Abstrak
TBC milier adalah bentuk TBC yang berpotensi fatal. Tingkat mortalitas TBC milier terjadi lebih tinggi pada dewasa (25%-
30%) daripada anak-anak (15%-20%). Manifestasi klinis pasien dengan TBC milier pada dewasa tidak spesifik. Terapi yang
diberikan tidak hanya dengan menggunakan obat anti TB, tetapi terapi yang berfokus pada pasien dan pendekatan keluarga
yang dilakukan secara holistik. Studi yang dilakukan adalah Case report. Data primer diperoleh melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik dengan melakukan kunjungan rumah, mengisi family folder, dan mengisi berkas pasien, tes laboratorium
di Rumah sakit dan Puskesmas. Penilaian dilakukan berdasarkan diagnostik holistik awal, proses, dan akhir kunjungan
secara kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan diagnosis holistik, pasien mengeluhkan demam selama 6 bulan, disertai
dengan keringat malam hari, penurunan nafsu makan, mual, penurunan berat badan. Pasien khawatir sakit semakin
memberat dan mengancam nyawa. Pasien berpersepsi penyakitnya dapat disembuhkan. Pasien adalah seorang pria,
berusia 53 tahun yang memiliki riwayat kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol, dan kopi sejak 30 tahun yang lalu.
Pasien memiliki derajat fungsional 2 dengan TBC milier-HIV seronegatif, memiliki faktor resiko internal, yaitu riwayat
kebiasaan minum alkohol dan merokok, pola pengobatan kuratif, jarang berolah raga dan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya. Kemudian dilakukan intervensi dan evaluasi terhadap pasien dan keluarganya tentang penyakitnya, obat, gaya
hidup sehat, didapatkan perubahan perilaku pasien dan keluarga yang menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Diagnosis
TBC milier pada kasus ini sudah sesuai dengan teori dan telaah kritis dari penelitian terkini. Penatalaksanaan yang diberikan
juga sudah sesuai dengan guideline, terlihat perkembangan gejala klinis yang baik dan perubahan perilaku.
Korespodensi : Annisa Abdillah, Jl.Kopi 24A, Bandar Lampung, HP 085929800599, Email annisaabdillah8@gmail.com
Pendahuluan
Tuberculosis (TBC) adalah suatu penyakit kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017
menular yang disebabkan oleh kuman didapatkan laki-laki 1,4 kali lebih besar
Mycobacterium tuberculosis. Eliminasi TBC dibandingkan perempuan. Hal tersebut
telah menjadi bagian dari fokus utama berhubungan dengan kebiasaan merokok,
pemerintah di bidang kesehatan selain yaitu laki-laki sebanyak 68,5% dan 3,7%
penurunan stunting dan peningkatan cakupan perempuan yang merokok1.
dan mutu imunisasi. Jumlah kasus baru TBC di TBC milier adalah bentuk TBC yang
Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun berpotensi fatal yang dihasilkan oleh
2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis penyebaran secara besar-besaran basil
tubuh pasien pada alas tidur pasien. Pada anak, Tatalaksana TBC milier adalah dengan
manifestasi klinis TBC milier berbeda dengan regimen obat anti tuberculosis (OAT) untuk
orang dewasa. TBC milier lebih sering terjadi kasus baru, yaitu kateori I, terdiri dari isoniazid,
pada anak-anak dibandingkan dengan pada rifampicin, pirazinamid,dan etambutol untuk
orang dewasa. Pada anak, menggigil dan fase intensif selama dua bulan, dan isoniazid
keringat malam, hemoptysis, batuk produktif dan rifampicin untuk fase lanjutan selama
lebih jarang terjadi, tetapi limfadenopati empat bulan. Standar lama pengobatan TBC
perifer dan hepatosplenomegali lebih sering milier adalah selama enam bulan8. Pada kasus
terjadi pada anak-anak. Pada pasien dengan berat, tergantung keadaan klinis, radiologi dan
keadaan imunokompromais, seperti pada HIV evaluasi pengobatan, maka pengobatan
lebih sering terjadi keterlibatan kulit, seperti lanjutan dapat diperpanjang. Pemberian
papul-papul kecil atau vesikulopapul, kortikosteroid tidak rutin, hanya diberikan
(tuberculosis cutis miliaris disseminate, pada keadaan dengan tanda atau gejala
tuberculosis cutis acuta generalisata), dan meningitis, sesak napas, tanda atau gejala
tuberculosis diseminata pada kulit, macular, toksik, dan demam tinggi9. Pada pasien ini,
pustular, atau lesi purpurik, plak ulserasi yang tatalaksana medikamentosa yang dilakukan
berindurasi, abses subkutan. Pada infeksi HIV adalah dengan fixed drug combination (FDC),
yang sudah lama, limfadenopati intratorak dan yaitu pada fase intensif selama dua bulan
alergi tuberculin lebih sering terjadi2. dengan 3 tablet FDC sekali sehari, yang terdiri
Komplikasi yang dapat terjadi, yaitu dari Isoniasid 75 mg, rifampicin 150 mg,
Acute Respiratory Syndrome (ARDS), pyrazinamide 400 mg, ethambutol
miokarditis, Acute Kidney Injury (AKI), hydrochloride 275 mg. Setelah selesai fase
pneumothorax, fulminant hepatic failure, intensif dan sputum BTA negatif, dilanjutkan
ascites, gangguan saluran cerna (diare atau dengan fase lanjutan selama 6 bulan dengan
perubahan kebiasaan buang air besar), regimen FDC yang terdiri dari dua obat
perforasi usus halus, Pott’s spine tanpa antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu
mielopati, abses dingin paraspinal, masa rifampisin 150 mg, dan isoniazid 150 mg yang
tuboovarian, dan komplikasi cardiovascular diberikan sebanyak 3 tablet, 3 kali dalam satu
yang mencam nyawa2. minggu selama 4 bulan. Namun jika hasil
Pemeriksaan penunjang yang dapat sputum BTA tetap positif setelah akhir fase
dilakukan untuk menegakkan TBC milier, mulai intensif maka dilanjutkan dengan OAT sisipan
dari yang sederhana seperti pemeriksaan selama 1 bulan. Jika setelah sisipan masih tetap
darah, pemeriksaan sputum, foto rontgen positif, tahap lanjutan tetap diberikan11.
thorax, USG, TBxpert, sampai aspirasi sumsum Pada kunjungan yang kedua, tanggal 24
tulang dan biopsi yang invasif2. Pemeriksaan Juli 2019, dilakukan penilaian aspek personal,
laboratorium darah yang dapat ditemukan aspek klinis, risiko internal, risiko eksternal,
adalah anemia, leukopenia, leukositosis, psikososial, dan derajat fungsional pasien. Pada
monositosis, reaksi leukomoid, aspek personal mendeskripsikan alasan
trombositopenia, agranulositosis, dan kedatangan pasien berdasarkan keluhan yang
pansitopenia. Anemia, leukopenia, dan diderita. Pada aspek klinik didapatkan
trombositopenia merupakan yang sering diagnosis ICPC-2 : R.83 Respiratory infection
terjadi, pansitopenia jarang terjadi. other dan diagnosis ICD- 10 : A.19.0 Acute
Pansitopenia berhubungan dengan Fever miliary tuberculosis of a single specified site.
Unknown Origin (FUO) meningkatkan Aspek resiko internal yang utama adalah
kecurigaan terhadap diagnosis TBC milier. Pada kurangnya pengetahuan pasien tentang
kasus awal, dapat terjadi peningkatan alkalin penyakit menular terutama TBC, pentingnya
fosfatase dan atau transaminase. Uji fungsi hati gaya hidup sehat, dan pengobatan preventif.
tidak berhubungan dengan histologi hari. Pada aspek resiko eksternal didapatkan
Albumin dapat turun pada fase akut4. pergaulan pasien yang tidak rutin berolah raga,
merokok, mengonsumsi alkohol dan kopi, serta
pengetahuan keluarga yang kurang mengenai tidaknya stimulus tersebut atau evaluation.
penyakit menular TBC. Setelah menimbang – nimbang, ia akan
Pengetahuan merupakan domain mencoba melakukan apa yang dikehendaki
kognitif yang memiliki 6 tingkatan. Pertama oleh stimulus (trial). Pada tahap akhir adalah
yaitu tahu artinya kemampuan seseorang adoption, berperilaku baru sesuai dengan
mengingat suatu hal atau pelajaran yang telah pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya10.
