Anda di halaman 1dari 13

MATAKULIAH FARMAKOTERAPI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TUGAS

“STUDI KASUS”

DM dan Hipertensi

OLEH

NAMA : SYAADATUN NADIAH

KELAS : C.12

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2017
KASUS

Tn. MG berumur 72 tahun didiagnosa oleh dokter menderita diabetes


melitus sejak yang lalu. Keluarga pasien mengaku bahwa Tn.MG juga
mengalami hiperlipidemia dan hipertensi. Sembilan bulan yang lalu pasien
terkena serangan stroke dan setelahya berat badan menurun, tangan
bagian kiri sulit digerakkan dan terasa nyeri ketika disentuh, serta sering
mengalami vertigo. Pasien juga mengalami insomnia, kaki membengkak,
polidipsi dan poliuri. Hasil pemeriksaan GDS terakhir adalah 140 mg/dL
dan TD 150/90 mmHg. Keluarga pasien juga mengatakan bahwa 6 bulan
yang lalu pasien pernah mengkonsumsi Diazepam 5 mg 1x1 untuk
mengatasi insomnia serta Amlodipine 5 mg 1x1 dan Simvastatin 10 mg
1x1 seminggu yang lalu, dan hanya dikonsumsi sekali-kali. Obat yang
dikonsumsi hingga saat ini adalah Metformin 500 mg 2x1. Piracetam 800
mg 2x1, Neurosanbe 2x1, Renadinac 25 mg 2x1, Ranitidine 150 mg 2x1.

PENYELESAIAN KASUS DENGAN METODE SOAP

Subjektif

1. Nama Tn.Mg
2. Jenis kelamin pria
Diabetes Mellitus:
pada penderita DM tipe 2 bisaya lebih tinggi pada wanita
dibandingkan terjadi pada pria di Amerika Serikat. Namun DM tipe 2
terjadi dan meningkat resiko terkena seiring berdasarkan bertambahnya
usia1.
Hipertensi:
Pada penyakit hipertensi presentasi resiko terkena berdasarkan
gender setara antara wanita dan pria. Tetapi dapat terjadi berdasarkan
usia2.
3. Usia pasien 72 tahun (Gariatri)
Diabetes Mellitus :
Usia pasien termasuk geriatric yaitu berusia 72 tahun dengan
resiko terjangkit penyakit DM sangat tinggi karena terjadinya peningkatan
resiko terjangkitnya Diabetes mellitus tipe 2 dalah pada usia 20 tahun
keatas.1 pasien dengan usian lebih dari sama dengan 65 tahun dengan
diagnose diabetes mellitus meruakan prioritas utama dalam melakukan
perawatan karena dianggap memiliki tingkat keparahan yang tinggi3.
Hipertensi:
Pasien berusia 72 tahun dan termasuk geriatric yang memang
sangat umum terjangkit hipertensi dengan seiring bertambahnya usia
makan nilai tekanan darah atan meningkat. Resiko seseorang akan
meningkat pada usia 55 tahun keatas.2
4. Riwayat penyakit : Pasien mengalami stroke 9 bulan yang lalu
Hipertensi:
Pasien mengalami stroke dapat dikarenakan komplikasi hipertensi
yang diderita oleh pasien.2
Stroke dapat terjadi apabila obat antinhipertensi tidak digunakan
sesui dengan rekomendasi penggunaan dan menghentikan penggunaan
obat anti hipertensi dapat meningkatkan 5 kali lebih besar kemungkinan
terjadinya stroke4
5. Riwayat pegobatan: Pasien pernah megkonsumsi diazepam
(Diazepam digunakan pada pasien untuk indikasinya mengenai
insomnia yang Tn. Mg rasakan. Obat digunakan sebagai penenang dan
digunakan sebelum tidur.) diazepam yang digunakan dan dikonsumsi
oleh pasien dengan usia lanjut atau geriatric termasuk tidak dianjurkan
dikarenakan pada usia geriatric untuk obat diazepam digunakan dosis
rendah yaitu 2-2,5 mg perhari atau per12 jam4
6. Keluhan pasien
a. Tangan bagian kiri sulit digerakkan dan terasa nyeri ketika
disentuh
bagian tangan kiri sulit untuk digerakan merupakan dan terasa nyeri
sat disentuh keluhan tersebut berkaitan dengan riwayat terjadinya
stuck pada pasien 9 blan yang lalu. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya myalgia, myalgia adalah terjadinya nyeri otot, seperti yang
dirasakan oleh pasien merasakan nyeri pada tangan bagian kirinya
saat disentuh, kemudian stork tersebut jugan menyebabkan
kerusakan saraf pada pasien yang disebut dengan neuropati dimana
tangan pasien sulit untuk digerakkan.

b. Kaki mengalami bengkak


(Pembengkakan pada kaki dapat juga terjadi akibat efek samping
dari obat yang digunakan yaitu efek samping dari obat amlodipine
yang dikonsumsi pasien dapat menyebabkan edema 1,8-10,8 %)4
c. Poliuri dan polidipsi
(ciri-ciri yang pasien dengan penyakit DM adalah poliuri, polidipsi,
dan polivagia, hal tersebut telah menyadi tanda-tanda seseorang
mengalami DM)1
d. Insomnia
insomnia terjadi akibat factor pskologis dari pasien yang
menyebabkan kegelisahan.
e. Hiperlipidemia
(keadaan hyperlipidemia dapat disebabkan oleh DM yang diderita
oleh pasien, dikarenakan pasien memiliki pola hidup terutama pola
makan yang tidak baik)1
f. ruam pada kulit
(Ruam pada kulit dapat terjadi pada pasien dikarenakan reaksi alergi
pada makanan ataupun efek samping dari penggunaan metformin)4
g. Vertigo
(Vertigo yang dialami oleh pasien dapat saja terjadi akibat
efeksamping obat, pasien mengonsumsi simvastatin yang memiliki
efek samping adalah vertigo (5%).)4
h. Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit umum yang hanya didefinisikan sebagai
tekanan darah arteri (tekanan darah tinggi) yang terus meningkat. 2
Objektif

1. Hasil lab

GDS = 140 mg/dL, TD = 150 /90 mmHg

Diabetes Mellitus

GDS = 140 mg/dL

Gula darah sewaktu hasil laboratorium pasien temasuk dalam katagori

normal namun perlu dikontrol1.

Hipertensi

TD = 150/90 mmHg

Pada pasien yang menderita Diabetes Milletus tekanan darah nomal

yang seharusnya adalah < 140/90mmHg5

2. Diagnosa

Diabetes mellitus

Diabetes adalah penyakit kronis yang kompleks yang membutuhkan

perawatan medis berkelanjutan dengan strategi pengurangan risiko

multifactorial di luar kontrol glukosa darah pasien tersebut.3 GDS pasien

masuk dalam kategori normal, pasien dapat dikatakan diabetes ketika

gula darah ≥200 mg / dL3

3. Obat yang dikonsumsi sekarang

a. Metformin 500mg 2 x 1

penggunaan metformin harus digunakan berhati-hati seiring

bertmbahnya usia dengan pengontrolan fungsi ginjal, karena pasien

lansia lebih cenderung mengalami penurunan funsi ginjal. Perawatan

dengan menggunakan metformin harus konservative4


efek samping dari penggunaan metformin harus diwaspadai karena

dapat menimbulkan ruam pada kulit, myalgia, penurunan penyerapan

vitamin B12 dalam darah.4

terdapat interaksi farmakodinamik antagonis antara metformin dan

amlodipine dan menyebabkan menurunnya efek metformin. Metformin

tidak dapat diberikan pada pasien ketika GFR <30mL/Min. atau

terjadinya abnormalitas CrCl.4

b. Piracetam 800mg 2 x 1

piracetam disarankan digunakan untuk Penyakit Alzheimer,

demensia, disfungsi ingatan, alkoholisme, fenomena Raynaud, DVT,

stroke, tardive dyskinesia, disleksia, cedera otak, vertigo. Beberapa

studi klinis menunjukkan khasiat pada disleksia, cedera otak, vertigo.

Efek samping diare, penambahan berat badan, mengantuk, insomnia,

gugup, depresi, hiperkinesia, ruam. Kontraindikasi terhadap Kerusakan

hati, Kerusakan ginjal parah, Kehamilan, menyusui, Diatesis hemoragik

dan harus hati-hati diberikan pada lansia, Hindari penarikan mendada,

Gangguan ginjal4

c. Neurosanbe 2 x 1

Neurosanbe merupakan vitamin Bcomplex . Obat ini terdiri dari

gabungan vitamin B1, vitamin B6, dan vitamin B12.

