STADIUM 5
Oleh:
17014101361
Supervisor Pembimbing
Residen Pembimbing
MANADO
2019
LEMBAR PENGESAHAN
STADIUM 5
Mengetahui,
Supervisor Pembimbing
Residen Pembimbing
beberapa bulan atau tahun. Menurut KDIGO (Kidney Disease Improving Global
global dengan prevalensi dan insidens gagal ginjal yang meningkat, prognosis
yang buruk dan biaya yang tinggi. Prevalensi PGK meningkat seiring
meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan kejadian penyakit diabetes melitus
serta hipertensi. Sekitar 1 dari 10 populasi global mengalami PGK pada stadium
tertentu. Hasil systematic review dan metaanalysis yang dilakukan oleh Hill et al,
2016, mendapatkan prevalensi global PGK sebesar 13,4%. Menurut hasil Global
Burden of Disease tahun 2010, PGK merupakan penyebab kematian peringkat ke-
27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010.
data IRR (Indonesian Renal Registry). Namun belum dapat dipastikan apakah
1
ginjal tahap akhir, karena data IRR didapatkan dari pasien hemodialisis yang
pasien rawat inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2017 ialah
pasien dengan riwayat penyakit hipertensi, riwayat asam urat, riwayat diabetes
yang tidak teratur selama menderita riwayat penyakit dahulu, serta penggunaan
obat penghilang nyeri/ Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS). Faktor risiko
lain terdapat pada pola hidup pasien yang meliputi kebiasaan merokok, konsumsi
namun dapat berjalan progresif menjadi gagal ginjal. Penyakit ginjal bisa dicegah
dan ditanggulangi dan kemungkinan untuk mendapatkan terapi yang efektif akan
lebih besar jika diketahui lebih awal. Pada laporan kasus ini akan di bahas tentang
2
LAPORAN KASUS
Seorang pasien laki-laki dengan inisial Tn. S.G usia 43 tahun alamat di
Desa Passo Jaga IV Kab. Minahasa dirawat di Irina C1 RSUP. Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado sejak tanggal 30 Mei 2019. Pasien dirujuk dari RSUD Noongan
Langowan Kab. Minahasa dengan keluhan utama lemah badan. Keluhan ini sudah
dirasakan sejak 3 hari Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS). Lemah badan sesisi
disangkal pasien. Selain itu, pasien juga mengeluhkan pusing saat ingin bangun
dari tempat tidur dan sering keram-keram pada kedua tungkai. Mual (+), muntah,
demam, sesak napas, nyeri dada, dan batuk disangkal pasien. Riwayat muntah
darah disangkal pasien. Pasien juga mengeluhkan sering nyeri pada kedua
pinggang pasien dan memberat sejak 4 bulan SMRS. Pasien mengaku sekitar 3
tahun lalu kedua kaki pasien sering bengkak dan saat ditekan pada daerah
bengkak seperti membuat cekungan yang lama kembali ke posisi semula. Nafsu
makan menurun. Buang Air Besar (BAB) dengan konsistensi lunak, darah (-),
warna kuning kecoklatan, riwayat BAB hitam pernah 2 kali sejak 1 minggu
SMRS. Buang Air Kecil (BAK) dengan nyeri saat berkemih disangkal, walaupun
pasien sudah banyak minum air, tetapi pasien hanya buang air kecil sedikit-sedikit
tiap kali buang ari kecil, volume buang air kecil ± 1 botol aqua 600 ml per hari,
stadium 5 sejak 2 minggu SMRS. Pasien sudah pernah menjalani terapi cuci darah
3
dipulangkan ke Indonesia. Pasien juga sempat kejang 1 kali, kejang seluruh tubuh,
durasi kejang ± 1 menit. Riwayat asam urat (+) sejak ± sudah 10 tahun. Pasien
sering mengkonsumsi obat Piroksikam sebagai obat anti nyeri dengan dosis yang
diatur sendiri oleh pasien. Riwayat kolesterol (+), hipertensi, diabetes melitus,
penyakit paru, dan penyakit jantung disangkal pasien. Riwayat penyakit keluarga
didapatkan bahwa hanya pasien yang memiliki keluhan seperti ini di dalam
keluarga. Riwayat kebiasaan merokok dan minum alkohol disangkal oleh pasien.
