsumsi selain obat yang selama
ini mereka dapatkan dari Puskesmas yang dapat mengontrol kadar gula darah mereka.
“Pengaruh seduhan rebusan kayu manis (Cinnamomum Burmanii) terhadap kadar gula
B. Rumusan Masalah
Diabetes Melitus (DM) tergolong penyakit degeneratif tidak menular yang akan
meningkat jumlahnya dimasa yang akan datang. Hal ini terbukti dengan semakin
lama, pemakaian sediaan obat antiglikemik selama ini banyak menimbulkan efek
samping pada pasien, sehingga diperlukan adanya sediaan yang lebih efektif dan lebih
aman. Tanaman tradisional dewasa ini banyak menjadi salah satu fokus perhatian
Kayu manis merupakan salah satu tanaman herbal yang dapat mempengaruhi kadar
glukosa darah. Kayu manis mengandung zat aktif polifenol yang bekerja dengan
insulin dan menurunkan kadar glukosa darah. Salah satu komponen polifenol tersebut
kandungan zat aktif inilah kayu manis dapat diolah menjadi suatu bahan yang dapat
membantu menurunkan kadar glukosa darah pada penderita DM dan dapat digunakan
dalam waktu jangka panjang. Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah “Apakah seduhan rebusan kayu manis (Cinnamomum burmanii)
memiliki pengaruh yang terhadap kadar gula darah penderita DM Tipe 2 ?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh seduhan rebusan
2. Tujuan khusus
c. Membandingkan kadar glukosa darah pada kelompok kontrol pretest dan postest
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagi sumber informasi dalam
manfaat seduhan rebusan kayu manis terhadap kadar glukosa darah pada pasien
DM.
alternatif dalam pengontrolan kadar glukosa darah pada pasien DM tipe 2 sehingga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data, informasi dasar, dan
A. Tinjauan Teori
a. Definisi
dan klinis dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price &
hiperglikemia yang terjadi karna kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
lemak dan protein, yang dihasilkan dari defek sekresi insulin, aksi insulin, atau
b. Klasifikasi
(pada luka bakar berat, infark miokard akut, dan lain-lain) dan diabetes
8
9
tergantung insulin (DMTI atau IDDM) dan DM yang tidak tergantung insulin
telah disahkan oleh World Health Organization (WHO) dan telah dipakai
diseluruh dunia ada empat klasifikasi klinis gangguan toleransi glukosa, yaitu:
Diabetes tipe 1 dulu dikenal sebagai tipe juvenile-onset dan tipe dependen
insulin, kedua tipe ini dapat muncul disegala usia, tetapi biasanya usia muda
(< 30 tahun). Dibagi dalam dua subtipe: (a). Autoimun, akibat disfungsi
autoimun dengan kerusakan sel-sel beta dan (b). Idiopatik, tanpa bukti
Diabetes tipe 2 dulu dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe onset maturitas
ini.
kehamilan. Faktor risiko terjadinya GDM adalah usia tua, etnik, obesitas,
insulin berat.
f) Infeksi.
c. Etiologi
klasifikasinya adalah:
1) Diabetes Tipe I
penyebabnya adalah:
a) Faktor genetik
b) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon
c) Faktor lingkungan
eksternal yang dapat memicu kerusakan sel-sel beta, sebagai contoh virus
2) Diabetes Tipe II
b) Obesitas
c) Riwayat keluarga
d) Etnik.
ada tidaknya gejala khas DM. Gejala khas DM terdiri dari poliuria, polidipsia,
polifagia, dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala
tidak khas DM diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal,
mata kabur, disfungsi ereksi (pria) dan pruritus vulva (wanita). Apabila
ditemukan gejala khas DM, pemeriksaan glukosa darah abnormal satu kali saja
gejala khas DM, maka diperlukan dua kali pemeriksaan glukosa darah abnormal.
2) Atau, gejala klasik DM + glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/L).
