Anda di halaman 1dari 8

Annisa Abdillah dan Azelia Nusadewiarti│Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien TBC Milier – HIV Seronegatif

Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien TBC Milier – HIV Seronegatif


Annisa Abdillah1, Azelia Nusadewiarti2
1
Mahasiswa Kepaniteraan Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
TBC milier adalah bentuk TBC yang berpotensi fatal. Tingkat mortalitas TBC milier terjadi lebih tinggi pada dewasa (25%-
30%) daripada anak-anak (15%-20%). Manifestasi klinis pasien dengan TBC milier pada dewasa tidak spesifik. Terapi yang
diberikan tidak hanya dengan menggunakan obat anti TB, tetapi terapi yang berfokus pada pasien dan pendekatan keluarga
yang dilakukan secara holistik. Studi yang dilakukan adalah Case report. Data primer diperoleh melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik dengan melakukan kunjungan rumah, mengisi family folder, dan mengisi berkas pasien, tes laboratorium
di Rumah sakit dan Puskesmas. Penilaian dilakukan berdasarkan diagnostik holistik awal, proses, dan akhir kunjungan
secara kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan diagnosis holistik, pasien mengeluhkan demam selama 6 bulan, disertai
dengan keringat malam hari, penurunan nafsu makan, mual, penurunan berat badan. Pasien khawatir sakit semakin
memberat dan mengancam nyawa. Pasien berpersepsi penyakitnya dapat disembuhkan. Pasien adalah seorang pria,
berusia 53 tahun yang memiliki riwayat kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol, dan kopi sejak 30 tahun yang lalu.
Pasien memiliki derajat fungsional 2 dengan TBC milier-HIV seronegatif, memiliki faktor resiko internal, yaitu riwayat
kebiasaan minum alkohol dan merokok, pola pengobatan kuratif, jarang berolah raga dan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya. Kemudian dilakukan intervensi dan evaluasi terhadap pasien dan keluarganya tentang penyakitnya, obat, gaya
hidup sehat, didapatkan perubahan perilaku pasien dan keluarga yang menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Diagnosis
TBC milier pada kasus ini sudah sesuai dengan teori dan telaah kritis dari penelitian terkini. Penatalaksanaan yang diberikan
juga sudah sesuai dengan guideline, terlihat perkembangan gejala klinis yang baik dan perubahan perilaku.

Kata kunci: Holistik, milier, tuberculosis

Holistic Management For Patient With Miliary TBC – HIV Seronegative


Abstract
Miliary TBC is a potentially fatal form of TBC. Mortality rates for military TBC occurs higher in adults (25% - 30%) than in
children (15% - 20%). Clinical manifestations of patients with miliary tuberculosis in adults are not specific. Therapy is given
not only by using drugs, but also the therapy should be focus on the patient or patient-centered and family approach which
is done holistically. The study is Case Report. Primary data was obtained through history taking and physical examination by
making home visits, filling out family folders, and filling in patient files. Assessment was carried out based on the initial
holistic diagnosis, process, and end of the visit quantitatively and qualitatively. Based on holistic diagnosis, the patient
complains fever for 6 months, accompanied by night sweats, decrease appetite, nausea, weight loss. The patient is worried
that his pain will become increasingly burdensome and life threatening. The patient is a man, 53 years. Patients have
fungtional degrees 2 with Milliary TBC – HIV Seronegative, have internal risk factors, such as drinking alcohol and smoking
habits, curative treatment patterns, rarely exercise and lack of knowledge about the disease. The intervention and
evaluation has been done to the patient and his family members about patient’s illness, medications, lifestyles, obtained
changes in the behavior of patients and families. The diagnosis of milliary tuberculosis in this cases is in accordance with the
theory and critical appraisal of resent research.

Key words: Holistic, milliary, tuberculosis

Korespodensi : Annisa Abdillah, Jl.Kopi 24A, Bandar Lampung, HP 085929800599, Email annisaabdillah8@gmail.com

Pendahuluan
Tuberculosis (TBC) adalah suatu penyakit kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017
menular yang disebabkan oleh kuman didapatkan laki-laki 1,4 kali lebih besar
Mycobacterium tuberculosis. Eliminasi TBC dibandingkan perempuan. Hal tersebut
telah menjadi bagian dari fokus utama berhubungan dengan kebiasaan merokok,
pemerintah di bidang kesehatan selain yaitu laki-laki sebanyak 68,5% dan 3,7%
penurunan stunting dan peningkatan cakupan perempuan yang merokok1.
dan mutu imunisasi. Jumlah kasus baru TBC di TBC milier adalah bentuk TBC yang
Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun berpotensi fatal yang dihasilkan oleh
2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis penyebaran secara besar-besaran basil