didapatkan sebelumnya. Kedua yaitu paham Pada kunjungan keempat, tanggal 3
artinya seseorang dapat menjelaskan atau Agustus 2018, dilakukan evaluasi hasil
mendeskripsikan suatu hal dengan benar. kegiatan. Berdasarkan anamnesis yang
Ketiga yaitu aplikasi artinya seseorang dapat didapatkan, pasien sudah merasakan
menerapkan dengan nyata sesuatu hal yang perubahan yang baik, ia sudah tidak lagi
telah dipelajari. Keempat yaitu analisis artinya mengalami keluhan demam dan bab cair, nafsu
seseorang mampu menjelaskan secara rinci makan pasien pun sudah meningkat. Ia sudah
atau menghubungan antara hal-hal yang telah mampu untuk melakukan aktivitas sehari – hari
dipelajari. Kelima yaitu sintesis artinya di luar rumah, seperti berolah raga, bekerja,
seseorang mampu membentuk suatu hal baru dan berinteraksi dengan teman – temannya.
dari hal yang sebelumnya sudah dipelajari. Keluarga pasien lebih memperhatikan pola
Terakhir keenam yaitu evaluasi artinya makan pasien, mulai menerapkan PHBS rumah
seseorang mampu memberikan penilaian atas tangga, dan istri pasien menjadi pengawas
suatu hal10. Pada kasus ini tingkat pengetahuan menelan obat serta pasien yang patuh
pasien dan keluarganya adalah pada tingkat menelan obat. Tujuan dari dilakukannya
pertama, yaitu hanya sebatas tahu. Tingkatan intervensi pada pasien adalah untuk
pencegahan penyakit yang dapat dilakukan melakukan penatalaksanaan yang holistik
melalui intervensi pada pasien dan keluarganya berdasarkan patient-centered dan family
adalah menegakkan diagnose secara dini dan focused. Pendekatan dengan metode patient-
pengobatan yang tepat (early diagnosis and centered bertujuan untuk memastikan pasien
prompt treatment). tetap patuh dalam pengobatannya, untuk
Pada kunjungan ketiga, tanggal 27 Juli meningkatkan kualitas hidup pasien, dan
2019, dilakukan intervensi terhadap pasien dan menghilangkan penderitaan yang dialami
keluarganya dengan menggunakan media akibat penyakitnya. Pendekatan ini juga
lembar balik mengenai TBC yang sumbernya didasarkan pada kebutuhan pasien.
berasal dari program TOSS (Temukan TB Obati Pengobatan TBC yang biasanya memakan
Sampai Sembuh) dan poster PHBS (Pola Hidup waktu minimal 6 bulan, dengan berbagai
Bersih dan Sehat) di rumah tangga yang rejimen pengobatan dapat membuat
diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan penderitanya menjadi mudah untuk bosan
Republik Indonesia. Selain itu, istri pasien hingga akhirnya tidak patuh minum obat.
diedukasi untuk menjadi pengawas menelan Meningkatkan kepatuhan dalam minum obat
obat. Intervensi ini dilakukan dengan tujuan bukanlah suatu hal yang mudah, baik untuk
untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan pasien maupun untuk petugas kesehatan
keluarganya mengenai penyakit menular TBC terkait. Akibatnya, tidak mengherankan apabila
dan untuk melakukan pola hidup bersih dan tanpa dukungan pengobatan yang tepat,
sehat di rumah tangga. Untuk merubah proporsi yang signifikan pasien dengan TB
perilaku seseorang, terdapat beberapa langkah menghentikan pengobatan sebelum
7,11
atau proses sebelum orang tersebut penyelesaian yang direncanakan .
