Anda di halaman 1dari 97

IPE :Focus pada ESO

potensial Obat
Kel 2A

Navya Shafa P 20190430035


Rafi Rahmatika A 20190430038
Tanti Ayu T 20190430041
Melly Alfaen H 20190430048
Indira Bunga S 20190430049
Marianan Nur H 20190430054
Arwa Nania Q 20190430064
01
Skenario
Kasus
Tn. K, usia 70 tahun
MRS dengan keluhan kepala berputar dan
sering pingsan.
Saat observasi, terukur : TD 80/60mmHg.
Dokter segera memerintahkan pemberian
cairan infuse RL 2 lt / 4 jam.
Setelah pemberian cairan infuse tersebut,
TD naik menjadi 120/80 mmHg.
Hasil interview pasien mengaku memiliki
riwayat serangan jantung 3 tahun lalu,
dan obat terakhir yang diminum adalah:
Bisoprolol 1 x 5mg;
ISDN 3 x 5 mg;
Lisinopril 1 x 10 mg;
Ascardia 1 x 1 tab
02
Pertanyaan dan
jawaban
1.Sebagai seorang Farmasis tahapan apa yang anda
lakukan pada kasus di atas ?

1. Memeriksa obat yang digunakan apakah sesuai indikasi pasien


atau tidak
2. Mengevaluasi kepatuhan pasien konsumsi obat secara rutin
3. Mengindentifikasi apakah ada interaksi antar obat.
4. Menjelaskan kepada pasien mengenai penggunaan obat dengan
melakukan KIE.
5. Memonitoring keberhasilan pengobatan.
2. Apakah permasalahan terkait dengan permasalahan dengan kasus
di atas?
Permasalahan terkait kasus di atas yaitu terjadi interaksi obat yaitu :

Bisoprolol + aspirin.

Bisoprolol dan aspirin keduanya meningkatkan serum kalium. Gunakan Perhatian / Monitor.
Bisoprolol dengan AINS Interaksi obat terjadi secara farmakodinamika, dimana Anti
Inflamasi Non Steroid (AINS) bekerja menghambat enzim cyclooksigenase sehingga
pembentukan prostaglandin. Efek dari penghambatan prostaglandin yaitu menghambat
vasodilatasi (terjadi vasokontriksi) dan menghambat sekresi natrium di ginjal sehingga
terjadi retensi urine, kedua efek ini menyebabkan tekanan darah meningkat. Efek dari
bisoprolol untuk menurunkan tekanan darah tinggi berkurang dengan AINS.
2. Apakah permasalahan terkait dengan permasalahan dengan kasus
di atas?
Permasalahan terkait kasus di atas yaitu terjadi interaksi obat yaitu :
Lisinopril + aspirin.

Terjadi interaksi antagonisme farmakodinamik. Hindari atau Gunakan Obat Alternatif. Pemberian
bersama dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang signifikan. NSAID dapat mengurangi
efek antihipertensi dari ACE-Inhibitor. Mekanisme interaksi ini kemungkinan terkait dengan
kemampuan NSAID untuk mengurangi sintesis prostaglandin ginjal vasodilatasi dan hiperkalemia.

Lisinopril + ISDN.

Penggunaan lisinopril + ISDN terjadi interaksi farmakodinamik dimana dapat memperlambat detak
jantung (Ramdani et al., 2022). Efek dari penurunan detak jantung yaitu dapat menurunkan cardiac
output sehingga terjadinya henurunan tekanan darah.

Ramdani, R. et al. (2022) ‘Potensi Interaksi


Obat Antihipertensi Pada Pasien Geriatri
Rawat Inap Di Salah Satu Rumah Sakit
3. Bila ada permasalahan, jelaskan dan tingkat severity dari DRPs yang
potensial terjadi!
Interaksi obat Lisinopril + Aspirin
Tingkat keparahan moderat artinya kondisi pasien dapat memburuk karena interaksi. Sehingga perlu
penyesuaian dosis. Apabila menerima terapi dengan kombinasi ini, harus memeriksa tekanan darah dan
mungkin perlu memantau fungsi ginjal

Interaksi obat Bisoprolol + Aspirin


Tingkat keparahan minor artinya hanya sedikit memberikan dampak klinis yang merugikan.
Aspirin dosis tinggi dapat menurunkan efek antihipertensi beta-blocker. Mekanisme penghambatan
sintesis prostaglandin. Aspirin dosis rendah tidak mempengaruhi tekanan darah
Interaksi obat Bisoprolol + ISDN
Berdasarkan tingkat keparahan, interaksi tersebut termasuk moderate, yang menghasilkan
peningkatan efek hipotensi. Efek aditif hipotensi yang ditimbulkan, disebabkan karena keduanya
memiliki efek penurunan terhadap tekanan darah. Manajemen untuk mengatasi interaksi tersebut
adalah dengan melakukan pemantauan terhadap tekanan darah (Stockley, 2008 ; Lexicomp,
2018).

Interaksi obat Lisinopril + ISDN.


Tingkat keparahan moderat artinya kondisi pasien dapat memburuk karena interaksi. Penggunaan
lisinopril + ISDN terjadi interaksi farmakodinamik dimana dapat memperlambat detak jantung
(Ramdani et al., 2022). Efek dari penurunan detak jantung yaitu dapat menurunkan cardiac output
sehingga terjadinya henurunan tekanan darah.

Nisa, Sabnabila K. 2020. IDENTIFIKASI POTENSI


INTERAKSI ANTAR OBAT PADA RESEP UMUM DI
APOTEK X BULAN JANUARI 2020. Farmaka.
Bandung:Universitas Padjadjaran. Volume 18, Nomor 3,
Hal 37-48
Ramdani, R. et al. (2022) ‘Potensi Interaksi Obat
Antihipertensi Pada Pasien Geriatri Rawat Inap Di Salah
Satu Rumah Sakit Kota Bandung’, Pharmacoscript, 5(1),
pp. 71–92.
Stockley, I. H. 2008. Stockley’s Drug Interactions,” 8th
edition. Pharmaceutical Press, London
4. Intervensi apa yang akan anda lakukan kepada dokter?

Konsultasi kepada dokter mengenai resep pasien karena terdapat interaksi pada
obat ISDN + Ascardia dan ISDN + Bisoprolol.Karena dapat menurunkan kerja obat
dari Bisoprolol untuk menurunkan tekanan darah
5. Informasi atau KIE apa yang akan anda berikan kepada pasien untuk
mencegah terjadinya kejadian di atas

• Menginformasikan kepada pasien mengenai aturan meminum


obat, kegunaan obat, dosis obat, efek samping yang mungkin
ditimbulkan, serta cara penyimpanan obat.
• Monitoring adanya interaksi obat antara lisinopril dengan ISDN
dan Ascardia.
• Menginformasikan kepada pasien mengenai bahaya jika tidak
patuh dalam meminum obat.
• Memberikan motivasi agar pasien tetap patuh dalam meminum
obat dan tidak menghentikan pengobatan sebelum waktunya.
• Memberikan edukasi kepada pasien untuk menerapkan hidup
sehat dengan mengatur pola makan, istirahat yang cukup, dan
berolahraga seperti bersepeda, senam.
03
Daftar pustaka
Ramdani, R. et al. (2022) ‘Potensi Interaksi Obat Antihipertensi Pada Pasien Geriatri
Rawat Inap Di Salah Satu Rumah Sakit Kota Bandung’, Pharmacoscript, 5(1), pp. 71–92.
Nisa, Sabnabila K. 2020. IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI ANTAR OBAT PADA
RESEP UMUM DI APOTEK X BULAN JANUARI 2020. Farmaka. Bandung:Universitas
Padjadjaran. Volume 18, Nomor 3, Hal 37-48

Stockley, I. H. 2008. Stockley’s Drug Interactions,” 8th edition. Pharmaceutical Press,


London
Thanks!
IPE HEART FAILURE

Kel 2A

Navya Shafa P
20190430035
Rafi Rahmatika A
20190430038
Tanti Ayu T
20190430041
Melly Alfaen H
20190430048
Indira Bunga S
20190430049
Marianan Nur H
KASUS 1

Seorang pasien laki-laki bernama yang berusia 62 tahun dirawat di RS.


Pasien memiliki riwayat Heart Failure selama 2 tahun. Beliau rutin kontrol ke
dokter, dan mendapatkan obat adalah sebagai berikut.
R/ Valsartan 80 mg tablet
S 1 dd 1
Furosemide inj 40 mg
S 3 dd 1
Spironolakton 25 mg
S 1 dd 1

Pada saat visite, pasien mengatakan masih sesak nafas saat berbaring dan
merasakan nyeri pada sendi dan jari tangan sulit digerakkan. Data
laboratorium Kadar Kalium 2,6 dan memberikan KCl 50 meq / 24 jam
PETUNJUK
1. Apakah DRPs kasus di atas ?
2. Bagaimana cara evaluasi ESO dengan tool Naranjo Scale pada skenario di atas ?
3. Jelaskan pemberian terapi Hipokalemia (sertakan referensi) dan cara perhitungan koreksi
Kalium
4. Bagaimana cara anda memonitor efektifitas terapi pada skenario di atas ?
5. Materi apa yang akan anda berikan ketika melakukan KIE ?
6. Bagaimana cara meningkatkan adherence pasien setelah mengalami kejadian ESO ?
7. Buatlah role play konseling
1. APAKAH DRPS KASUS DI ATAS ?
◼ Valsartan + spironolakton
Tingkat keparahan: Major
Menggunakan spironolactone bersama dengan valsartan dapat meningkatkan kadar kalium dalam darah.
Kadar kalium yang tinggi dapat berkembang menjadi kondisi yang dikenal sebagai hiperkalemia, yang pada kasus yang
parah dapat menyebabkan gagal ginjal, kelumpuhan otot, irama jantung tidak teratur, dan henti jantung. Mengalami
hiperkalemia saat menggunakan obat ini jika pasien berusia lanjut, mengalami dehidrasi, atau memiliki penyakit ginjal,
diabetes, atau gagal jantung lanjut. Pasien mungkin memerlukan penyesuaian dosis atau pemantauan yang lebih sering
oleh dokter Anda untuk menggunakan kedua obat dengan aman. Pasien harus menghubungi tenaga medis jika pasien
mengalami mual, muntah, kelemahan, kebingungan, kesemutan pada tangan dan kaki, perasaan berat di kaki, denyut
nadi lemah, atau detak jantung yang lambat atau tidak teratur, karena ini mungkin merupakan gejala hiperkalemia.
Penting untuk pasien kmemberi tahuepada dokter tentang semua obat lain yang pasien gunakan, termasuk vitamin
dan herbal. Jangan berhenti menggunakan obat apa pun tanpa terlebih dahulu berbicara dengan dokter.
Ada peningkatan risiko hiperkalemia jika antagonis reseptor angiotensin II diberikan dengan diuretik hemat
kalium (seperti amilorida dan antagonis aldosteron, eplerenon dan spironolakton), terutama jika faktor risiko
lain.(Stockley, hal 41)
◼ Valsartan + furosemide
Hipotensi simtomatik dapat terjadi ketika antagonis reseptor angiotensin II dimulai pada pasien yang
menggunakan diuretik dosis tinggi. Kadar kalium dapat meningkat, menurun atau tidak terpengaruh. Tampaknya tidak
ada interaksi farmakokinetik yang relevan secara klinis antara candesartan, eprosartan, irbesartan, losartan,
olmesartan, telmisartan atau valsartan dan hidroklorotiazid, meskipun bioavailabilitas hidroklorotiazid mungkin sedikit
berkurang. Demikian pula, tidak ada interaksi farmakokinetik yang signifikan secara klinis antara valsartan dan
furosemide
Furosemida. Pada 12 subyek sehat, bioavailabilitas relatif furosemide 40 mg berkurang sekitar 26% ketika
diberikan dengan valsartan 160 mg. Namun, interaksi farmakokinetik ini tidak berpengaruh pada efek diuretik
furosemide. Penggunaan valsartan dan furosemide tidak mengubah farmakokinetik valsartan. (Stockley, hal 41)
Spironolakton + furosemide
spironolakton meningkat dan furosemide menurunkan kalium serum. Efek interaksi tidak jelas, gunakan hati-hati.
Modifikasi Terapi/Monitor Secara Dekat.
Sebuah penelitian pada pasien yang diberikan furosemide 40 mg dan spironolakton 25 mg setiap hari, hipokalemia
terjadi pada 14,3%. (Stockley, hal41)
2. BAGAIMANA CARA EVALUASI ESO DENGAN TOOL NARANJO
SCALE PADA SKENARIO DI ATAS ?
3. JELASKAN PEMBERIAN TERAPI HIPOKALEMIA (SERTAKAN
REFERENSI) DAN CARA PERHITUNGAN KOREKSI KALIUM

Pemberian terapi

Kurang tepat, karena pada guideline infus kcl pemberiannya 25 ml QDS (100mmol/hari)
sedangkan, pada kasus ini diberikan KCL 50 meq/ 24 jam (200mmol/hari).

Cara perhitungan koreksi kalium

(K target – k saat ini) x BB = 4,5 mmol – 2,6 mmol x BB


3 3
= ……..
4. BAGAIMANA CARA ANDA MEMONITOR EFEKTIFITAS TERAPI
PADA SKENARIO DI ATAS ?
S/O Problem Medik Terapi Assesment Monitoring
Heart Failure Valsartan 80 mg Pasien memiliki riwayat Heart Failure Kadar Kalium
sehingga diberi terapi valsartan sebagai
vasodilatasi dan menginhibisi terjadinya
remodeling ventrikel (Istiani et al., 2019)
.
Pemberian kombinasi furosemide dan
Furosemide inj spironolakton ditujukan untuk mengurangi
40 mg edema pada pasien. Namun furosemide
Spironolakton memiliki efek samping hipokalemia dan efek
25 mg samping spironolakton hiperkalemia.
S/O Problem Medik Terapi Assessment Monitoring
S : Sesak nafas Hipokalemi KCL 50 meq/24jam Pasien mengalami hipokalemi Kadar Kalium
saat berbaring, sedang, sehingga pasien
merasakan nyeri memberi terapi KCL 50 meq
pada sendi dan jari
tangan sulit
digerakan
O : Kadar kalium
2,6
5. MATERI APA YANG AKAN ANDA BERIKAN KETIKA MELAKUKAN
KIE ?

Materi yang diberikan berupa aturan mengkonsumsi obat, dosis obat, pengenalan
gejala efek samping obat dan cara mengatasi efek samping, serta meginformasikan
terkait terapi non farmakologi seperti melakukan aktivitas fisik ringan dan
mengkonsumsi makanan yang tinggi kalium seperti, pisang
6. BAGAIMANA CARA MENINGKATKAN ADHERENCE PASIEN
SETELAH MENGALAMI KEJADIAN ESO ?

Cara-cara meningkatkan kepatuhan:


