POLIFARMASI
OLEH:
Zenitra Hizba Rosyadita
1113103000025
PEMBIMBING:
dr. Alyya Siddiqa, SpFK
dr. Syahidah, Sp. FK
A. IDENTITAS PASIEN
Daftar Masalah
Diagnosis Medik
ADHF pada CHF NYHA kelas III et causa CAD, dd HHD
Hipertensi grade II tidak terkontrol
Diabetes Militus Tipe 2
Sindrom Dyspepsia
Diagnosis Psikiatri
Tidak ada
Diagnosis Fungsional
Impairment :Impairment of Cardiovascular, impairment of gastrointestinal
tract, impairment of endocrine
Disability : Gangguan jantung, gangguan pencernaan, gangguan metabolime
tubuh, dan gangguan tekanan darah
Handicap : Ketergantungan ringan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Sindrom Geriatri pada Ny. SW
1. Iatrogenik
2. Impecunity
Tatalaksana
Farmakologi
- O2 NK 3 liter per menit
- Per-oral
Valsartan 1 x 160mg p.o
Omeprazole tablet 2 x 20mg p.o
spironolakton 1x25 mg
- Parenteral
Furosemide 2 x 40mg i.v
Ranitidine 2 x 50 mg bolus i.v
- Terapi diabetes
Inj Novorapid 3x15 Unit
Inj Lantus 1x10 Unit
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
BAB II
KAJIAN FARMAKOLOGI
1. Valsartan 1x160 mg p.o
Valsartan merupakan obat hipertensi golongan Angotensin Receptor
Blocker (ARB) yang bekerja menghambat reseptor AT1 (di otot polos
pembuluh darah dan jantung),sehingga menghambat vasokonstriksi, sekresi
aldosteron, rangsangan saraf simpatis, stimulasi jantung, hipertrofi otot polos
pembuluh darah dan jantung. ARB tidak mempengaruhi bradikinin sehingga
tidak ada batuk kering seperti pada ACE inhibitor.
Efek samping ARB antara lain hipotensi, dan hiperkalemia. Dosis awal
20-40mg bid dan dosis maksimal 160 sedangkan untuk sedian ada tab 40mg
dan 80mg. Harga obat valsartan sekitar Rp. 5.644/tablet.
ARB efektif menurunkan tekanan darah pada pasien gagal jantung dan
menurunkan risiko hospitalisasi serta kematian prematur pada pasien dengan
ejeksi fraksi < 40%. Obat ini sudah tepat diberikan pada pasien, dimana pasien
ini menderita gagal jantung dan hipertensi. Berdasarkan PERKI tahun 2015
bahwa pengobatan pasien gagal jantung dengan hipertensi lini pertamanya
adalah diberikan golongan ACE inhibitor atau ARB, kemudian lini ke-2
betabloker, dan lini ke-3 adalah MRA. Selain itu, golongan ARB yang
diberikan jangka panjang tidak mempengaruhi lipid dan glukosa darah, serta
asam urat. Hal ini sudah sangat sesuai dengan pasien ini yang menderita
diabetes melitus juga.
2. Furosemid 2x40 mg iv
Diuretik kuat yang sering digunakan pada pasien gagal jantung adalah
furosemid. Tujuan utama dari pengobatan diuretik adalah untuk
menghilangkan retensi cairan. Diuretik umumnya dikombinasi dengan diet
rendah garam. Setelah retensi cairan teratasi, pengobatan harus dipertahankan
untuk mencegah terjadinya overload berulang.
Pasien mungkin menjadi tidak responsif terhadap dosis tinggi obat diuretik
jika mengkonsumsi sejumlah besar diet natrium, konsumsi agen yang dapat
memblokir efek diuretik (seperti NSAID) atau memiliki penurunan yang
signifikan dari fungsi ginjal atau perfusi.
Furosemid terikat pada protein plasma, penghantaran obat ke tubulus
melalui infiltrasi terbatas. Obat ini dimetabolisme di hati. Eksresi di urum
dalam bentuk tidak berubah, sisanya terkonjugasi dengan asam glukoronat di
ginjal.
Efeks samping utama diuretik adalah kehilangan cairan dan elektrolit
terutama berpengaruh pada kalium dan magnesium yang akan berpengaruh
pada aritmia jantung. Selain itu fursemud dapat menyebabkan hipotensi dan
azotemia. Selain itu furosemid dapat menyebabkan hiperurisemia karena
terjadi peningkatan reabsorbsi asam urat sehingga memicu terjadinya
serangan gout.
Furosemid dapat berinteraksi dengan obat digitalis atau obat antiaritmia
hal ini disebabkan karena hipokalemi. Pemberian furosemid dengan
aminoglikosida, sefalosporin dapat meningkatkan nefortoksik. Selain itu obat
ini berinteraksi dengan warfarin dan klofirat melalui pergeseran ikatan
dengan protein. Menurunkan klirensi litium. Adanya konsumsi NSAID dan
kortikosteroid menghambat kerja furosemid.
Pasien ini menerima furosemid untuk CHF, hal ini sesuai dengan guidelin
yang dikeluarkan PERKI. Namum perlu diperhatikan efek samping dari
fursemid yaitu hiperurisemua dan hipokalemi. Pengobatan furosemid 2x40
mg diharapkan dapat mempercepat evakuasi cairan yang overload di tubuh
sehingga mengurangi gejala yang diderita oleh pasien. Selain itu, penting
dilakukan balans cairan dan pemeriksaan elektrolit serial pada pasien ini.
1. Sudoyo Aru W, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I dan III. Edisi V. Jakarta : Interna Publishing; 2009
2. Martono H Hadi, Pranaka H Hadi. Buku Ajar Geriatri. Edisi IV. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2011
th
3. Katzung BG. Basic and clinical pharmacology. 10 ed. New York:
McGraw-Hill; 2007.
4. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi 10 2010/2011.
5. American Heart Association. Guidelines for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care: Acute Coronary
Syndromes. 2010.
6. PERKI. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung edisi pertama. 2015
7. PERKI. Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular
edisi pertama. 2015.
8. PERKENI. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe
2 di Indonesia 2015. Jakarta: PB Perkeni; 2015.
9. Talley NJ, Vakil N. Guidelines for the management of dyspepsia: practice
guidelines by American College of Gastroenterology. Am J Gastroenterol.
2005.