Anda di halaman 1dari 26

LOGBOOK TUTORIAL KASUS 2

KEPERAWATAN DEWASA SISTEM ENDOKRIN, PENCERNAAN,


PERKEMIHAN, DAN IMUNOLOGI

Dosen Pengampu :
Ns. Rts Netisa Martawinarti, M.Kep.

Disusun Oleh
Fiola Rosa Dwina G1B122002

KELAS B
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2024
KASUS 2

Seorang perempuan usia 57 tahun menderita DM hiperglikemia dengan kadar glukosa darah
sewaktu 420 mg/dL. Riwayat penyakit hipertensi 170/110 mmHg. Riwayat pengobatan
glukodex 2 kali sehari, untuk hipertensi diltiazem 30 mg 3 kali sehari, captopril 25 mg 3 kali
sehari, dan aspirin 100 mg 1 kali sehari. Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa pasein
tidak teratur minum obat dan makan tidak terkontrol. Tanda-tanda vital: TD 180/100 mmHg,
N: 90 x/menit, S: 38 ° C, RR 26x/menit.
STEP I
IDENTIFIKASI ISTILAH

1. Glucodex
Ureum adalah senyawa nitrogen non protein yang ada di dalam darah yang juga
disebut sebagai produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang diproduksi
oleh hati dan didistribusikan melalui cairan intraseluler dan ekstraseluler ke dalam
darah untuk kemudian difiltrasi oleh glomerulus. Ginjal yang sehat akan
mengeluarkan ureum dari tubuh melalui urine.

2. Aspirin
Kreatinin adalah produk akhir dari metabolisme keratin otot kreatinin fosfat (protein),
disisntesa dalam hati, ditemukan dalam otot rangka dan darah yang direaksikan oleh
ginjal kedalam urine (Sutejo, A. Y., 2010)

3. Diltiazem
Hidronefrosis dekstra adalah kondisi pembengkakan pada ginjal kiri akibat
penumpukan urine, yang terjadi karena sumbatan di saluran kemih atau urine yang
mengalir balik dari kandung kemih ke ginjal. Pengobatan hidronefrosis dapat
melibatkan pemberian obat, prosedur operasi, atau pemasangan kateter.

4. Glukosa
Leukosit atau sel darah putih adalah komponen sel darah merah yang memiliki fungsi
untuk melindungi tubuh dari infeksi dan berpartisipasi dalam respons imun.

5. Hiperglikemia
USG TUG atau Ultrasonografi Traktur Urogenitalis adalah pemeriksaan
ultrasonografi yang dilakukan pada organ-organ sistem urinaria seperti ginjal, ureter,
dan kandung kemih. Pemeriksaan ini dapat membantu dokter dalam mendiagnosis
kelainan pada sistem urinaria, seperti batu ginjal, infeksi saluran kemih, dan kelainan
bawaan pada sistem urinaria. Pemeriksaan USG TUG dilakukan dengan
menggunakan gelombang suara yang tidak berbahaya dan tidak menimbulkan rasa
sakit. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada bayi, anak-anak, dan orang dewasa.

6. Captopril
Obat analgesik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan
rasa sakit atau obat-obatan penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Golongan obat analgesik ini dibagi menjadi dua yaitu analgesik opioid/narkotik dan
analgesik perifer/non narkotik. Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang
memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk
meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti pada fraktur dan kanker.
Sedangkan, obat analgetika perifer (non-narkotik) terdiri dari obat-obat yang tidak
bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non -Narkotik
atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan
rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek
menurunkan tingkat kesadaran. Obat analgetik non-narkotik /Obat analgesik perifer
ini juga tidak mengakibatkan efek adiksi pada penggunanya (Mita, S.R., Husni, 2017)
STEP II
IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana hubungan pasien tidak teratur minum obat dan makan tidak terkontrol
dengan DM hiperglikemia yang di derita klien?
2. Komplikasi yang mungkin timbul jika DM hiperglikemia tidak ditangani dengan
baik?
3. Bagaimana peran perawat, keluarga dan lingkungan dalam membantu mencapai
kepatuhan terhadap pengobatandan pola makan yang sehat?
4. Apakah perlu dilakukan penyesuaian dosis atau penggantian obat untuk mengatasi
hiperglikemia dan hipertensi pada pasien?
5. Bagaimana mekanisme interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik antara
diltiazem, glukodex, dan captopril dalam konteks pengobatan pasien dengan diabetes
melitus hiperglikemia dan hipertensi yang tidak terkontrol?
STEP III
ANALISA MASALAH

