Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM ENDOKRIN DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS
TIPE 2

NAMA : HENDRY

NIM : 008SYE20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D.3

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gangguan Sistem Endokrin


dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus Tipe 2

Di susun oleh :

WAHYU ARYA WIJAYA

027SYE20

Laporan pendahuluan telah dikonsultasikan dan di ACC oleh :

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Klinik 1

Marthilda Suprayitna, S. Kep., Ners., M. Kep. Abdul Kadir, S. Kep., Ners.

Tanggal : Tanggal :

Pembimbing Klinik 2

Rohayani, S. Kep., Ners


GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN pada PASIEN DIABETES MELITUS

1. Definisi
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetic dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat .

Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai keluhan metabolic
akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada berbagai
organ dan system tubuh seperti mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, dan lain-lain .

Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

Diabetes mellitus adalah sindrom yang disebabkan oleh ketidaseimbangan antara tuntutan
dan suplai insulin.

2. Tanda dan Gejala


Berikut ini gejala dari penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gangguan endokrin, yaitu:

a. Kurangnya kelenjar adrenal.

Kondisi ini terjadi ketika kelenjar adrenal melepaskan terlalu sedikit hormon kortisol atau
aldosteron. Gejalanya meliputi kelelahan, sakit perut, dehidrasi, dan perubahan kulit.

b. Kurangnya kelenjar adrenal. Kondisi ini terjadi ketika kelenjar adrenal melepaskan terlalu
sedikit hormon kortisol atau aldosteron. Gejalanya meliputi kelelahan, sakit perut,
dehidrasi, dan perubahan kulit. Penyakit Addison adalah jenis insufisiensi adrenal.

c. Penyakit Cushing. Produksi hormon kelenjar hipofisis yang berlebihan menyebabkan


kelenjar adrenal terlalu aktif. Kondisi serupa yang disebut sindrom Cushing bisa terjadi
pada anak-anak yang minum obat kortikosteroid dosis tinggi.

d. Gigantisme (akromegali) dan masalah hormon pertumbuhan lainnya. Jika kelenjar


pituitari menghasilkan terlalu banyak hormon pertumbuhan, tulang dan bagian tubuh anak
dapat tumbuh dengan cepat melebihi batas normal. Jika kadar hormon pertumbuhan
terlalu rendah, anak juga bisa berhenti bertambah tinggi.

e. Hipertiroidisme. Kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid, yang


menyebabkan penurunan berat badan, detak jantung yang cepat, berkeringat, dan gugup.
Penyebab hipertiroidisme paling umum adalah gangguan autoimun yang disebut penyakit
Grave.
3. Etiologi
a. Kurangnya kelenjar adrenal. Kondisi ini terjadi ketika kelenjar adrenal melepaskan terlalu
sedikit hormon kortisol atau aldosteron. Gejalanya meliputi kelelahan, sakit perut,
dehidrasi, dan perubahan kulit. Penyakit Addison adalah jenis insufisiensi adrenal.

b. Penyakit Cushing. Produksi hormon kelenjar hipofisis yang berlebihan menyebabkan


kelenjar adrenal terlalu aktif. Kondisi serupa yang disebut sindrom Cushing bisa terjadi
pada anak-anak yang minum obat kortikosteroid dosis tinggi.

c. Gigantisme (akromegali) dan masalah hormon pertumbuhan lainnya. Jika kelenjar


pituitari menghasilkan terlalu banyak hormon pertumbuhan, tulang dan bagian tubuh anak
dapat tumbuh dengan cepat melebihi batas normal. Jika kadar hormon pertumbuhan
terlalu rendah, anak juga bisa berhenti bertambah tinggi.

d. Hipertiroidisme. Kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid, yang


menyebabkan penurunan berat badan, detak jantung yang cepat, berkeringat, dan gugup.
Penyebab hipertiroidisme paling umum adalah gangguan autoimun yang disebut penyakit
Grave.

4. Pohon Masalah
6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Diabetes mellitus:

a.Tes gula darah sewaktu

b. Tes gula darah puasa

c. Tes toleransi glukosa oral (TTGO)

d. HbA1c tmbhin ini

1) Glukosadarah:meningkat100–200mg/dlataulebih.