Dimana fungsi vitamin B1 adalah Thiamine, atau vitamin B1, terlibat

dalam sejumlah fungsi dalam tubuh, termasuk sistem saraf (konduksi

aksonal) dan fungsi otot (aliran elektrolit dalam sel ini), metabolisme
karbohidrat, proses enzimatik, dan produksi asam hidroklorida yang

dibutuhkan untuk pencernaan.4

Vitamin B6 salah satu kondisi yang terkait dengan kekurangan vitamin

B6 adalah stroke dini. Dan kekurangan vitamin B6 menyebabkan

perubahan darah, kulit, dan saraf4

Vitamin b12 apabila terjadi kekurangan atau defisiensi B12 dapat

menyebabkan kematian mendadak. Salah satu pemicu terjadinya

defisiensi vitamin b12 adalah pengonsumsian metformin sebagai

antidiabetes yang dikonsumsi oleh pasien4.

d. Renadinac 25mg 2 x 1

renadinac atau diclofenac dikonsumsi untuk nyeri yang dirasakan

oleh pasien, pengonsumsian diclofenac dapat menyebabkan terjadinya

efek samping yang tidak diinginkan seperti hipertensi, edema dan

beberapa efek samping lainnya dan dapat pula menyebabkan tukak

lambung pada pasien1,4

e. Ranitidine 150mg 2 x 1

pasien mengidap penyakit maag kemudian mengonsumsi

diclofenak yang diketahui sebagai NSAID yang mekanismenya dapat

menyebabkan tukak lambung pada pasien.1,4

f. simvastatin 10 mg 1 x 1

Untuk penderita diabetes usia lanjut 40-75 tahun tanpa tambahan

penyakit kardiovaskular aterosklerotik faktor risiko, pertimbangkan

untuk menggunakan statin dan gaya hidup dengan intensitas sedang

terapi3.
g. Amlodipin 5 mg 1 x 1

Pada pasien lansia/geriatric seharusnya menggunakan dosis

terendah untuk terapi hipertensi dikarenakan lansia dapat terjadi

penurunan klirens dari amlodipine. Dosis yang dianjurkan 2-2,5 mg/ hari

sevara oral dapat ditingkatkan menjadi 2,5 mg/ hari setiap 7-14 hari da

tidak melebihi 10 mg/hari, untuk menjaga atau mentenensdigunakan 5-

10 mg/hari4

terjadinya interaksi farmakodinamika antagonis antara amlodipine

dan simvastatin yaitu dapat menyebabkan menngkatnya kadar

simvastatin yang dapat menyebabkan myopathy maka dapat digunakan

bersamaan dengan batasan 20 mg perhari4. Hati hati dalam

penggunaan karena dapat menyebabkan edema dengan presentae 1,8-

10,8 %, namun edema dapat berkurang padda penggunaan amplodipn

2-3 minggupada ssat mulai terapi dan dapat terjadi reaksi pada kulit.

Assassment

1. pasien terindikansi mengalami hipertensi namun penggunaan obat

yang tidak tepat

pasien sangat beresiko tinggi terserang hipertensi dengan

DM pada usia 72 tahun, namun setelah berapa tahun mengidap

DM pasien mengidap Hipertensi dengan klasifikasi pasien

hipertensi dengan memiliki penyakit DM tekanan darah tidak

boleh <140/90mmH dimana paien tersebut memiliki tekanan


darah 150/90mmHg yang menunjukkan tingginya tekanan darah

pada pasien tersebut.3,2,5

2. pasien diduga mengalami efeksamping obat yang dihasilkan dari

penggunaan amlodipine.

Pasien menggunakan amlodipine sebagai antihipertensi dan

memiliki efek samping yang besar dengan dapat menyebabkan

terjadinya edema atau pembengkakan yang seperti dirasakan

oleh pasien sekarang ini pada kakinya.4 amlodipin diketahui

termasuk dalam golongan CCB’s yang dapat digunakan untuk

penyakit hipertensi dan merupakan salah satu yang

dirkomendasikan terhadap hipertensi dengan bawaan DM. 5

3. terdapatnya interaksi obat antara amlodipine dengan simvastatin

dan amlodipine dengan metformin

Pasien mengonsumsi amlodipine dan simvastatin serta

metformin namun terdapat interaksi dengan penggunaan

tersebut, amlodipine dengan simvastatin dapat menyebabkan

interaksi farmakodinamik antagosnis dengan hasil dapat

meningkatkan simvastatin dan dapat menyebabkan myiopathy.

Sedangkan amlodipine dengan metformin dapat menyebabkan

menurunkan efek dari metformin dengan interaksi

farmakodimanamik antagonis.4
4. pasien kurang patuh pada pengonsumsian obat untuk pngobatan

antihipertensi dan hiperlipidemik(kolesterol).