1. Pasien yang tidak teratur minum obat dan makan tidak terkontrol memiliki hubungan
langsung dengan DM hiperglikemia yang dideritanya. Keteraturan dalam minum obat
dan pola makan yang terkontrol sangat penting dalam mengontrol kadar glukosa
darah pada penderita diabetes. Minum obat secara tidak teratur dapat menyebabkan
fluktuasi kadar glukosa darah yang tidak terkendali, sedangkan pola makan yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan lonjakan kadar glukosa darah yang tinggi. Kombinasi
dari keduanya dapat menyebabkan hiperglikemia, seperti yang terjadi pada kasus ini.

2. Dalam kasus ini, ada beberapa komplikasi lain yang perlu diperhatikan:
 Hipoglikemia : Kadar gula darah yang rendah (<4 mmol/L atau <70 mg/dL)
dapat menyebabkan peristiwa hipoglikemi, yang dapat memberikan gejala
seperti kegelisahan, kembaban mulut, sakit perut, dan kematian pada kondisi
parah
 Neuropathi diabetik: Hipertensi dan hiperglykemia panjang dapat mendorong
neuropathi diabetik, yang merupakan salah satu komplikasi serius dari
diabetes melitus. Gejala utama termasuk sakit radikal, numbness, dan
kelenjaran
 Retinopathi diabetik: Hipertensi dan hiperglykemia panjang dapat mendorong
retinopathi diabetik, yang merupakan salah satu komplikasi serius dari
diabetes melitus. Retinopathi dapat mengganggu fungsi mata dan membawa
risiko kerusakan parsial atau total pada mata
 Nefropati diabetik: Hipertensi dan hiperglykemia panjang dapat mendorong
nefropati diabetik, yang merupakan salah satu komplikasi serius dari diabetes
melitus. Nefropati dapat mengganggu fungsi ginjal dan membawa risiko
kegagalan ginjal
 Angina pectoris: Hipertensi dapat mendorong risiko angina pectoris, yang
merupakan gejala ischemia miokardialis. Angina pectoris dapat menyebabkan
sakit di area perut.
.

3. Peran-peran perawat, keluarga, dan lingkungan untuk mengatasi kepatuhan dalam


pengobatan dan pola makan pasien dalam kasus ini diantaranya adalah
1. Perawat:
 Memberikan asuhan keperawatan yang akurat dan kompleks, termasuk cara
mengendalikan glykemia, hydrasis, dan kontrol tenaga kerja
 Mendorong keputusan klinis efektif dan terintegrasi dengan kolaborasi dengan
profesional lainnya
 Melindungi dan menjadi advokat pasien, membantu mempertahankan
lingkungan yang aman dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan
 Berfokus pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, serta
mempertimbangkan klien secara komprehensif

2. Keluarga:
 Mendukung pasien dalam penerapan asuhan keperawatan yang diberikan oleh
perawat
 Merencanakan dan menguji jadwal makan dan obat bersama pasien
 Membantu pasien dalam pemanfaatan alat medis dan teknik pengendalian
glykemia

3. Lingkungan:
 Memfasilitasi akses ke layanan kesehatan dan sumber daya yang diperlukan
 Mempromosikan budaya kesehatan yang positif dan mendukung keputusan
pasien dalam mengendalikan penyakit mereka
 Membantu pasien dalam pengendalian stres dan peningkatan kualitas hidup.

4. Dalam konteks kasus yang disediakan, perlu dilakukan penyesuaian dosis atau
penggantian obat untuk mengatasi hiperglikemia dan hipertensi pada pasien
sebagai berikut:
 Hiperglikemia: Pasien menderita hiperglikemia dengan kadar glukosa darah
sekitar 420 mg/dL, yang sangat tinggi dan membutuhkan intervensi medis
cepat. Sebaiknya dilakukan evaluasi ketersediaan insulina atau obat
antidiabetik lainnya sesuai dengan klasifikasi diabetes mellitus (DM) yang
telah dikenal pasien. Jika pasien menderita tipe 2 DM, bisa dilakukan
penyesuaian dosis obat oral yang digunakan sekarang, misalnya dengan
mengurangi dosis diltiazem dan captopril, sementara menambahkan obat
antidiabetik lainnya seperti GLP-1 agonists, DPP-4 inhibitors, atau biguanide
sesuai dengan asesi dokter
 Hipertensi: Hipertensi dengan nilai 170/110 mmHg merupakan angka tinggi
yang memerlukan intervensi medis. Perlu dilakukan penyesuaian dosis
diltiazem dan captopril sesuai dengan rekomendasi dokter, atau menggunakan
alternatif obat hipertensi lainnya sesuai dengan kondisi pasien. Selain itu,
harus dicoba untuk mengendalikan riwayat pengobatan glukosepolimer
(glukodex), yang belum benar-benar terkontrol, dengan memberikan petunjuk
tentang waktu dan dose yang sesuai

5. Diltiazem, glukodex, dan captopril adalah obat-obatan yang digunakan untuk


mengobati hipertensi pada pasien dengan diabetes melitus hiperglikemia.
Diltiazem adalah obat golongan calcium channel blocker yang bekerja dengan
menghambat aliran kalsium ke dalam sel otot jantung dan pembuluh darah,
sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Glukodex adalah obat golongan
sulfonilurea yang bekerja dengan merangsang pelepasan insulin dari sel beta
pankreas, sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Captopril adalah obat
golongan ACE inhibitor yang bekerja dengan menghambat enzim ACE, sehingga
dapat menurunkan tekanan darah dan memperbaiki fungsi jantung.
 Interaksi farmakokinetik antara ketiga obat ini dapat terjadi karena adanya
pengaruh obat satu terhadap absorbsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi
obat lainnya. Misalnya, diltiazem dapat meningkatkan kadar glukodex dalam
darah dengan menghambat metabolisme obat tersebut di hati. Sebaliknya,
glukodex dapat meningkatkan efek hipoglikemik diltiazem dengan
menghambat metabolisme obat tersebut di hati. Captopril juga dapat
memperpanjang waktu paruh diltiazem dengan menghambat metabolisme obat
tersebut di hati.
 Interaksi farmakodinamik antara ketiga obat ini dapat terjadi karena adanya
pengaruh obat satu terhadap efek farmakologis obat lainnya. Misalnya,
penggunaan diltiazem dan captopril secara bersamaan dapat meningkatkan
efek hipotensi dan bradikardi, sehingga perlu diawasi dengan ketat.
Penggunaan glukodex dan captopril secara bersamaan juga dapat
meningkatkan risiko hipoglikemia, sehingga perlu diawasi dengan ketat.
STEP IV
MIND MAPPING

Ny. X (57 tahun)


57

Data Objektif Data Subjektif Pemeriksaan Lab.


1) TD : 180/100 1) Riwayat hipertensi Gula darah 420 mg/dL
2) N : 90x/menit 2) Riwayat pengobatan 2x
3) S : 38° C sehari
4) RR : 26x/menit 3) Diltiazem 30 mg 3x
sehari
4) Captopril 25 mg 3x
sehari
5) Aspirin 100 mg 1x
sehari
6) Data pasien tidak
teratur minum obat dan
makan tidak terkontrol

DM Hiperglikemia
STEP V
LEARNING OBJECTIVE

1. Definisi dan batas normal dari GDS, GDP, GDPP


2. Definisi hipoglikemia dan hiperglikemia
3. Asuhan Keperawatan sesuai kasus
STEP VI
KERJA MANDIRI

1. Definisi dan batas normal dari GDS, GDP, GDPP :


 GDS (gula darah sewaktu) adalah kadar gula darah yang diambil kapan saja
tanpa memperhatikan waktu makan. Kadar normal GDS adalah < 200 mg/dL
 GDP (gula darah puasa) adalah kadar gula darah yang diambil setelah puasa
selama 8-12 jam. Kadar normal GDP adalah 80-125 mg/dL.
 GDPP (gula darah post prandial) adalah kadar gula darah yang diperiksa 2 jam
setelah minum larutan glukosa 75 gram. Kadar normal GDPP adalah < 140
mg/dL.