2) Aseton plasma : positif secara menyolok.

3) Asamlemakbebas:kadarlipiddankolesterolmeningkat.
4) Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari

330 m osm/l.

7. Penatalaksanaan :
a. Medis

Diabetes mellitus tipe 2 memerlukan penatalaksanaan yang komprehensif,


berupa penurunan berat badan, pemberian obat antidiabetes, dan
perubahan gaya hidup. Kontrol keberhasilan terapi menggunakan
pemeriksaan HbA1c penting untuk mencegah terjadinya komplikasi.

b. Keperawatan

Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan


kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan teraputik pada setiap tipe DM adalah mencapai
kadar gglukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglekemia dan
gangguan serius pada pola aktivitaspasien.

Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM ,yaitu:

a. Diet

1) Jumlah sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan zat gizi pada pasien DM

adalah :

a) Protein American Diabetes Association (ADA), merekomendasikan

protein yang dikonsumsi pasien diabetes mellitus sebesar 10-20%.

b) Lemak. Asupan lemak yang dibutuhkan 20-25% tapi jika pasien dengan
kadar trigliserida > 1000 mg/dl dianjurkan untuk diet dyslipidemia tahap II
yaitu < 7% energy total dari lemak jenuh, tidak lebih dari lemak total

dan kandungan kolesterol 200 mg/hari.

c) Karbohidrat. Rekomendasi jumlah karbohidrat untuk penderita DM


adalah 60-70% kalori.

d) Serat. Serat yang direkomendasikan pada penderita DM adalah serat larut

dengan jumlah yang dikonsumsi sebesar 20-30% dari berbagai sumber

makanan.

e) Natrium. Asupan natrium pada pasien DM sama dengan yang tidak

menderita DM yaitu sebesar tidak lebih dari 300 mg dan pasien

hipertensi ringan sampai sedang dianjurkan 2400 mg natriun perhari.

f) Alkohol. Alkohol diminum oleh penderita DM sebaiknya pada saat makan


karena mengakibatkan hipoglikemia. Tapi jika penggunaan alkohol dikonsumsi
dengan jumlah sedang tidak akan mempengaruhi

25

kadar gula darah jika gula darah terkontrol.

2) Jadwal Diet Ketat

Pasien DM diperlukan jadwal makan yang teratur, agar terkendali gula


darahnya. Jadwal makan itu yaitu makan pagi, makan siang, makan malam
dan snack antara makan besar. Makan saat lapar porsinya biasanya lebih
besar di bandingkan makan sebelum lapar. Karena itu pasien DM dianjurkan
makan sebelum lapar. Jumlah kalori diet DM sesuai dengan status gizi pasien,
berkisar antara 110-2500 kalori.

3) Jenis : boleh dimakan/ tidak

Banyak yang beranggapan bahwa penderita DM harus makan makanan


khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan utamanya adalah
menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk itu sangat penting
bagi kita terutama penderita DM untuk mengetahui efek dari makanan pada
glukosa darah. Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis
makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi bagi penderita DM yaitu :

a) Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita DM adalah :


(1)Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong,

ubi dan sagu.

(2)Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulitnya, susu

skim, tempe, tahu dan kacang-kacangan.

(3)Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah

dicerna. Makanan terutama mudah diolah dengan cara dipanggang,

dikukus, disetup, direbus dan dibakar.

b) Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk penderita

DM adalah :

(1)Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa, sirup,

jelly, buah-buahan yang diawetkan, susu kental manis, soft drink, es

krim, kue-kue manis, dodol, cake dan tarcis.

(2)Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji (fast-food),

goreng-gorangan.

(3)Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan makanan

yang diawetkan

Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :

1) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake).

2) Mencegah kegemukan.
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen.

4) Meningkatkan kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL).

5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan

merangsang pembentukan glukosa baru.

6)Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena

pembakaran asam lemak menjadi lebih baik c. Penyuluhan

Penyuluhan yang diberikan adalah pemahaman tentang perjalanan penyakit,


pentingnya pengendalian penyakit, komplikasi yang ditimbulkan dan
resikonya, intervensi obat dan pemantauan glukosa darah, cara mengatasi
hipoglikemi, olahraga yang teratur dan cara menggunakan fasilitas kesehatan.
Perencanaan diet yang tepat yaitu cukup asupan kalori, protein, lemak,
mineral

dan serat. Ajarkan pasien untuk dapat mengontrol gula darah untuk
mencegah komplikasi dan mampu merawat diri sendiri (ADA, 2016).