Glukosa plasma 2 jam pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥ 200
e. Patofisiologi
Skema 1
Patofisiologi Diabetes Melitus dan komplikasinya
Defisiensi insulin
Aminoasidemia
f. Komplikasi DM
1) Mikrovaskuler
khas dari DM. Gambaran khas berupa penebalan difus membran basal kapiler
saraf perifer (neuropati), kulit, dan otot skelet merupakan organ yang
umumnya terkena.
a) Nefropati
c) Retinopati
2) Makrovaskuler
ekstremitas serta insufiensi serebral dan stroke. Jika yang terkena adalah
arteria koronaria dan aorta, maka dapat mengakibatkan angina dan infark
miokardium.
g. Penatalaksanaan
meliputi:
Menurut Smeltzer dan Bare (2014), tujuan terapeutik pada setiap tipe
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktifitas pasien. Ada lima
1) Diet
2) Latihan
pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan
metabolic rate). Semua efek ini sangat bermanfaat pada pendereita diabetes
kolesterol total serta triglesrida. Semua manfaat ini sangat penting bagi
penyakit kardiovaskuler.
3) Pemantauan
terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Cara ini
16
darah.
4) Terapi
golongan:
(a) Sulfonilurea
tua, gangguan faal hati, dan ginjal). Sedian obat generik golongan
Glimiperide.
(b) Glinid
secara oral dan dieksresikan secara cepat melalui hati. Obat ini
(a) Metformin
Linagliptin.
optimal
(6) Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)
efek 2-4 jam, lama kerja 6-8 jam, kemasan vial, pen/cartridge.
4 jam, pucak efek 4-10 jam, lama kerja 8-12 jam, kemsan vial,
pen/cartridge.
20
Onset/awitan 1-3 jam, puncak efek (hampir tanpa puncak), lama kerja
terhadap insulin.
5) Pendidikan
mandiri yang khusus sumur hidup. Karna diet, aktifitas fisik dan stres fisik
hanya belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri setiap hari guna
tetapi juga harus memeiliki prilaku preventif dalam gaya hidup untuk
edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting
a. Definisi
(Dorland, 2010). Glukosa darah puasa merupakan salah satu cara untuk
mengidentifikasi diabetes melitus pada seseorang. Pada penyakit ini gula tidak
21
siap untuk ditransfer kedalam sel, sehingga terjadi hiperglikemia sebagai hasil
sementara waktu dan akhirnya akan kembali lagi ke kadar semula. Pengaturan
fisiologis kadar glukosa darah sebagian besar bergantung pada hati yang
Dalam jumlah yang lebih sedikit, jaringan perifer otot dan adiposa juga
jaringan ini ikur berperan dalam mempertahankan glukosa darah (Price &
Wilson, 2012).
dominan untuk sistem saraf pusat. Keadaan hipoglikemia dalam periode singkat
pun sudah dapat menimbulkan disfungsi otak serius dan jika berlangsung lama,
mengapa tubuh hanya memperoleh satu hormon hipoglikemik (insulin) saja jika
regulator) yang berjumlah besar yaitu glukagon, efinefrin, growth hormon dan
tetapi hiperglikemia rungan akan terjadi pada setiap kali makan (Kumar, 2013).
22
glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria
saja. Pemeriksaan glukosa darah dengan cara enzimatik dengan bahan plasma
demikian sesuai dengan kondisi setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh,
darah yang disebut glucometer. Glucometer ini menggunakan reagen kering dan
menggunakan darah kapiler yang diambil dari ujung jari tangan. Hasil
pemeriksaan menggunakan alat ini dapat dipercaya jika kalibrasi alat dilakukan
dengan baik dan cara pemeriksaan sesuai dengan yang dianjurkan (Dalimartha
darah berada pada kisaran yang tepat. Umumnya glucometer memiliki rentang
Gambar 1
Glucometer
diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar. Berikut pada tabel 1
Tabel 1
Konsentrasi Glukosa Darah sewaktu dan Puasa sebagai Patokan Penyaring dan
Diagnosis DM (mg/dl)
salah satu jenis kayu manis. Spesies ini berasal dari Indonesia dan Asia Tenggara.
maupun tanaman hutan. Kulit kayu C. Burmanii yang memiliki bau aromatik ini
Gambar 2
Kulit Batang Kayu manis
Sumber: www.kebunpedia,com
24
Tanaman kayu manis secara umum dapat tumbuh dengan tinggi mencapa 8-
27 meter, panjang daun antara 5-17 cm dan lebar daun 3-10 cm. Warna daun hijau
muda dengan pucuk merah muda. Yang diharapkan dari tanaman kayu manis
adalah hasil kulit yang memiliki aroma yang kuat dengan kandungan utamanya
senyawa penting dalam ekstrak kayu manis diantaranya alkaloid, protein, tannin,
sekian senyawa tersebut, bahan aktif yang paling berperan adalah asam canamat,
cinnamaldehid mampu meningkatkan tranport glukosa darah pada sel adipose dan
otot skelet sehingga mampu menurunkan glukosa darah secara signifikan. Asam
Kayu manis dapat dijadikan obat secara tradisional yang berfungsi sebagai
suplemen untuk berbagai penyakit. Rempah dengan cita rasa eksotis ini juga bisa
mengurangi kadar kolesterol jahat dalam darah. Kayu manis juga bisa membantu
mengatur kadar gula darah sehingga baik di konsumsi penderita diabetes. Kayu
manis mengandung serat, mangan, zat besi, dan kalsium. Walaupun jumlahnya
sedikit, akan tetapi manfaatnya isa membantu melengkapi kebutuhan serat dan
Cara membuat ekstrak rebusan kayu manis dengan bahan kayu manis 10 gr
dan air 200cc, kemudian rebus kayu manis dengan air 200 cc hingga tersisa 100cc,
dinginkan, lalu saring selagi hangat, minum ramuan ini dalam keadaan hangat
25
untuk sekali konsumsi dan minum ramuan ini secra rutin dua kali sehari pagi dan
malam (Faiha’ & Saraswati, 2015). Berikut gambar cara membuat seduhan rebusan
kayu manis :
Gambar 3
Cara mempersiapkan dan membuat seduhan rebusan kayu manis
26
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap
konsep yang kainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2013). Kerangka konsep
variabel yang akan diteliti serta hubungan variabel satu dengan yang lainnya. Variabel
yang ingin diamati terdiri dari variabel independent atau variabel bebas dan variabel
dependent atau variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah seduhan
rebusan kayu manis, sedangkan variabel terikat adalah kadar glukosa darah penderita
DM tipe II.
Skema 2
Kerangka konsep “Pengaruh Seduhan Rebusan Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii)
Terhadap Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe II”
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Input Output
C. Hipotesis
dibuktikan melalui analisis terhadap bukti-bukti empiris. Hipotesis ini dapat benar atau
salah dan dapat diterima atau ditolak setelah dibuktikan melalui hasil penelitian
A. Desain Penelitian
yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap
pertanyaan penelitian, yang mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih
ntuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk
Quasy Experiment. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang
timbul karena adanya perlakuan tertentu dengan cara melibatkan kelompok kontrol
random atau acak (setiadi, 2013). Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ini
akan dilakukan pre test untuk mengetahui keadaan awal lalu dilakukan post test
setelah diberi perlakuan untuk melihat efek dari perlakuan tersebut. Berikut gambaran
rancangan tersebut:
Tabel 2
Rancangan Penelitian
28
29
Keterangan:
01 : Pengukuran kadar glukosa darah sebelum dilakukan intervensi pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
02 : Pengukuran kadar glukosa darah setelah dilakukan intervensi pada
kelompok ekperimen dan kelompok kontrol
X : Intervensi atau perlakuan pada kelompok eksperimen
1. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dimulai dari persiapan sampai seminar hasil penelitian,
yaitu dari bulan Juli 2018 sampai dengan Desember 2018. Jadwal penelitian dapat
Tabel 3
Proses kegiatan dan waktu penelitian
Waktu penelitian
Kegiatan Juli Agustus September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
judul
proposal
Penyusunan
proposal
Seminar
proposal
Perbaikan
proposal
Izin
penelitian
Pengumpulan
data
Pengolahan
data
Seminar hasil
Perbaikan
laporan hasil
30
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya. Alasan
pemilihan lokasi ini berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota
kunjungan penderita DM nomor 2 tertinggi dari seluruh Puskesmas yang ada di kota
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang,
objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau
menjadi objek penelitian (Suprapto, 2017). Populasi merupakan seluruh subjek atau
objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan hanya objek atau
subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki
subjek atau objek tersebut (Hidayat, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah
Harapan Raya, dimana jumlah kunjungan penderita DM selama 6 bulan yaitu bulan
Januari sampai dengan Juni 2018 sebanyak 459 Kunjungan (Puskesmas Harapan
Raya, 2018).
2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
sampel pada penelitian ini adalah Purposive sampling yang merupakan teknik
oleh peneliti. Teknik pengambilan sampel ini didasarkan oleh pertimbangan waktu,
merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karna
tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Hidayat, 2012). Kriteria Inklusi
sampel yang tidak taat dalam penelitian, maka perlu dilakukan koreksi terhadap
besar sampel yang dihitung dengan menambahkan sejumlah responden agar besar
sampel terpenuhi (Murti, 2010). Mengantisipasi hal tersebut dengan rumus sederhana
berikut:
32
𝑛
n’ = (1−𝐿)
keterangan:
D. Etika penelitian
manusia, maka harus memperhatikan etika penelitiannya (Hidayat, 2012). Berikut etika
adalah supaya subjek penelitian mengerti maksud dan tujuan penelitian tersebut dan
pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
semua informasi yang telah dikumpulkan, hanya data tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil riset. Peneliti juga menjelaskan kepada responden bahwa tidak semua
4. Kebaikan (Beneficience)
responden yang terkandung dalam prinsip ini harus diperhatikan oleh peneliti.
5. Keadilan (Justice)
melakukan deskriminasi jika responden tidak bersedia atau drop out sebagai
responden.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan
mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013). Definisi operasional dalam penelitian ini
Tabel 4
Definisi Operasional
Alat pengumpulan data adalah proses atau pengembangan metode dan alat ukur
yang tepat dalam rangka pembuktian kebenaran hipotesis (Nursalam, 2008). Alat
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Glucometer dengan
merk On Call Plus dan lembar observasi. Glucometer digunakan untuk mengukur
kadar glukosa darah pretest dan post test pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol, sedangkan lembar observasi merupakan alat pengumpulan data yang berisi
data demografi responden serta hasil pengukuran kadar glukosa darah sebelum dan
merupakan reaksi antara enzim glucose oxidase dan cholesterol oxidase dengan
sampel darah yang diukur. Proses kimia ini menghasilkan aliran arus listrik yang
35
kemudian diproses oleh signal conditioning dan data akusisi. Metode mendapatkan
plasma dari darah dengan melakukan penyaringan darah yang diambil yang dilakukan
memberikan seduhan rebusan kayu manis. Kadar glukosa darah responden pada
pada hari pertama pukul 07.55 WIB dan setelah 3 hari diberikan rebusan rebusan kayu
manis. Sedangkan kadar glukosa darah responden kelompok kontrol diukur tanpa
seduhan rebusan kayu manis diberikan rutin sebanyak dua kali sehari jam 08.00 WIB
agar penelitian dapat berjalan dengan mudah dan mencapai tujuan yang diinginkan.
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ini peneliti terlebih dahulu menentukan masalah penelitian
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik, Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, dan
2. Tahap pelaksanaan
sesuai kriteria dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan
Peneliti menjelaskan maksud dari penelitian, waktu , dan manfaat serta dampak
terdiri dari pre test dan post test dengan cara home visit.
Pada penelitian ini, peneliti akan dibantu oleh 2 orang asisten yaitu mahasiswa
responden dan pemeriksaan kadar gula darah. Hal ini dilakukan agar perlakuan
yang diberikan sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Berikut prosedur yang
peneliti lakukan:
Pada tahap pre test, peneliti mendatangi calon responden dan meminta
pertama, hari ketiga dan hari keempat, kemudian menjelaskan cara membuat
menggunakan video tutorial yang telah dibuat oleh peneliti. Peneliti kemudian
memberikan kayu manis yang sudah dibungkus dalam plastik dengan berat 10
Cara membuat seduhan rebusan kayu manis dengan bahan kayu manis 10 gr
dan air 200cc, kemudian rebus kayu manis dengan air 200 cc hingga tersisa
100cc, dinginkan, lalu saring selagi hangat, minum ramuan ini dalam keadaan
hangat untuk sekali konsumsi dan minum ramuan ini secara rutin dua kali
Setelah seduhan rebusan kayu manis selesai dibuat, peneliti mengukur kadar
glukosa darah puasa pada pukul 07.55 WIB pada kelompok eksperimen
eksperimen untuk meminum air seduhan rebusan kayu manis 100 cc sebanyak
dua kali sehari pada pukul 08.00 WIB dan pukul 20.00 WIB selama 3 hari
untuk memeriksa kadar gula darah responden pada hari ketiga dan hari
38
kadar gula darah responden puasa dahulu dari pukul 24.00 WIB. Sedangkan
pada hari kedua peneliti akan menelpon responden pukul 08.00 WIB dan 20.00
WIB untuk mengingatkan responden minum air seduhan rebusan kayu manis.
yang sama yaitu Glucometer merk On Call Plus. Pengukuran kadar glukosa
seduhan rebusan kayu manis selama 3 hari berturut-turut yaitu pada hari ke-4.
sedangkan pada kelompok kontrol kadar glukosa darah di ukur juga pada hari
3. Tahap akhir
Skema 3
Kerangka penelitian: Intervensi pemberian seduhan rebusan kayu manis
Penderita DM tipe II
H. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau data
ringkasan dari kelompok data mentah dengan menggunakan rumus tertentu untuk
pengolahan data:
1. Editing (Pemeriksaan)
Editing data untuk memastikan bahwa semua data sudah terisi dengan lengkap,
serta hasil pengukuran kadar gula darah sebelum dan sesudah intervensi.
2. Coding (Pengkodean)
data dengan memberikan kode berupa angka pada semua variabel. Pengkodean
pada karakteristik responden terdiri dari umur (1= untuk 26-35, 2=untuk 36-45, 4=
untuk 46-55, dan 4= untuk 55-65), jenis kelamin (1= Laki-laki, 2= Perempuan),
tingkat pendidikan terakhir (1= SD, 2= SMP, 3= SMA, 4= PT), pekerjaan (1=Tidak
3=Batak, 4=Jawa), lama menderita penyakit (1= untuk 1-5, 2= untuk 6-10, 3=
supaya tidak ada data yang salah sehingga hasil analisa data akan benar dan juga
akurat.
41
5. Processing (Pengolahan)
6. Analyzing (Penilaian)
Melakukan analisa data dengan uji statistik yang sesuai dengan tujuan penelitian.
penelitian.
I. Analisa Data
1. Analisa univariat
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan lama menderita penyakit, dan juga
untuk memperoleh gambaran dari variabel yang diteliti yaitu kadar glukosa darah
penderita DM tipe II. Hasil analisa disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan
darah disajikan dalam bentuk mean, standar deviasi, serta nilai minimum dan
maksimum.
