Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS DRUG RELATED PROBLEM (DRP) PADA PASIEN YANG

TERDIAGNOSA GAGAL GINJAL KRONIS DI UNIT RAWAT INAP DAHLIA RUMAH


SAKIT Dr SUYOTO

DRUG RELATED PROBLEM (DRP) ANALYSIS IN PATIENTS DIAGNOSED FAULTS


CHRONIC IN CHILDREN UNIT IN DAHLIA HOSPITAL Dr. SUYOTO
Disusun oleh :
Darmawan Jusman

Abstrak
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan
hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan
elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium
didalam darah atau produksi urin. Mengkaji profil pengobatan dan terapi obat pasien chronic
kidney disease (ckd) mengidentifikasi dan mengevaluasi adanya drug related problem, serta
menilai pengobatan rasional pada pasien yang sedang dirawat di ruang Dahlia Rumah Sakit dr.
Suyoto Jakarta. Terjadi kesalahan pemberian obat yang didapat oleh pasien, obat yang didapat
pasien kurang tepat yaitu pemberian ondacentron pada pasien yang tidak melakukan kemoterapi
atau pasca operasi, Ditemukan adanya DRP (Drug Related Problem) yang terjadi yaitu interaksi
obat dengan obat.

Abstract
Kidney Disease Kidney is a disease in which the function of kidney organs decrease until finally
no longer able to work at all in the case of electrolyte discharge filtering body, maintain the
balance of fluids and body chemicals such as sodium and potassium in the blood or urine
production. Assessing the medication and drug treatment profile of chronic kidney disease (ckd)
patients identifying and evaluating the presence of drug-related problems, as well as assessing
rational treatment in patients being treated in the Dahlia Hospital spaces dr. Suyoto Jakarta.
There was a mistake in the administration of the drug received by the patient, the drug received
by patients is not appropriate that ondacentron on patients who do not do chemotherapy or post-
surgery, found DRP (Drug Related Problem) that occurs is drug interactions with drugs.
Pendahuluan
meningkat setiap tahunnya. Dalam kurun waktu tahun 1999 hingga 2004, terdapat 16.8%
dari populasi penduduk usia di atas 20 tahun mengalami PGK. Persentase ini meningkat bila
dibandingkan data pada 6 tahun sebelumnya, yakni 14.5% (Chelliah 2011).
Di negara-negara berkembang, insidens ini diperkirakan sekitar 40 -60 kasus per juta
penduduk per tahun. Di Indonesia, dari data di beberapa bagian nefrologi, diperkirakan insidens
PGK berkisar 100 -150 per 1 juta penduduk. Menurut Suhardjono (2000), di Indonesia,
berdasarkan Pusat Data & Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia dianggarkan
sekitar 50 orang per satu juta penduduk. Pada tahun 2006 terdapat sekitar 100.000 orang
penderita gagal ginjal kronik di Indonesia (Chelliah 2011).

Hasil dan Pembahasan


A. IDENTITAS PASIEN

Nama Lengkap : Ny. AINDUN NINGSIH

Alamat : Jl. H. Toran NoXX Ciputat, Banten

Umur : 67 Tahun
Tempat / Tanggal Lahir : Tangerang / 15 Mei 1950
Pendidikan Akhir : Tamat SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. RM : 16-xx-xx
Status Pengobatan Pasien : BPJS/ Rawat Inap
Ruang Perawatan : Angrek
Tanggal Masuk / Keluar RS : 06 April 2017 / 09 Februari 2017
Riwayat Penyakit Pribadi : DM
Riwayat Penyakit Keluarga : -
Riwayat Pengobatan : -
Riwayat Alergi : -
Ketergantungan Obat : -
Keluhan Utama : Sesak, Mual, Nafsu makan menurun
Diagnosa Awal : CHF, CKD
Diagnosa Akhir : CHF, CKD
Anamnesa : Pasien baru dari IGD diantar oleh Tn. A.
datang dengan Keluhan sakit sejak 1 hari yang
lalu.
B. DATA SUBJEKTIF PASIEN

C. DATA OBJEKTIF PASIEN


1. Tanda-tanda Vital Pasien

2. Data Laboratorium
D. PROFIL PENGOBATAN PASIEN
1. Obat Selama Pasien Dirawat

2. Obat Pasien Pulang


E. ASSESSMENT AND PLAN

F. Pembahasan terapi pengobatan pasien


1. Keluhan dan terapi pengobatan pasien di hari ke 1
Tanggal 06 April 2017 pasien atas nama Ny. A.N masuk di IGD Rumah sakit dr.
Suyoto pukul 12.30 wib dengan keluhan Pasien sesak, mual dan muntah nafsu makan
menurun.
dengan hasil pemeriksaan laboratorium: tekanan darah: 150/99 mmHg, frekuensi
nadi 88 x/menit (Nilai Normal: ), suhu: 360C (Nilai Normal: ), ureum: 108 mg/dl, cretinin:
4,2 mg/dl, GDS: 280
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut pasien di diagnosa Typhoid Fever dan
dyspepsia.
Adapun terapi pengobatan pertama diberikan pada awal dirawat:
 Infus Ringer Lactat untuk pengganti cairan elektrolit selama pasien menderita diare
 Lasix Untuk Edema jantung, ginjal, & hati. Edema perifer karena obstruksi mekanis
atau insufisiensi vena & hipertensi. Amp Terapi tambahan pd edema pulmonari akut.
Digunakan jika ingin terjadi diuresis lebih cepat & tidak mungkin diberi oral.
 Digoxin obat dengan fungsi untuk mengobati gagal jantung, biasanya bersama dengan
obat lain. Obat ini juga digunakan untuk mengobati jenis tertentu dari denyut jantung
tidak teratur (fibrilasi atrium kronik). Mengobati gagal jantung dapat membantu Anda
tetap dapat berjalan dan olahraga dan dapat meningkatkan kekuatan jantung Anda.
Mengobati denyut jantung yang tidak teratur dapat menurunkan risiko darah
menggumpal, efek yang dapat menurunkan risiko terkena serangan jantung atau stroke.
Digoxin termasuk golongan cardiac glycoside. Obat ini bekerja pada mineral tertentu
(natrium dan kalium) di dalam sel jantung. Digoxin menurunkan ketegangan jantung
dan membantu agar denyut jantung tetap normal, teratur, dan kuat.
 ISDN dapat digunakan sebelum aktivitas fisik seperti olahraga dan aktivitas seksual
sebagai pencegahan terhadap angina pada orang dengan penyakit jantung koroner. Obat
ini juga dapat digunakan sebagai pereda angina ketika sedang terjadi. Hanya tablet
sublingual yang digunakan untuk pengobatan angina karena waktu timbul aksinya yang
cepat yaitu 2 – 5 menit.
 Gangguan pada sistem saraf tepi yang ditandai dengan kebas dan kesemuatan pada
anggota gerak. Penderita pegal -pegal otot. Pengobatan berbagai kelainan akibat
kekurangan vitamin B seperti penyakit beri-beri, gangguan saraf otak, sariawan, infeksi
mata, hingga penurunan kesadaran. Suplementasi pada pasien anemia atau kekurangan
darah merah akibat defisisensi vitamin B, dengan keluhan lemas, pucat, pusing, dan
lain-lain.
1. Pasien dinyatakan dapat pulang dan melanjutkan pengobatan di rumah
adapun pasien diizinkan pulang setelah 5 hari menjalani perawatan dan pengobatan
dimana penyakit pasien perlahan-lahan sembuh dan dapat melanjutkan perawatan di
rumah atau rawat jalan.
2. adapun obat yang di berikan selama rawat jalan yaitu :
 Ambroxol Sebagai obat batuk berdahak (terapi sekretolitik) pada penyakit
bronkopulmonal akut dan kronis yang berhubungan dengan dahak atau lendir
berlebihan dan gangguan transportasi lendir. Ambroxol digunakan untuk mengobati
tracheobronchitis, emfisema bronkitis pneumokoniosis, radang paru kronis,
bronkiektasis, bronkitis dengan bronkospasme asma. Dikombinasikan dengan
antibiotik pada bronkitis eksaserbasi akut yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
 Secara umum obat ini digunakan untuk membantu meningkatkan kadar ion kalium
dalam darah pada orang yang kekurangan kalium / hipokalemia. Aspar-K digunakan
pada penyakit-penyakit dan gejala berikut ini, karena kondisi tersebut sering kali
disertai dengan ketidakseimbangan elektrolit, terutama kalium: Penyakit jantung,
seperti jantung koroner, CHF, dan lain-lain. Penyakit hati (liver) Tetraplegia periodik
atau lumpuh anggota gerak karena hipokalemia, baca juga: Paralisis Hipokalemia
karena penggunaan obat diuretik anti-hipertensi, steroid, digitalis dan insulin dalam
jangka waktu yang panjang. Gangguan metabolisme kalium lainnya, misalnya pada
pasien sebelum dan setelah operasi, pasien diare dan muntah. Kekurangan kalium
dapat diamati tanda-tandanya seperti kelemahan otot, lesu, pusing, dan disorientasi.
Kekurangan kalium parah menyebabkan denyut jantung tidak teratur dan sembelit.
 Insufisiensi ginjal kronik dg diet tinggi kalori rendah protein ≤40 g/hr, retensi yg
terkompensasi atau dekompensasi, laju filtrasi glomerulus 5-50 mL/menit.
 Infeksi pada saluran pernapasan, infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran kemih dan
gonore akut (raja singa) Infeksi pada kulit. jaringan lunak, tulang dan sendi serta
osteomilitis akut. Mengobati penyakit tipes.
 Non-insulin-dependent (type II) Diabetes melitus (NIDDM) dimana kadar glukosa
darah tidak dapat hanya dikontrol dengan diet dan olahraga saja.
 ISDN dapat digunakan sebelum aktivitas fisik seperti olahraga dan aktivitas seksual
sebagai pencegahan terhadap angina pada orang dengan penyakit jantung koroner.
Obat ini juga dapat digunakan sebagai pereda angina ketika sedang terjadi. Hanya
tablet sublingual yang digunakan untuk pengobatan angina karena waktu timbul
aksinya yang cepat yaitu 2 – 5 menit.
3. Pembahasan Drug Related Problem
Domperidone 10mg + Inpepsa 1gr + Ondancentron 4mg
Pada tanggal 09 April 2017 domperidone tab diresepkan pada penggunaan bersamaan
dengan inpepsa tab dan Ondancentron Injeksi dimana menurut buku iso farmakoterapi
menganjurkan penggunaan obat antiemetika tunggal untuk sebagian besar kondisi,
pengecualian untuk pasien yang tidak menghasilkan respons atau yang mendapat
kemoterapi emetonik kuat, dibutuhkan multi regimen obat. tetapi dalam kasus ini
pasien tidak atau tidak sedang dalam kondisi mendapat kemoterapi.
Identifikasi Masalah :
Membutuhkan penyesuaian dosis. (drugs.com)
Plan :
menyesuiakan dosis digoxin
Kesimpulan
1. Pasien atas nama Tn. JP didiagnosa CKD (Chronic Kidney Disease).
2. Pasien Tn. JP menerima perawatan dan terapi pengobatan CKD (Chronic Kidney Disease).
3. Ditemukan adanya DRP (Drug Related Problem) yang terjadi yaitu interaksi obat dengan
obat.

DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.dexa-medica.com/diakses pada tanggal 6 juni 2017 pukul : 11:00 wib, Jakarta
utara.
2. https://mediskus.com/diakses pada tanggal 11 juli 2017 pukul : 09:00 wib, jakarta utara
3. http://www.tabletwise.com/indonesia-id/diakses pada tanggal 15 mei 2017 pukul : 20:00 wib,
jakarta utara.
4. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/diakses pada tanggal 17 juli 2017 pukul : 21:00
wib, jakarta utara.
5. Hogg RJ et al. National Kidney Foundation’s Kidney Disease Outcomes Quality Initiative
Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease in Children and Adolescents:
Evaluation, Classification, and Stratification. Pediatrics 2009: 111:1416-1421
6. Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid
3. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.
7. Kementerian Kesehatan. (2014). PERMENKES RI No. 58 tentang Standar Pelayana
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta.
8. Medscape. (2016). Dosage and indication. http://www.medscape.com.diakses pada tanggal
12 mei 2017 pukul 20:00 wib, jakarta utara
9. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC.
10.
11. Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
12. Sumber: http://www.pharmacytimes.com/contributor/shivam-patel-pharmd candidate/
2016/08/medications-requiring-renal-dosage-adjustments
13. Wilson LM. Gagal Ginjal Kronis. Dalam: Price SA, Wilson LM, penyunting. Patofisiologi
Konsep Klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-4. Jakarta: EGC,2005:712-769.

Anda mungkin juga menyukai