Penyuluhan tentang DM dapat menggunakan media leaflet, poster, TV, video,


diskusi kelompok, atau alat peraga lain yang dapat digunakan media untuk
penyuluhan.

d. Obat

Obat untuk penderita DM ada obat hipoglikemi oral dan insulin yang
diberikan sesuai kebutuhan. Obat hipoglikemi oral dapat dibedakan menjadi 3
golongan berdasarkan cara kerjanya yaitu :

1) Pemicu sekresi insulin Sulfonilurea bekerja meningkatkan sekresi insulin

pada otot dan sel beta pankreas, meningkatkan performance dan jumlah
reseptor insulin pada otot dan sel lemak, meningkatkan efisiensi sekresi
insulin dan potensiasi stimulasi insulin transport karbohidrat ke sel otot dan
jaringan lemak, penurunn produksi glukosa oleh hati, bekerja melalui alur
kalsium sensitive terhadap ATP. Contohnya obat Khlorpropamid,
Glibenklamid, Gliklasid, Glikuidon, Glipsid, Gimepiri Glinid obat generasi baru
tapi cara kerjanya sama dengan Sulfonilurea. Contoh obatnya Repaglinid dan
Nateglinid.

2) Penambah sensitivitas terhadap insulin Biguamid. Cara kerjanya tidak


merangsang sekresi insulin dan menurunkan kadar glukosa darah sampai
normal (euglikemia), dan tidak menyebabkan hipoglikemia. Contoh obat ini
adalah Metformin dan Thiazolindion/ glitazon.

3) Penghambat alfa glukosidase/ Acarbose. Cara kerja obat ini adalah


menghambat enzim alfa glukosidase pada dinding usus halus yang dapat

mengurangi digesti karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga


mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial. Obat ini hanya
mempengaruhi kadar glukosa pada saat makan dan tidak mempengaruhi
kadar glukosa darah setelah itu terjadi pemberian obat ini yang tepat adalah
pada saat makan.

Pasien DM yang mendapat pengobatan suntikan insulin multiple berisiko


hipoglikemia, untuk pencegahannya diperlukan pemantauan gula darah
sebanyak empat kali sehari yaitu sebelum sarapan pagi, sebelum makan siang,
sebelum makan malam, dan sebelum tidur. Pasien yang mendapat suntikan
insulin dengan dosis 1 atau 2 kali perhari, bertujuan mencegah hipoglikemia
dan ketosis, pemantauan kadar gula darah dilakukan lebih jarang yaitu 1 kali
sehari sebelum sarapan pagi atau sebelum makan malam.

e. Cangkok pankreas

Cangkok pankreas merupakan pencegahan tersier yang dilakukan untuk

mencegah terjadinya komplikasi dan kecacatan akibat DM, pada individu yang
telah mengidap DM. pencegahan tersier terdiri dari tiga tahap, yaitu :

1) Mencegah terjadinya komplikasi.

2) Mencegah komplikasi berkembang dan merusak organ atau jaringan.


3) Mencegah terjadinya kecacatan akibat kegagalan organ atau jaringan
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup

saudara kembar identik.

8. Konsep Tumbuh Kembang

9. Konsep Hospitalisasi

B . Konsep Asuhan Keperawata pada Diabetes Melitus ( DM ) Tipe 2

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap dasar dari seluruh proses
keperawatan dengan tujuan mengumpulkan informasi dan data-data
pasien. Supaya dapat mengidentifikasi masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, diare, muntah,
poliuria, evaporasi.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan defisiensi insulin/penurunan intake oral : anoreksia, abnominal pain,
gangguan kesadaran/hipermetabolik akibat pelepasan hormone stress,
epinefrin, cortisol, GH atau karena proses luka.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leucosit/ gangguan
sirkulasi.

e. Resiko gangguan persepsi sensoris : penglihatan berhubungan dengan


perubahan fungsi fisiologis akibat ketidakseimbangan glukosa/insulin atau
karena ketidakseimbangan elektrolit.
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan energi,
perubahan kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi,
infeksi, hipermetabolik.
g. Nyeri berhubungan dengan adanya ulcus (luka diabetes mellitus).
h. Penurunan rawat diri berhubungan dengan kelemahan.

i. Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis penyakit dan


kebutuhan

3. Perencanaan / Intervensi
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, diare, muntah,
poliuria, evaporasi
Tujuan :
Klien akan mendemonstrasikan hidrasi adekuat, dengan
kriteria :
1) Nadi perifer dapat teraba, turgor kulit baik.
2) Vital sign dalam batas normal, haluaran urine lancer.
3) Kadar elektrolit dalam batas normal

Intervensi :

No Intervensi Rasional

1. Kaji pengeluaran urine 1. Membantu dalam memperkirakan


kekurangan volume total, tanda dan
gejala mungkin sudah ada pada
beberapa waktu sebelumnya, adanya
proses infeksi mengakibatkan demam
dan keadaan hipermetabolik yang
menigkatkan kehilangan cairan

2. Pantau tanda -tanda vital 2. Perubahan tanda-tanda vital dapat


diakibatkan oleh rasa

3. Monitor pola napas 3. Paru-paru mengeluarkan asam


karbonat melalui pernapasan
5. Timbang berat badan nyeri dan
menghasilkan alkalosis respiratorik,
merupakan indikator untuk
ketoasidosis pernapasan yang berbau
menilai keadaan perkembangan aseton berhubungan dengan
penyakit. pemecahan asam aseton dan asetat

4. Observasi frekuensi dan kualitas 4. Koreksi hiperglikemia dan asidosis


pernapasan akan mempengaruhi pola dan
frekuensi pernapasan. Pernapasan
dangkal, cepat, dan sianosis
merupakan indikasi dari kelelahan
pernapasan, hilangnya kemampuan
untuk melakukan kompensasi pada
asidosis.

5. Timbang berat badan nyeri dan 5. Memberikan perkiraan kebutuhan


merupakan indikator untuk akan cairan
menilai keadaan perkembangan
penyakit.

6 Pemberian cairan sesuai dengan 6. Tipe dan jenis cairan tergantung


indikasi pengganti fungsi ginjal dan pada derajat kekurangan cairan dan
keefektifan dari terapi yang respon
diberikan.

b. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan defisiensi insulin/penurunan intake oral: anoreksia, abnominal pain,
gangguan kesadaran/hipermetabolik akibat pelepasan hormone stress,
epinefrin, cortisol, GH atau karena proses luka.
Tujuan :

Klien akan mengkonsumsi secara tepat jumlah kebutuhan kalori atau nutrisi
yang di programkan dengan kriteria :
1) Peningkatan barat badan.
2) Pemeriksaan albumin dan globulin dalam batas normal.
3) Turgor kulit baik, mengkonsumsi makanan sesuai
program

Intervensi :

No Intervensi Rasional

1. Timbang berat badan 1.Penurunan berat badan


menunjukkan tidak ada kuatnya
nutrisi klien.

2. Auskultasi bowel sound 2. Hiperglikemia dan


ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit menyebabkan penurunan
motilifas usus. Apabila penurunan
motilitas usus berlangsung lama
sebagai akibat neuropati syaraf
otonom yang berhubungan dengan
sistem pencernaan.

3. Berikan makanan luna / air 3. Pemberian makanan oral dan


lunak berfungsi untuk meresforasi
fungsi usus dan diberikan pada
klien dgn tingkat kesadaran baik.

4. Observasi tanda hipoglikemia 4. Metabolisme KH akan


misalnya : penurunan tingkat menurunkan kadarglukosa dan bila
kesadaran, permukaan teraba saat itu diberikan dingin, denyut
nadi cepat, lapar, kecemasan dan
.4. Metabolisme KH akan menurunkan
nyeri kepala.
kadarglukosa dan bila saat itu
diberikan dingin, denyut nadi cepat,
lapar, kecemasan dan nyeri kepala.

5. Berikan Insulin. insulin akan 5. Akan mempercepat


menyebabkan hipoglikemia. pengangkutan glukosa kedalam sel.

c.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka.


Tujuan : Klien akan mempertahankan integritas kulit tetap utuh dan
terhindar dari inteksi dengan kriteria :

1) Tidak ada tanda – tanda infeksi.


2) Tidak ada luka.
3) Tidak ditemukan adanya perubahan warna kulit.
Intervensi :

Intervensi Rasional

1. Observasu tanda - tanda Inveksi 1. Kemerahan, edema, luka drainase,


cairan dari luka menunjukkan adanya
infeksi.

2. Ajarkan klien untuk mencuci tangan 2. Mencegah cross contamination


dengan baik, untuk mempertahankan
kebersihan tangan pada saat
melakukan prosedur

3. Pertahankan kebersihan kulit. 3. Gangguan sirkulasi perifer dapat


terjadi bila menempatkan pasien pada
kondisi resiko iritasi kulit.

4. Dorong klien mengkonsumsi diet 4.Peningkatan pengeluaran urine akan


secara adekuat dan intake cairan 3000 mencegah statis dan
ml/hari. mempertahankan PH urine yang dapat
mencegah terjadinya perkembangan
bakteri.
5. Antibiotik bila ada indikasi 5.Mencegah terjadinya perkembangan
bakteri.

d.Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leucosit gangguan


sirkulasi

Tujuan :
Klien akan menunjukkan tidak adanya tanda “inteksi, dengan kriteria :
a. Luka sembuh
b. Tidak ada edema sekitar luka.
c. Tidak terdapat pus, luka cepat mongering.

Intervensi :

Intervensi Rasional

1. Kaji keadaan kulit yang rusak 1. Mengetahui keadaan peradangan


untuk membantu dalam menanggulangi
atau dapat dilakukan pencegahan.

unuh kuman.

2. Bersihkan luka dengan tehknik septic 2. Mencegah terjadinya inteksi sekunder


dan antiseptic pada anggota tubuh yang lain.

3. Kompres luka dengan larutan Nacl 3. Selain untuk membersihkan luka dan
juga untuk mempercepat pertumbuhan
jaringan

4. Anjurkan pada klien agarmenjaga 4. Kelembaban dan kulit kotorsebagai


predisposisi terjadinya lesi. predisposisiterjadinya lesi.
5. Pemberian obat antibiotic 5. Antibiotik untuk membunuh kuman

e. Resiko gangguan persepsi sensoris : penglihatan berhubungan


dengan perubahan fungsi fisiologis akibat ketidakseimbangan glukosa/insulin
atau karena ketidakseimbangan elektrolit.

Tujuan :
Klien akan mempertahankan fungsi penglihatan

Intervensi :

Intervensi Rasional

1. Kaji derajat dan tipe kerusakan 1. Mengidentifikasi derajat kerusakan


penglihatan .

2. Latih klien untuk membaca 2. Mempertahankan aktivitas visual klien.

3. Orientasi klien dengan lingkungan. 3. Mengurangi cedera akibat disorientasi

4. Gunakan alat bantu penglihatan. 4. Melatih aktifitas visual secara bertahap

5. Panggil klien dengan nama, 5. Menurunkan kebingungan dan


orientasikan kembali sesuai dengan membantu untuk mempertahankan kontak
kebutuhannya tempat, orang dan dengan realita.
waktu.

6. Pelihara aktifitas rutin. 6. Membantu memelihara panen tetap


berhubungan dengan realitas dan
mempertahankan orientalasi pada
lingkungannya.

7. Lindungi klien dari cedera. 7. Pasien mengalami disorientasi


merupakan awal kemungkinan timbulnya
cedera, terutama macam hari dan perlu
pencegahan sesuai indikasi.

f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan energi, perubahan


kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, infeksi,
hipermetabolik
Tujuan : Klien akan menunjukkan perbai

kan kemampuan aktivitas dengan


kriteria :
a. mengungkapkan peningkatan energi
b. mampu melakukan aktivitas rutin biasanya
c. menunjukkan aktivitas yang adekuat
d. melaporkan aktivitas yang dapat dilakukan
Intervensi :

Intervensi Rasional

1. Diskusikan dengan klien kebutuhan 1. Pendidikan dapat memberikan


akan aktivitas motivasi untuk meningkatkan tingkat
aktivitas meskipun pasien mungkin
sangat lemah
2. Berikan aktivitas alternative 2. Mencegah kelelahan yang
berlebihan

3. Pantau tanda tanda vital 3. Mengindikasikan tingkat

4. Diskusikan cara menghemat kalori 4. Pasien akan dapat melakukan lebih


selama mandi, berpindah tempat dan banyak kegiatan dengan penurunan
sebagainya kebutuhan akan energi pada setiap
kegiatan

5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam 5. Meningkatkan kepercayaan diri


melakukan aktivitas sehari-hari yang yang positif sesuai tingkat aktivitas
dapat ditoleransi aktivitas yang dapat yang dapat ditoleransi pasien
ditoleransi secara fisiologis

g. Nyeri berhubungan dengan adanya ulcus (luka diabetes mellitus).


Tujuan : Klien akan menunjukkan nyeri berkurang / teratasi dengan kriteria :
a. Klien tidak mengeluh nyeri
b. Ekspresi wajah ceria
Intervensi :

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat nyeri 1. Nyeri disebabkan oleh penurunan


perfusi jaringan atau karena
peningkatan asam laktat sebagai
akibat deficit insulin
2. Observasi tanda-tanda vital 2. Pasien dengan nyeri biasanya akan
dimanifestasikan dengan peningkatan
vital sign terutama perubahan denyut
nadi dan pernafasan

3. Ajarkan klien tekhnik relaksasi

3. Nafas dalam dapat meningkatkan


oksigenasi jaringan

4. Ajarkan klien tekhnik Gate Control 4. Memblokir rangsangan nyeri pada


serabut saraf

5. Pemberian analgetik karena peningkatan 5. Analgetik bekerja langsung pada


asam laktat sebagai akibat deficit insulin reseptor nyeri dan memblokir
rangsangan nyeri sehingga respon
nyeri dapat diminimalkan

h. Penurunan rawat diri berhubungan dengan kelemahan

Tujuan : Klien akan mendemonstrasikan penurunan rawat diri, dengan kriteria :


a. Kuku pendek dan bersih
b. Kebutuhan dapat dioenuhi secara bertahap
c. Mandi sendiri tanpa bantuan

Intervensi :

Intervensi Rasional

1. Kaji kemampuan klien dalam 1. Mengidentifikasi tingkat toleransi


pemenuhan rawat dirii aktivitas klien

2. Berikan aktivitas secara bertahap 2. Melatih tingkat kemampuan rawat diri


secara bertahap

3. Bantu klien dalam pemenuhan


kebutuhan sehari-hari
3. Meningkatkan rasa nyaman klien dan
memperbaiki sirkulasi ke perifer

4. Bantu klien (memotong kuku)

4. Kuku panjang dapat digunakan untuk


menggaruk

i. Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis penyakit dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kesalahan interprestasi
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan
kriteria : Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya

Intervensi :

Intervensi Rasional

1. Pilih berbagai strategi belajar 1. Penggunaan cara yang berbeda


tentang mengakses informasi,
meningkatkan penerapan pada
individu yang belajar

2. Diskusikan tentang rencana diet 2. Kesadaran tentang pentingnya


kontrol diet akan membantu pasien
dalam merencanakan
makan/mentaati program, serat dapat
memperlambat absorbsi glukosa yang
akan menurunkan fluktuasi kadar gula
dalam darah

3. Diskusikan tentang faktorfaktor yang 3. Diskusikan faktor-faktor yang


memegang peranan dalam kontrol DM memegang peranan dalam kontrol DM
yang dapat menurunkan berulangny

5. Intervensi
Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan sesuai dengan
intervensi. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
peningkatan kesehatan baik yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi
dan rujukan.

6. Evaluasi
Merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan
tujuan dengan melihat perkembangan klien. Evaluasi klien diabetes mellitus
dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya pada tujuan
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi
8), EGC, Jakarta Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan, (Edisi 2), EGC, Jakarta Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC,
Jakarta Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan
Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta. FKUI, 1979, Patologi, FKUI, Jakarta Ganong,
1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi
Modern untuk Perawat, EGC, Jakarta Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran,
(Edisi 9), EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai