Anda di halaman 1dari 27

STUDI KASUS

FARMAKOTER
AFI
MATA KULIAH TUTORIAL
KELOMPOK 2_ 3B
ANGGOTA KELOMPOK
Hasna Mulia Ulfah 31119051
Putri Tia Aprianti 31119055
Reza Ariza Wildan 31119056
Nadhira Indah Syaffitri 31119060
Triana Agung Nur Adi 31119074
Risa Zahratunnisa 31119079
Dewi Amalia 31119089
Wafa An-Azhar 31119094
Agni Najelia Arfah 31119097
KASUS
Ny. Ag. Usia 66 tahun, didiagnosis DM
dan hipertensi dengan keluhan pasien
badan lemas. Berdasarkan pemeriksaan
pasien mengalami peningkatan kadar
SGPT dan trigliserida. Pasien diberikan
terapi obat Divask 5mg 1x1 tab/hari,
Lasix 1x1 tab/hari, metformin 3x1
tab/hari, gluvas 1mg 1-0-0/hari, Injeksi
Insulin RI 1X10u/hari ditingkatkan 3x10
u/hari
Pemantauan Terapi obat
Pemeriksaan penunjang kadar glukosa darah
1. Mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai
2. Melakukan penyesuaian dosis, bila belum tercapai sasaran terapi
Pemeriksaan HbA1c
1. Pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan.
2. Pasien yang telah mencapai sasaran terapi dan
glikemik satbil diperiksa paling sedikit-sedikit kali
dalam setahun
3. Pemeriksaan HbA1c tidak dipergunakan sbg alat
pemantauan pada kondisi tertentu seperti anemia,
heoglobinopati, riwayat tranfusi darah 2-3 bulan
terakhir, oleh karena itu pemeriksaan Glycated
albumin (GA) direkomendasikan
PEMANTAUAN GLUKOSA DARAH MANDIRI (PGDM)

1. Dapat dilakukan dengan darah kapiler ( alat pengukur kadar glukosa


darah dengan menggunkan reagen kering yang sederhana dan mudah
dipakai
2. Dianjurkan bagi pasien dngn pengobatan suntik insulin atau
pengguna obat pemacu sekresi insulin
3. Waktu pemeriksaan (sebelum makan, 2 jam setelah makan,
menjelang tidur)
Etiologi
Diabetes Tipe 1 Diabetes Tipe 2
Diabetes mellitus tipe 1 (T1DM) menyumbang 5% Diabetes tipe 2 yaitu diakiabatkan dari gangguan sekresi
sampai 10% dari DM dan ditandai dengan insulin dan resistensi terhadap aksinya, dan seringkali
penghancuran autoimun sel beta yang memproduksi sekunder akibat obesitas (defisiensi relatif). Organ lain yang
insulin di pulau pankreas. Dari beberapa penyakit terlibat pada DM tipe 2 yaitu jaringan lemak (meningkatnya
sel pankreas yang menyebabkan defisiensi insulin lipolisis, gastrointestinal (defisiensi inkretin), sel alfa pancreas
absolut didapatkan pada pasien Diabetes Mellitus (hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa)
tipe 1. dan otak (resistensi insulin) yang ikut berperan menyebabkan
gangguan glukosa.
Manifestasi Klinik
• Keseringan Buang Air Kecil (Hiperurisemia)
• Haus yang terus menerus
• Berat badan turun
• Pandangan kabur
• Flu dan lemas
• Luka sukar sembuh dan mudah terinfeksi
• Gusi bengkak
• Sering kesemutan
Patofisiologi

Diabetes Tipe 1

Patofisiologi diabetes tipe 1 ditandai adanya reaksi autoimun akibat peradangan pada sel
beta. Diabetes Melitus Tipe 1 ditandai dengan rusaknya sel-sel penghasil insulin (Sel β
pankreas) akibat dari autoimun pada organ pankreas oleh sel T (CD4+ dan CD8+) dan
makrofag (Baynest, 2015). Hal ini menyebabkan timbulnya antibodi terhadap sel β yaitu
Islet Cell Antibody (ICA). Reaksi antigen sel β dengan antibodi ICA yang ditimbulkannya
menyebabkan hancurnya sel β.
Patofisiologi

Diabetes Tipe 2
Patofisiologi dari diabetes mellitus tipe 2 terdapat keadaan yang berperan yaitu
resistensi insulin dan disfungsi sel beta pancreas. Dimana sel-sel sasaran insulin
gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal, keadaan ini disebut
dengan resistensi insulin.
Mekanisme resistensi insulin yaitu hubungan resistensi insulin dengan
pengelompokan faktor risiko kardiovaskular termasuk hiperinsulinemia,
hipertensi, obesitas perut, dislipidemia, dan kelainan koagulasi telah disebut
dengan berbagai nama termasuk "sindrom resistensi insulin“
Kerusakan sel beta pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia, dll).
Pada pasien Ny. Ag, terdapat hasil
pemeriksaan yaitu :
Interpretasi Data 1. Pasien mengalami prehipertensi
yaitu tekanan darah nya 130/70
Laboratorium mmHg dengan nilai rujukan ≤
130/80 mmHg
2. Pasien mengalami peningkatan kadar
SGPT yaitu 34,1 u/L dengan nilai
rujukan 0,00-31,00 u/L, yang
mengakibatkan pasien memiliki
faktor resiko kerusakan hati.
3. Pasien mengalami peningkatan kadar
Trigliserida 500 mg/dL dengan nilai
rujukan <150 mh/Dl, yang
mengakibatkan pasien memiliki
faktor resiko dislipidemia
Diagnosis

Kadar glukosa darah yang tidak memenuhi kriteria normal dan tidak juga memenuhi
kriteria diagnosis DM dikategorikan sebagai kategori prediabetes. Kriteria prediabetes
menurut Perkeni (2015) adalah glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT), toleransi
Glukosa Terganggu (TGT) dan hasil pemeriksaan HbA1c yang menunjukkan angka
5,7 – 6,4 % berdasarkan standar NGSP
Patogenesis
DM tipe 1 ditandai dengan rusaknya sel-sel penghasil insulin (sel β pankreas) karena
autoimun pada organ pankreas oleh sel T (CD4+ dan CD8+) dan makrofag (Baynest2015,
Asmat et al. 2016, Paschou et al. 2018, Pathak et al. 2019, Janez et al. 2020). Karakteristik
DMT1 sebagai penyakit autoimun antara lain:
(1) adanya sel imuno dan asesoris dalam sel pankreas sertaadanya autoantibodi spesifik
dalam sel pankreas,
(2) perubahan imunoregulasi yang dimediasi sel T,
(3) keterlibatan monokin dan sel TH1 untuk memproduksi interleukin dalam proses
penyakit,
(4) respon terhadap imunoterapi,
(5) sering terjadi penyakit autoimun pada organ spesifik lain pada individu atau
keluarganya (Baynest 2015).
Patogenesis
Diabetes melitus Tipe 2 merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan
insulin secara relatif maupun absolut.Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu:
a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat kimia,dll) adalalah
secara
b. Desensitasi reseptor glukosa pada kelenjar pankreas. Desensitasi atau reseptor insulin di
perifer.
● Algoritma terapi diabetes melitus
DRUG RELATED
PROBLEMS
(DRPS)
Identifikasi DRP berdasarkan masalahnya
Adverse reaction

Mengalami efek samping (non alergi) Tidak -


Mengalami efek samping (alergi) Tidak -
Mengalami efek toksik Tidak -

Drug choice problem


Obat yang tidak sesuai Ya Pengobatan hipertensi tidak perlu diberikan loop
diuretic (gluvas/furosemide)

Sediaan obat yang tidak tepat Tidak -

Duplikasi zat aktif yang tidak Tidak -


tepat
Obat tanpa indikasi yang jelas Ya Pemberian furosemide tidak diperlukan

Ada indikasi yang jelas namun tidak Ya SGPT dan trigliserida yang meningkat harus diberikan
diterapi terapi

DOSING PROBLEM

Dosis terlalu rendah Tidak -


Dosis terlalu tinggi
Durasi terapi terlalu pendek Tidak -

Durasi terapi terlalu panjang Tidak -

Duplikasi zat aktif yang tidak Tidak -


tepat
DRUG USE PROBLEM
Obat tidak dipakai seluruhnya Tidak -

Obat dipakai dengan cara yang salah Tidak -

DRUG INTERACTIONS

Lasix Gluvas & Injeksi Insulin RI Moderate Lasix dapat mengganggu kontrol
glukosa darah dan mengurangi
efektivitas Gluvas dan Injeksi
Insulin RI.

Metformin Gluvas Moderate Meningkatkan resiko hipoglikemia

Metformin Injeksi Insulin RI Moderate Meningkatkan resiko hipoglikemia

Gluvas Injeksi Insulin RI Moderate Meningkatkan resiko hipoglikemia


Others

Pasien tidak merasa puas dengan terapinya sehingga tidak Tidak -


menggunakan obat dengan benar

Kurangnya pengetahuan pasien terhadap masalah kesehatan Tidak -


dan penyakit

Keluhan yang tidak jelas. Tidak -


REKOMENDASI TERAPI DARI DRP

• Curcuma
Aturan pakai 1-2 tablet 3 kali sehari
Indikasi Memelihara fungsi hati
• Fenofibrat 100 mg
Aturan pakai 1 kali sehari
Mekanisme kerja mengurangi kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah
PENATALAKSANAAN
TERAPI FARMAKOLOGI

Untuk Diabetes Melitus


Metformin 500 mg
Aturan pakai 3 kali 1 tablet tiap hari sesudah makan dan diminum pada waktu yang
sama setiap hari

Mekanisme Kerja Meningkatkan kerja dan aktivitas hormon insulin, menurunkan


pembentukan gula darah di dalam hati, dan menurunkan penyerapan
gula di dalam usus

Gluvas 1 mg
Aturan pakai 1 kali sehari pada pagi hari sesudah makan
Mekanisme Kerja Menurunkan kadar gula darah dengan merangsang pelepasan insulin
dari sel beta pankreas yang masih berfungsi serta meningkatkan
sensitivitas jaringan perifer terhadap insulin
Injeksi Insulin RI 1 x 10
u/hari
Aturan pakai Diberikan secara subkutan 30 menit sebelum makan
Mekanisme kerja Mengatur metabolisme glukosa sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah

• Untuk Hipertensi
Divask 5 mg
Aturan pakai 1 kali sehari 1 tablet diminum saat malam hari

Mekanisme Menghambat ion kalsium ke dalam otot pembuluh darah dan jantung, sehingga terjadi
Kerja vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah

Hidroklorotiazid 25
mg
Aturan pakai 1 kali sehari diminum di pagi atau sore hari
Mekanisme Kerja Bekerja dengan cara membantu ginjal untuk membuang kelebihan cairan dan garam
melalui urine. Dengan begitu, edema bisa berkurang dan tekanan darah dapat turun.
PENATALAKSANAAN
TERAPI NON FARMAKOLOGI
DIABETES
• Pola hidup sehat seperti terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik.
Terapi nutrisi medis
• A. Komposisi makanan yang dianjurkan:
- Karbohidrat: karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi
- Lemak : asupan lemak dianjurkan 20-25% kebutuhan kalori dan tdk melebihi 30% total asupan energi
- Protein : sumber protein yang baik dalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak
- Natrium : anjuran natrium untuk pasien DM sama dengan orang sehat yaitu <1500 mg per hari
- Serat : jumlah konsumsi serat yang disarankan 20-35 gr per hari
• B. Diet rendah kalori
Aktivitas Fisik
- Latihan fisik selain menjaga kebugaran, dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin.
- Latihan fisik secara teratur dilakukan 3-5 hari seminggu selama sekitar 30-45 menit dengantotal 150 menit perminggu dan jeda antar
latihan tidak lebih dari 2 hari berturut turut
Hipertensi
• Perubahan pola hidup sehat dengan
mengurangi BB atau dengan diet sehat
• Mengurangi konsumsi garam (<2300
mg/hari)
• Memperbanyak mengonsumsi sayuran
dan buah-buahan
• Dianjurkan untuk melakukan aktivitas
fisik
MONITORING & FOLLOW UP
1. Pasien harus selalu mengecek kadar glukosa dalam darah nya, sasaran/ target kadar
glukosa darah puasa adalah 80-130 mg/dl dan 2 jam setelah makan < 180 mg/dl
2. Untuk follow Up kontrol glikemik jangka panjang selama 3 bulan sebelumnya, ukur
A1C setidaknya dua kali setahun pada pasien yang memenuhi tujuan pengobatan
dengan rejimen terapi yang stabil.
3. Kadar HbA1c < 6,5 %
4. Kadar Trigliserida < 150 mg/dL, tekanan darah ≤ 130-80 mmHg
5. Pasien harus selalu mengecek mata, pemeriksaan kaki secara teratur (setiap
kunjungan), penilaian albumin urin (setiap tahun)
6. Menjaga pola makan yang sehat
7. Pasien rajin berolahraga atau melakukan aktivitas fisik
8. Menjaga pola makan dan mengurangi konsumsi makanan yang tinggi lemak
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai