Anda di halaman 1dari 18

PIO Diabetes Mellitus

NAMA KELOMPOK :
TRI NUR FA JAR PAMUNGKAS (14330121)
RESTI SUKMA NURMALASARI (15330135)
INDRA WAHYU ARDIANTO (16330003)
DWI WULANDARI (16330019)
ELPITA SARAGIH (16330033)
RAHMA EVELYNA (16330040)
Pendahuluan

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang banyak diderita oleh
penduduk dunia dan hingga saat ini belum ditemukan pengobatan yang efektif untuk
menyembuhkannya. (Depkes RI, 2006).
Penyakit DM sering disebut The Great Imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua
organ tubuh dan menimbulkan bermacam keluhan.
Gejala sangat bervariasi dan secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan
adanya perubahan seperti minum menjadi lebih banyak, buang air kecil menjadi lebih sering
ataupun berat badan yang menurun (Basuki, 2003).
Defenisi
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2015).
Diabetes Mellitus (DM) timbul karena defisiensi sintesis dan sekresi insulin atau
resisten terhadap kerja insulin. Diagnosis DM ditegakkan dengan mengukur kadar
glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan (kadang-kadang dengan uji toleransi
glukosa).
Klasifikasi DM
Diabetes tipe 1
Yang bergantung pada insulin (IDDM), timbul karena defisiensi insulin akibat pengrusakan autoimun
sel beta pankreas. Penderita diabetes melitus tipe 1 membutuhkan pemberian insulin.

Diabetes tipe 2
Yang tidak bergantung pada insulin (NIDDM), timbul karena penurunan sekresi insulin atau
resistensi periferal terhadap kerja insulin. Walaupun ada penderita yang dapat mengatur kadar gula
hanya dengan diet, tapi banyak juga yang membutuhkan obat antidiabetik oral atau insulin (atau
keduanya) untuk mengendalikan kadar gula darah.
Pengobatan DM
Insulin
Insulin berperan mengatur metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Insulin merupakan hormon polipeptida dengan struktur
kompleks. Insulin dapat diekstraksi dari pankreas babi atau pankreas sapi dan dimurnikan dengan kristalisasi, tetapi insulin dari
pankreas sapi sekarang jarang digunakan. Insulin untuk manusia dibuat secara biosintetis dengan teknologi rekombinan DNA
menggunakan bakteri atau ragi atau semisintetik dengan modifikasi enzimatik insulin babi (PIONAS BPOM). Insulin diperlukan
oleh semua pasien dengan ketoasidosis dan biasanya diperlukan oleh pasien dengan:
- Gejala-gejala yang muncul cepat
- Kehilangan banyak berat badan
- Kondisi lemah
- Ketonuria
- Riwayat keluarga dekat (ayah-ibu) adalah penderita Diabetes Mellitus tipe 1
Lanjutan
Macam-Macam sediaan insulin:
•Insulin kerja singkat (short-acting): mula kerja relatif cepat, biasa disuntikkan 15-30 menit sebelum
makan. Contohnya yaitu insulin soluble, insulin lispro dan insulin aspart;
•Insulin kerja sedang (intermediate-acting): misalnya insulin isophane dan suspensi insulin seng;
•Insulin kerja panjang dengan mula kerja lebih lambat: misalnya suspensi insulin seng

“Dosis insulin disesuaikan untuk setiap individu, dengan cara meningkatkan dosis secara bertahap
tetapi dengan tetap menghindarkan terjadinya hipoglikemia”
Lanjutan
Antidiabetika Oral
- Obat antidiabetik oral digunakan untuk pengobatan diabetes melitus tipe 2 (non-insulin
dependent diabetes melitus, NIDDM). Obat–obat ini hanya digunakan jika pasien gagal
memberikan respon terhadap setidaknya 3 bulan diet rendah karbohidrat dan energi disertai
aktivitas fisik yang dianjurkan. Obat tersebut sebaiknya digunakan untuk meningkatkan efek diet
dan aktivitas fisik yang cukup, bukan menggantikannya.
- Untuk pasien yang tidak cukup terkontrol dengan diet dan obat hipoglikemik oral, insulin dapat
ditambahkan pada dosis pengobatan atau sebagai pengganti terapi oral.
Penggolongan obat antidiabetika oral
• Sulfonylurea
Kerja utama sulfonilurea adalah meningkatkan sekresi insulin sehingga efektif hanya jika masih ada aktivitas
sel beta pankreas; pada pemberian jangka lama sulfonilurea juga memiliki kerja di luar pankreas.
• Biguanida
Metformin satu-satunya golongan biguanid yang tersedia, mempunyai mekanisme kerja yang berbeda
dengan sulfonilurea, keduanya tidak dapat dipertukarkan.
•Antidiabetika lain
Akarbosa, merupakan penghambat alpha-glukosidase intestinal, yang memperlambat absorbsi karbohidrat
dan sukrosa.
Pelayanan Informasi Obat
 Tujuan
 Defenisi PIO bertujuan untuk:
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan Menyediakan informasi mengenai Obat kepada
penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan Rumah
Obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit;
komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan
dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya yang berhubungan dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alat
serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit (PMK Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, terutama
No 72 tahun 2016). bagi Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
Menunjang penggunaan Obat yang rasional
lanjutan
 Kegiatan
Kegiatan PIO meliputi:
- Menjawab pertanyaan;
- Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;  Faktor-faktor yang perlu
- Menyediakan informasi bagi tim farmasi dan diperhatikan dalam PIO:
terapi sehubungan dengan penyusunan - Sumber daya manusia;
formularium rumah sakit; - Tempat; dan
-Bersama dengan tim penyuluhan kesehatan - Perlengkapan. Petunjuk teknis mengenai
rumah sakit (pkrs) melakukan kegiatan penyuluhan pelayanan informasi obat akan diatur lebih lanjut
bagi pasien rawat jalan dan rawat inap; oleh direktur jenderal.
-Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga
kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya; dan
melakukan penelitian.
Lanjutan
PIO terhadap pasien DM bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai penggunaan obat dan pengobatan
kepada pasien, meliputi:
(1) nama obat,
(2) tujuan pengobatan,
(3) jadwal pengobatan,
(4) cara menggunakan obat
(5) lama penggunaan obat,
(6) efek samping obat,
(7) tanda-tanda toksisitas,
(8) cara penyimpanan obat, dan
(9) penggunaan obat lain-lain, serta upaya meningkatkan kepatuhan pasien terhadap perintah pengobatannya
Peran Apoteker dalam edukasi pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
•Apoteker memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan diabetes yaitu
membantu penderita menyesuaikan pola diet sebagaimana yang disarankan ahli gizi, serta mencegah dan
mengendalikan komplikasi yang mungkin timbul
•Dalam melakukan edukasi, apoteker dapat menggunakan alat bantu atau media, baik media audio, visual
dan audio visual
Contoh
Salah satu contohnya di Rumah Sakit Mayapada Tangerang, dilakukan penelitian dengan mengukur
pengetahuan pasien tentang diabetes, obat-obatnya dan kepatuhan pasien terhadap manajemen diri.
Evaluasi hasil edukasi dilakukan menggunakan 3 set kuisioner yaitu Medication Knowledge Assessment
(MKA), Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ), dan Activity of Daily Living Knowledge (ADL
Knowledge) yang diukur sebelum dan sesudah intervensi.
Contoh
Salah satu contohnya di Rumah Sakit Mayapada Tangerang, dilakukan
penelitian dengan mengukur pengetahuan pasien tentang diabetes,
obat-obatnya dan kepatuhan pasien terhadap manajemen diri.
Evaluasi hasil edukasi dilakukan menggunakan 3 set kuisioner yaitu
Medication Knowledge Assessment (MKA), Diabetes Self-
Management Questionnaire (DSMQ), dan Activity of Daily Living
Knowledge (ADL Knowledge) yang diukur sebelum dan sesudah
intervensi.
Metode
Dalam penelitian ini, digunakan alat berupa formulir Informed consent, formulir sosiodermografi, kuisioner ADL
knowledge, kuisioner MKA, dan kuiaaioner DSMQ.
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien diabetes melitus tipe 2 yang berobat di poli penyakit dalam Rumah
Sakit Mayapada Tangerang,Pasien terdiri dari 90 pasien yang dibagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok
intervensi 1 yang mendapat booklet dan edukasi, kelompok intervensi 2 yang hanya mendapat booklet saja selama 3
bulan.
Pasien diberi kuisioner ADL Knowledge yang telah divalidasi sebelumnya. Pasien diberi 23 pertanyaan, dimana setiap
nomor diberi butir-butir pertanyaan dengan total 94 pertanyaan. Penilaian skor pasien dihitung dengan menjumlahkan
semua jawaban pasien yang menjawab dengan benar.
Kuisioner MKA diberikan untuk mengetahui pengetahuan dan kemampuan pasien dalam hal membaca dan memahami
informasi yang diperlukan untuk penggunaan obat yang sesuai. Hasil pengukuran tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3
kriteria yaitu Tahu Semua (TS), Tahu Sebagian (TB), dan Tidak Tahu (TT).
Hasil

Pada Tabel 1 dapat dilihat peningkatan


pengetahuan pasien sebelum edukasi
dibandingkan dengan sesudah edukasi. Adanya
peningkatan nilai rata-rata pengetahuan pada
kelompok intervensi 1 yaitu yang mendapatkan
booklet dan edukasi antara sebelum edukasi dan
sesudah edukasi
Lanjutan
Peningkatan nilai rata-rata pengetahuan dan
perilaku manajemen diri pada kelompok 1
yang mendapatkan booklet dan edukasi
apoteker lebih tinggi dari kelompok
intervensi 2 yang hanya mendapat booklet
serta kontrol

Terdapat perbedaan antara antara kelompok


1 dan 2. Diperoleh nilai Sig.(2-tailed) sebesar
0,02 (p<0,05). Adapun untuk domain
manajemen glukosa, nilai rata-rata pasien
kelompok 1 sebelum edukasi adalah 72
sedangkan setelah edukasi menjadi 92
(peningkatan nilai sebesar 20).
Kesimpulan
• Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
• Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi Obat yang
independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit.
• Tujuan Pelayanan Informasi Obat (PIO) : Menyediakan informasi mengenai Obat,Menyediakan informasi untuk membuat
kebijakan yang berhubungan dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, terutama
bagi Komite/Tim Farmasi dan Terapi, Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
• Hasil dari evaluasi penerapan booklet dan edukasi apoteker yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemberian
booklet dan edukasi apoteker dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku manajemen diri pasien DM tipe 2 pada
masing-masing kelompok intervensi.
Thankyou

Anda mungkin juga menyukai