(keterangan dari keluarga pasien pasien hanya

mengonsumsi obat pada saat-saat tertentu, semisal pasien

mengalami peningkatan tekanan darah kemudian pasien

meminum antihipertensinya namun ketika badannya telah merasa

enak pasien akan stop menggunakan dan begitu

seterusnya)kurang lebih 50% penderita hipetensi tidak

menggunakan atau mengkonsumsi obat dengan sesuai

rekomendasi penggunaan. Terdapat efek yang dihasilkan dari

pemberhentian penggunaan atau ketidak patuhan pasien

terhadap pengonsumsian antihipertensi adalah meningkatkan

kemungkinan 5 kali lipat terjadinya stroke.7

5.pasien diduga mengalami hipersensitivitas terhadap obat

metformin

Pasien mengonsumsi metformin telah lama dan meghasilkan

efek terapi yang telah mencapai target. Namun terdapat ruam

pada kulit pasien yang diduga sebagai hipersensitivitas dari

penggunaan metformin. Namun pendapat ini berdasarkan duaan

dari keluarga pasien dan terdapatnya salah satu efek yang

dirasakan ketika mengonsumsi metformin. Namun hal ini butuh

observasi lebih lanjut.5

Plan
Terapi Farmakologi

1. Pemberian informasi mengenai hipertensi dan DM dan cara

pengobatannya

pemberian informasi secara lengkap mengenai hipertensi yang

diderita oleh pasien dengan riwayat stroke dan penggunaan obat

harus dilakassanakan dengan sesuai anjuran yang telah

ditentukan oleh dokter dan pihak medis. Pada pasien hipertensi

dengan DM maka disarankan untuk mengonsumsi obat golongan

diuretic-tiazid, ACEI, atau ARB, atau CCB dan dapat dikombinasi

ataupun tidak. Apalagi diduga pasien mengalami efeksamping

dari amplodipin serta terdapatnya beberapa interaksi antara obat

yang dikonsumsi pasien.5

pasien disarankan pemilihan pertama pengganti amlodipine

adalah obat golongan ACEI atau golongan ARB lainya. 6,1

4. melakukan setidaknya setahun sekali monitoring fungsi ginjal.

Hal ini dilakukan untuk memonitoring fungsi ginjal, karena

dapat terjadi penurunan fungsi ginjal pada pasien lansia dengan

pengonsumsian metformin dan ranitidine serta obat obat yang

dapat menyebabkan difungsi ginjal.4

3. pasien dan keluarga pasien disarankan untuk melakukan

pengujian lab lengkap.

Disarankan kepada pasien dan keluarga pasien untuk

melakukan pemeeriksaan lab lengkap agar dapat ditentukan

penanganan lebih lanjut untuk pasien. Dikarenakan hasil dan data


lab yang diterima dari pasien tidak lengkap. Menyebabkan

kurangnya informasi ang diterima sehingga penanganan kurang

tepat dapat terjadi

Terapi Non Famakologi

1. dapat dilakukan modifikasi gaya hidup2

a. mengurangi asupan garam yang dapat menyebabkan pembengkaka

dan terjadinya retensi natrium yang dapat menyebabkan

peningkatan tekanan darah pada pasien.

b. Melakukan diet sehat atau makan makanan yang bergizi dan

mengatur pola makan yang sehat dengan pengonsusmsian yang

telah diprogramkan, dengan (DASH) Dietary Approaches to Stop

Hypertension.

c. Melakukan olahraga dilakukan bukan hanya untuk menurunkan berat

badan namun dapat dilakukan untuk melancarkan peredaran darah.

Apabila seperti pasien dengan lanjut usia dapat dilakukan jalan pagi

atau sore, apabila tiddak memungkinkan maka tidak papa tiddak

dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

1. Dipiro, Joseph T. et all. 2009. Pharmacoterapy Handbook Seventh


Edition. United States: The McGraw-Hill Companies.

2. Dipiro, Joseph T. et all. 2009. Pharmacoterapy Handbook tenth Edition.


United States: The McGraw-Hill Companies

3. WWW.DIABETES.ORG/DIABETESCARE (diakses pada tanggal 16


Desember 2017)

4. Medscape (https://reference.medscape.com/drug/arava--343203)
(diakses pada tanggal 25 Desember 2017).

5. James, P.A., Oapril, S., Carter, B.L., Cushman, W.C., Himmelfarb, C.D.,
Handler, J., et al. 2013, 2014, Evidence-Based Guideline for the
Management of High Blood Pressure in Adults Report From the
Panel Members Appointed to the Eight Joint National Commite
(JNC 8), JAMA

6. JNC-7. 2003. The Seventh Report of the Joint National Committee on


Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure. JAMA.

7. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, 2006, Pharmaceutical


Care Untuk Penyakit Hipertensi Ditjen Bina Kefarmasian Dan
Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai