Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KIMIA KLINIK

GANGGUAN KELENJAR ENDOKRIN ( DIABETES MELITUS)

OLEH:

NI LUH EKA RIANINGSIH


NIM. P07134121020

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PRODI DIPLOMA III
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena Atas Bimbingan-
Nyalah Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kimia klinik II ini yang berjudul
“Makalah Gangguan Kelenjar Endokrin ( Diabetes Melitus)” dengan sebaik-baiknya.
Tidak lupa juga penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam pembuatan tugas kimia klinik II ini.

Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen


pembimbing atas bimbingan dan arahannya. Penyusun menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun sangat
mengharapkankritik dan saran yang bersifat membangun, demi kesempurnaan
laporan ini, Akan tetapi, Penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat,
kususnya bagi penyusun

Denpasar, 2 Desember 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang

menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk

mempengaruhi organ-organ lain (dr. H. Achmad Sofwan & dr. Aryenti, 2017).

Kelenjar tubuh memiliki fungsi baik eksokrin atau endokrin. Kelenjar eksokrin,

termasuk kelenjar keringat dan kelenjar lakrimal, bertanggung jawab untuk

mengeluarkan zat langsung ke saluran yang mengarah ke daerah sasaran. Endokrin

Istilah (endo-dalam, Crin-mensekresikan) ini menunjukkan bahwa sekresi dibentuk

oleh kelenjar secara langsung masuk ke darah atau limfa sirkulasi dan perjalanan ke

jaringan target, dan bukan diangkut melalui tuba atau duktus. Sekresi ini, disebut

hormon, yang merupakan bahan kimia yang memicu atau mengontrol aktivitas

organ, sistem, atau kelenjar lain di bagian tubuh lain (S,Monica 2018).

Salah satu kelainan system endokrin adalah diabetes mellitus. Diabetes Melitus

(DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah

(gula darah) melebihi normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari

200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl. DM

dikenal sebagai silent killer karena sering tidak disadari oleh penyandangnya dan

saat diketahui sudah terjadi komplikasi. DM dapat menyerang hampir seluruh sistem

tubuh manusia, mulai dari kulit sampai jantung yang menimbulkan komplikasi.

International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa prevalensi diabetes


mellitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM sebagai penyebab kematian

urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2013 angka kejadian diabetes di dunia

adalah sebanyak 382 juta jiwa dimana proporsi kejadian DM tipe 2 adalah 95% dari

populasi dunia. Prevalensi kasus Diabetes melitus tipe 2 sebanyak 85-90%. Data

laporan WHO tahun 2003 menunjukkan hanya 50% pasien DM di Negara maju

mematuhi pengobatan yang diberikan. Pada DM yang tidak terkendali dapat terjadi

komplikasi. Timbulnya komplikasi mempengaruhi kualitas hidup dan

mempengaruhi perekonomian (Petersmann., 2018).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan diabetes mellitus?

2. Apa saja jenis-jenis diabetes mellitus?

3. Bagaiman pemeriksaan lab dari diabetes mellitus?

C. Tujuan

1. Apa yang dimaksud dengan diabetes mellitus?

2. Apa saja jenis-jenis diabetes mellitus?

3. Bagaiman pemeriksaan lab dari diabetes mellitus?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Diabetes Melitus

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau keduanya(Soelistijo, 2021). Diabetes Melitus adalah Penyakit kronis

progresif yang ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan

metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar

glukosa darah tinggi) (Trio, 2020).

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya

hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang

dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau

sekresi insulin (Rahmasari & Wahyuni, 2019).

Jadi diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit yang ditandai

dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme, karbohidrat, lemak ,

dan protein yang dimana hal tersebut dapat terjadi karena kelainan dari sekresi

insulin, kerja insulin ataupun keduanya.


B. Jenis-jenis Diabetes Melitus

Dikutip dari penelitian (Wulandari, 2021) ada 4 klasifikasi Diabetes Mellitus

antara lain : diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2,diabetes melitus tipe lain

dan diabetes kehamilan.

1. Diabetes melitus tipe 1

Dengan penyakit ini banyak sekali menyerang orang-orang dari segala usia,

biasanya terjadi pada anak-anak ataupun orang dewasa muda. Orang dengan

penyakit diabetes tipe ini tentu membutuhkan insulin setiap hari untuk bisa

mengendalikan kadar glukosa dalam darahnya. Orang yang tanpa insulin pada

penderita diabetes melitus tipe 1 akan menyebabkan kematian. Orang yang memiliki

penyakit diabetes melitus tipe 1 juga memiliki gejala seperti : kehausan dan mulut

kering yang tidak normal, sering buang air kecil, kurangnya energi, ,erasa lemas,

merasa lapar terus menerus, penurunan berat badan yang tiba-tiba, dan penglihatan

kabur. Biasanya bertubuh kurus pada saat didiagnosa dengan penurunan berat badan

yang baru saja terjadi. Angka penderita diabetes melitus tipe 1 terus meningkat,

alasannya masih belum jelas mungkin karena adanya faktor didalam lingkungan atau

infeksi yang disebabkan oleh virus.

2. Diabetes melitus tipe 2

Diabetes tipe 2 ini adalah tipe yang sangat tinggi yang sering terjadi pada

penderita diabetes. Diabetes tipe 2 ini lebih banyak menyerang orang dewasa, namun

saat ini meningkat pada anak-anak dan remaja. Pada diabetes melitus tipe 2 ini,

tubuh bisa memproduksi insulin namun insulin menjadi resisten sehingga insulin

menjadi tidak efektif bagi tubuh dan semakin lama kadar insulin menjadi tidak
mencukupi, resistensi insulin dan penurunan kadar insulin, sama-sama menyebabkan

kadar glukosa darah tinggi.

3. Diabetes melitus tipe lain

Diabetes melitus tipe lain merupakan penyakit gangguan metabolik yang

ditandai oleh kenaikan gula darah akibat efek genetik fungsi sel beta,efek genetik

kerja insulin , penyakit eksorin .endokrinopati,karena obat atau zat kimia

,infeksi,sebab imunolgi yang jarang, sindrom genetik lain yang berkaitan dengan

diabetes melitus.

4. Diabetes gestasional

Wanita dengan kadar glukosa darah sedikit meningkat diklasifikasikan memiliki

diabetes melitus pada kehamilan . diabetes pada kehamilan mulai terjadi pada

trimester kedua atau ketiga sehingga perlu dilakukan skrining atau tes toleransi

glukosa pada semua wanita hamil dengan usia kehamilan antara 24 sampai 28

minggu. Wanita yang terdeteksi hiperglikemia beresiko lebih besar mengalami

kerugian. Wanita yang dengan hiperglikemia selama kehamilan dapat mengontrol

kadar glukosa darah dengan melakukan diet yang sehat, olahraga ringan dan

pemantauan gula darah. Dalam beberapa kasus, insulin yang diberikan maupun obat

oral dapat diberikan.

C. Pemeriksaan Laoratorium

1. Pemeriksaan gula darah puasa

Gula Darah Puasa (GDP) merupakan salah satu cara monitoring gula darah

plasma yang diukur setelah pasien berpuasa setidaknya 8 jam sebelum dilakukan
pengecekan plasma gula darah. Puasa dilakukan dalam keadaan tidak ada makanan

yang dicerna. Oleh karena itu, tubuh akan mempertahankan plasma gula darah pada

bagian hati, jaringan perifer dan hormon hormon yang dapat berdampak kadar gula

darah di dalam tubuh. Tindakan buruk penderita DM dapat memicu tingkat

keparahan kontrol gula darah tersebut seperti kurangnya aktivitas fisik,

ketidakpatuhan meminum obat anti-diabet dan konsumsi makanan berlemak jenuh.

Hal tersebut perlu dicegah agar penanganan penyakit DM dapat terkendali

(Baharuddin Yusuf, Syahida Nafisah, 2023).

2. Pemeriksaan gula darah 2 jam pp

Pemeriksaan kadar gula darah 2 jam PP salah satu pemeriksaan untuk

mendeteksi adanya diabetes dan adanya hiperglikemi , pada pemeriksaan 2 jam PP

kontrol gula darah dapat berpengaruh terhadap terjadinya Hiperglikemi. Karena

kadar gula darah sendiri bisa mengalami kenaikan sepanjang harinya. Apabila dapat

diketahui sedini mungkin maka dampak dari hiperglikemi dapat dicegah dan dapat

mempengaruhi kualitas hidup sesorang yang menderita diabetes melitus. Pada

pemeriksaan gula darah 2 jam PP kadar gula darah di bawah 140 mg/dL adalah

normal. Bila kadar gula darah 2 jam PP antara 140- 199 mg/dL, maka disebut

mengalami prediabetes, sementara bila kadar gula darah 2 jam PP berada di atas 199

mg/dL disebut memiliki diabetes (Erlangga, 2021).

3. Pemeriksaan gula darah sewaktu

Pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) dan tekanan darah adalah salah satu

upaya untuk melakukan deteksi dini sehingga masyarakat dapat melakukan

pencegahan. Penderita diabetes mellitus perlu diberikan pemahaman akan


pentingnya patuh dalam berobat untuk menstabilkan kadar gula darah agar dapat

menekan komplikasi yang akan terjadi, sehingga masyarakat patuh terhadap anjuran

yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam kehidupan sehari – hari (Selano, 2020)

4. Pemeriksaan HbA1c

Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis DM adalah Hemoglobin Adult 1C

(HbA1c), Pemeriksaan HbA1c dapat digunakan sebagai acuan untuk monitoring

penyakit diabetes mellitus karena HbA1c ini dapat memberikan informasi yang lebih

jelas tentang keadaan yang sebenarnya pada penderita diabetes mellitus.

Pemeriksaan HbA1c merupakan pemeriksaan yang mencerminkan kadar glukosa

darah rata-rata selama kurun waktu 2-3 bulan. Pemeriksaan HbA1c lebih akurat

daripada pemeriksaan glukosa darah puasa dan glukosa darah 2 jam post prandial

dalam monitoring pengendalian diabetes mellitus, karena HbA1c ini terkandung

dalam eritrosit yang hidup selama 100-120 hari. Jadi jika tingkat HbA1c yang

didapatkan hasilnya buruk atau meningkat maka kadar HbA1c tersebut

mencerminkan pengendalian metabolisme glukosa yang buruk selama 3-4 bulan

yang lalu. Kadar HbA1c baik antara 4% sampai dengan 5,9%. Beberapa studi

menunjukkan bahwa diabetes yang tidak terkontrol akan mengakibatkan timbulnya

komplikasi, untuk itu pada penyandang diabetes kadar HbA1c ditargetkan kurang

dari 8%. Semakin tinggi kadar HbA1c maka semakin tinggi pula risiko (Sartika &

Hestiani``, 2019).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit yang ditandai dengan

terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme, karbohidrat, lemak , dan

protein yang dimana hal tersebut dapat terjadi karena kelainan dari sekresi insulin,

kerja insulin ataupun keduanya. Jenis jenis diabetes mellitus antara lain diabetes

melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2,diabetes melitus tipe lain dan diabetes

kehamilan. Adapun beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan

gula darh puasa, gula darah 2 jam pp, gula darah seaktu, dan pemeriksaan HbA1c.
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin Yusuf, Syahida Nafisah, N. N. I. (2023). LITERATUR REVIEW : GULA


DARAH PUASA PADA PENYAKIT DIABETES MELITUS Baharuddin Yusuf,
Syahida Nafisah, Novianti Nuril Inayah. 6(1), 28–33.
dr. H. Achmad Sofwan, M. K., & dr. Aryenti, M. S. (2017). Anatomi Endokrin.
Universitas Yarsi, 1–7.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/50ad33eccd269271ca58
5795f48cf2b4.pdf
Erlangga, L. B. R. (2021). Hubungan Kadar Glukosa Darah 2 Jam PP dengan
Kualitas Hidup Penderita DM Tipe 2 di RSUD Karanganyar. Naskah Publikasi.
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/91160
Petersmann, A., Nauck, M., Müller-Wieland, D., Kerner, W., Müller, U. A.,
Landgraf, R., Freckmann, G., & Heinemann, L. (2018). Definition, classification
and diagnostics of diabetes mellitus. Journal of Laboratory Medicine, 42(3), 73–
79. https://doi.org/10.1515/labmed-2018-0016
Rahmasari, I., & Wahyuni, E. S. (2019). Efektivitas Memordoca Carantia (Pare)
terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah. Infokes, 9(1), 57–64.
S, Monica. (2018). Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin. Vera Kartawijaya, 2504, 1–
21.
Sartika, F., & Hestiani``, N. (2019). Kadar HbA1c pada Pasien Wanita Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Borneo
Journal of Medical Laboratory Technology, 2(1), 97–100.
https://doi.org/10.33084/bjmlt.v2i1.1086
Selano, M. K., Marwaningsih, V. R., & Setyaningrum, N. (2020). Pemeriksaan Gula
Darah Sewaktu (GDS) dan Tekanan Darah kepada Masyarakat. Indonesian
Journal of Community Services, 2(1), 38. https://doi.org/10.30659/ijocs.2.1.38-
45
Soelistijo, S. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
Dewasa di Indonesia 2021. Global Initiative for Asthma, 46.
www.ginasthma.org.
Trio, muhamad ardin. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN Ny. M DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI AKIBAT PATOLOGI
SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS PUUWATU.
Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Kendari, 2(1), 12–18.
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/id/eprint/2099
Wulandari. (2021). Diabetes Melitus pada Dewasa. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Denpasar, Dm, 1–23.

Anda mungkin juga menyukai