mengadopsi perlaku baru menurut Rogers Kepatuhan adalah fenomena multi-
(1974), yaitu pertama adalah kesadaran atau dimensi yang ditentukan oleh interaksi
awareness (orang tersebut menyadari stimulus beberapa faktor. Dalam tinjauan sistematis
tersebut), kemudian orang tersebut mulai penelitian kualutatif tentang kepatuhan pasien
tertarik atau interest. Selanjutnya, orang terhadap pengobatan TBC. Terdapat faktor –
tersebut akan menimbang-nimbang baik atau faktor yang mempengaruhi kepatuhan, faktor
struktural seperti akses menuju fasilitas mikroskopis dahak pada saat selesainya fase
kesehatan (seperti jarak yang harus ditempuh awal (dua bulan pertama). Jika apusan sputum
dari rumah ke fasilitas kesehatan, transportasi positif pada fase awal, mikroskopi sputum
yang digunakan), masalah di fasilitas kesehatan harus dilakukan lagi pada 3 bulan dan jika
(seperti terlalu lama menunggu panggilan positif, harus dilakukan pengujian TBXpert MTB
pelayanan), pengobatan (seperti ketersediaan / RIF. Pada pasien dengan TB ekstra paru dan
obat, jumlah tablet obat yang diminum, DOT pada anak-anak, respons terhadap pengobatan
(direct observasional therapy), fleksibilitas, dan dinilai dari perbaikkan klinis11. Terdapat enam
pilihan terapi), hubungan antara pasien dengan jenis evaluasi pasien TBC, yaitu evaluasi klinik,
penyedia layanan kesehatan (seperti tidak bakteriologik, radiologik, efek samping secara
dilakukannya follow up, pengobatan yang klinik, keteraturan berobat, dan penderita yang
salah). Dari segi pemahaman pasien tentang telah sembuh. Evaluasi klinik dilakukan setiap 2
penyakitnya, seperti persepsi tentang penyakit minggu pada 1 bulan pertama pengobatan
TBC, kepercayaan mengenai efek samping selanjutnya setiap 1 bulan. Evaluasi klinik
minum obat, menolak diagnosis, menggunakan bertujuan untuk melihat respons pengobatan
pengobatan selain yang diberikan. Faktor dan ada tidaknya komplikasi penyakit. Evaluasi
keuangan seperti konflik antara pekerjaan dan klinik meliputi keluhan, berat badan, dan
perawatan, biaya perawatan, pengeluaran pemeriksaan fisik. Evaluasi bakteriologik untuk
melebihi sumber daya yang tersedia, masalah mendeteksi ada tidaknya konversi dahak yang
yang lebih mendesak untuk diperhatikan, dilakukan pada saat sebelum pengobatan
peningkatan pengeluaran untuk makanan. Dari dimulai, setelah 2 bulan pengobatan (setelah
segi keluarga, komunitas, dan rumah tangga, fase intensif), dan pada akhir pengobatan. Jika
seperti dukungan keluarga terhadap ada fasilitas biakan dilakukan pada bulan ke 0-2
kesembuhan pasien. status pernikahan, – 6/9. Evaluasi radiologik berupa foto rontgen
dukungan lingkungan sekitar11. Pada kasus ini, thorax yang dilakukan pada saat sebelum
penderita masih patuh untuk minum obat pengobatan, setelah 2 bulan pengobatan, dan
dengan didampingi istrinya sebagai pengawas akhir pengobatan.
menelan obat (PMO). PMO sangat berperan Evaluasi efek samping secara klinik,
dalam DOTS untuk meningkatkan kepatuhan yaitu pemeriksaan fungsi hati, fungsi ginjal dan
penderita TBC, yaitu dengan mengingatkannya darah lengkap, asam urat (jika menggunakan
minum obat atau pun mengambil obat ke pirazinamid), pemeriksaan visus dan uji buta
Puskesmas13. Seorang PMO harus memenuhi warna (jika menggunakan ethambutol),
syarat, yaitu seseorang yang dikenal, dipercaya evaluasi keseimbangan dan audiometri (jika
dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan menggunakan streptomisin). Evaluasi
maupun pasien, harus disegani oleh pasien, keteraturan berobat, untuk mengetahui
tinggal dekat dengan pasien, bersedia diminum atau tidaknya OAT. Evaluasi penderita
membantu pasien dengan sukarela. bersedia yang telah sembuh, dilakukan minimal dalam 2
dilatih dan atau mendapat penyuluhan tahun pertama setelah sembuh untuk
bersama-sama dengan pasien. Orang yang mengetahui terjadinya kekambuhan dengan
dapat dijadikan PMO adalah bidan desa, mengebvaluasi mikroskopi BTA dahak bulan ke
perawat, pekarya, kader, atau keluarga 3, 6, 12 dan 24 bulan setelah dinyatakan
pasien11. sembuh, serta evaluasi foto thorax pada bulan
Pemantauan atau monitoring pasien ke 6, 12, dan 24 setelah dinyatakan sembuh14.
dengan TBC dapat berfungsi untuk
mengevaluasi respon terhadap pengobatan
dan untuk mengidentifikasi efek samping obat.
Respon terhadap pengobatan pada pasien Simpulan
dengan TBC paru (termasuk TBC yang Pasien seorang laki-laki, usia 53 tahun,
terdiagnosis dengan tes molekuler cepat) harus dengan diagnosis TBC milier, riwayat keluarga
dipantau oleh tindak lanjut pemeriksaan menderita TBC, pergaulan yang merokok,