2. Analisa bivariat
signifikan antar dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen, atau
bisa juga digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan antar dua
kelompok atau lebih variabel (setiadi, 2013). Uji statistik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji Dependent Sample t Test untuk melihat pengaruh seduhan
rebusan kayu manis terhadap kadar glukosa darah kelompok eksperimen sebelum
dan sesudah perlakuan dan melihat perbandingan kadar glukosa darah pada
42
kelompok kontrol sebelum dan sesudah tanpa perlakuan. Syarat dari uji dependent t
test adalah data terdistribusi normal, kedua kelompok data kelompok berpasangan,
variabel yang dihubungkan tersebut berbentuk numerik dan kategorik. Jika syarat
tersebut tidak terpenuhi maka digunakan uji Wilcoxon sebagai uji alternatif.
setelah mengkonsumsi ekstrak rebusan kayu manis dengan kelompok kontrol yang
tidak diberikan intervensi dilakukan uji Independent sample t Test. Syarat dari uji
independent t test adalah data harus terdistribusi normal, kedua kelompok data
syarat tersebut tidak terpenuhi maka digunakan uji Mann Whitney sebagai uji
Derajat kemaknaan (α) yang digunakan pada uji in adalah 0,05. Hasil uji statistik
didapatkan p value < α (0,05), maka dapat dikatakan ekstrak rebusan kayu manis
berpengaruh terhadap kadar gluksa darah pada penderita DM tipe II. Hasil uji
statistik didapatkan p value > α (0,05), maka dapat dikatakan ekstrak rebusan kayu
manis tidak ada pengaruh terhadap kadar glukosa darah pada penderita DM tipe II.
43
DAFTAR PUSTAKA
Bilous, R. , & Donelly, R. (2015). Buku pegangan diabetes. (Ed. 2). (Egi Komara Yudha,
Penerjemah). Jakarta: Bumi Medika
Cahyono, S. B. (2012). Gaya hidup dan penyakit modern. Kanisius: Yogyakarta
Christian, P. E. & Waterstram, K. M. (2012). Nuclear medicine and pet/ct. (Ed. 8).
Missouri: Elsevier
Dahlan, M, Sopiyudin. (2012). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan: Deskritif,
Bivariat, dan Multivariat, dilengkapi aplikasi dengan menggunakan SPSS. Edisi 5.
Jakarta: Salemba Medika.
Dalimartha, S. & Adrian, F. (2012). Makanan dan herbal untuk penderita diabetes melitus.
Jakarta: Penebar Swadaya
Daswir. (2011). Profil Tanaman Kayu Manis di Indonesia. Jakarta: Balai Penelitian
Tanaman Obat Aromatik.
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. (2017). Profil Dinas Kesehatan: 10 besar kunjungan
kasus penyakit tidak menular di Puskesmas se kota Pekanbaru. Dinas Kesehatan
Kota Pekanbaru
Emilda. (2018). Efek senyawa bioaktif kayu manis (Cinnamomum Burmanii) terhadap
diabetes melitus: kajian pustaka. Diperoleh tanggal 20 Juli 2018 dari:
www.jurnal.farmasi.umi.ac.id/imdex.php/fitofarmakaindonesia.
Faiha’, A. Saraswati, L. (2015). Apotek hidup: Cara Tanam Apotek hidup racikan Ampuh
tanaman Obat Penyembuh Segala Penyakit. Jakarta: Gemius Publisher
Firdaus, E. A. (2014). Efek Ekstrak kayu manis terhadap kadar glukosa darah, berat
Badan dan trigleserida pada tikus jantan strain yang diinduksi aloksan. Diperoleh
tanggal 20 Juli 2018 dari:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25705/1/Elza%20Amelia
%20Firdaus-FKIK.pdf.
44
Hananti, R. S. , Hidayat, S. , Yanti, L. (2012). Uji aktivitas antidiabetes ekstrak etanol kulit
kayu manis (Cinnamomum burmanii) dibandingkan dengan Glibenkliamide pada
mencit jantan galur Swiss webster dengan metode toleransi glukosa. Diperoleh
tanggal 20 Juli 2018 dari: http://ejournal-
stfi.ac.id/file.php?file=jurnal&id=510&cd=0b2173ff6ad6a6fb09c95f6d50001df6&
name=Rina_1_1_2012.pdf
Hasneli, Y. N. (2009). The effect of health belief model based educational program to
prevent diabetes complication on dietary behavior of Indonesia adults with type 2
diabetes mellitus. Jurnal keperawatan professional Indonesia. Vol. 1. Pekanbaru:
ISSN
Hasneli, Y. N. (2016). Pengaruh pijat kaki titik 17 dan mendengarkan murrotal Al-Quran
terhadap kadar glukosa darah pasien diabetes tipe 2. Pekanbaru: tidak
dipublikasikan.
Hasneli, Y. N. (2017). Identifikasi dan analisis sensitivitas kaki dan glukosa darah pada
pasien diabetes setelah melakukan terapi pijat kaki alat pijat kayu. Pekanbaru:
Universitas Riau.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2012). Riset Keperawatan dan teknik penulisan ilmiah (edisi 2).
Jakarta: Salemba Medika
International Diabetes Federation. (2017). Diabetes atlas. (8th ed). Diperoleh tanggal 1
Januari 2018 dari www.diabetesatlas.org
Kementerian Kesehatan RI, (2014). Infodatin: situasi dan analisis Diabetes, diperoleh
tanggal 20 Juli 2018 dari:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
diabetes.pdf
Krisnatuti, D. , Yenrina, R. , & Rasjmida, D. (2014). Diet sehat untuk penderita diabetes
mellitus. Jakarta: Penebar Swadaya
Kumar, R. (2013). Dasar-dasar Patofisiologi Penyakit. Jakarta: Binarupa Aksara
Publisher.
Murti, B. (2010). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di
Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
45
Price, S. A, Wilson LM, (2012). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi
ke-6. Jakarta: EGC.
Puskesmas Harapan Raya, (2017). Profil Puskesmas: 10 besar penyakit tidak menular
tahun 2017. Puskesmas Harapan Raya.
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek penulisan riset keperawatan (edisi 2). Yogyakarta:
Graha Ilmu
Sherwood, L. (2011). Fisilogi Manusia dari sel ke sistem. (Edisi 6). Jakarta: EGC
Smeltzer, S. C, Bare B.G. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi
ke 12 vol 2, Jakarta, EGC
Soegondo, S. 2011. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini dalam: Soegondo,
S. , Soewondo, P., Subekti, I., Editor. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu
bagi dokter maupun edukator diabetes. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Sudoyo, Aru W. dkk. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Diabetes Mellitus di
Indonesia. Edisi ke-V (jilid 2). Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit dalam FK UI.
Umar, F. A, Bodhi, W., & Kepel B. J. (2013). Gambaran gula darah pada remaja obes
diminahasa. Vol. 1 No. 2. Manado. Jurnal e-boimedik. Diperoleh dari
https://ejournal.unsrat.ac.id
Wickenberg, J. (2015). Investigations into the Effects of Turmeric, Cinnamon and Green
Tea on Glycaemic Control and Liver Enzymes. Diperoleh tanggal 27 Juli 2018 dari
http://portal.research.lu.se/ws/files/4081512/5031864.pdf
Wijayakusuma, M. H. (2008). Bebas diabetes mellitus ala hembing. Jakarta: Puspa Swara
Wikipedia. (2016). Cinnamomum Burmanii. Diperoleh tanggal 6 September 2018 dari:
https://id.wikipedia.org/w/index/.php?title=Cinnamomum_burmannii&oldid=11447
126
46
World Health Organization, (2016). Global report on diabates, diperoleh tanggal 25 Juli
2018 dari http://www.who.int/diabetes/global-report/en