Pasien juga sering mengkonsumsi obat anti nyeri/ Obat Anti Inflamsi Non Steroid
sembarangan dengan dosis yang diatur sendiri oleh pasien ± sudah 10 tahun.
90/60 mmHg; denyut nadi 88 kali/menit reguler, kuat angkat dan isi cukup;
respirasi 18 kali/menit; serta suhu tubuh 36,5C. Berat badan 73 kg, tinggi badan
163 cm dengan status gizi Overweight (Indeks Massa Tubuh 27,47 kg/m2). Pada
tidak ikterik, pupil bulat isokor dengan diameter kurang lebih tiga milimeter,
refleks cahaya normal kanan sama dengan kiri, bibir tidak sianosis dengan
mukosa mulut basah, faring tidak hiperemis serta tonsil T1-T1. Pada pemeriksaan
leher tidak didapatkan distensi vena jugularis, trakea letak tengah dan tidak ada
pergerakan dada simetris kanan dan kiri. Dari palpasi didapatkan taktil fremitus
kanan sama dengan kiri. Pada perkusi didapatkan sonor pada kedua lapangan
4
paru. Pada auskultasi didapatkan suara pernapasan vesikuler, tidak terdapat ronkhi
dan wheezing pada kedua lapangan paru. Pada pemeriksaan jantung iktus kordis
tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kanan pada linea parasternalis dextra
interkostal IV, batas jantung kiri pada linea midclavicularis sinistra interkostal V.
A2>A1, P2>P1, A2>P2, tidak ada murmur dan gallop. Pada pemeriksaan
terdengar bising usus dalam batas normal. Pada palpasi didapatkan nyeri tekan
pada epigastrium, nyeri tekan suprapubik tidak ada, tidak teraba pembesaran hati
dan limpa, ballottement test pada ginjal negative, nyeri ketok kosto vertebra (+/+).
edema pada ekstremitas, tidak terdapat tofi. capillary refill time (CRT) ≤ 2 detik.
Pemeriksaan colok dubur didapatkan sfingter ani cekat, mukosa licin, tidak
hematokrit 16,2%; MCH 25,9 pg; MCHC 34,0 g/dL; MCV 76,4 fL; SGOT 40
U/L; SGPT 17 U/L; ureum 343 mg/dL; kreatinin 12,5 mg/dL; GDS 138 mg/dL;
natrium 138 mEq/L; kalium 5,88 mEq/L; klorida 92,3 mEq/L; nilai LFG= 7,86
ml/menit/1,73 m2; asam urat 10,8 mg/dL. Foto thorax; kesan kardiomegali dengan
5
sinus ritme; heart rate 71 kali/menit; axis normal; gelombang P normal; PR
penunjang lainnya maka pasien didiagnosis kerja dengan Penyakit ginjal kronik
Kidmin 400 cc tiap 24 jam intravena, salbutamol respules 2,5 mg tiap 6 jam
inhaler, asam folat tablet 0,4 mg tiap 12 jam per oral, lansoprazole injeksi 30 mg
tiap 12 jam intravena, sucralfat syrup 10 cc tiap 8 jam per oral. Terapi non-
PRC/Packed Red blood Cell 230 cc selang sehari, diet protein 1,2 gr/kgBB/hari;
mual dan muntah ± 3 kali, isi muntahan cairan, sisa makanan (-), darah (-),
demam (-), kejang (-), BAB hitam (-), nyeri pada kedua tungkai dan kaki (+).
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
6
anemis dan sclera tidak ikterik. Pada pemeriksaan dada, inspeksi tampak
pergerakan napas simetris kanan dan kiri, palpasi taktil fremitus kanan sama
dengan kiri. Suara napas vesikuler, tidak terdapat rhonki dan wheezing. Pada
pemeriksaan jantung, iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba. Batas-batas
jantung dalam batas normal dan bunyi jantung I dan II reguler, M1>M2, T1>T2,
A2>A1, P2>P1, A2>P2, tidak ada murmur dan gallop. Pada pemeriksaan
abdomen, inspeksi datar, auskultasi bising usus positif normal, palpasi lemas dan
terdapat nyeri tekan pada epigastrium serta tidak teraba pembesaran hati maupun
limpa. Perkusi timpani dan tidak ditemukan adanya asites. Pada pemeriksaan
ekstremitas didapatkan akral hangat dan tidak adanya edema. Hasil pemeriksaan
17,4%; MCH 26,2 pg; MCHC 33,3 g/dL; MCV 78,7 Fl. Pemeriksaan urinalisis:
warna kuning; jernih; eritrosit 0-1; leukosit 1-2; epitel 0-1; bakteri (-); jamur (-);
amoeba (-); pH normal; protein 2+; nitrit (-); leukosit (-); glukosa (-); keton (-);
salbutamol respules 2,5 mg tiap 6 jam inhaler, asam folat tablet 0,4 mg tiap 12
jam per oral, domperidone injeksi 10 cc tiap 8 jam intravena, lansoprazole injeksi
7
30 mg tiap 12 jam intravena, sucralfat syrup 10 cc tiap 8 jam per oral. Terapi non-
Cell 230 cc selang sehari, kebutuhan cairan; urine output + 500 cc (Insensible
Water Loss), pemantauan tanda-tanda vital dan pemantauan urine output. Urine
Hari perawatan kedua dan ketiga di ruangan, 1 dan 2 Juni 2019. Keluhan
lemah badan berkurang, mual muntah (-), demam (-), BAB hitam (-), nyeri pada
kedua tungkai dan kaki (+). Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 110/70 mmHg,
kepala ditemukan konjungtiva anemis dan sclera tidak ikterik. Pada pemeriksaan
dada, inspeksi tampak pergerakan napas simetris kanan dan kiri, palpasi taktil
fremitus kanan sama dengan kiri. Suara napas vesikuler, tidak terdapat rhonki dan
wheezing. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba.
Batas-batas jantung dalam batas normal dan bunyi jantung I dan II reguler,
M1>M2, T1>T2, A2>A1, P2>P1, A2>P2, tidak ada murmur dan gallop. Pada
palpasi lemas dan terdapat nyeri tekan pada epigastrium serta tidak teraba
pembesaran hati maupun limpa. Perkusi timpani dan tidak ditemukan adanya
8
2,18x106sel/µL; leukosit 5.200 sel/µL; trombosit 176.000 sel/µL; hematokrit
17,2%; MCH 26,6 pg; MCHC 33,7 g/dL; MCV 78,9 fL; ureum 279 mg/dL;
kreatinin 11,2 mg/dL; natrium 141 mEq/L; kalium 4,81 mEq/L; klorida 104,7
tiap 24 jam intravena, salbutamol respules 2,5 mg tiap 6 jam inhaler, asam folat
tablet 0,4 mg tiap 12 jam per oral, lansoprazole injeksi 30 mg tiap 12 jam
PRC/Packed Red blood Cell 230 cc selang sehari, kebutuhan cairan; urine output
Keluhan lemah badan berkurang, mual (-), muntah (-), demam (-), kejang (-),
BAB hitam (-), nyeri pada kedua tungkai dan kaki berkurang. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis.
sclera tidak ikterik. Pada pemeriksaan dada, inspeksi tampak pergerakan napas
9
simetris kanan dan kiri, palpasi taktil fremitus kanan sama dengan kiri. Suara
napas vesikuler, tidak terdapat rhonki dan wheezing. Pada pemeriksaan jantung,
iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba. Batas-batas jantung dalam batas
normal dan bunyi jantung I dan II reguler, M1>M2, T1>T2, A2>A1, P2>P1,
A2>P2, tidak ada murmur dan gallop. Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi datar,
auskultasi bising usus positif normal, palpasi lemas dan terdapat nyeri tekan pada
epigastrium serta tidak teraba pembesaran hati maupun limpa. Perkusi timpani
akral hangat dan tidak adanya edema. Pemeriksaan laboratorium 3 Juni 2019
sel/µL; trombosit 188.000 sel/µL; hematokrit 19,2%; MCH 25,8 pg; MCHC 32,0
g/dL; MCV 80,5 fL; ureum 304 mg/dL; kreatinin 12,1 mg/dL; SGOT/AST
protein total 6,38 g/dL; serum iron (SI) 17 ug/dL; fosfor 5,5 mg/dL; magnesium
1,91 mg/dL; albumin 3,21 g/dL; globulin 3,17 g/dL; saturase transferin 10%;
detik; TIBC/Total Iron Binding Capacity 163. Pasien didiagnosis dengan Penyakit
farmakologis berupa pemberian Kidmin 400 cc tiap 24 jam intravena, asam folat
10
tablet 0,4 mg tiap 12 jam per oral, lansoprazole injeksi 30 mg tiap 12 jam
2.190 kkal/hari, diet lambung 1, transfusi PRC/Packed Red blood Cell 230 cc
selang sehari, kebutuhan cairan; urine output + 500 cc (Insensible Water Loss),
pemantauan tanda-tanda vital dan pemantauan urine output. Urine output: ± 600
cc/24 jam
hematokrit 21,3%; MCH 26,1 pg; MCHC 32,9 g/dL; MCV 79,5 fL; ureum 140
mg/dL; kreatinin 7,0 mg/dL; natrium 139 mEq/L; kalium 3,77 mEq/L; klorida
96,3 mEq/L. Pasien didiagnosis dengan Penyakit ginjal kronik Stadium 5 et causa
tiap 24 jam intravena, asam folat tablet 0,4 mg tiap 12 jam per oral, lansoprazole
injeksi 30 mg tiap 12 jam intravena, sucralfat syrup 10 cc tiap 8 jam per oral.
Red blood Cell 230 cc selang sehari, kebutuhan cairan; urine output + 500 cc
11
output. Urine output: ± 600 cc/24 jam. Pasien dirawat jalan pada tanggal 7 Juni
2019 dengan terapi farmakologis yang diberikan yaitu asam folat tablet 0,4 mg
tiap 12 jam per oral, lansoprazole kapsul 30 mg tiap 12 jam per oral, sucralfat
syrup 10 cc tiap 8 jam per oral, paracetamol tablet 500 mg tiap 8 jam per oral (jika
demam/nyeri).
12
PEMBAHASAN
bulan.1 Pada pasien ini telah dilakukan hemodialisis sejak 2 minggu SMRS. Pada
ureum 343 mg/dL; kreatinin 12,5 mg/dL; natrium 138 mEq/L; kalium 5,88
mEq/L; klorida 92,3 mEq/L; nilai LFG pada pasien ini didapatkan 7,86
data IRR. Namun belum dapat dipastikan apakah memang hipertensi merupakan
penyebab PGK atau hipertensi akibat penyakit ginjal tahap akhir, karena data IRR
penyakit ginjal tahap akhir. Berdasarkan urutannya PGK dapat disebabkan oleh 1)
13
dan 8) sebab lain; intoksikasi obat, nefropati urat, nefritis lupus. Pada pasien ini
riwayat diabetes melitus dan hipertensi disangkal oleh pasien. Pemeriksaan gula
darah sewaktu pasien didapatkan 138 mg/dL pada tanggal 30 Mei 2019. Pada
pasien ini PGKnya disebabkan oleh intoksikasi obat OAINS. Pasien mengatakan
± sudah 10 tahun pasien mengkonsumsi OAINS secara teratur dengan dosis yang
mendasari seperti diabetes melitus, infeksi traktus urinarius, batu traktus urinarius,
terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan volume
lemah badan, letargi, anoreksia, mual, kelebihan volume cairan, neuropati perifer
dan kejang.
terapeutik dan efek merugikan tertentu. Mekanisme kerja dan efek terapeutik
OAINS adalah sebagai berikut; prostaglandin dilepaskan ketika sel rusak dan
aspirin dan OAINS menghambat biosintesisnya pada semua tipe sel. Akan tetapi,
inflamatori lain, termasuk elkosanoid lain. Meskipun efek klinis obat-obat ini
14
secara jelas menghambat sintesis prostaglandin, perbedaan besar antar individu
dan intraindividu dalam proses klinis dapat diketahui. Pada konsentrasi tinggi,
selulaer.5,6 Efek merugikan pada terapi OAINS salah satunya pada gastrointestinal.
Gejala yang paling sering berhubungan dengan obat ini adalah gastrointestinal,
termasuk anoreksia, mual, dispepsia, nyeri abdomen, dan diare. Gejala-gejala ini
berhubungan dengan induksi ulser lambung atau usus, yang diperkirakan terjadi
pada 15-30% pengguna reguler. Pada pasien juga didiagnosis dengan melena et
riwayat BAB hitam 2 kali sejak 1 minggu SMRS. Pemeriksaan Rectal toucher/
colok dubur didapatkan sfingter ani cekat, mukosa licin, tidak terdapat darah
Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya. Waktu yang paling tepat untuk terapi
perburukan fungsi ginjal tidak terjadi. Sebaliknya, bila LFG sudah menurun
sampai 20-30% dari normal, terapi terhadap penyakit dasar sudah tidak banyak
15
dokter maupun pergi ke rumah sakit. Keluhan seperti BAK dengan volume sedikit
walapun sudah minum banyak serta bengkak pada tungkai sudah dialami pasien
nefrotoksik atau peningkatan aktivitas penyakit dasarnya). Pada pasien ini kondisi
fungsi ginjal adalah terjadinya hiperfiltrasi glomerulus. Ada 2 cara penting untuk
pasien. Bila terjadi malnutrisi, jumlah asupan kalori dan protein dapat
disimpan dalam tubuh tapi dipecah menjadi urea dan substansi nitrogen lain, yang
terutama diekskresikan oleh ginjal. Selain itu, makanan tinggi protein yang
mengandung ion hidrogen, fosfat, sulfat, dan ion anorganik lain juga
16
diekskresikan melalui ginjal. Oleh karena itu, pemberian diet tinggi protein pada
anorganik lain, dan mengakibatkan gangguan klinis dan metabolik yang disebut
uremia. Masalah penting lain adalah, asupan protein berlebih (protein overload)
pembatasan asupan fosfat, karena protein dan fosfat selalu berasal dari sumber
Pada pasien ini diberikan diet protein 1,2 gr/kgBB/hari; 87 gr/hari, kalori 30
kkal/kgBB/hari; 2.190 kkal/hari yang disesuaikan dengan berat badan pasien yaitu
merupakan faktor risiko terjadinya pemburukan fungsi ginjal, dengan kata lain
derajat proteinuria berkaitan dengan proses perburukan fungsi ginjal pada PGK.
dapat memperlambat proses perburukan fungsi ginjal. Hal ini terjadi lewat
17
tidak diberikan obat anti hipertensi golongan ACE inhibitor maupun golongan lain
karena pada pasien terjadi hiperkalemia sedangkan OAH/Obat Anti Hipertensi gol
aldosteron sehingga jika diberikan dapat memperburuk kondisi pasien. Selain itu,
pasien juga mengalami hipotensi dengan tensi 90/60 mmHg, sehingga tidak
diberikan OAH.
terapi terhadap penyakit kardiovaskular merupakan hal yang penting, karena 40-
45% kematian pada PGK disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Hal-hal yang
pencegahan dan terapi terhadap komplikasi PGK secara keseluruhan. Pada pasien
tidak terdapat riwayat penyakit diabetes dan hipertensi namun tetap diawasi
dengan pemeriksaan gula darah puasa dan pemantauan tekanan darah setiap hari.
Pada pasien terdapat anemia normokrom normositik dengan Hb 5,5 g/dL; eritrosit
2,12x106sel/µL; MCH 25,9 pg; MCHC 34,0 g/dL; MCV 76,4 fL; GDS 138
mg/dL; anemia pada pasien dikoreksi dengan transfusi sel darah merah 230cc
selang sehari dengan pemberian asam folat tablet 0,4 mg tiap 12 jam per oral.
Selain anemia pasien juga mengalami hiperkalemia ringan dengan kalium kalium
18
respules 2,5 mg tiap 6 jam inhaler. Pasien juga mengalami hiperfosfatemia dengan
kadar fosfor 5,5 mg/dL. Hiperfosfatemia pada pasien dikoreksi dengan diet
protein 1,2 gr/kgBB/hari; 87 gr/hari dan diet rendah garam. Pembatasan cairan
dan elektrolit. Pembatasan asupan air pada pasien PGK, sangat perlu dilakukan.
kardiovaskular. Air yang masuk ke dalam tubuh dibuat seimbang dengan air yang
keluar, baik melalui urin maupun insensible water loss. Dengan berasumsi bahwa
air yang keluar melalui insensible water loss antara 500-800 ml/hari (sesuai
dengan luas permukaan tubuh), maka air yang masuk dianjurkan 500-800 ml
ditambah jumlah urin. Elektrolit yang harus diawasi asupannya adalah kalium dan
aritmia jantung yang fatal. Oleh karena itu, pemberian obat-obat yang
mengandung kalium dan makanan yang tinggi kalium (seperti buah dan sayuran)
harus dibatasi. Kadar kalium darah dianjurkan 3,5-5 mEq/lt. Pembatasan natrium
yang diberikan, disesuaikan dengan tingginya tekanan darah dan derajat edema
yang terjadi. Pada pasien telah dilakukan pembatasan cairan berdasarkan urine
output dan insensible water loss. Kebutuhan cairan; urine output + 500 cc
19
PGK stadium 5 dengan LFG= 7,86 ml/menit/1,73 m2; pada pasien sudah
Manado. Pasien juga diberikan infus kidmin 400 cc per 24 jam untuk memberikan
KESIMPULAN
20
diberikan beberapa terapi yang sesuai dengan kepustakaan, terapi farmakologis
berupa pemberian kidmin 400 cc tiap 24 jam intravena, salbutamol respules 2,5
mg tiap 6 jam inhaler, asam folat tablet 0,4 mg tiap 12 jam per oral, lansoprazole
injeksi 30 mg tiap 12 jam intravena, sucralfat syrup 10 cc tiap 8 jam per oral.
Untuk terapi non farmakologis, pada pasien diberikan terapi pengganti ginjal yaitu
selanjutnya mengikuti rawat jalan pada poliklinik interna, poliklinik ginjal dan
DAFTAR PUSTAKA
21
3. Logani I, Tjitrosantoso H, Yudistira A. Faktor risiko terjadinya gagal
ginjal kronik di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Parmachon. 2017;
6: 1-9.
LAMPIRAN
22
Lampiran 1. Hasil pemeriksaan Elektrokardiografi (tanggal 30 Mei 2019)
23
Lampiran 2. Hasil pemeriksaan Foto rontgen dada (tanggal 30 Mei 2019)
24