2. Definisi dari hipoglikemia dan hiperglikemia


 Hipoglikemia adalah kondisi dimana kadar gula dalam darah kurang dari
norma, yang umumnya dialami oleh individu dengan diabetes, namun juga
bisa terjadi pada orang yang tidak menderita penyakit ini. Gejala hipoglikemia
ringan termasuk lelah, pusing, pucat, dan sulit berkonsentrasi, sementara
gejala yang lebih parah termasuk gangguan penglihatan, kejang, mengantuk,
dan hilang kesadaran. Penyebab hipoglikemia antara lain penggunaan insulin
atau obat diabetes, pola makan buruk, aktivitas fisik berlebihan, dan konsumsi
obat-obatan tertentu. Hipoglikemia adalah kondisi di mana kadar gula darah
menjadi terlalu rendah. Untuk mencegah hipoglikemia, terutama pada
penderita diabetes, beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan yaitu
dengan rutin memantau kadar gula darah, mengonsumsi makanan sehat bergizi
secara teratur, menyediakan makanan atau obat-obatan peningkat gula darah,
tidak melewatkan waktu makan, dan delalu sedia makanan ringan. Penting
untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil dengan pola makan yang
seimbang dan konsisten serta mengikuti anjuran dokter terkait penggunaan
obat-obatan. Pencegahan hipoglikemia sangat penting untuk kesehatan pasien
diabetes dan dapat membantu mengurangi risiko komplikasi yang berbahaya.
 Hiperglikemia adalah kondisi di mana kadar glukosa darah tinggi, umumnya
terjadi pada penderita diabetes melitus. Gejala hiperglikemia meliputi mulut
dan kulit kering, kehausan, pusing, penglihatan buram, buang air kecil
intensif, napas terengah-engah, dan bau nafas tak sedap. Komplikasi
hiperglikemia termasuk ketoasidosis diabetik dan sindrom hiperglikemi
hiperosmolar (HHS), serta komplikasi jangka panjang seperti penyakit
jantung, penurunan kesadaran, dan gangguan mata. Faktor risiko
hiperglikemia meliputi riwayat diabetes tipe 2 dalam keluarga, obesitas,
tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, dan diabetes gestasional.
Pencegahan hiperglikemia dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup
menjadi lebih sehat, seperti berolahraga rutin, meningkatkan asupan serat
tinggi dalam makanan, dan menjaga berat badan ideal. Penting untuk
memantau kadar gula darah secara teratur dan berkonsultasi dengan dokter
untuk penanganan yang tepat.

3. Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
- Nama : Ny. X
- Umur : 57 th
- Alamat :-
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pendidikan :-
- Pekerjaan :-
- Tanggal pengkajian :-
- Tempat :-
- Diagnosa Medis : DM hiperglikemia

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien memiliki penyakit hiperglikemia dengan kadar glukosa darah sewaktu
yang tinggi (420 mg/dL), serta riwayat penyakit hipertensi dengan tekanan
darah yang tinggi (170/110 mmHg). Pasien juga memiliki riwayat pengobatan
untuk diabetes (glukodex 2 kali sehari) dan hipertensi (diltiazem 30 mg 3 kali
sehari, captopril 25 mg 3 kali sehari, aspirin 100 mg 1 kali sehari), namun
tidak teratur dalam minum obat dan makan tidak terkontrol.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien memiliki penyakit hiperglikemia dan hipertensi yang tidak terkontrol,
ditandai dengan kadar glukosa darah dan tekanan darah yang tinggi.
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Klien memiliki riwayat diabetes dan hipertensi.

3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Klien tersebut memiliki keadaan umum yang tidak stabil, ditandai dengan
tanda-tanda vital yang tidak normal seperti tekanan darah tinggi (180/100
mmHg), denyut nadi (N) yang meningkat (90 x/menit), suhu (S) tubuh yang
meningkat (38 °C), dan laju pernafasan (RR) yang meningkat (26x/menit).
Selain itu, riwayat pengobatan yang tidak teratur dan kontrol makan yang tidak
terkontrol juga memperburuk kondisi kesehatan klien.
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda – tanda vital
- TD : 180/100mmHg
- S :
38° C
- N :
90x / mnt
- RR :
26x /mnt

d. Kepala
- Sakit kepala : Tidak terkaji
- Bentuk : Tidak terkaji

- Ukuran : Tidak terkaji

- Posisi : Tidak terkaji

e. Penglihatan
- Konjungtiva : Tidak terkaji
- Sklera : Tidak terkaji

- Pakai : Tidak terkaji


kacamata
- Penglihatan : Tidak terkaji
kabur

f. Pendengaran
- Gangguan : Tidak terkaji
pendengaran
- Nyeri : Tidak terkaji

- Peradangan : Tidak terkaji

g. Sistem kardiovaskuler
- Nyeri dada : Tidak terkaji
- Inspeksi : Tidak terkaji
- Kesadaran / : Compos mentis
GCS
- Bentuk dada : Tidak terkaji

h. Sistem respirasi
- Bentuk dada : Tidak terkaji
- Bunyi napas : Tidak terkaji

- Jenis : Tidak terkaji


pernapasan
- Irama napas : Tidak terkaji

- Bantuan : Tidak terkaji

i. Sistem pencernaan : Tidak terkaji


j. Sistem musculoskeletal : Tidak terkaji
k. Sistem integument
- Lesi : Tidak terkaji
- Turgor kulit : Tidak terkaji

- Warna : Kemerahan

- Kelembapan : Tidak terkaji

l. Sistem perkemihan : Tidak terkaji


m. Sistem perkemihan : Tidak terkaji
n. Sistem endokrin : Tidak terkaji
o. Sistem reproduksi : Tidak terkaji
p. Pola kegiatan sehari-hari (ADL) : Tidak terkaji

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d. hiperglikemia d.d kadar glukosa dalam
darah tinggi
2) Ketidakpatuhan minum obat b.d. program terapi kompleks dan/atau lama d.d. perilaku
tidak mengikuti program perawatan/pengobatan dan tampak tanda/gejala
penyakit/masalah kesehatan masih ada atau meningkat
3) Managemen kesehatan tidak efektif b.d. kompleksitas program perawatan/pengobatan
d.d. gagal menerapkan program perawatan/pengobatan
4) Hipertermia b.d. proses penyakit d.d. suhu tubuh diatas nilai normal
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan


. Keperawatan Kriteria Hasil
1 Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen Hiperglikemia
kadar glukosa intervensi Observasi
darah b.d. keperawatan  Identifikasi kemungkinan penyebab
selama 3 x 24 jam, hiperglikemia
hiperglikemia d.d
maka kestabilan  Identifikasi situasi yang menyebabkan
kadar glukosa kadar glukosa kebutuhan insulin meningkat (mis:
dalam darah tinggi darah meningkat. penyakit kambuhan)
 Monitor kadar glukosa darah, jika
Dengan kriteria perlu
hasil  Monitor tanda dan gejala
1. Kadar hiperglikemia (mis: polyuria,
glukosa polydipsia, polifagia, kelemahan,
darah malaise, pandangan kabur, sakit
membaik kepala)
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor keton urin, kadar Analisa gas
darah, elektrolit, tekanan darah
ortostatik dan frekuensi nadi

Terapeutik
 Berikan asupan cairan oral
 Konsultasi dengan medis jika tanda
dan gejala hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
 Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi
ortostatik

Edukasi
 Anjurkan menghindari olahraga saat
kadar glukosa darah lebih dari 250
mg/dL
 Anjurkan monitor kadar glukosa darah
secara mandiri
 Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
 Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urin, jika perlu
 Ajarkan pengelolaan diabetes (mis:
penggunaan insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan professional
kesehatan

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian insulin, jika
perlu
 Kolaborasi pemberian cairan IV, jika
perlu
 Kolaborasi pemberian kalium, jika
perlu

2 Ketidakpatuhan Setelah dilakukan Dukungan Kepatuhan Program


minum obat b.d. intervensi Pengobatan
program terapi keperawatan Observasi
kompleks dan/atau selama 3 x 24 jam,  Identifikasi kepatuhan menjalani
lama d.d. perilaku maka status tingkat program pengobatan
tidak mengikuti kepatuhan
program meningkat. Terapeutik
perawatan/pengoba  Buat komitmen menjalani program
tan dan tampak Dengan kriteria pengobatan dengan baik
tanda/gejala hasil :  Buat jadwal pendampingan keluarga
penyakit/masalah 1. Perilaku untuk bergantian menemani pasien
kesehatan masih mengikuti selama menjalani program
ada atau meningkat program pengobatan, jika perlu
perawatan/  Dokumentasikan aktivitas selama
pengobatan menjalani program pengobatan
membaik  Diskusikan hal-hal yang dapat
mendukung atau menghambat
berjalannya program pengobatan
 Libatkan keluarga untuk mendukung
program pengobatan yang dijalani

Edukasi
 Informasikan program pengobatan
yang harus dijalani
 Informasikan manfaat yang akan
diperoleh jika teratur menjalani
program pengobatan
 Anjurkan keluarga untuk
mendampingi dan merawat pasien
selama menjalani program pengobatan
 Anjurkan pasien dan keluarga
melakukan konsultasi ke pelayanan
Kesehatan terdekat, jika perlu

Dukungan Tanggung Jawab Pada Diri


Sendiri
Observasi
 Identifikasi persepsi tentang masalah
Kesehatan
 Monitor pelaksanaan tanggung jawab

Terapeutik
 Berikan kesempatan merasakan
memiliki tanggung jawab
 Tingkatkan rasa tanggung jawab atas
perilaku sendiri
 Hindari berdebat atau tawar menawar
tentang perannya di ruang perawatan
 Berikan penguatan dan umpan balik
positif jika melaksanakan tanggung
jawab atau mengubah perilaku

Edukasi
 Diskusikan tanggung jawab terhadap
profesi pemberi asuhan
 Diskusikan konsekuensi tidak
melaksanakan tanggung jawab

Promosi Koping
Observasi
 Identifikasi kegiatan jangka pendek
dan Panjang sesuai tujuan
 Identifikasi kemampuan yang dimiliki
 Identifikasi sumber daya yang
tersedia untuk memenuhi tujuan
 Identifikasi pemahaman proses
penyakit
 Identifikasi dampak situasi terhadap
peran dan hubungan
 Identifikasi metode penyelesaian
masalah
 Identifikasi kebutuhan dan keinginan
terhadap dukungan sosial

Terapeutik
 Diskusikan perubahan peran yang
dialami
 Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
 Diskusikan alasan mengkritik diri
sendiri
 Diskusikan untuk mengklarifikasi
kesalahpahaman dan mengevaluasi
perilaku sendiri
 Diskusikan konsekuensi tidak
menggunakan rasa bersalah dan rasa
malu
 Diskusikan risiko yang menimbulkan
bahaya pada diri sendiri
 Fasilitasi dalam memperoleh
informasi yang dibutuhkan
 Berikan pilihan realistis mengenai
aspek-aspek tertentu dalam perawatan
 Motivasi untuk menentukan harapan
yang realistis
 Tinjau Kembali kemampuan dalam
pengambilan keputusan
 Hindari mengambil keputusan saat
pasien berada dibawah tekanan
 Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
 Motivasi mengidentifikasi sistem
pendukung yang tersedia
 Damping saat berduka (mis: penyakit
kronis, kecacatan)
 Perkenalkan dengan orang atau
kelompok yang berhasil mengalami
pengalaman sama
 Dukung penggunaan mekanisme
pertahanan yang tepat
 Kurangi rangsangan lingkungan yang
mengancam

Edukasi
 Anjurkan menjalin hubungan yang
memiliki kepentingan dan tujuan sama
 Anjurkan penggunaan sumber
spiritual, jika perlu
 Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
 Anjurkan keluarga terlibat
 Anjurkan membuat tujuan yang lebih
spesifik
3 Managemen Setelah dilakukan Dukungan Pengambilan Keputusan
kesehatan tidak intervensi Observasi
efektif b.d keperawatan  Identifikasi persepsi mengenai
selama 3 x 24 jam, masalah dan informasi yang memicu
kompleksitas
maka status konflik
program manajemen
perawatan/pengoba kesehatan Terapeutik
tan d.d. gagal meningkat.  Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan
menerapkan harapan yang membantu membuat
program Dengan kriteria pilihan
perawatan/pengoba hasil:  Diskusikan kelebihan dan kekurangan
1. Menerapka dari setiap solusi
tan
n program  Fasilitasi melihat situasi secara
perawatan/ realistic
pengobatan  Motivasi mengungkapkan tujuan
meningkat perawatan yang diharapkan
 Fasilitasi pengambilan keputusan
secara kolaboratif
 Hormati hak pasien untuk menerima
atau menolak informasi
 Fasilitasi menjelaskan keputusan
kepada orang lain, jika perlu
 Fasilitasi hubungan antara pasien,
keluarga, dan tenaga Kesehatan
lainnya

Edukasi
 Jelaskan alternatif solusi secara jelas
 Berikan informasi yang diminta pasien

Kolaborasi
 Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain dalam memfasilitasi pengambilan
keputusan

Edukasi Kesehatan
Observasi
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
 Identifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan
sehat

Terapeutik
 Sediakan materi dan media
Pendidikan Kesehatan
 Jadwalkan Pendidikan Kesehatan
sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi
 Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi Kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
 Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
Hipertermia b.d. Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
proses penyakit intervensi Observasi
d.d. suhu tubuh keperawatan  Identifikasi penyebab hipertermia
selama 1 x 24 jam, (mis: dehidrasi, terpapar lingkungan
diatas nilai normal
maka panas, penggunaan inkubator)
termoregulasi  Monitor suhu tubuh
membaik.  Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urin
Dengan kriteria  Monitor komplikasi akibat hipertermia
hasil:
1. Suhu tubuh Terapeutik
membaik  Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami hyperhidrosis
(keringat berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis:
selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
 Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
 Anjurkan tirah baring

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal/jam Diagnosa Implementasi Paraf

Ketidakstabilan Manajemen Hiperglikemia


kadar glukosa darah  Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
 Identifikasi situasi yang menyebabkan
kebutuhan insulin meningkat (mis:
penyakit kambuhan)
 Monitor kadar glukosa darah, jika
perlu
 Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia (mis: polyuria,
polydipsia, polifagia, kelemahan,
malaise, pandangan kabur, sakit
kepala)
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor keton urin, kadar Analisa gas
darah, elektrolit, tekanan darah
ortostatik dan frekuensi nadi
 Berikan asupan cairan oral
 Konsultasi dengan medis jika tanda
dan gejala hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
 Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi
ortostatik
 Anjurkan menghindari olahraga saat
kadar glukosa darah lebih dari 250
mg/dL
 Anjurkan monitor kadar glukosa darah
secara mandiri
 Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
 Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urin, jika perlu
 Ajarkan pengelolaan diabetes (mis:
penggunaan insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan professional
kesehatan
 Kolaborasi pemberian insulin, jika
perlu
 Kolaborasi pemberian cairan IV, jika
perlu
 Kolaborasi pemberian kalium, jika
perlu
Ketidakpatuhan Dukungan Kepatuhan Program
minum obat Pengobatan
 Identifikasi kepatuhan menjalani
program pengobatan
 Buat komitmen menjalani program
pengobatan dengan baik
 Buat jadwal pendampingan keluarga
untuk bergantian menemani pasien
selama menjalani program
pengobatan, jika perlu
 Dokumentasikan aktivitas selama
menjalani program pengobatan
 Diskusikan hal-hal yang dapat
mendukung atau menghambat
berjalannya program pengobatan
 Libatkan keluarga untuk mendukung
program pengobatan yang dijalani
 Informasikan program pengobatan
yang harus dijalani
 Informasikan manfaat yang akan
diperoleh jika teratur menjalani
program pengobatan
 Anjurkan keluarga untuk
mendampingi dan merawat pasien
selama menjalani program pengobatan
 Anjurkan pasien dan keluarga
melakukan konsultasi ke pelayanan
Kesehatan terdekat, jika perlu

Dukungan Tanggung Jawab Pada Diri


Sendiri
 Identifikasi persepsi tentang masalah
Kesehatan
 Monitor pelaksanaan tanggung jawab
 Berikan kesempatan merasakan
memiliki tanggung jawab
 Tingkatkan rasa tanggung jawab atas
perilaku sendiri
 Hindari berdebat atau tawar menawar
tentang perannya di ruang perawatan
 Berikan penguatan dan umpan balik
positif jika melaksanakan tanggung
jawab atau mengubah perilaku
 Diskusikan tanggung jawab terhadap
profesi pemberi asuhan
 Diskusikan konsekuensi tidak
melaksanakan tanggung jawab

Promosi Koping
 Identifikasi kegiatan jangka pendek
dan Panjang sesuai tujuan
 Identifikasi kemampuan yang dimiliki
 Identifikasi sumber daya yang
tersedia untuk memenuhi tujuan
 Identifikasi pemahaman proses
penyakit
 Identifikasi dampak situasi terhadap
peran dan hubungan
 Identifikasi metode penyelesaian
masalah
 Identifikasi kebutuhan dan keinginan
terhadap dukungan sosial
 Diskusikan perubahan peran yang
dialami
 Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
 Diskusikan alasan mengkritik diri
sendiri
 Diskusikan untuk mengklarifikasi
kesalahpahaman dan mengevaluasi
perilaku sendiri
 Diskusikan konsekuensi tidak
menggunakan rasa bersalah dan rasa
malu
 Diskusikan risiko yang menimbulkan
bahaya pada diri sendiri
 Fasilitasi dalam memperoleh
informasi yang dibutuhkan
 Berikan pilihan realistis mengenai
aspek-aspek tertentu dalam perawatan
 Motivasi untuk menentukan harapan
yang realistis
 Tinjau Kembali kemampuan dalam
pengambilan keputusan
 Hindari mengambil keputusan saat
pasien berada dibawah tekanan
 Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
 Motivasi mengidentifikasi sistem
pendukung yang tersedia
 Damping saat berduka (mis: penyakit
kronis, kecacatan)
 Perkenalkan dengan orang atau
kelompok yang berhasil mengalami
pengalaman sama
 Dukung penggunaan mekanisme
pertahanan yang tepat
 Kurangi rangsangan lingkungan yang
mengancam
 Anjurkan menjalin hubungan yang
memiliki kepentingan dan tujuan sama
 Anjurkan penggunaan sumber
spiritual, jika perlu
 Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
 Anjurkan keluarga terlibat
 Anjurkan membuat tujuan yang lebih
spesifik
Managemen Dukungan Pengambilan Keputusan
kesehatan tidak  Identifikasi persepsi mengenai
efektif masalah dan informasi yang memicu
konflik
 Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan
harapan yang membantu membuat
pilihan
 Diskusikan kelebihan dan kekurangan
dari setiap solusi
 Fasilitasi melihat situasi secara
realistic
 Motivasi mengungkapkan tujuan
perawatan yang diharapkan
 Fasilitasi pengambilan keputusan
secara kolaboratif
 Hormati hak pasien untuk menerima
atau menolak informasi
 Fasilitasi menjelaskan keputusan
kepada orang lain, jika perlu
 Fasilitasi hubungan antara pasien,
keluarga, dan tenaga Kesehatan
lainnya
 Jelaskan alternatif solusi secara jelas
 Berikan informasi yang diminta pasien
 Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain dalam memfasilitasi pengambilan
keputusan

Edukasi Kesehatan
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
 Identifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan
sehat
 Sediakan materi dan media
Pendidikan Kesehatan
 Jadwalkan Pendidikan Kesehatan
sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
 Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi Kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
 Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
Hipertermia Manajemen Hipertermia
 Identifikasi penyebab hipertermia
(mis: dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, penggunaan inkubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urin
 Monitor komplikasi akibat hipertermia
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami hyperhidrosis
(keringat berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis:
selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
 Berikan oksigen, jika perlu
 Anjurkan tirah baring
 Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf


Ketidakstabilan kadar S :
glukosa darah  Pasien mengalami DM hiperglikemia
 Pasien memiliki riwayat penyakit
hipertensi

O:
 GDS : 420 mg/dL
 TD : 180/100 mmHg

A : Masalah ketidakstabilan kadar glukosa


darah teratasi

P : Intervensi dihentikan
Ketidakpatuhan minum S :
obat  Pasien tidak teratur minum obat
 Pasien makan tidak terkontrol

O:
 TD : 180/100 mmHg
 N : 90x/menit
 S : 38° C
 RR : 26x/menit

A : Masalah ketidakpatuhan minum obat


darah teratasi

P : Intervensi dihentikan
Manajemen kesehatan S :
tidak efektif  Pasien tidak teratur minum obat
 Pasien makan tidak terkontrol

O:
 TD : 180/100 mmHg
 N : 90x/menit
 S : 38° C
 RR : 26x/menit

A : Masalah manajemen kesehatan tidak


efektif teratasi

P : Intervensi dihentikan
Hipertermia S:
 Pasien tidak teratur minum obat
 Pasien makan tidak terkontrol

O:
 S : 38° C

A : Masalah hipertermia teratasi

P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai