Anda di halaman 1dari 27

REKOMENDASI TERAPI DM TIPE 2

Tugas Mata Kuliah Farmakoterapi Sistem Saraf


Pusat, Endokrin dan Metabolisme
KELOMPOK 9
GEBRINA RIZKA 1715101138
RUSFIDA SUKMA 1715101141
ERIKA ALEMINA TARIGAN 1715101142
DINDA AULIA 1715101146
SHAFIRA HANNISA JASMINE 1715101147
AZMI WITRI 1715101148
NARI RANTI 1715101149
DIAN KHAIRUNNISA 1715101157
RAYHAN MULIA 1715101158
AMIRAH ABDUL SALAM 1715101159
DHITA AZALIA PUTRI 1715101164
AMRI SELIAN 1715101165
SHARIFAH A’INI HARAHAP 1715101167
Diabetes Mellitus Tipe2
 DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.
 Sekumpulan gejala akibat gangguan metabolisme
kurang aktivitas insulin atau keduanya
 Terjadi hiperglikemia (glukosa darah)
 Meningkatnya prevalansi DM tipe 2 dikaitkan dengan
obesitas, kebiasaan makan, dan meningkatnya jumlah
orang yang rentan secara fisik dan emosi.
 Ditandai dengan :
 Poli urin
 Poli dipsi
 Poli fagi
Diabetes Mellitus Tipe2
 Penegakan Diagnosa
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan
kadar glukosa darah.
Diabetes Mellitus Tipe2
 Farmakoterapi DM tipe 2
 Terapi Obat Hiperglikemia Oral
Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan
untuk membantu penanganan pasien DM Tipe II.
Pemilihan obat hipoglikemik oral yang tepat sangat
menentukan keberhasilan terapi diabetes. Bergantung
pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien,
farmakoterapi hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan
menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua
jenis obat. Pemilihan dan penentuan rejimen
hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan
tingkat keparahan diabetes (tingkat glikemia) serta
kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk
penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada.
Diabetes Mellitus Tipe2
 Farmakoterapi DM tipe 2
 Terapi Kombinasi
Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi
dari beberapa OHO atau OHO dengan insulin.

 Terapi Insulin
Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi
penderita DM Tipe 1. Walaupun sebagian besar
penderita DM Tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin,
namun hampir 30% ternyata memerlukan terapi insulin
disamping terapi hipoglikemik oral.
 Terapi Obat Hiperglikemia Oral
Golongan Contoh senyawa Mekanisme Kerja
Sulfonilurea Gliburida/Glibenk Merangsang sekresi insulin di
lamida kelenjar pankreas, sehingga hanya
Glipizida efektif pada penderita diabetes yang
Glikazida sel-sel β pankreasnya masih berfungsi
Glimepirida dengan baik
Glikuidon

Meglitinida Repaglinide Merangsang sekresi insulin di


kelenjar pancreas

Turunan Nateglinide Meningkatkan kecepatan sintesis


fenilalanin insulin oleh pancreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar),


menurunkan produksi glukosa hati.
Tidak merangsang sekresi insulin
oleh kelenjar pankreas.
 Terapi Obat Hiperglikemia Oral
Golongan Contoh senyawa Mekanisme Kerja
Tiazolidindion Rosiglitazone Meningkatkan kepekaan tubuh
Troglitazone terhadap insulin. Berikatan dengan
Pioglitazone PPARγ (peroxisome proliferator
activated receptor-gamma) di otot,
jaringan lemak, dan hati untuk
menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α- Acarbose Menghambat kerja enzim-enzim


glukosidase Miglitol pencenaan yang mencerna
karbohidrat, sehingga
memperlambat absorpsi glukosa ke
dalam darah
 Terapi Obat Kombinasi
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penggunaan Obat
Hipoglikemik Oral
1. Dosis selalu harus dimulai dengan dosis rendah yang kemudian
dinaikkan secara bertahap.
2. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek
samping obat-obat tersebut.
3. Bila diberikan bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya
interaksi obat.
4. Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral,
usahakanlah menggunakan obat oral golongan lain, bila gagal lagi,
baru pertimbangkan untuk beralih pada insulin.
5. Hipoglikemia harus dihindari terutama pada penderita lanjut usia,
oleh sebab itu sebaiknya obat hipoglikemik oral yang bekerja
jangka panjang tidak diberikan pada penderita lanjut usia.
6. Usahakan agar harga obat terjangkau oleh penderita.
 Terapi Insulin
STUDI KASUS
Kasus 1
Seorang laki-laki berusia 56 tahun mengeluhkan badan sering
kesemutan sejak 2 bulan belakangan, awalnya kesemutan hanya
ditelapak kaki , namun makin lama menyebar ke bagian tubuh lainya,
pasien juga mengeluhkan sering kencing, haus sejak 4 bulan
belakangan, nafsu makan meningkat sejak 1 tahun yang lalu tapu
berat badan menurun sejak setahun terakhir. Keluhan lain seperti
penurunan penglihatan, mual muntah disangkal oleh pasien, BAB
juga tidak ada kelainan.

Subyektif:
Pasien mengeluhkan bada sering kesemutan terutama dibagan tangan dan kaki
yang muncul sejak 2 bulan belakangan, pasien juga mengeluhkan sering
kencing, haus dan lapar namun BB menurun sejak 1 tahun terakhir
Objektif:
− Hasil pemeriksaan fisik : tekanan darah 120/70 mmHg, suhu : 37°C, TB : 165
cm, BB : 67 kg, BMI : 24,6 kg/m2.
− Pemeriksaan penunjang : kadar GDP : 302 mg/dl
Assessment:
Diagnosa ditegakkan melalui gejala klinis yang dijumpai pada pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang. DM tipe 2 dapat ditegakkan

Plan:
Pasien diminta kontrol bila obat habis, memanta ulang kGD setiap 2 minggu
sebagai tahap awal, memantau HBA1C , dan gejala komplikasi yang dirasakan
menggangu. Namun apabila gejala memberat dapat langsung dibawa
kepelayanan kesehatan.
Penatalaksanaan:
 Farmakologis
− Metformin tab 3 × 500 mg (bersamaan dengan asupan makan pertama)
− Glibenclamid ½- 0-0 (pagi hari)
− Vit B Kompleks 1× 1 tab
 Non farmakologi
− Edukasi : meliputi pemahaman tentang pemantauan penyakit DM,
intervensi farmakologis, dan non farmakologis meliputi indikasi,
kontraindikasi dll
− Terapi gizi medis (TGM) : Mengatur jadwal makan, jenis dan jumlahnya
dengan komposis yang seimbang
− Olahraga : menyarankan untuh berolahraga 3-4 kali seminggu.
Kasus 2
Tuan SP (54 Tahun, TB: 167 cm, BB: 91 kg, BMI: 32,63 kg/m2),
seorang pekerja kantoran, sehingga jarang berolahraga dan
lebih sering menghabiskan waktu diakhir pekan dengan tidur
dirumah. Hasil pemeriksaan tuan SP: tekanan darah 130/80
mmHg, glukosa plasma sewaktu 221 mg/dL, glukosa plasma 2
jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral 226 mg/dL, glukosa
plasma puasa 146 mg/dL dan HbA1c 7 % . Setelah 8 bulan
hasil pemeriksaan tuan SP menunjukkan kenaikan, dengan
tekanan darah 140/90 mmHg, glukosa plasma sewaktu 255
mg/dL, glukosa plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa
Oral 262 mg/dL, glukosa plasma puasa 174 mg/dL dan HbA1c
7,9%. Dari hasil pemeriksaan pasien mengaku tidak melakukan
modifikasi gaya hidup karena terlalu sibuk dan lelah bekerja,
tetap tidak bisa mengurangi porsi makan dan tidak punya
waktu berolahraga.
Subyektif:
Sejak 6 Bulan sebelumnya mulai merasakan sering buang air kecil terutama
dimalam hari, tetap merasa lapar meskipun telah makan banyak dan mudah
lelah. Delapan bulan kemudian sering merasa kesemutan hingga pandangan
menjadi kabur saat bekerja. Riwayat Keluarga ayah tuan SP meninggal 6 tahun
yang lalu karena menderita DMT2 selama 10 tahun, dan saat ini adik pasien
sedang menjalani terapi DMT2
Objektif:
Assessment:
Diagnosa ditegakkan melalui gejala klinis yang dijumpai pada pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang memiliki riwayat keluarga yang menderita DMT2
dan mengalami obesitas.
Plan:
Terapi yang ingin dicapai adalah menormalkan glukosa plasma dan tekanan
darah pasien, memperbaiki kualitas hidup pasien dan mengurangi risiko
komplikasi akut pada pasien
Penatalaksanaan:
 Farmakologis
− Metformin: 3 x sehari 500 mg untuk monoterapi menurunkan kadar gula
darah
− Lisinopril: 1 x 10 mg sehari untuk menormalkan tekanan darah
 Non farmakologi
Edukasi, Terapi Nutrisi Medis (TNM), Pengaturan Diet, dan Olahraga
Monitoring:
Terapi Metformin dan Lisinopril yang direkomendasikan pada tuan SP memiliki
interaksi obat sehingga perlu dilakukan monitoring pada pengobatan pasien.
Monitoring dilakukan untuk memastikan kepatuhan pasien terhadap pengobatan
yang diberikan dan mematau perkembangan penyakit pasien.
Kasus 3
Subyektif:
Pasien R usia 55 tahun/P mengeluhkan lemas, kencing banyak busa, warna
merah, pekat selama satu minggu
Objektif:
Penatalaksaanan:
Pasien mendapatkan isosorbid dinitrat (ISDN) 3x5 mg, Amplodipin besilat 1x10
mg, Gluvas 1x2 tablet, Insultard 16 pagi dan 20 pagi
Assassment:
Pasien mengalami peningkatan glukosa darah, LDL, dan trigliserida
1. Pasien tidak mendapat terapi untuk kenaiknya trigliserida
2. Gluvas (Glimepirid) dan Insultrad digunakan untuk menurunkan kadar
glukosa darah pasien
3. ISDN dan amlodipine besilat digunakan sebagai terapi IHD (Ischaemic Heart
Disease)
4. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga
kondisi pasien
Rekomendasi dan Planning:
1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai terapi
pemeliharaan pada pasien IHD
2. Perlu pemberian gemfibrozil dengan dosis 600 mg 2x/hari untuk
menurunkan kadar trigliserida yang meningkat
3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa darah
4. Memerlukan diet untuk membantu mengurangi kadar glukosa darah, LDL
dan trigliserida, agar tidak terjadi komplikasi yang lebih parah.
Kasus 4
Nyonya SK umur 72 tahun mengeluhkan kesemutan sejak
2 bulan yang lalu, Kesemutan ini biasanya muncul saat Ny. SK
melakukan aktifitas. Kesemutan terjadi di keempat ekstrimitas
namun paling sering dirasakan pada kedua kaki. Pada awalnya
pasien akan berhenti melakukan aktifitas jika merasa
kesemutan,. Kesemutan yang dirasakan tidak begitu
mengganggu aktivitasnya sehari-hari karena Ny. SK masih bisa
menahannya.
Pasien pertama kali datAng ke UGD 4 bulan yang lalu
dengan keluhan lemas dan pusing berputar yang tidak hilang
dengan beristirahat. Pasien juga mengeluhkan sering terbangun
pada malam hari untuk kencing, dalam sehari pasien dapat
kencing sebanyak 8-10 kali dengan volume lebih dari 200 cc tiap
kalinya. Pasien juga mengatakan saat itu sering merasa haus
sehingga sering minum, hingga lebih dari 2000 cc tiap hari. Berat
badan juga dikatakan menurun sebanyak 6 kg dalam sebulan
walaupun nafsu makan pasien dikatakan baik
Subyektif
Pasien mengeluhkan kaki kesemutan, lemas dan pusing berputar yang tidak
hilang dengan beristirahat. Pasien juga mengeluhkan sering kencing, sering
merasa haus sehingga sering minum, Berat badan juga dikatakan menurun
sebanyak 6 kg dalam sebulan terakhir.

Obyektif:
Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan hasil kadar gula darah tinggi (285
mg/dL), gula darah puasa (174 mg/dL), 2PP (199 mg/dL), Hb-A1c (7,9%)
sehingga pasien didiagnosis DM Tipe 2. Pasien juga mengalami hipertensi stage
II (160/100 mmHg), Dislipidemia karena trigliserida tinggi (163)

Penatalaksanaan:
 Farmakologis
 Metformin 3 x 500 mg per oral
 Glimepiridine 1 x 1 mg
 Simvastatin 1x20 mg per oral
 Amlodipin 1x 10 mg per oral
 Vitamin B Complex 1 x 1 tablet
 Non farmakologi
− Edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien beserta
keluarganya tentang Diabetes Melitus
 Menyadarkan pasien beserta keluarganya akan pentingnya menjaga
kesehatan dengan memenuhi kebutuhan nutrisi, beraktivitas dengan baik.

Assessment:
Diagnosis :
Diabetes Melitus Tipe 2
Neuropathy
Hipertensi (Terkontrol)
Dislipidemia

Planning:
Monitoring :
1. Cek glukosa darah puasa, 2PP, Urine Lengkap
2. HbA1C
3. Tanda vital dan keluhan
4. Konsul Poli Mata
Kasus 5
Tn. S, 60 tahun, seorang wiraswasta datang ke Puskesmas Kemiling
untuk kontrol gula darah dan kolesterol yang pasien lakukan tiap 3
bulan sekali. Saat melakukan kontrol, pasien mengeluhkan kedua
telapak kaki terasa seperti tebal yang dialaminya sejak 2 bulan yang
lalu. Pasien belum pernah merasakan keluhan seperti ini
sebelumnya. Pasien memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 dan
hiperkolesterolemia yang didapat sejak 2 bulan yang lalu. Pasien
mengaku bahwa saat sebelum berwirausaha, pasien bekerja sebagai
supir truk dan pasien sama sekali tidak mengeluhkan adanya
keluhan yang dirasakan saat ini. Pasien biasanya makan empat kali
sehari dengan dua porsi tiap makan. Makanan yang dimakan cukup
bervariasi dan pasien makan‐makanan yang sebagian besar membeli
dari luar rumah. Pasien sering begadang karena pekerjaannya
sebagai supir truk mengharuskan ia untuk menyetir di malam hari.
Pasien tidak pernah berolahraga dan mengatakan tidak
mengkonsumsi alkohol namun merokok 3 bungkus per hari.
Subyektif
Pasien mengeluhkan kedua telapak kaki terasa seperti tebal yang dialaminya
sejak 2 bulan yang lalu. Pasien belum pernah merasakan keluhan seperti ini
sebelumnya
Obyektif:
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan hasil keadaaan umum tampak sakit ringan,
suhu 36,7°C, tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi nadi 80 x/menit, dan
frekuensi napas 18x/menit.
Pemeriksaaan penunjang yang dilakukan ditemukan gula darah saat puasa yaitu
272 mg/dl dan kolesterol 244 mg/dl. Berdasarkan literatur, target gula darah
adalah <200 mg/dl dan target kolesterol pada pasien ini adalah <200 mg/dl.
Assessment:
Diagnosa ditegakkan melalui gejala klinis yang dijumpai pada pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang. Pasien mengalami peningkatan kadar glukosa
darah dan peningkatan kadar kolestrol

Plan:
Terapi yang ingin dicapai adalah menormalkan glukosa plasma dan kolesterol,
memperbaiki kualitas hidup pasien dan mengurangi risiko komplikasi akut pada
pasien
Penatalaksanaan:
 Farmakologis
− Metformin: 2 x sehari 500 mg untuk mengurangi produksi glukosa hati
(gluconeogenesis))
− Glibenklamid: 1 x 5 mg sehari untuk meningkatkan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas
− Simvastatin: 1 x 10 mg sehati untuk mengurangai jumlah kolestrol
DAFTAR PUSTAKA
Antari, N.K.N dan Hindrata A. E. (2017). Diabetes Melitus Tipe II. Studi Lapangan. Fakultas Kedokteran.
Universitas Udayana.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta:
Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal, Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Harrison's, dkk. 2008. Principle of internal medicine 17th edition. New York: Mc graw hill
Leslie,R.D.G. 1991. Buku Pintar Kesehatan Diabetes. Jakarta: ARCAN.
PERKENI. 2015. Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia 2015.
Jakarta: PB. PERKENI
Pramita, Maria Laksmi. 2010. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplilasi
Ischemic Heart Disease Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Januari 2008- Mei 2009. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sanata Dharma.
Raditya,B., dan M Aditya.2016. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Hiperkolesterolemia
pada Seorang Pria Usia 60 Tahun dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga. J Medulla Unila
Volume 5. Nomor 2. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Wells. B. G, Josept. T. D, dkk. 2015. Pharmacoteraphy Handbook Ninth Edition. New York: Mc graw hill
Yosefw. 2007. Terapi Kombinasi Antidiabetika oral Metformin dan Glibenklamid untuk Diabets Tipe
2(http://yosefw.wordpress.com/2007/12/21/terapi-kombinasi)

Anda mungkin juga menyukai