◼ Memberikan informasi kepada pasien akan manfaat dan pentingnya kepatuhan untuk
mencapai keberhasilan pengobatan.
◼ Memberikan keyakinan kepada pasien akan efektivitas obat dalam penyembuhan.
◼ Memberikan informasi resiko ketidakpatuhan.
◼ Memberikan layanan kefarmasian dengan observasi langsung, mengunjungi rumah pasien
dan memberikan konsultasi kesehatan
◼ Adanya dukungan dari pihak keluarga teman dan orang – orang disekitarnya untuk selalu
mengingatkan pasien, agar teratur minum obat demi keberhasilan pengobatan.
7. BUATLAH ROLE PLAY KONSELING
Dokter mengunjungi pasien di bangsal
dokter: permisi selamat pagi, saya periksa dulu ya pak. bagaimana pak kondisinya sekarang? Apa sudah
membaik atau ada keluhan yang dirasakan?
Pasien: selamat pagi dokter, saya masih mengalami sesak nafas saat berbaring dan nyeri pada sendi serta
jari tangan saya sulit digerakan.
Dokter: apa obatnya sudah diminum pak?
Pasien: sudah dok
Dokter: baik, ada keluhan lain pak?
Pasien: sejauh ini hanya itu saja dokter.
Dokter: baik kalau begitu ditunggu dulu ya pak, saya akan mengevaluasi terkait obat-obat yang bapak
konsumsi.
Pasien: baik dokter, terimakasih
Dokter menghubungi apoteker
Dokter : selamat pagi, saya dokter *sebut nama*
Apoteker : selamat pagi dokter, saya apoteker *sebut nama*. Ada yang bisa saya bantu dok?
Dokter : saya mau koordinasi terkait obat bu apa bisa ke ruangan saya?
Apoteker : baik dokter
Apoteker menemui dokter
Apoteker : permisi dokter, izin masuk
Dokter : silahkan masuk. begini bu ini saya ada pasien atas nama bapak Alif umur 62 tahun sedang mengalami
keluhan sesak nafas saat berbaring dan nyeri pada sendi serta jari tangan saya sulit digerakan. Ini obat-obat yang
dikonsumsi pasien.
R/ Valsartan 80 mg tablet
S 1 dd 1
Furosemide inj 40 mg
S 3 dd 1
Spironolakton 25 mg
S 1 dd 1
Data laboratorium Kadar Kalium 2,6. Saya minta tolong dibantu untuk mengevaluasi pengobatan pasien ya bu karena
saya curiga dari obat-obat tersebut ada masalah. Jika sudah dievaluasi tolong berikan kie pada pasien ya
Apoteker : baik dokter, akan saya evaluasi bersama tim saya kemudian akan saya berikaan kie pada pasien.
Apoteker kembali ke ruangan farmasi
Apoteker 1 : selamat pagi apoteker * sebut nama*
Apoteker 2 : pagi bu, ada yang bisa saya bantu?
Apoteker 1 : begini bu, ini saya menerima kasus tolong sama-sama di analisis ya. Jadi pasien atas nama bapak alif umur 62 tahun
sedang mengalami keluhan sesak nafas saat berbaring dan nyeri pada sendi serta jari tangan saya sulit digerakan. Ini obat-obat yang
dikonsumsi pasien.
R/ Valsartan 80 mg tablet
S 1 dd 1
Furosemide inj 40 mg
S 3 dd 1
Spironolakton 25 mg
S 1 dd 1
Data laboratorium Kadar Kalium 2,6
Apoteker 2 : menurut literature yang saya ketahui furosemide dapat menyebabkan hypokalemia dan hiperuresemia, kemudian efek
samping valsartan dapat menyebabkan nyeri pada sendi dan spironolakton dapat menyebabkan hyperkalemia. Pasien mengalami
hipokalemia yang disebabkan karena penggunaan furosemide injeksi.
Apoteker 1: iya betul. Untuk mengatasi hipokalemia dapat diberikan KCl 50 meq / 24 jam. Kemudian untuk nyeri sendinya dapat
dipertimbangkan dengan pemberian allopurinol tablet. Lalu penggunaan furosemide dan spironolakton digunakan saat bersamaan
karena dapat meminimalisir terjadinya ESO dari masing-masing obat. Apa ada lagi bu?
Apoteker 2: sudah cukup bu.
Apoteker 1: baik bu. Tolong sampaikan ke perawat bangsal kamar pasien untuk diberikan KIE.
Apoteker 2: baik bu
Apoteker 2 menghampiri bangsal untuk bertemu dengan suster dan keluarga pasien
Apoteker 2 : selamat pagi sus, saya apoteker *nama* saya izin bertemu dengan pasien atas nama bapak alif usia 62 tahun untuk memberikan
kie mengenai obat-obat yang dikonsumsi pasien
Perawat bangsal : baik bu, saya antarkan
Apoteker 2 : terimakasih sus
Apoteker menemui pasien
Apoteker 2 : selamat pagi dengan pasien alif ya pak, saya apoteker *NAMA* disini saya diberikan tugas oleh dokter *nama* untuk
memberikan informasi terkait obat yang bapak konsumsi.
Pasien : baik bu silahkan
Apoteker 2 : baik. Sebelumnya saya diinformasikan oleh dokter bahwa bapak mengeluhkan sesak nafas saat berbaring dan nyeri pada sendi
serta jari tangan saya sulit digerakan. Keluhan tersebut dirasakan karena efek samping obat valsartan. Untuk penggunaan valsartan dapat
diminum sesudah makan pada pagi hari satu kali sehari. Kemudian penggunaan obat furosemide ini efek sampingnya hipokalemia dan
hiperurisemia. furosemide diminum 3 kali sehari sesudah makan dan untuk spironolakton diminum sehari sekali sesudah makan. Selain itu
dari data lab bapak kadar kaliumnya rendah oleh karena itu diberikan KCl 50 meq / 24 jam. Apakah sampai disini sudah jelas pak?
Pasien: jelas bu.
Apoteker 2: baik pak. Jika dirasa nyeri sendinya tak kunjung membaik bapak bisa berkonsultasi ke dokter untuk ditindak lanjuti.
Pasien: baik bu
Apoteker 2 : baik pak jika sudah jelas, saya izin pamit dahulu terima kasih. Semoga lekas sembuh pak.
DAFTAR PUSTAKA
◼ Istiani, A., Farmasi, P., Farmasi, F., & Dahlan, U. A. (2019). Evaluation of rationality and quantity of anti-
hypertension use in heart failurepatients in inpatient department of PKU Muhammadiyah Gamping
Yogyakarta Hospital. 15(1), 37–50.
◼ National Health Services (2010) ‘Guideline for the Management of Hypokalaemia in Adults’, Medicines
Information, CGH, (July 2008), pp. 2009–2010.
◼ Sungkono, S. and Adam, A. (2021) ‘Managemen Hipokalemia Pada Pasien Paska Cabg: Studi Kasus’, Quality :
Jurnal Kesehatan, 15(1), pp. 37–43. doi: 10.36082/qjk.v15i1.211.
IPE
(FOKUS PADA PEMBERIAN TERAPI PADA
PENURUNAN FUNGSI GINJAL)
Kel 2A

Navya Shafa P 20190430035


Rafi Rahmatika A 20190430038
Tanti Ayu T 20190430041
Melly Alfaen H 20190430048
Indira Bunga S 20190430049
Marianan Nur H 20190430054
Arwa Nania Q 20190430064
SKENARIO KASUS

 Seorang pasien wanita yang berusia 50 tahun dan BB 60 K, dirawat di RS.


Keluhan yang dirasakan adalah batuk berwarna kekuningan selama 2 minggu.
Pasien memiliki riwayat Ginjal Kronik selama 1 tahun, namun belum kontrol
selama 2 bulan dan belum menjalani hemodialisa. Pasien menderita
Community Acquired Pneumoniae dan mendapatkan obat Levofloxacin 2 x 500
mg, Dexamethason 3 x 1 tablet, dan paracetamol 3 x 500 mg. Data
laboratorium Leukosit : 12.500 , Suhu 370 C, TD 130/80 ,Cr 3,4

Skenario untuk mahasiswa program pendidikan farmasi :


Pada saat bertemu dengan Apoteker, melakukan history taking dan melakukan
skrining resep. Pasien mempunyai riwayat CKD dan lakukan identifikasi DRPs
PERTANYAAN

1. Apakah kajian pada kasus diatas ?


2. Bagaimana cara memilih terapi yang sesuai dengan kondisi pasien berdasarkan EBM?
3. Bagaimana cara anda memonitor efektifitas terapi pada skenario diatas?
4. Materi apa yang akan anda berikan ketika melakukan KIE ?
5. Buatlah role play konseling
1. APAKAH KAJIAN PADA KASUS DIATAS ?

Pada kasus di atas pasien menderita Community Acquired Pneumoniae dengan memiliki riwayat ginjal kronik
selama 1 tahun dan px tidak rutin kontrol selama 2 bulan serta belum hemodialisa sehingga kadar Cr pasien tinggi
yaitu 3,4. Terapi utama pada CAP yaitu pemberian antibiotik dan px mendapat antibiotik Levofloxacin 2 x 500 mg.
Pemberian antibiotik levofloxacin disini sudah tepat untuk CAP, akan tetapi perlu diperhatikan px mengalami
gangguan ginjal sehingga perlu penyesuaian dosis. Dosis levofloxacin dengan gangguan ginjal → Cl cr 20-49
mL/menit: Berikan 500 mg dosis awal, diikuti 250 mg setiap 24 jam; Cl cr 10-19 mL/menit: Berikan 500 mg dosis
awal, diikuti 250 mg setiap 48 jam; Hemodialisis / CAPD: Berikan dosis awal 500 mg, diikuti oleh 250 mg setiap 48
jam. Terapi Steroid (terapi adjuvant) berpengaruh terhadap kondisi sesak melalui efek antiinflamasi pada saluran
nafas. Pasien juga mendapat terapi paracetamol, akan tetapi seharusnya tidak perlu diberikan karena suhu px
normal. Pasien seharusnya rutin kontrol dan rutin hemodialisa untuk terapi gagal ginjal.
2. BAGAIMANA CARA MEMILIH TERAPI YANG SESUAI DENGAN KONDISI
PASIEN BERDASARKAN EBM?

(140-50)x 60 kg/72 x 3,4 = 22,058 x 0,85 =


18,7493 -> 18,75 ml/menit/1,73 m²
Dari hasil perhitungan 18,5 menunjukan
stadium 4 yaitu penurunan LFG berat.

Penderita dengan gangguan ginjal penggunaan


levofloxacin diberikan 250-750 mg dengan
interval q24h.

Pada kasus diatas pasien diberikan dosis 2x500


mg sehingga dosis diturunkan yaitu dengan
dosis 250-750 mg.
3. BAGAIMANA CARA ANDA MEMONITOR EFEKTIFITAS TERAPI PADA
SKENARIO DIATAS?

S/O Problem Terapi Assesment Rekomendasi Monitoring


medik
S: batuk berwarna Community Levofloxacin 2 x levofloxacin merupakan terapi empiris Pemberian obat Batuk pada
kekuningan selama 2 Acquired 500 mg pneumonia rawat inap untuk CAP. dapat diberikan pasien
minggu Pneumoniae Levofloxacin merupakan antibiotik respiratory selama 10 hari. leukosit
O: Leukosit : 12.500 floroquinolon yang sangat direkomendasikan
Cr 3,4 dengan level evidence yang tinggi (Lee et al,
2018). ). Kemanjuran dan tolerabilitas
levofloxacin 500 mg sekali sehari selama 10
hari pada pasien dengan CAP. (Noreddin,2010)
Dexamethasone Dexamethasone efektif dalam mengurangi
3x1 tablet morbiditas dan dikaitkan dengan perbaikan
klinis dan radiografi. Oleh karena itu,
pengobatan deksametason mungkin
bermanfaat untuk mengurangi morbiditas pada
pasien CAP
S/O Problem Terapi Assesment Rekomendasi Monitoring
medik
S: suhu badan pasien Community paracetamol 3 seseorang akan mengalami peradangan di paru- Dikonsumsi secukupnya Suhu pada pasien
O: Suhu 370 C Acquired x 500 mg parunya. Peradangan tersebut bisa menimbulkan hingga panas pada pasien
Pneumoniae gejala demam dan nyeri dada. Untuk mengatasi mereda.
keluhan tersebut, dokter dapat meresepkan obat
antiradang golongan antiinflamasi
nonsteroid dapat digunakan untuk mengatasi
gejala demam dan nyeri dada akibat pneumonia
4. MATERI APA YANG AKAN ANDA BERIKAN KETIKA MELAKUKAN
KIE ?
 Menjelaskan cara penggunaan obat :

 Levofloxacin diminum 2 x sehari harus habis

Levofloxacin diminum 2 jam sebelum atau sesudah makan dengan 1 gelas air putih

Hindari konsumsi susu dan yougurt minimal 2 jam sebelum dan sesudah minum obat.

ESO: gangguan pencernaan,sakit kepala,ruam kulit dan reaksi alergi

 Dexamethasone diminum 3x sehari sesudah makan

 Paracetamol diminum 3 x sehari sesudah makan bila perlu


5. BUATLAH ROLE PLAY KONSELING
Apt menuju ruang rawat pasien

Apt: selamat pagi bu ada yang saya bantu atau ada keluhan lainnya

Pasien: ini bu saya mengalami batuk berwarna kekuning selama 2 minggu

Apt: baik ada lagi keluhannya bu

Pasien: tidak bu

Apt: baik bu itu saya akan observasi lebih lanjut terkait keluhan ibu

Apt perawat

Apt: selamat pagi sus, apakah saya boleh melihat data riwayat penyakit, data lab, dan resep yang di terima oleh ibu x

Perawat: baik bu sebentar saya akan ambilkan data- datanya terkai ibu x

Perawat memberikan data terkait pasien

Pewarat: ini bu data-datanya pasien

Apt: baik bu terima kasih


Apt dokter
Apt: selamat pagi dokter, apakah dokter sedang sibuk
Dokter: tidak silahkan duduk, apakah ada masalah terkait pasien
Apt: ada dokter pasien atas nama ibu x usia 50 tahun mengalami CAP dan memiliki riwayat penyakit ginjal kronik akan tetapi pasien
belum control selama 2 bulan dan belum menjalani hemodialysis untuk perawat CAP nya pasien menerima resep obat
Levofloxacin 2 x 500 mg, Dexamethason 3 x 1 tablet, dan paracetamol 3 x 500 mg.
Dokter: baik untuk penanganan CAPnya apakah sudah dilakukan kultur untuk mengetahui bakteri yang menginfeksi dan dari data
lab yang saya lihat nilai cr tinggi bagaimana menurut anda
Apt: baik dokter untuk hasil kultur saya kurang tau akan tetapi pemberian antibiotic di pertimbangkan karena pasien mengalami
kormobit yaitu ginjal kronik sehingga diberikannya terapi tunggal quinolone untuk dosis yang diberikan sudah sesuai dan untuk
terapi adjutvan diberikan kortikosteroid sesuai dengan guidline dapat diberikan metilprendisolon atau prednisolone selama 5
hari akan tetapi pada resep diberikan dexamethasone untuk penggunaannya sudah tepat dan paracetamol diberikan bila perlu
apabila pasien mengalami demam selain itu karena pasien memiliki riwayat ginjal kronik dan kadar kreatininnya tinggi
sehingga perlu dilakukan penyesuain dosis
Dokter: baik saya terima saran anda tolong sampaikan kepada pasien terkait ini
Apt: baik dokter
Apt pasien
Apt: selamat pagi bu, ibu mengalami CAP dan ini untuk resep nya obat Levofloxacin 2 x 500 mg, Dexamethason 3 x 1 tablet,
dan paracetamol 3 x 500 mg.
Levofloxacin sebagai antibiotic di minum 1-2 jam sebelum makan untuk mengurangi bakteri yang yang menginfeksi paru
diberikan selama 7-10 hari dan harus habis, dexamathason diberikan sehari 3 kali sesudah makan untuk mengurangi
inflamasi dan paracetamol diminum bila perlu sesudah makan. Apakah sudah mengerti bu terkait obat dan cara
penggunaannya ?
Pasien: baik bu saya sudah mengerti

Apt : wiwin
Pasien : bila
Dokter : listania
DAFTAR PUSTAKA

American Pharmacists Association. 2012. Drug Information Handbook with International Trade Names Index.Edisi ke-21.
Ohio: Lexicomp
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C.V., 2015, Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill
Education Companies, Inggris.
Noreddin AM, Elkhatib WF. Levofloxacin in the treatment of community-acquired pneumonia. Expert Rev Anti Infect Ther.
2010 May;8(5):505-14. doi: 10.1586/eri.10.35. PMID: 20455679.
Nur, A., & moch tahta. 2013. Tatalaksana Pneumonia Bakterial Pada Penyakit Ginjal Kronis. DEPARTEMEN PULMONOLOGI
DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FK UNAIR RSUD DR.SOETOMO SURABAYA.
Shin,Y. H., Kim, J. H.,Yoon, J. W., Choi, S.-H., Kim, H.Y., Jee, H. M., Han, M.-Y., & Kim, J.-T. (2014). The Effects Of
Dexamethasone On Community-Acquired Pneumonia In Children. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 133(2), AB191.
https://doi.org/10.1016/j.jaci.2013.12.683
Voiriot, et al. (2019). Risks Related to the Use of Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs in Community-Acquired
Pneumonia in Adult and Pediatric Patients. Journal of Clinical Medicine, 8(6), pp. 786.
IPE : Focus On
Pemakaian Insulin
KELOMPOK 2A
Navya Shafa P 20190430035
Rafi Rahmatika A 20190430038
Tanti Ayu T 20190430041
Melly Alfaen H 20190430048
Indira Bunga S 20190430049
Mariana Nur H 20190430054
Arwa Nania Q 20190430064
Kasus
Seorang pasien usia 25 th, BB 55 kg rutin berobat ke RS selama 3 tahun
dengan diagnosa DM type II. Terapi rutin yang diberikan adalah
glibenclamide 1x1 dan metformin 500 mg 3x1. Hari ini datang ke rumah
sakit dengan keluhan lemas, keringat dingin dan kepala pusing. Data
laboratorium GDA 457 mg/dL, BUN 10 dan Cr 0,9. Dokter memberikan
insulin Novorapid 3x 6 IU, neurobion 2x1 terapi oral lainnya dan
meminta Apoteker untuk memberikan konseling tentang insulin yang
diberikan.
Pertanyaan
1. a. Bagaimana kajian anda pada kasus di atas ?
b. Informasi apa saja yang wajib disampaikan pada pasien
berkaitan dengan insulin Novorapid yang diberikan?
2. Buatlah roleplay Apoteker dan pasien tentang pemakaian
insulin
3. Bagaimana cara monitor efektifitas terapi dan ESO potensial
Novorapid?
4. Bagaimana cara mendeteksi insulin yang sudah rusak?
01
1. a. Bagaimana kajian anda pada kasus di atas ?
Jawab:
- Pasien mengalami DM type II dan rutin berobat ke RS selama 3 tahun. Terapi rutin
yang diberikan adalah glibenclamide 1x1 dan metformin 500 mg 3x1.
- Sekarang pasien mengalami hiperglikemia dengan GDA = 457 mg/dL dimana kadar
gula darah pasien sangat tinggi. Pasien mendapatkan terapi insulin dimana sudah
tepat karena insuin dapat diberikan pada pasien DM tipe 2 yang kadar glukosanya
tidak bisa dipertahankan dengan OAD. Novorapid termasuk insulin aspart (kerja
cepat) sehingga menghasilkan efikasi yang lebih baik dalam menurunkan glukosa
darah postprandial. Insulin diberikan 15 menit sebelum makan.
- Efek samping yang dapat terjadi pada pasien adalah hipoglikemi akibat dari
pemberian insulin dan OAD. ESO dari metformin yang dapat terjadi adalah gangguan
pencernaan, diare.
- Pemberian neurobion dapat diberikan untuk mencegah penurunan gejala nyeri pada
pasien neuropati perifer
01
1. b. Informasi apa saja yang wajib disampaikan pada pasien berkaitan
dengan insulin Novorapid yang diberikan?
Jawab:
- Informasi mengenai penggunaan insulin novorapid yang benar, cara
penyuntikan insulin, dan tempat penyuntikan insulin
- Informasi mengenai penyimpanan insulin sebelum dan setelah dibuka.
Insulin yang belum dibuka disimpan pada suhu 2-8 C, sedangkan untuk
insulin yang sudah dibuka dapat disimpan pada suhu ruangan 20-25 C
- Informasi mengenai dosis yang digunakan, insulin digunakan 15 menit
sebelum makan
- Informasi mengenai efek samping yang mungkin terjadi seperti
hipoglikemia. Tanda terjadinya hipoglikemia dan cara mengatasinya.
02
2. Buatlah roleplay Apoteker dan pasien tentang pemakaian insulin
Jawab:
Pasien: selamat pagi, ini saya mau menebus obat (menyerahkan resep obat)
Apoteker: selamat pagi. Baik saya terima ya pak, ditunggu sebentar ya pak, saya akan mempersiapkan
obatnya terlebih dahulu.
Pasien: baik bu
Apoteker: pasien atas nama Tn. Johnny usia 25 tahun
Pasien: iya bu, saya sendiri
Apoteker: baik. Selamat pagi pak, saya (nama) sebagai apoteker di apotik ini. Sebelumnya apakah bapak
ada waktu sekitar 10-15 menit untuk saya berikan informasi terkait obatnya pak?
Pasien: iya bisa bu
Apoteker: Sebelumnya apakah dokter sudah menjelaskan terkait obatnya pak?
Pasien: sudah mbak. saya diberikan obat glibenklamid, metformin, insulin untuk diabetes mellitus, dan
neurobion sebagai suplemen bu.
Apoteker: baik, apakah dokter sudah menjelaskan mengenai aturan minum obat dan penggunaan
insulinnya pak?
Pasien: untuk obat per oralnya sudah, kalau penggunaan insulinnya belum bu dan saya sebelumnya belum
pernah menggunakan juga.
(apoteker menjelaskan dengan media gambar)
Apoteker : Baik pak. saya akan menjelaskan mengenai penggunaan insulinnya. Untuk cara
penggunaannya yang pertama cuci tangan dahulu, lalu buka tutup pen insulin, periksa insulin
untuk memastikan masih jernih dan expired date nya. Lalu lepaskan perekat pengaman dari
jarum yang baru. Atur penyesuaian dosis 2 unit dan tekan untuk memastikan udara terbuang
dari pen melalui jarum ulangi sampai insulin keluar. Lalu atur dosis sesuai resep dokter
dengan cara memutar tombol penyesuaian dosis. Kemudian suntikkan insulin ke area yang
memiliki jaringan lemak seperti area perut, paha, lengan atas. Sebelum itu usap area
penyuntikkan dengan kapas alkohol lalu cubit kulit tempat penyuntikkan, suntik dengan cara
tegak lurus 90°, lepaskan cubitan biarkan jarum selama 10 detik. Lepaskan jarum dari daerah
penyuntikan. Pasang tutup bagian luar jarum untuk melepaskan jarum dari pen. Lalu buang
jarum yang sudah digunakan ke tempat sampah. Untuk cara penyimpanannya pada insulin
yang baru atau belum pernah dibuka disimpan pada suhu 2-8°C, sedangkan insulin yang
telah dibuka bisa disimpan disuhu ruang terlindung dari cahaya matahari. Insulin novorapid
ini digunakan 15 menit sebelum makan ya pak. Apakah sampai sini jelas pak? Atau ada yang
kurang dimengerti?
Pasien: jelas bu. Oiya saya mau tanya kalau insulinnya keruh atau berubah warna bagaimana ya bu?
Apoteker: jika insulinnya keruh atau berubah warna, terdapat endapan putih itu tandanya insulin sudah
rusak, sebaiknya tidak perlu digunakan dan bisa dibuang.
Pasien: baik bu sudah paham
Apoteker: baik pak. Apakah bapak berkenan menjelaskan ulang apa yang sudah saya jelaskan tadi pak?
Pasien: oiya, jadi untuk penggunaan insulinnya yang pertama cuci tangan, buka tutup pen, pasang jarum,
atur penyesuaian dosis 2 unit untuk memastikan tidak ada udara, kemudian atur dosis yang digunakan,
disuntikkan ke area yang mengandung jaringan lemak, area kulit dicubit disuntikan tegak lurus 90°
diamkan selama 10 detik lalu dilepaskan, pasang tutup luar jarum kemudian buang jarum, pen insulin
disimpan Kembali pada suhu ruang, untuk insulin yang baru disuhu 2-8°C. Dan penggunaan insulin 15
menit sebelum makan. Begitu ya bu?
Apoteker: Baik pak, sudah tepat. Disarankan juga untuk mengatur pola makan dan berolahraga atau
melakukan aktivitas ringan ya pak. Apakah ada yang perlu ditanyakan lagi atau kurang paham?
Pasien: sudah cukup bu
Apoteker: baik pak, jika sudah cukup jelas, obatnya digunakan rutin ya pak. ini obatnya semoga lekas
sembuh pak. Terimakasih
Pasien: terimakasih kembali
03
3. Bagaimana cara monitor efektifitas terapi dan ESO potensial
Novorapid?
Jawab:
• Monitoring data laboratorium GDA pasien.
• Monitoring dari keluhan pasien seperti lemas, keringat dingin, dan
kepala pusing.
• Efek samping potensial insulin novorapid adalah hipoglikemia. cara
untuk mengatasinya dapat mengonsumsi satu gelas air gula, jika belum
terjadi perbaikan pada kondisinya bisa berkonsultasi dengan dokter.
04
4. Bagaimana cara mendeteksi insulin yang sudah rusak?
Jawab:
• Jangan gunakan lagi bila sudah keruh dan berubah warna
• Jangan gunakan apabila insulin pen terdapat gelembung banyak, karena
menandakan insulin pen terdapat kontaminasi dari udara.
• Insulin pen tidak dapat mengeluarkan obat.
• Bila mendapatkan insulin NPH, jangan digunakan lagi bila sudah ada
endapan putih pada dinding dan bagian bawah wadah insulin. (kristal atau
gumpalan)
• Jangan menggunakan insulin yang sudah melebihi tanggal kadaluwarsa.
Daftar Pustaka
BNF. 2019. British National Formulary 78th Edition. BMJ Group, London.

Dewi, R.S.K., Pinzon, R.T. and Priatmo, S. (2016) ‘Pemberian Kombinasi Vitamin B1, B6 dan B12 Sebagai Faktor
Determinan Penurunan Nilai Total Gejala Pada Pasien Neuropati Perifer Diabetik’, Journal of Pharmaceutical Sciences
and Community, 13(02), pp. 97–104. Available at: https://doi.org/10.24071/jpsc.2016.130208.

Humas RSUD Badung Mangusada, 2016.


https://rsudmangusada.badungkab.go.id/assets/CKImages/files/03--01_B_HMS-
V_2016%20Teknik%20Penyuntikan%20Insulin.pdf

INSTALASI FARMASI Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit dan Hubungan Masyarakat (PKRS & HUMAS)
RSUD Dr. Soetomo. 2019. INSULIN.
https://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/wp-content/uploads/2022/08/INSULIN.pdf

Wells, B.G. et al. (2017) Pharmacotherapy Handbook,Tenth Edition. Tenth, McGraw-Hill Companies. Tenth. McGraw-
Hill Education.
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


CREDITS:
including icons This presentation
by Flaticon, template
and infographics was by Freepik.
& images
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by
Freepik.
IPE_Focus on penyesuaian
dosis pada gangguan ginjal

UHT Prodi Farmasi


Fak.Kedokteran
2022
Kasus
Seorang pasien usia 60 th, BB 55 kg dirawat di RS. Sehat Selalu dengan
keluhan mual, demam dan sakit ketika berkemih. Riwayat obat yang
dikonsumsi selama ini adalah Lisinopril 1x5 mg dan Q-10 tab 1x1
selama 2 tahun. Dokter memberikan obat Ciprofloxacin 2x 500 mg dan
asan mefenamat 3x500 mg untuk diagnosa ISK. Hasil laboratorium
Leukosit 11.500, Hb 15, BUN 12, Cr 1,9
Rumus Cockroft-Gault
Klirens kreatinin:
• laki- laki: (140-60)x 55 kg = 32,163 mL/menit
72 x 1,9
• perempuan: (140-60)x 55 kg x 0,85 = 27,339 mL/menit
72 x 1,9
Rumus MDRD
Sehingga dosis adjustment
ciproloxacin yang dapat
diberikan dengan kadar Clcr
32,163 mL/menit atau
27,339 mL/menit adalah
Oral, immediaet release:
250-500 mg setiap 12 jam
atau 250-500 mg setiap 18
jam
Oral, extended release:
500 mg setiap 24 jam
Focus On Penyesuaian
Dosis Pada Gangguan
Ginjal
KEL 2A
Navya Shafa P 20190430035
Rafi Rahmatika A
20190430038
Tanti Ayu T 20190430041
Melly Alfaen H 20190430048
Indira Bunga S 20190430049
Mariana Nur H 20190430054
Arwa Nania Q 20190430064
KASUS
Seorang pasien usia 60 th, BB 55 kg dirawat di RS. Sehat Selalu
dengan keluhan mual, demam dan sakit ketika berkemih. Riwayat obat
yang dikonsumsi selama ini adalah Lisinopril 1x5 mg dan Q-10 tab 1x1
selama 2 tahun. Dokter memberikan obat Ciprofloxacin 2x 500 mg dan
asan mefenamat 3x500 mg untuk diagnosa ISK. Hasil laboratorium
Leukosit 11.500, Hb 15, BUN 12, Cr 1,9
PERTANYAAN
01 a. Bagaimana kajian 02 Buatlah roleplay Apoteker
anda pada kasus di dan dokter tentang DRPs
atas ? potensial pada pemberian
b. Apakah ada terapi dan intervensi yang
permasalahan terkait akan diberikan
dengan terapi yang
diberikan?
c. Bagaimana tahapan
menilai ESO pada 03 Jelaskan materi edukasi
kasus di atas? yang akan diberikan
kepada pasien
01
1A
S/O Problem Terapi Assesment Rekomendasi Monitoring
medik
S: demam Infeksi Ciprofloxacin Pasein diberikan antibiotik Diminum sampai Kadar
Sakit saat berkemih saluran 2x500 mg ciprofloxacin golongan quinolone habis selama 14 hari leukosit
O: kemih untuk mengobati infeksi saluran Demam
Leukosit 11.500 kemih yang dialaminya. Dosis Sakit saat
yang diberikan sudah tepat yaitu berkemih
500 mg dua kali sehari (dipiro et
al., 2014).

Penggunaan
Asam Asam mefenamat diberikan untuk ciprofloxacin dengan
mefenamat mengobati sakit saat berkemih asam mefenamat
3x500 mg yang dialami pasien. Dosis yang secara bersamaan
diberikan sudah tepat. diperlukan monitoring
karena terdapat DRP
DRP: terdapat interaksi (moderate)
antara ciprofloxacin dan asam jika sakit saat
mefenamat. Interaksi tersebut berkemih sudah
dapat menyebakan peningkatan kembali normal
efek samping sistem saraf pusat penggunaan asam
dan kejadian kejang. mefenamat dapat
dihentikan.
S/O Problem Terapi Assesment Rekomendasi Monitoring
medik
S: demam Demam Pasien mengalami Sebaiknya demam
demam yang diberikan
disebabkan karena Paracetamol
infeksi, Pasien belum 3x500 mg. jika
mendapatkan terapi demamnya
untuk mengatasi sudah kembali
demam sehingga normal
terdapat DRPs penggunaan
peenyakit yang tidak paracetamol
diobati. dapat
dihentikan.
1B.

• Antibiotik harus diberikan selama 7 sampai 14 hari. Antibiotik golongan


Fluoroquinolones (ciprofloxacin atau levofloxacin) secara oral selama 7 sampai
14 hari adalah pilihan lini pertama sebagai terapi infeksi (Dipiro Ed 9 Hal : 492)
• Adanya interaksi yang moderate antara ciprofloxacin dengan asam mefenamat.
Yang mana asam mefenamat dapat meningkatkan risiko stimulasi SSP dan
kejang dengan dosis tinggi obat golongan fuoroquinolon.
1C.
Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan akibat penggunaan obat dengan dosis atau takaran
normal. Beberapa hal yang perlu diketahui tentang efek samping obat, adalah sebagai berikut:

1. Biasanya efek samping obat terjadi setelah beberapa saat minum obat.

2. Perhatikan kondisi pasien, misalnya ibu hamil, ibu menyusui, lansia, anak-anak, penderita gagal ginjal,
jantung dan sebagainya. Pada penderita tersebut harus lebih berhati-hati dalam memberikan obat.

3. Informasi tentang kemungkinan terjadinya efek samping obat, biasanya terdapat pada brosur kemasan obat,
oleh karena itu bacalah dengan saksama kemasan atau brosur obat, agar efek samping yang mungkin timbul
sudah diketahui sebelumnya, sehingga dapat dilakukan rencana penanggulangannya.

Pada kasus diatas dapat diwaspadai efek samping obat ciprofloxacin yaitu mual muntah dan sakit kepala. Dosis
ISK akut tanpa komplikasi 2 x sehari 250mg (lepas segera) dan 1 x sehari 500mg (pelepasan diperpanjang). Efek
samping asam mefenamat yaitu gangguan saluran pencernaan dosisnya 3 x sehari 500mg.
02
●Apoteker: Selamat Pagi dokter, saya apoteker Andini di RS Sehat ingin menvampaikan untuk pasien atas nama
Tn. jamal usia 60 th yang dirawat diruang Mawar dengan keluhan mual, demam dan sakit ketika berkemih.
Apakah benar mendapatkan resep Ciprofloxacin 2 x 500 mg dan Asam mefenamat 3x500 mg untuk diagnosa ISK
dok?

●Dokter: Pagi mbak. benar saya resepkan obat tersebut. ada apa ya bu?

●Apoteker: Begini dokter, Berdasarkan data laboratorium pasien menunjukkan BUN 12 dan Cr 1,9 artinya
kadarnya tidak nomal dok, sebagai tanda bahwa pasien mengalami gangguan di ginjal. Riwayat obat yang
dikonsumsi selama ini adalah Lisinopril 1x5 mg dan Q-10 tab 1x1 selama 2 tahun. Dokter memberikan obat
Ciprofloxacin 2x 500 mg dan asan mefenamat 3x500 mg untuk ISK nya. setelah saya kaji untuk dosis yang
diberikan ciprofloxacin pada pasien gangguan fungsi ginjal terlalu besar dok sehingga perlu dilakukan
penyesuaian dosis. Untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal dosis yang diberikan ciprofloxacin 250-500 mg
setiap 18 jam dok.

●Dokter : oh baik, kalau begitu sampaikan kepada pasien ya untuk pemberian ciprofloxacin menjadi 250-500 mg
setiap 18 jam

●Apoteker : baik dokter, saya permisi dulu dok. Terima kasih


03
●Materi edukasi yang di berikan ke pasien adalah
1.Mejelaskan cara penggunaan obat yang baik
 Ciprofloxacin diminum 2 kali sehari harus habis
 Ciprofloxacin di minum 2 jam sebelum atau sesudah makan dengan segelas air putih
 Asam mefenamat diminum 3 kali sehari harus habis
 Asam mefenamat di minum sesudah makan
2. Menjelaskan Efek samping obat
 Ciprofloxacin efek samping nya adalah Mual, muntah, diare, nyeri perut, dispepsia, sakit kepala, pusing, ruam
kulit, artralgia, peningkatan kadar kreatinin serum dan urea darah.
 Asam mefenamat efek samping nya adalah Diare, mual, muntah, sakit perut, perut kembung, sembelit, dispepsia,
mulas, gastritis.
3. Menjelaskan cara penyimpanan obat agar obat tidak rusak
4. Memperbaiki gaya hidup dan pola makan lebih teratur
5. Banyak konsumsi air putih
DAPUS

BNF, 2021, British National Formulary 81th Edition, BMJ Publishing Group,
London.
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2014,
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education
Companies, Inggris.
Thanks!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icon by Flaticon, and infographics & images from
Freepik.
Focus on
tatalaksana
hipokalemia
KELOMPOK 2A
KELOMPOK 2A

Navya Shafa P 20190430035


Rafi Rahmatika A 20190430038
Tanti Ayu T 20190430041
Melly Alfaen H 20190430048
Indira Bunga S 20190430049
Mariana Nur H 20190430054
Arwa Nania Q 20190430064
Kasus

Seorang pasien lelaki usia 65 th, BB 55 kg dirawat di RS.


Semangat Bersama dengan keluhan mual, sesak dan perut
membesar selama 2 bulan. Dokter memberikan obat
Furosemide pump 10 Amp/24 jam, spironolakton 1x100 mg,
lisinopril 1x5 mg untuk diagnosa Ascites . Hasil laboratorium
Leukosit 10.500, Hb 14, SGPT 51 dan SGOT 64. Ketika sudah
diberikan terapi, nilai Kalium menjadi 2,4 mEq/L. Sebagai
Apoteker, intervensi apa yang akan anda sampaikan kepada
dokter?
1. a) Bagaimana kajian anda pada kasus di atas ?

Jawab

-Pasien mengalami hipokalemia dengan nilai kalium 2,4 mEq/L.

-Pasien belum diberikan terapi hipokalemia sehingga kadar kalium pada pasien
rendah
Subjektif/Objektif Problem medik Terapi Assesment Monitoring
S : Mual , sesak, perut Ascites Furosemide pump 10 Furosemide adalah ESO Furosemide
membesar Amp/24 jam loop diuretic yang Hipokalemia
menyebabkan
natriuresis dan
diuresis pada subjek
Sprionolakton normal. Digunakan
1 x 100 mg sebagai tambahan
untuk pengobatan
spironolakton karena
kemanjuran yang
rendah apabila
digunakan sendiri.

Spironolakton adalah ESO


antagonis aldosterone Spironolakton
yang bekerja terutama Hiperkalemia
pada tubulus distal
untuk melindungi dai
kerusakan kalium.
Subjektif/Objektif Problem medik Terapi Assesment Monitoring
Pada literatur terapi
kombinasi furosemid
dan spironolakton
memiliki onset diuresis
lebih cepat sehingga
terapi ini
direkomendasikan
pada asites berat

Lisinopril 1x50 mg Lisinopril termasuk ESO :


golongan obat ACE Hipotensi, pusing,
inhibitor yang alopesia
berfungsi untuk
menangani hipertensi
dengan
merelaksasikan
pembuluh darah
1. b) Apa yang anda ketahui tentang Hipokalemia
- Hipokalemia adalah suatu keadaan di mana kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L. Hipokalemia dapat
disebabkan oleh asupan yang kurang, kehilangan melalui saluran cerna, melalui ginjal, melalui keringat akibat
udara panas dan berpindahnya kalium ke dalam sel.

- Hipokalemia bisa terjadi tanpa perubahan cadangan kalium sel. Hal ini disebabkan faktor yang merangsang
berpindahnya kalium dari intravaskuler ke intraseluler, antara lain beban glukosa, insulin, obat adrenergik,
bikarbonat, dan sebagainya. Insulin dan obat katekolamin simpatomimetik diketahui merangsang influks kalium
ke dalam sel otot.

- Hipokalemia ringan biasanya tidak menyebabkan gejala sama sekali. Kondisi yang lebih berat mengakibatkan
kelemahan fungsi otot dan tubuh mudah lelah. Akibat hipokalemia lebih parah meskipun jarang, menyebabkan
arritmia jantung dan kematian. Hipokalemia akibat insulin sehingga glukosa masuk ke dalam sel disertai kalium,
bila tidak diberi garam kalium akan mudah sekali timbul hipokalemia yang dapat menyebabkan kematian.

- Hipokalemia merupakan salah satu kelainan elektrolit yang biasa ditemukan di pasien rawat inap. Walaupun
kadar kalium serum hanya 2% dari total tubuh dan di banyak kasus tidak mencerminkan gambaran (status)
kalium tubuh. Hipokalemia perlu dipahami karena semua pengaruh tindakan (intervensi) medis untuk mengatasi
hipokalemia berpatokan pada kadar kalium serum. Hipokalemia di pasien diabetes mellitus tipe 2 yang rawat
inap kemungkinan besar disebabkan asupan makanan mengandung kalium kurang, dan dapat juga diperberat
dengan pemberian terapi insulin.
1.c)Sebutkan dan jelaskan gejala-gejala hipokalemia
Gejala bisa muncul ketika kadar kalium dalam tubuh rendah, yaitu di bawah 3.6 mmol/L. Meski begitu, hipokalemia ringan
umumnya tidak menimbulkan gejala. Berikut adalah keluhan awal yang muncul pada penderita hypokalemia :

1. Mual dan muntah.


2. Hilang nafsu makan.
3. Sembelit atau konstipasi.
4. Tubuh terasa lemah.
5. Kesemutan
6. Kram otot
7. Jantung berdebar
Kadar kalium dalam darah yang sangat rendah, yaitu kurang dari 2.5 mmol/L, dapat berakibat fatal. Kondisi ini tergolong
hipokalemia berat. Beberapa gejala hipokalemia berat yang dapat muncul adalah :
1. Ileus paralitik
2. Kelumpuhan
3. Gangguan irama jantung (aritmia).
4. Henti napas
Gangguan irama jantung akibat hipokalemia bisa terlalu lambat (bradikardia), terlalu cepat (takikardia), atau tidak
beraturan seperti atrial fibrilasi. Kondisi ini lebih berisiko terjadi pada orang yang mengonsumsi obat digoxin.
2. Jelaskan kriteria derajat severity hipokalemia dan terapi yang
direkomendasikan

Severity of Serum potassium Potential symptoms

hypokalaemia concentration

(mmol/L)
Mild 3.0-3.5 Biasanya tidak ada gejala, *aritmia
Moderate 2.5-2.9 Kelemahan umum, kelesuan dan konstipasi, *aritmia

Severe <2.5 Kelemahan otot dan nekrosis, *aritmia Jika <2.0, kelumpuhan dan
gangguan fungsi pernafasan
* Pada pasien dengan penyakit jantung iskemik, gagal jantung, atau hipertrofi ventrikel kiri, bahkan hipokalemia
ringan meningkatkan kemungkinan aritmia.
SEVERITY OF HYPOKALEMIA TREATMENT MONITORING/COMMENTS
MILD PENGGANTIAN ORAL -Pantau kadar K+ setidaknya dua kali seminggu hingga
stabil atau >4,5 mmol/L kemudian nilai kembali
K+ 3.0 - 3.5mmol/L Tablet Sando K®: 2 tablet tiga kali sehari selama 3
-Tiap tablet mengandung 12mmol K+ dan 8mmol Cl.
Hari
-Larutkan atau campur tablet dalam air sebelum
PENGGANTIAN IV (jika tidak dapat diminum yaitu nihil melalui
dikonsumsi. Dapat diberikan bersama makanan jika
mulut, tidak mungkin untuk menyerap kalium oral, tidak dapat
diinginkan.
mentolerir pemberian oral, penipisan yang parah)
-Kecepatan infus standar: 10 mmol/jam
20-40mmol Kalium klorida dalam 1L natrium klorida 0,9%
selama minimal 8 jam ke dalam vena besar. -Tingkat maksimum infus: 20mmol/jam

MODERATE PENGGANTIAN ORAL -Pantau kadar K+ setiap hari hingga >2,9 mmol/L
kemudian tangani seperti di atas untuk hipokalemia
K+ 2.5 - 2.9mmol/L Tablet Sando K®: 2 tablet empat kali sehari selama 3 hari.
ringan.
PENGGANTIAN IV (jika tidak dapat diminum yaitu nihil melalui
-Kecepatan infus standar: 10 mmol/jam
mulut, tidak mungkin untuk menyerap kalium oral, tidak dapat
mentolerir pemberian oral, penipisan yang parah) -Tingkat maksimum infus: 20mmol/jam

20-40mmol Kalium klorida dalam 1L natrium klorida 0,9%


selama minimal 8 jam ke dalam vena besar

SEVERE 40mmol Kalium klorida dalam 1L natrium klorida 0,9% selama -Tingkat maksimum infus: 20mmol/jam
6 jam ke dalam pembuluh darah besar.
K+<2.5mmol/L -Pemantauan EKG

-Pantau kadar K+ setelah setiap 40 mmol (setelah 6 jam)


dan sesuaikan pengobatan. Ulangi infus jika sesuai
3. Buatlah roleplay Apoteker dan dokter tentang DRPs
potensial pada pemberian terapi dan intervensi terapi
yang akan diberikan

– Apoteker mengunjungi pasien yang dirawat untuk mengecek kondisi pasien:


– Apt: selamat sore, perkenalkan saya apt….. Di rs Semangat, bagaimana kondisi
bapak saat ini apa yg dirasakan pak?
– Px lelaki: saya merasaka lemas pada tubuh saya bu dan kram otot
– Keluarga px: bapak saya ini juga kehilangan nafsu makan bu
– Apt: baik pak, saya akan mengecek terkait obat yg diberikan dan data labarotorium
terlebih dahulu
– Apt & perawat

– Apt: selamat pagi sus, untuk px bapak x apakah saya dapat melihat rekam medic dan obat terakhir yang
diberikan oleh dokter kepada bapak x

– Perawat: boleh bu, sebentar saya ambilkan ,ini untuk resepnya

– R/ Furosemide pump 10 Amp/24 jam

– spironolakton 100 mg

– s 1 dd 1

– lisinopril 5 mg

– s 1 dd 1

– Furosemid dan spironolakton untuk ascites

– Data laboratorium untuk kadar kalium 2,4 mEq/L

– Apt: baik sus terimakasih


– Apt dan dokter
– Apt; selamat pagi dokter apakah saya boleh masuk
– dokter: baik apt… silahkan masuk, ada yg bisa saya bantu?
– Apt: baik dokter, untuk px bapak x didiagnosis ascites dengan resep yang diberikan yaitu obat Furosemide pump
10 Amp/24 jam, spironolakton 1x100 mg, lisinopril 1x5 mg. dan dilihat dari data lab bahwa kadar alium pasien
menurun yaitu 2,4 mEq/L
– Dokter: baik, apakah ada masalah terkait resep yg diberikan kepada pasien?
– Apt: ada dok, px mengalami hipokalemi yang disebabkan karena overdosis pada pemberian furosemide. Dimana
Furosemide yg diberikan 10 amp/24 jam. Sedangkan 1 ampul (20 mg) sehingga dosis yg didapatkan px overdosis
oleh karena itu perlu diturunkan dosisnya dimulai dengan dosis 40 mg atau 2 amp. Dosis harian maksimum
furosemide yaitu 160 mg. pasien juga terjadi DRPs yaitu pemberian lisinopril pada pasien dapat dihentikan karena
pasien tidak menimbulkan gejala atau tidak ada data lab yang menunjukan hipertensi.
– Dokter : baik saran ibu terkait hipokalemia pada pasien bagaimana?
– Apt :untuk hipokalemia data lab yang didapatkan 2,4 dimana pada kondisi tersebut pasien termasuk kedalam
kategori berat dimana dapat diberikan infus KCl dalam NaCl 0,9% . Untuk penggunaan furosemide dan
spironolakton digunakan saat bersamaan karena dapat meminimalisir terjadinya ESO dari masing-masing obat.
– Dokter : baik kalau itu saran ibu, tolong sampaikan ke pasien ya.
– Apt : baik dokter.

– Apt dan Keluarga Pasien

– Apt: selamat pagi bu, saya sudah berdiskusi dengan dokter terkait resep yang didapat bapak ibu dimana bapak ibu
mengalami hipokalemia berat karena ESO furosemide akan tetapi terkait hipokalemianya saya akan sampaikan kepada
perawat terkait infus KCl untuk mengatasi hipokalemianya. Untuk furosemide diminum 3 kali sehari sesudah makan
dan spironolakton diminum 3 kali sehari sesudah makan dimana pemberian kedua obat ini ditujukan untuk mengatasi
perut membasar pada bapak ibu. Apakah bisa dimengerti ibu atau ada yang perlu ditanyakan ?

– Keluaga Px : tidak bu, sudah cukup. Terimakasih bu

– Apt; sama-sama bu
4. Jelaskan materi edukasi yang akan diberikan kepada pasien

Jawab:
–Menginformasikan kepada pasien mengenai aturan meminum obat, kegunaan obat, dosis
obat, efek samping yang mungkin ditimbulkan, serta cara penyimpanan obat.
–Menginformasikan kepada pasien mengenai bahaya jika tidak patuh dalam meminum
obat.
–Memberikan motivasi agar pasien tetap patuh dalam meminum obat dan tidak
menghentikan pengobatan sebelum waktunya.
–Memberikan edukasi kepada pasien untuk menerapkan hidup sehat dengan mengatur
pola makan, istirahat yang cukup, dan berolahraga seperti senam.
Daftar Pustaka

– Syamsudduha, A., Sembiring, S. V., & Pakasi, R. D. (2018). PERBANDINGAN


ANTARA KADAR KALIUM SERUM DENGAN ATAU TANPA TERAPI INSULIN
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2. INDONESIAN JOURNAL OF
CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY, 15(3), 95-97.
– Caisley, J. and Bailey, J. (2022) ‘Treatment of hypokalaemia in adults’, NHS Maidstone
and Tunbridge Wells [Preprint].

Anda mungkin juga menyukai