Medula | Volume 9 | Nomor 2 | Juli 2019| 366


Annisa Abdillah dan Azelia Nusadewiarti│Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien TBC Milier – HIV Seronegatif

Mycobacterium tuberculosis. Epidemiologi TBC dengan patient-centered. Lamanya terapi


milier saat ini telah berubah akibat pandemik pengobatan TB dapat menjadikan penyebab
global HIV/AIDS dan peningkatan penggunaan pasien gagal mencapai pengobatan dengan
obat-obatan imunosupresif. Manifestasi klinis penuh sehingga dapat berkembang menjadi
pasien dengan TBC milier pada dewasa tidak TBC resisten obat dan dapat terjadi komplikasi
spesifik bahkan sampai penyakitnya bertambah yang tidak diinginkan. Riwayat alamiah TB
parah. Tingkat mortalitas TBC milier terjadi (penyakit yang diobati dalam jangka waktu
lebih tinggi pada dewasa (25%-30%) daripada lama), termasuk faktor resiko dan faktor lain
anak-anak (15%-20%). Pengobatan anti TB yang mendasarinya, memungkinkan TBC dapat
yang terlambat dapat menyebabkan kematian dilakukan pengobatan dengan pendekatan
pada TBC milier2. Walaupun di daerah yang yang berfokus pada pasien. Oleh karena itu,
endemik, diagnosis TBC milier dapat menjadi diperlukan pendekatan terapi yang holistik
sulit karena tanda dan gejalanya yang tidak pada penatalaksanaan TBC. Pada kasus kali ini,
spesifik, gambaran rontgen paru yang tidak dilakukan pada pasien dengan TBC milier6.
selalu dapat menunjukkan gambaran khas TBC
milier3. Kasus
Pasien dengan TBC milier dapat Tn.E, usia 53 tahun berdomisili di
meninggal dalam waktu satu tahun jika mereka daerah Pesawahan, Teluk Betung, datang ke
tidak mendapatkan pengobatan. Obat anti-TB Puskesmas Pasar Ambon atas rujukan balik dari
sangatlah penting bagi keberlangsungan hidup RS dengan keluhan demam sejak 6 bulan yang
pasien dengan TBC. Saat ini belum terdapat lalu. Keluhan demam dirasakan setiap hari,
consensus untuk durasi pengobatan yang hilang dengan meminum obat penurun panas
optimum bagi TBC milier. Lama pengobatan kemudian naik kembali, demam dirasakan
yang dilakukan dapat selama 24 bulan, 6 dan 9 sama setiap harinya, dan diikuti menggigil dan
bulan. Menurut American Thoracic Society, keringat pada malam hari. Keluhan lainnya,
Centers for disease Control and Prevention, mual, bab cair setiap hari, sebanyak satu kali,
Infectious Disease Society of America and bab warna coklat, berlendir, tidak ada darah,
British Thoracic Society, pengobatan TBC dan berbau, tidak nafsu makan, badan
dengan obat anti TB yang direkomendasikan dirasakan terus mengurus. Pasien menyangkal
adalah selama 6 bulan jika TBC milier tanpa menderita batuk lebih dari 2 minggu. Pasien
meningitis. Jika terdapat meningitis maka tidak ada sariawan pada mulut, tidak ada
durasi pengobatan menjadi 12 bulan4. muntah. Pasien sudah pernah dirawat di RS
Penyebaran infeksi mycobacterium yang daerah 1 minggu sebelum ke Puskesmas Pasar
luas baik secara hematogen dan limfogen pada Ambon, selama 3 hari karena keluhannya, dan
TBC milier dapat meningkatkan resiko untuk dikatakan TBC milier. Pasien kemudian mulai
terjadinya Acute Respiratory Distress Syndrome mendapatkan obat anti TBC berupa Isoniazid
(ARDS) dan ARDS ini berpotensi empat kali lipat tablet 100 mg, Rifampicin kapsul 300 mg,
terjadi pada TBC milier dibandingkan dengan Pyrazinamid tablet 500 mg, dan Etambutol 250
TBC pulmonal. Pemantauan awal pasien mg, serta obat lainnya seperti Paracetamol 500
sangatlah penting untuk mendeteksi mg jika demam, New diatab jika bab cair,
komplikasi ini yang didukung dengan tes Acetylcystein 200 mg, Chlorampheniramine
laboratorium. Untuk mencegah terjadinya maleat 10 mg 3x1, vitamin 1x1. Pasien belum
komplikasi ini maka diperlukan evaluasi yang pernah menderita TBC sebelumnya. Riwayat
komprehensif5. Walaupun kasus TBC sudah keluarga dengan TBC yaitu ayah pasien dan
mengalami penurunan, tetapi belum diketahui keponakan pasien. Tidak ada riwayat TBC pada
apakah terdapat jumlah penurunan TBC orang yang tinggal satu rumah. Pasien pernah
ekstraparu atau tidak6. mengonsumsi alkohol terakhir 30 tahun yang
Terapi yang diberikan tidak hanya lalu. dan berhenti merokok sekitar 5 tahun
dengan menggunakan obat anti TB, tetapi yang lalu. Pasien terkadang mengonsumsi kopi
terapi yang berfokus pada pasien atau disebut dan tidak melakukan olah raga rutin.

Medula | Volume 9 | Nomor 2 | Juli 2019| 367


Annisa Abdillah dan Azelia Nusadewiarti│Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien TBC Milier – HIV Seronegatif

Riwayat pola makan pasien 3 kali sehari MCH 22,6 pg


dengan perubahan variasi 2 kali. Varian MCHC 32 g/dL
makanan pagi hari berbeda dengan yang Trombosit 540.000 /uL
dimakan padi siang hari, sedangkan siang dan LED 76 mm/jam
sore makanan yang dikonsumsi sama. Jumlah
makanan biasanya sekitar 1 mangkok nasi, ¼ Tabel 2. Kimia Darah Tanggal 17 Juli 2019
mangkok sayur untuk sekali makan, dan 1 atau Kimia Hasil
2 buah tahu atau tempe. Kadang-kadang GDS 106 mg/dL
SGOT 16 u/L
pasien mengonsumsi ikan atau ayam sesekali.
SGPT 14 u/L
Pasien jarang mengonsumsi buah-buahan,
Albumin 3,8 gr/dL
sekitar 1-2 kali dalam 1 bulan. Selama 6 bulan
Asam Urat 3,6 mg/dL
sebelum diketahui menderita TBC milier,
pasien sudah berulang kali berobat ke klinik
dokter, namun tidak membaik. Pasien tidak Tabel 3. Kimia Darah Tanggal 17 Juli 2019
memiliki riwayat alergi obat sebelumnya. Sero-Imunologi Hasil
Berdasarkan pemeriksaan fisik Anti-HIV Non-reaktif
didapatkan keadaan umum tampak sakit Xpert MTB Very Low
sedang; kesadaran : compos mentis E4V5M6;
suhu : 370C; tekanan darah : 90/70 mmHg; Pemeriksaan Rontgen Thorax
frekuensi nadi : 85 x/menit; frekuensi napas; 22 Tanggal Pengambilan Foto : 18 Juli 2019
x/menit; berat badan : 49 kg; tinggi badan: 165 Hasil : Elongatio aorta, Jantung tidak
cm; status gizi : IMT 18,1 kurus. Rambut hitam membesar, Gambaran TB milier.
tersebar merata. Konjungtiva mata tampak
anemis. Telinga, hidung, dan tenggorokan
kesan dalam batas normal. Paru, gerak dada
dan fremitus taktil simetris, vesicular breath
sound (VBS) dikedua lapang paru, auskultasi
ditemukan adanya ronkhi basah halus di
seluruh lapang paru, tidak ditemukan
wheezing. Batas jantung tidak melebar, BJ I dan
II regular, tidak ditemukan murmur / gallop, Gambar 1. Foto rontgen thorax PA
kesan jantung dalam batas normal. Pada
pemeriksaan abdomen inspeksi datar dan Pembahasan
simetris, auskultasi didapatkan bising usus Dalam rangka melakukan
normal, perkusi timpani pada 9 regio abdomen, penatalaksanaan yang holistik pada pasien,
tidak di dapatkan nyeri tekan abdomen. telah dilakukan kunjungan sebanyak empat
Ekstremitas akral hangat, tidak ditemukan kali. Pemeriksaan pertama dilakukan di
edema, capillary refill time (CRT) <2s, kesan Puskesmas Pasar Ambon dan dilanjutkan
dalam batas normal. Musculoskeletal dan empat kali follow up kunjungan ke rumah
status neurologis dalam batas normal. pasien. Pemeriksaan pertama ditujukan untuk
mendapatkan anamnesis, pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang dan penunjang diagnosis serta kunjungan
Laboratorium pertama untuk mendapatkan data family
Tabel 1. Darah Lengkap Tanggal 17 Juli 2019
folder.
Hematologi Hasil
Pemeriksaan di Puskesmas Pasar
Leukosit 9.600 / uL
Ambon pada tanggal 20 Juli 2019 dan
Eritrosit 4,2 jt/uL
kunjungan pertama tanggal 23 Juli 2019
Hb 9,5 g/dL
dengan hasil Tn.E, usia 53 tahun berdomisili di
Ht 29,6 %
daerah Pesawahan, datang ke Puskesmas Pasar
MCV 70,7 fL
Ambon dengan keluhan demam disertai

Medula | Volume 9 | Nomor 2 | Juli 2019| 368


Annisa Abdillah dan Azelia Nusadewiarti│Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien TBC Milier – HIV Seronegatif

menggigil pada malam hari sejak 6 bulan, beberapa spesies M. tuberculosis, M.


demam dirasakan sama setiap hari. Keluhan africanum, M. bovis, M. Leprae. Bakteri ini juga
lain, yaitu bab cair satu kali sehari, penurunan dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
nafsu makan, mual, penurunan berat badan, Gejala utama pasien TBC paru, yaitu batuk
keringat pada malam hari, tidak ada batuk- berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk
batuk lama atau batuk berdahak, tidak ada dapat diikuti dengan gejala tambahan, yaitu
muntah, tidak ada sariawan di mulut. Pasien dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
sudah pernah di rawat di RS daerah selama tiga nafas, badan lemas, nafsu makan menurun,
hari dan dikatakan menderita demam tifoid berat badan menurun, malaise, berkeringat
dan TBC milier. Pasien mulai mengonsumsi malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
OAT dari RS daerah dan kemudian diteruskan meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien
di Puskesmas Pasar Ambon. dengan HIV positif, batuk sering kali bukan
Pasien baru pertama kali menderita merupakan gejala TBC yang khas sehingga
TBC, tidak ada riwayat keluarga satu rumah gejala batuk tidak harus selalu selama 2
yang menderita TBC. Namun, ayah kandung minggu atau lebih1.
pasien yang saat ini sudah meninggal juga Infeksi TBC primer terjadi pada paru-
menderita TBC. Pasien memiliki riwayat paru, dan dapat tersebar luas ke organ yang
mengonsumsi alkohol 30 tahun yang lalu, dan lain melalui darah atau disebut dengan TB
merokok 5 tahun yang lalu. Pasien ekstraparu. TB milier adalah suatu keadaan
mengonsumsi kopi ¼ gelas sekali minum. patologis sebagai infeksi kuman
Pasien tidak rutin berolah raga, tidak rutin Mycobacterium tuberculosis yang berukuran
mengonsumsi buah-buahan. Riwayat pola kecil (1-2 mm) yang disebut dengan millet. Hal
makan sehari 3 kali dengan perubahan variasi ini menyebabkan penyebaran limfohematogen
sebanyak 2 kali. dari fokus Mycobacterium tuberculosis. TB
Pada pemeriksaan fisik didapatkan milier memiliki manifestasi klinis yang sering
keadaan umum : tampak sakit sedang; kali membingungkan para dokter bahkan yang
kesadaran : compos mentis E4V5M6; suhu : sudah berpengalaman sekali pun sehingga
370C; tekanan darah : 90/70 mmHg; frekuensi diagnosis dan terapinya menjadi tantangan
nadi : 85 x/menit; frekuensi napas; 22 x/menit; tersendiri. Mortalitas dari penyakit ini juga
berat badan : 49 kg; tinggi badan: 165 cm; tinggi, yaitu dilaporkan sekitar 18%-30%. TBC
Status gizi : IMT 18,1 kurus. Pada pemeriksaan milier sering kali tidak terdiagnosis sehingga
status lokalis paru ditemukan inspeksi simetris, dibutuhkan penyelidikan yang lebih invasif3.
palpasi ekspansi simetris, perkusi sonor di Faktor resiko untuk terkena penyakit TB
kedua paru, dan auskultasi ditemukan ronkhi ekstraparu, yaitu usia, jenis kelamin
pada kedua lapang paru. perempuan, infeksi HIV, penyakit gagal ginjal
Pada pemeriksaan penunjang kronik, diabetes mellitus, atau pasien dengan
laboratorium didapatkan anemia (Hb 9,5 g/dL), keadaan imunokompromais6.
LED meningkat (76 mm/jam), pemeriksaan Presentasi klinis TBC milier pada orang
laboratorium darah lainnya normal, dewasa tidak spesifik dan dapat dikaburkan
pemeriksaan urin normal, pemeriksaan feses sampai penyakit menjadi komplikasi. Gejala
rutin normal, pemeriksaan Xpert MTB very low, klasik TBC seperti demam dengan peningkatan
gambaran TBC milier pada rontgen thorax, suhu di malam hari pada beberapa minggu,
pemeriksaan HIV negatif. Berdasarkan data anoreksia, penurunan berat badan, kelemahan,
yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan dan batuk. Demam yang terjadi pagi hari juga
fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat pernah dilaporkan. Menggigil dan kaku yang
disimpulkan bahwa pasien mengalami TBC juga didapatkan pada pasien malaria dan
milier. bakteremia juga terdapat pada pasien TBC
Tuberculosis (TBC) adalah suatu milier. Keringat pada malam hari adalah hal
penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri yang paling umum, biasanya bekas keringat
Mycobacterium tuberculosis. Terdapat pasien akan membekas membentuk bayangan

Medula | Volume 9 | Nomor 2 | Juli 2019| 369


Annisa Abdillah dan Azelia Nusadewiarti│Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien TBC Milier – HIV Seronegatif

tubuh pasien pada alas tidur pasien. Pada anak, Tatalaksana TBC milier adalah dengan
manifestasi klinis TBC milier berbeda dengan regimen obat anti tuberculosis (OAT) untuk
orang dewasa. TBC milier lebih sering terjadi kasus baru, yaitu kateori I, terdiri dari isoniazid,
pada anak-anak dibandingkan dengan pada rifampicin, pirazinamid,dan etambutol untuk
orang dewasa. Pada anak, menggigil dan fase intensif selama dua bulan, dan isoniazid
keringat malam, hemoptysis, batuk produktif dan rifampicin untuk fase lanjutan selama
lebih jarang terjadi, tetapi limfadenopati empat bulan. Standar lama pengobatan TBC
perifer dan hepatosplenomegali lebih sering milier adalah selama enam bulan8. Pada kasus
terjadi pada anak-anak. Pada pasien dengan berat, tergantung keadaan klinis, radiologi dan
keadaan imunokompromais, seperti pada HIV evaluasi pengobatan, maka pengobatan
lebih sering terjadi keterlibatan kulit, seperti lanjutan dapat diperpanjang. Pemberian
papul-papul kecil atau vesikulopapul, kortikosteroid tidak rutin, hanya diberikan
(tuberculosis cutis miliaris disseminate, pada keadaan dengan tanda atau gejala
tuberculosis cutis acuta generalisata), dan meningitis, sesak napas, tanda atau gejala
tuberculosis diseminata pada kulit, macular, toksik, dan demam tinggi9. Pada pasien ini,
pustular, atau lesi purpurik, plak ulserasi yang tatalaksana medikamentosa yang dilakukan
berindurasi, abses subkutan. Pada infeksi HIV adalah dengan fixed drug combination (FDC),
yang sudah lama, limfadenopati intratorak dan yaitu pada fase intensif selama dua bulan
alergi tuberculin lebih sering terjadi2. dengan 3 tablet FDC sekali sehari, yang terdiri
Komplikasi yang dapat terjadi, yaitu dari Isoniasid 75 mg, rifampicin 150 mg,
Acute Respiratory Syndrome (ARDS), pyrazinamide 400 mg, ethambutol
miokarditis, Acute Kidney Injury (AKI), hydrochloride 275 mg. Setelah selesai fase
pneumothorax, fulminant hepatic failure, intensif dan sputum BTA negatif, dilanjutkan
ascites, gangguan saluran cerna (diare atau dengan fase lanjutan selama 6 bulan dengan
perubahan kebiasaan buang air besar), regimen FDC yang terdiri dari dua obat
perforasi usus halus, Pott’s spine tanpa antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu
mielopati, abses dingin paraspinal, masa rifampisin 150 mg, dan isoniazid 150 mg yang
tuboovarian, dan komplikasi cardiovascular diberikan sebanyak 3 tablet, 3 kali dalam satu
yang mencam nyawa2. minggu selama 4 bulan. Namun jika hasil
Pemeriksaan penunjang yang dapat sputum BTA tetap positif setelah akhir fase
dilakukan untuk menegakkan TBC milier, mulai intensif maka dilanjutkan dengan OAT sisipan
dari yang sederhana seperti pemeriksaan selama 1 bulan. Jika setelah sisipan masih tetap
darah, pemeriksaan sputum, foto rontgen positif, tahap lanjutan tetap diberikan11.
thorax, USG, TBxpert, sampai aspirasi sumsum Pada kunjungan yang kedua, tanggal 24
tulang dan biopsi yang invasif2. Pemeriksaan Juli 2019, dilakukan penilaian aspek personal,
laboratorium darah yang dapat ditemukan aspek klinis, risiko internal, risiko eksternal,
adalah anemia, leukopenia, leukositosis, psikososial, dan derajat fungsional pasien. Pada
monositosis, reaksi leukomoid, aspek personal mendeskripsikan alasan
trombositopenia, agranulositosis, dan kedatangan pasien berdasarkan keluhan yang
pansitopenia. Anemia, leukopenia, dan diderita. Pada aspek klinik didapatkan
trombositopenia merupakan yang sering diagnosis ICPC-2 : R.83 Respiratory infection
terjadi, pansitopenia jarang terjadi. other dan diagnosis ICD- 10 : A.19.0 Acute
Pansitopenia berhubungan dengan Fever miliary tuberculosis of a single specified site.
Unknown Origin (FUO) meningkatkan Aspek resiko internal yang utama adalah
kecurigaan terhadap diagnosis TBC milier. Pada kurangnya pengetahuan pasien tentang
kasus awal, dapat terjadi peningkatan alkalin penyakit menular terutama TBC, pentingnya
fosfatase dan atau transaminase. Uji fungsi hati gaya hidup sehat, dan pengobatan preventif.
tidak berhubungan dengan histologi hari. Pada aspek resiko eksternal didapatkan
Albumin dapat turun pada fase akut4. pergaulan pasien yang tidak rutin berolah raga,
merokok, mengonsumsi alkohol dan kopi, serta

Medula | Volume 9 | Nomor 2 | Juli 2019| 370


Annisa Abdillah dan Azelia Nusadewiarti│Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien TBC Milier – HIV Seronegatif

pengetahuan keluarga yang kurang mengenai tidaknya stimulus tersebut atau evaluation.
penyakit menular TBC. Setelah menimbang – nimbang, ia akan
Pengetahuan merupakan domain mencoba melakukan apa yang dikehendaki
kognitif yang memiliki 6 tingkatan. Pertama oleh stimulus (trial). Pada tahap akhir adalah
yaitu tahu artinya kemampuan seseorang adoption, berperilaku baru sesuai dengan
mengingat suatu hal atau pelajaran yang telah pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya10.
didapatkan sebelumnya. Kedua yaitu paham Pada kunjungan keempat, tanggal 3
artinya seseorang dapat menjelaskan atau Agustus 2018, dilakukan evaluasi hasil
mendeskripsikan suatu hal dengan benar. kegiatan. Berdasarkan anamnesis yang
Ketiga yaitu aplikasi artinya seseorang dapat didapatkan, pasien sudah merasakan
menerapkan dengan nyata sesuatu hal yang perubahan yang baik, ia sudah tidak lagi
telah dipelajari. Keempat yaitu analisis artinya mengalami keluhan demam dan bab cair, nafsu
seseorang mampu menjelaskan secara rinci makan pasien pun sudah meningkat. Ia sudah
atau menghubungan antara hal-hal yang telah mampu untuk melakukan aktivitas sehari – hari
dipelajari. Kelima yaitu sintesis artinya di luar rumah, seperti berolah raga, bekerja,
seseorang mampu membentuk suatu hal baru dan berinteraksi dengan teman – temannya.
dari hal yang sebelumnya sudah dipelajari. Keluarga pasien lebih memperhatikan pola
Terakhir keenam yaitu evaluasi artinya makan pasien, mulai menerapkan PHBS rumah
seseorang mampu memberikan penilaian atas tangga, dan istri pasien menjadi pengawas
suatu hal10. Pada kasus ini tingkat pengetahuan menelan obat serta pasien yang patuh
pasien dan keluarganya adalah pada tingkat menelan obat. Tujuan dari dilakukannya
pertama, yaitu hanya sebatas tahu. Tingkatan intervensi pada pasien adalah untuk
pencegahan penyakit yang dapat dilakukan melakukan penatalaksanaan yang holistik
melalui intervensi pada pasien dan keluarganya berdasarkan patient-centered dan family
adalah menegakkan diagnose secara dini dan focused. Pendekatan dengan metode patient-
pengobatan yang tepat (early diagnosis and centered bertujuan untuk memastikan pasien
prompt treatment). tetap patuh dalam pengobatannya, untuk
Pada kunjungan ketiga, tanggal 27 Juli meningkatkan kualitas hidup pasien, dan
2019, dilakukan intervensi terhadap pasien dan menghilangkan penderitaan yang dialami
keluarganya dengan menggunakan media akibat penyakitnya. Pendekatan ini juga
lembar balik mengenai TBC yang sumbernya didasarkan pada kebutuhan pasien.
berasal dari program TOSS (Temukan TB Obati Pengobatan TBC yang biasanya memakan
Sampai Sembuh) dan poster PHBS (Pola Hidup waktu minimal 6 bulan, dengan berbagai
Bersih dan Sehat) di rumah tangga yang rejimen pengobatan dapat membuat
diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan penderitanya menjadi mudah untuk bosan
Republik Indonesia. Selain itu, istri pasien hingga akhirnya tidak patuh minum obat.
diedukasi untuk menjadi pengawas menelan Meningkatkan kepatuhan dalam minum obat
obat. Intervensi ini dilakukan dengan tujuan bukanlah suatu hal yang mudah, baik untuk
untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan pasien maupun untuk petugas kesehatan
keluarganya mengenai penyakit menular TBC terkait. Akibatnya, tidak mengherankan apabila
dan untuk melakukan pola hidup bersih dan tanpa dukungan pengobatan yang tepat,
sehat di rumah tangga. Untuk merubah proporsi yang signifikan pasien dengan TB
perilaku seseorang, terdapat beberapa langkah menghentikan pengobatan sebelum
7,11
atau proses sebelum orang tersebut penyelesaian yang direncanakan .
mengadopsi perlaku baru menurut Rogers Kepatuhan adalah fenomena multi-
(1974), yaitu pertama adalah kesadaran atau dimensi yang ditentukan oleh interaksi
awareness (orang tersebut menyadari stimulus beberapa faktor. Dalam tinjauan sistematis
tersebut), kemudian orang tersebut mulai penelitian kualutatif tentang kepatuhan pasien
tertarik atau interest. Selanjutnya, orang terhadap pengobatan TBC. Terdapat faktor –
tersebut akan menimbang-nimbang baik atau faktor yang mempengaruhi kepatuhan, faktor

Medula | Volume 9 | Nomor 2 | Juli 2019| 371


Annisa Abdillah dan Azelia Nusadewiarti│Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien TBC Milier – HIV Seronegatif

struktural seperti akses menuju fasilitas mikroskopis dahak pada saat selesainya fase
kesehatan (seperti jarak yang harus ditempuh awal (dua bulan pertama). Jika apusan sputum
dari rumah ke fasilitas kesehatan, transportasi positif pada fase awal, mikroskopi sputum
yang digunakan), masalah di fasilitas kesehatan harus dilakukan lagi pada 3 bulan dan jika
(seperti terlalu lama menunggu panggilan positif, harus dilakukan pengujian TBXpert MTB
pelayanan), pengobatan (seperti ketersediaan / RIF. Pada pasien dengan TB ekstra paru dan
obat, jumlah tablet obat yang diminum, DOT pada anak-anak, respons terhadap pengobatan
(direct observasional therapy), fleksibilitas, dan dinilai dari perbaikkan klinis11. Terdapat enam
pilihan terapi), hubungan antara pasien dengan jenis evaluasi pasien TBC, yaitu evaluasi klinik,
penyedia layanan kesehatan (seperti tidak bakteriologik, radiologik, efek samping secara
dilakukannya follow up, pengobatan yang klinik, keteraturan berobat, dan penderita yang
salah). Dari segi pemahaman pasien tentang telah sembuh. Evaluasi klinik dilakukan setiap 2
penyakitnya, seperti persepsi tentang penyakit minggu pada 1 bulan pertama pengobatan
TBC, kepercayaan mengenai efek samping selanjutnya setiap 1 bulan. Evaluasi klinik
minum obat, menolak diagnosis, menggunakan bertujuan untuk melihat respons pengobatan
pengobatan selain yang diberikan. Faktor dan ada tidaknya komplikasi penyakit. Evaluasi
keuangan seperti konflik antara pekerjaan dan klinik meliputi keluhan, berat badan, dan
perawatan, biaya perawatan, pengeluaran pemeriksaan fisik. Evaluasi bakteriologik untuk
melebihi sumber daya yang tersedia, masalah mendeteksi ada tidaknya konversi dahak yang
yang lebih mendesak untuk diperhatikan, dilakukan pada saat sebelum pengobatan
peningkatan pengeluaran untuk makanan. Dari dimulai, setelah 2 bulan pengobatan (setelah
segi keluarga, komunitas, dan rumah tangga, fase intensif), dan pada akhir pengobatan. Jika
seperti dukungan keluarga terhadap ada fasilitas biakan dilakukan pada bulan ke 0-2
kesembuhan pasien. status pernikahan, – 6/9. Evaluasi radiologik berupa foto rontgen
dukungan lingkungan sekitar11. Pada kasus ini, thorax yang dilakukan pada saat sebelum
penderita masih patuh untuk minum obat pengobatan, setelah 2 bulan pengobatan, dan
dengan didampingi istrinya sebagai pengawas akhir pengobatan.
menelan obat (PMO). PMO sangat berperan Evaluasi efek samping secara klinik,
dalam DOTS untuk meningkatkan kepatuhan yaitu pemeriksaan fungsi hati, fungsi ginjal dan
penderita TBC, yaitu dengan mengingatkannya darah lengkap, asam urat (jika menggunakan
minum obat atau pun mengambil obat ke pirazinamid), pemeriksaan visus dan uji buta
Puskesmas13. Seorang PMO harus memenuhi warna (jika menggunakan ethambutol),
syarat, yaitu seseorang yang dikenal, dipercaya evaluasi keseimbangan dan audiometri (jika
dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan menggunakan streptomisin). Evaluasi
maupun pasien, harus disegani oleh pasien, keteraturan berobat, untuk mengetahui
tinggal dekat dengan pasien, bersedia diminum atau tidaknya OAT. Evaluasi penderita
membantu pasien dengan sukarela. bersedia yang telah sembuh, dilakukan minimal dalam 2
dilatih dan atau mendapat penyuluhan tahun pertama setelah sembuh untuk
bersama-sama dengan pasien. Orang yang mengetahui terjadinya kekambuhan dengan
dapat dijadikan PMO adalah bidan desa, mengebvaluasi mikroskopi BTA dahak bulan ke
perawat, pekarya, kader, atau keluarga 3, 6, 12 dan 24 bulan setelah dinyatakan
pasien11. sembuh, serta evaluasi foto thorax pada bulan
Pemantauan atau monitoring pasien ke 6, 12, dan 24 setelah dinyatakan sembuh14.
dengan TBC dapat berfungsi untuk
mengevaluasi respon terhadap pengobatan
dan untuk mengidentifikasi efek samping obat.
Respon terhadap pengobatan pada pasien Simpulan
dengan TBC paru (termasuk TBC yang Pasien seorang laki-laki, usia 53 tahun,
terdiagnosis dengan tes molekuler cepat) harus dengan diagnosis TBC milier, riwayat keluarga
dipantau oleh tindak lanjut pemeriksaan menderita TBC, pergaulan yang merokok,

Medula | Volume 9 | Nomor 2 | Juli 2019| 372


Annisa Abdillah dan Azelia Nusadewiarti│Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien TBC Milier – HIV Seronegatif

mengonsumsi alkohol dan minum kopi, of America clinical practice guidelines:


kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga treatment of drug-susceptible
mengenai penyakit yang diderita pasien dalam tuberculosis. Clin Infect Dis.
memberikan dukungan kesembuhan dan 2016;63(7):853–67.
pengawasan dalam menelan obat. Intervensi 9. Kementrian Kesehatan Republik
dilakukan dengan memberikan edukasi Indonesia. Pedoman nasional pelayanan
mengenai penyakit menular TBC dan PHBS kedokteran tatalaksana tuberkulosis.
dalam rumah tangga yang dilakukan terhadap Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2013.
pasien dan keluarga yang tinggal satu rumah. 10. Notoatmodjo S. 2007. Promosi
Penatalaksanaan telah dilakukan secara holistik Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
dengan hasil evaluasi menunjukkan adanya Rineka Cipta.
perbaikkan kondisi klinis pasien, pasien mulai 11. Hopewell PC. International standards for
dapat beraktifitas kembali seperti sebelum tuberculosis care Ed 3. USA: TB Care I;
sakit, istri menjadi PMO, pasien patuh minum 2014.
obat, dan keluarga menerapkan PHBS rumah 12. Kementerian Kesehatan Republik
tangga. Indonesia.. Peraturan menteri kesehatan
republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016
Daftar Pustaka tentang penanggulangan tuberkulosis.
1. Kementrian Kesehatan Republik Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Pusat data dan informasi Indonesia; 2016.
tuberkulosis. Jakarta: InfoDATIN; 2018. 13. Rahmi N, Medison Irvan, Suryadi Ifdelia.
2. Sharma SK, Mohan A, Sharma A. Miliary Hubungan tingkat kepatuhan penderita
tuberculosis: A new look at an old foe. J tuberkulosis paru dengan perilaku
Clin Tuberc. 2016; 3(1):13–27. kesehatan, efek samping oat dan peran
3. Ray S. Diagnosis and management of pmo pada pengobatan fase intensif di
miliary tuberculosis. Ter Clin Risk Manag. puskesmas sebrang padang September
2013; 9–26. 2012 - Januari 2013. JKA. 2017;6(2):345–
4. Mert A, Arslan F, Kuyucu T, Koç EN, 50.
Ylmaz M, Turan D, et al. Miliary 14. Persatuan Dokter Paru Indonesia.
tuberculosis: epidemiological and clinical Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan
analysis of large case series from tuberkulosis di Indonesia. Jakarta: PDPI;
moderate to low tuberculosis endemic 2015.
Country. Md-journal. 2017; 96(5):1-7.
5. Denega T, Griffith D. Miliary tuberculosis
in a healthy adult. Southwest Respir Crit
Care Chronicles. 2014; 2(5):39-44.
6. Lapausa MR, Saldana AM.
Extrapulmonary tuberculosis : an
overview. Rev Esp Sanid Penit. 2015;
17(1):3–11.
7. World Health Organization. A people-
centred model of tuberculosis care: a
blueprint for eastern European. Eropa:
World Health Organization Europe Press;
2017.
8. Nahid P, Alipanah N, Cattamanchi A,
Chaisson LH, Hopewell PC, Merrifield C,
et al. Official American thoracic
society/centers for disease control and
prevention/ infectious diseases Society

Medula | Volume 9 | Nomor 2 | Juli 2019| 373

Anda mungkin juga menyukai