Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fitria Citra Pertiwi

NPM : 1943700414

KELAS : APOTEKER PG-C

TUGAS

Kasus

Bapak X, umur 56 tahun melakukan pemeriksaan ke klinik dengan keluhan badan terasa lemah,
mual, dan beberapa kali muntah. Tn LS sudah menderita gangguan ginjal selama 2 tahun, akhir-
akhir ini sangat mudah terasa capai dalam melakukan aktivitas. Di samping itu Tn LS juga
mengalami gangguan osteoarthritis.

Riwayat penyakit GFR = 42 mL/menit/1,73 m2

DM tipe 2 (selama 15 tahun) Sr Cr = 2,5 mg/L (tinggi)

Hipertensi (selama 10 tahun) BUN = 30 mg/dL (tinggi)

Diagnosa Glukosa puasa = 200 mg/dL (hiperglikemi)

Gagal Ginjal Kronik stage 3 dan Trigliserida = 165 mg/dL (hipertrigliserid)


osteoarthritis
LDL kolesterol = 170 mg/dL (tinggi)
Pemeriksaan fisik
Kolesterol total = 210 mg/dL
BB : 75 kg (obesitas) (hiperkolestrol)

TB : 168 cm Asam urat 7,5 mg/dL (uric acid)

TD : 145 / 90 mmHg (HT stg 1) Hb = 11 g/dL (anemia)

Pemeriksaan urin Hct = 36% (rendah)

Proteinuria = 320 mg/hari protein Na+ = 148 mEq/L (tinggi)

Pemeriksaan laboratorium K+ = 6 mEq/L (hiperkalemia)


Ca = 7 mg/dL (hipocalcaemia) pH = 5,35 (acidosis)
pCO2 = 50 mmHg (hiperkarbia)
Fosfat = 9 mg/dL (tinggi)
pO2 = 120 mmHg (hiperoksia)
iPTH = 200 ng/mL (hiperparatiroid)
HCO3 = 15 mEq/L(rendah)
Pemeriksaan gas darah

Terapi

Insulin 3 X 4 U CaCO3 3X 500 mg

Metformin 3 X 500 mg KI pada hiperparatiroid

Amlodipin 1 X 5 mg Suplemen Fe 1 X 1 tablet

Furosemid 2 X 40 mg Asam folat 1 X 1 tablet

Fenofibrat 1 X 100 mg Vitamin B kompleks 1 X 1 tablet

Ranitidin 2 X 300 mg Allopurinol 3 X 100 mg

Kalsitriol 1 X 0,25 μ Meloxicam 1 X 15 mg (jika perlu)

Ketosteril 1 X 600 mg Injeksi triamsinolon asetat 1 X 40 mg (tiap


bulan
Kalitake (kalsium polistirena sulfonat) 3 X
15 g

Identifikasi DRP (Drug Related Problem) pada kasus di atas dan bahas !

Jawaban:

ANALISIS

a. Diagnosis : Pasien dinyatakan gagal ginjal kronis stage 3, osteoarthritis, hiperkolesterolemia,

Hiperglikemia
b. Analisa resep :
Dalam kasus ini pasien menerima 15 item obat sebagai berikut:
 Insulin, sebagai antidiabetes
 Metformin, antidiabetes golongan biguanid
 Amlodipine, antihipertensi golongan calcium chanel blocker
 Furosemide, antihipertensi golongan loop diuretic
 Fenofibrate, anti hiperkolesterolemia golongan fibrate
 Ranitidine, obat tukak lambung golongan antagonis reseptor H2
 Kalsitriol, Vitamin D pada gagal ginjal
 Kalitake, anti hiperkalemia karna gagal jantung akut dan kronik
 CaCO3, anti refluks golongan antasida
 Suplemen Fe, pencegahan dan pengobatan anemia
 Asam folat, anti anemia pencegahan dan pengobatan defisiensi folat
 Vitamin B Complex, suplemen kekurangan vitamin B
 Allopurinol, anti hiperurisemia golongan xantin oksidase inhibitor
 Meloxicam, anti inflamasi non steroid
 Injeksi triamsinolon asetat, anti inflamasi atau anti alergi golongan kortikosteroid

Klasifikasi DRPs

1. Reaksi obat yang tidak dikehendaki/ROTD (Adverse Drug Reaction/ADR)


Pasien mengalami reaksi obat yang tidak dikehendaki seperti efek samping atau toksisitas.
Berdasarkan pengobatan diatas ditemukan ADR pada penggunaan CaCO3 tunggal dapat
menyebabkan konstipasi
2. Masalah pemilihan obat (Drug choice problem)
Masalah pemilihan obat di sini berarti pasien memperoleh atau akan memperoleh obat yang
salah (atau tidak memperoleh obat) untuk penyakit dan kondisinya. Masalah pemilihan obat
antara lain: obat diresepkan tapi indikasi tidak jelas, bentuk sediaan tidak sesuai,
kontraindikasi dengan obat yang digunakan, obat tidak diresepkan untuk indikasi yang jelas.
Pada kasus diatas ada beberapa obat dengan indikasi yang tidak jelas seperti:
 Ranitidine dan CaCO3
Peresepan obat ranitidine dan CaCO3 tidak sesuai indikasi, dimana pasien tidak
mengalami tukak lambung. Untuk mual dan muntah yang dialami pasien dapat diberikan
obat antiemetic seperti domperidon.
3. Masalah pemberian dosis obat (Drug dosing problem)
Masalah pemberian dosis obat berarti pasien memperoleh dosis yang lebih besar atau lebih
kecil daripada yang dibutuhkannya. Pada kasus diatas masalah pemberian dosis obat yaitu:
 Ranitidine tidak tepat dosis, pada resep tertulis 2 x 300 mg, seharusnya jika menggunakan
ranitidine 300 mg hanya diberikan 1x sehari.
 Furosemide
Pada resep diatas furosemide diberikan 2x40 mg, dosis tersebut diperbolehkan karena
dosis dapat ditingkatkan sampai 80 mg sehari untuk mencegah udem, tetapi alangkah
baiknya jika dosis dikurangi mengingat efek samping furosemide yaitu menyebabkan
hiperglikemia serta dapat meningkatkan LDL, dimana pasien telah di diagnosis
hiperglikemi dan hiperkolesterolemia sehingga dosis yang digunakan perlu
dipertimbangkan
4. Masalah pemberian/penggunaan obat (Drug use/administration problem)
Masalah pemberian/penggunaan obat berarti tidak memberikan/tidak menggunakan obat
sama sekali atau memberikan/menggunakan yang tidak diresepkan.
Pada kasus diatas pasien tidak terdapat masalah pada drug use/administration problem
5. Interaksi Obat (Interaction)
Interaksi berarti terdapat interaksi obat-obat, obat-makanan, obat-penyakit dan lain
sebagainya yang bermanifestasi atau potensial.
Pada kasus diatas terdapat interaksi antara obat-obat yaitu:
 CaCO3 dengan allopurinol
kalsium karbonat menurunkan kadar allopurinol dengan menghambat penyerapan GI.
Berlaku hanya untuk bentuk oral dari kedua agen. Alangkah baiknya jika penggunaanya
diberi jarak 2 jam untuk menghindari interaksi obat
 CaCO3 dengan amlodipine
kalsium karbonat mengurangi efek amlodipine oleh antagonisme farmakodinamik. Selalu
monitor kadar tekanan darah pasien
 Fenofibrate dengan insulin
Fenofibrate meningkatkan efek insulin oleh mekanisme interaksi yang tidak diketahui.
Sehingga dapat menyebabkan hipoglikemi. Selalu monitor kadar gula darah pasien
 Metformin dengan furosemide
Interaksi yang terjadi ialah interaksi farmakokinetik. Furosemid merupakan suatu diuretik
yang dapat mengobati hipertensi. Ketika digunakan secara bersamaan, furosemid akan
meningkatkan kadar metformin di dalam darah sehingga menyebabkan hipoglikemia,
sedangkan metformin dapat menurunkan kadar furosemid.
 Metformin dengan ranitidine
Berinteraksi secara farmakokinetik dimana ranitidin mengurangi pembersihan ginjal
metformin dengan menghambat sekresi metformin di tubular ginjal sehingga kadar
plasma metformin dapat meningkat dan dapat meningkatkan efek farmakologisnya
 CaCO3 dengan Fe
kalsium karbonat akan menurunkan tingkat atau efek Fe dengan meningkatkan pH
lambung.
Selain interaksi antara obat-obat, pada kasus ini terdapat pula interaksi obat-penyakit yaitu:
 Fenofibrate : penggunaan fenofibrate di kontraindikasikan untuk pasien gagal ginjal
karena dapat menyebabkan miotoksisitas. Sebaiknya obat untuk hiperlipidemia dapat
diganti dengan golongan yang lebih aman untuk penderita gagal ginjal seperti statin,
mengingat juga kadar kreatinin pasien sudah tinggi.
 CaCO3 : Penggunaan kalsium karbonat di kontra indikasikan untuk pasien
hiperparatiroid, sebaiknya obat ini dihindari mengingat hasil pemeriksaan darah pasien
mengalami hiperparatiroid
c. Saran
Dari uraian diatas dapat disarankan:
 Penggunaan ranitidine dan CaCO3 sebaiknya tidak diberikan kepada pasien karena
pasien tidak mengalami tukak lambung. Untuk mual dan muntah yang dialami pasien
dapat diberikan obat antiemetic seperti domperidon.
 Penggunaan fenofibrat sebaiknya diganti dengan golongan statin seperti simvastatin,
fenofibrat di kontra indikasikan pada pasien gagal ginjal karena menyebabkan
miotoksisitas
 Pasien juga harus diingatkan untuk senantiasa melakukan terapi non farmakologis, yaitu
membatasi makanan sumber protein baik protein hewani maupun nabati dan menghindari
makanan tinggi fosfor, produk olahan susu seperti keju, yogurth, es krim, selai kacang,
sarden, minuman bersoda, alkohol, makanan tinggi garam seperti makanan kaleng,
makanan tinggi kalium seperti pisang, bayam, alpukat, kiwi dll.
 Pasien juga disarankan untuk membatasi asupan cairan, karena pada penderita gagal
ginjal kronis pemberian air berlebihan bisa mempercepat penurunan fungsi ginjal. Karena
dengan penyakitnya ini membuat seseorang tidak bisa mengeluarkan cairan secara
normal.

Anda mungkin juga menyukai