Anda di halaman 1dari 8

kasus

Ny GH 58 tahun BB 54 kg TB 162 Cm. MRS dengan keluhan nyeri saat urinasi, disertai mual. Pasien
mempunyai riwayat DM, Temp 38 C, TD 170/100 mmHg, GDS 200 mg/dl. Pasien didiagnosa dng ISK dan
mendapat terapi kotrimoksazol 2x2 tab, Captopril 3x25 mg, Diltiazem 3x30mg, Aspilet 1x1 tab,
primperan 3x1, antasida 3x1.

Penyelesaian

A. Subjek

Wanita berusia 58 tahun

1. Past Medical History

· Diabetes melitus tipe 2

· ISK

2. Medication History (Dosis dicantumkan )

· kotrimoksazol

· Captopril

· Diltiazem

. primperan

. antasida

B. Objek

Data Laboratorium (Puasa)

Saat pertama Nilai uji Nilai normal

TD 170/100 mmHg 90/60 mmHg


hingga 120/80
mmHg.
GDS 200 mg/dl 70-130 mg/d

Dua jam setelah < 140 mg/dL


makan

tidak makan < 100 mg/dL


(puasa) selama
setidaknya
delapan jam

C. Assassment

Pasien mempunyai riwayat penyakit diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi dan isk.kotrimoksazol 2x2 tab
Kotrimoksazol adalah kombinasi antibiotik yang terdiri dari trimethoprim dan sulfamethoxazole. Obat ini
digunakan untuk menangani infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti bronkitis, otitis media, dan
infeksi saluran kemih. Selain itu, kotrimoksazol juga dapat digunakan untuk menangani dan mencegah
pneumocystis carinii pneumonia (PCP) pada pasien dengan daya tahan tubuh turun, seperti penderita
HIV/AIDS. Obat ini bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri di dalam tubuh.Kotrimoksazol
tidak bisa digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti flu. Konsultasikan
dengan dokter sebelum menggunakan obat ini.Captopril ( dosis di cantumkan ) merupakan suatu obat
yang digunakan untuk pengobatan hipertensi, gagal jantung kongestif, dan pecegahan remodelisasi
ventrikel pasca-MI.Kaptopril sendiri dieliminasi dalam hati dan ginjal dalam tubuh. Bentuk sediaan
kaptopril ini adalah tablet dengan dosis 12,5 mg, 25 mg, 37,5 mg, 50 mg, serta 100 mg. Kaptopril bekerja
dengan cara menginhibisi enzim pengkonversi angiotensin (ACE Inhibitor).Dalam pemberiannya,
kaptopril memerlukan pemberian yang lebih sering.Selain itu, kaptopril dapat menyebabkan
hiperkalemia (kelebihan kalium dalam darah) dan penurunan fungsi ginjal yang reversibel.Diltiazem
( dosis di cantumkan ) adalah obat anti hipertensi, angina pektoris, dan beberapa jenis aritmia.
Diltiazem biasanya dipilih untuk pasien yang karena kondisi medis tertentu, tidak bisa diberikan obat-
obat anti hipertensi golongan beta blocker. Umumnya digunakan dalam bentuk garamnya yaitu,
Diltiazem hidroklorida.Primperan (Metoklopramid) adalah obat yang digunakan untuk mengatasi
beberapa masalah di perut dan usus. Masalah itu berupa rasa panas di perut (heartburn), asam
lambung, dan maag yang tak kunjung sembuh. Obat ini juga digunakan oleh penderita diabetes yang
kesulitan dalam mengosongkan perut (gastroparesis). Metoklopramid juga digunakan untuk mengatasi
rasa mual atau muntah akibat kemoterapi atau radiasi untuk pengobatan kanker.Metoklopramid
termasuk dalam golongan obat antiemetik dan prokinetik. Obat ini dapat diperoleh dengan
menggunakan resep dokter. Ia dapat dikonsumsi oleh orang dewasa dan anak-anak. Bentuk
metoklopramid berupa tablet, sirup, dan suntik.Antasida (antacid) adalah obat yang digunakan untuk
menetralkan kadar asam di dalam lambung. Pada dasarnya lambung membutuhkan asam yang berperan
pada proses pencernaan serta membunuh bakteri berbahaya yang ada di makanan. Namun, ketika
lambung terlalu banyak mengandung asam, kondisi tersebut dapat menimbulkan sakit maag, dengan
gejala berupa nyeri ulu hati, sering bersendawa, dan perut kembung.
Antasida bekerja dengan menurunkan kadar asam di dalam lambung. Berdasarkan bahan
pembentuknya, obat ini terbagi menjadi beberapa jenis, yakni:

Aluminium hidroksida

Kalsium karbonat

Magnesium karbonat

Magnesium trisilikat

Magnesium hidroksida

Masing-masing jenis antasida di atas pada dasarnya memiliki fungsi yang sama. Di beberapa produk,
antasida juga dicampurkan bahan lain, misalnya simethicone. Penggunaan antasida akan lebih baik jika
dikonsultasikan lebih dulu dengan dokter.

D. Plan

Tujuan terapi yang ingin dicapai dalam pengobatan adalah penurunan kadar kolesterol total dan
trigliserida, meningkatkan kadar HDL-c, menormalkan kadar gula darah dan tekanan darah tinggi serta
mengurangi resiko pertama atu berulang dari infark miokardiak, angina, gagal jantung, stroke iskemia,
dan kejadian lain pada penyakit arterial (karotid stenosis atau aortik abdominal)

1. Terapi Hipertensi

 Captropil = Dosis awal: 6.25 mg oral untuk 1 dosis, kemudian 12.5 oral 3 kali sehari.
Peningkatan dosis: dosis ditingkatkan ke 25 mg oral 3 kali sehari dalam beberapa hari
berikutnya. Dosis lanjutan: dosis ditingkatkan ke target dosis captopril 50 mg oral 3 kali
sehari hingga beberapa minggu setelahnya sesuai toleransi pasien.

 Diltiazem = Dosis Dewasa biasa obat diltiazem adalah Dosis awal: 30 sampai 60 mg secara
oral 3 sampai 4 kali sehari. Dosis pemeliharaan: 180-360 mg secara oral / hari dalam dosis
terbagi. SR dosis awal: 60 sampai 120 mg secara oral dua kali sehari.

2. Terapi ISK yang di sertai mual muntah

 Kortimoksazole = Dosis obat secara umum adalah per oral 1-2 tablet 160mg/800mg
diberikan 1-2 kali per hari atau pemberian intravena 8-20 mg trimethoprim/40-100mg
sulfametoksazol/kg/hari IV diberikan 2-4 kali per hari.

 Primperan = Tablet : Dewasa : 10 mg 3 kali/hari . Sirup : Dewasa : 1-2 sendok takar 3


kali/hari. Anak 5-15 tahun : 0.5 mg/kg berat badan/hari dalam dosis terbagi

 Antasida = Dewasa : 1-2 tablet, 3-4 kali per hari. Anak (6-12 tahun) : 1/2-1 tablet, 3-4 kali per
hari.
Drug Related Problem dalam Kasus 1

Pasien dengan riwayat diabetes dan di diagnosa isk dengan di sertai muntah dan mual
dalam kasus ini pasien menerima 5 macam obat dalam pengobatannya.Walaupun dokter
tetap melakukan follow up terhadap pasien tersebut, analisis DRP tetap harus dilakukan
untuk mencegah pasien mengalami kegagalan terapi dan kejadian DRP yang dapat
merugikan pasien. Adapun analisis DRP antara lain: indikasi tanpa obat, obat tanpa indikasi,
ketidaktepatan pemilihan obat, kelebihan dosis obat, interaksi obat, efek samping obat, dan
kegagalan pasien menerima terapi.

1. Indikasi tanpa obat

Dari data hasil laboratorium dan pemeriksaan fisik ditemukan adanya indikasi penyakit lain
yaitu isk karna pasien mengeluh pada dokter sakit pada saat urinasi yang di sertai mual dan
muntah. Pasien diatas mempunyai riwayat hipertensi dan diabetes militus.

2. Obat tanpa indikasi

5 macam obat (kotrimoksazol , Captopril, Diltiazem, primperan, antasida)

di atas di indikasikan untuk hipertensi dan isk yang di sertai mual dan muntah .Tidak
ditemukan obat tanpa indikasi dalam kasus ini.

3. Ketidaktepatan pemilihan obat

Ketidaktepatan pemilihan obat pada pasien artinya ada pemberian obat yang tidak efektif,
seperti produk obat tidak efektif berdasarkan kondisi medisnya atau obat bukan paling
efektif untuk mengatasi penyakit.Terapi hipertensi dalam kasus ini menggunakan captropil
dan diltiazem Captopril adalah obat yang berfungsi untuk menangani hipertensi dan gagal
jantung. Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk melindungi jantung setelah terjadi
serangan jantung, serta menangani penyakit ginjal akibat diabetes (nefropati
diabetik).Captopril akan menghambat produksi zat di dalam tubuh yang menyebabkan
pembuluh darah menyempit. Dengan begitu, pembuluh darah akan lebih rileks sehingga
tekanan darah menurun, dan suplai darah dan oksigen ke jantung juga akan meningkat.Bagi
pasien gagal jantung, captopril dapat mengurangi kadar cairan yang berlebihan dalam
pembuluh darah sehingga meringankan beban kerja jantung dan memperlambat
perkembangan gagal jantung.Diltiazem adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan
hipertensi dan mencegah nyeri dada (angina). Diltiazem merupakan salah satu jenis obat
penghambat kanal kalsium atau antagonis kalsium. Obat ini bekerja dengan cara
melebarkan pembuluh darah, sehingga menurunkan tekanan darah dan meringankan beban
kerja jantung.

4. Dosis obat kurang dan berlebih


Dalam kasus ini hanya terdapat data jenis kelamin ,usia pasien dan tinggi badan pasien .Dan
di cantumkan dosis obat oleh dokter, penilaian obat kurang atau berlebih dalam kasus ini
tidak ada karna semua dosis sesuai dengan anjuran dokter dan data literatur atau jurnal.

5. Interaksi obat

Obat A Obat B Tingkat Interaksi

kotrimoksazol antasida Minor / tidak ada Berisiko


interaksi obat meningkatkan
kadar rifampicin,
lamivudine,
digoxin, dan
zidovudine dalam
darah.

Berpotensi
meningkatkan efek
samping obat
diabetes
sulfonylurea,
phenytoin, dan
warfarin.

Captopril Kortimoksazole Signifikan Meningkatkan


kadar kalium
serum

Diltiazem Primperan Minor / tidak Meningkatkan


signifikan kadar obat
kolesterol
golongan statin,
carbamazepine,
dan phenytoin di
dalam darah.

Meningkatkan
efek salah satu
jenis aritmia (AV
blok) jika
digunakan dengan
clonidine.

Meningkatkan
kadar diltiazem di
dalam darah jika
digunakan dengan
cimetidine.

Meningkatkan
risiko bradikardia
jika digunakan
dengan
amiodarone dan
digoxin.

Menurunkan
kadar diltiazem di
dalam darah jika
digunakan dengan
rifampicin dan
phenobarbital.

Meningkatkan
efek hipotensi jika
digunakan dengan
antipsikotik dan
obat beta blocker
dalam bentuk
infus, seperti
metoprolol.

primperan Captopril Minor / tidak Menguatkan efek


terjadi interaksi mengantuk jika
digunakan
bersama dengan
obat

Dapat
memperpanjang
efek pelemas otot
pada obat
mivacurium dan
suxamethonium.

Penggunaan
metoclopramide
bersama obat
antipsikotik bisa
menguatkan efek
tardive dyskinesia.

Meningkatkan
risiko sindrom
serotonin jika
digunakan
bersama dengan
obat antidepresan
golongan SSRI.

Berisiko
menurunkan
efektivitas digoxin.

Berisiko
meningkatkan efek
samping
ciclosporin.

Berisiko saling
mengurangi efek
obat, bila
diberikan bersama
dopamine.

antasida Diltiazem Minor / tidak ada Mengganggu


interaksi obat penyerapan
tetrasiklin,
penisilin,
sulfanomida,
digoxin,
indometacin,
naproxen,
phenylbutazone,
quinidine, dan
vitamin.

Meningkatkan
penyerapan
vitamin C.

6. Efek samping
Obat Efek Samping

kotrimoksazol Nafsu makan


turun,Muntah,Pusing
berputar,Kejang,Neuropati
perifer,Eritema
multiformis,Hiperkalemia,Ruam,M
ual

Captopril Mual dan muntah,Sakit


perut,Pusing atau limbung,Batuk
kering,Gangguan pada indera
pengecap , Ruam kulit ,Sakit
dada ,Hipotensi,Rambut rontok
,Sulit tidur,Mulut kering
,Konstipasi (sembelit) atau diare
,Iritasi saluran pencernaan.

Diltiazem Kedua tungkai bengkak , Sakit


kepala ,Pusing ,Hipotensi ,Mual
dan muntah,Diare,Bronkitis,AV
blok.

primperan Gelisah, kantuk, dan kelelahan


dapat terjadi pada pasien yang
menggunakan Primperan
(Metoclopramide). Insomnia, sakit
kepala, kebingungan, pusing, atau
depresi mental juga dapat terjadi.

antasida Diare,Perut kembung,Mual dan


muntah,Kram perut,Sembelit.

7. Kegagalan terapi

Tidak ditemukan kegagalan terapi dalam kasus ini, sejauh follow up yang dilakukan oleh dokter pasien
terus mengalami perkembangan Kegagalan terapi dalam suatu pengobatan dapat disebabkan oleh
faktor psikososial, ketidakmampuan ekonomi, kurangnya pemahaman pasien tentang terapi yang dia
lakukan, dosis yang tidak sesuai, dan pasien menggunakan obat lain tanpa sepengetahuan dokter.
Kegagalan terapi juga dapat disebabkan oleh petugas kesehatan yang tidak memberitahu cara
penggunaan obat dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai