Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN UJIAN KASUS

CORPUS ALIENUM TELINGA

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen THT-KL
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Pembimbing:

dr. M. Setiadi, Sp.THT-KL, Msi. Med

Disusun Oleh:

Yoana Cahyaningrum Widi Nugrahawati


H2A014002P

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN UJIAN KASUS

CORPUS ALIENUM TELINGA

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen THT-KL
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh:

Yoana Cahyaningrum Widi Nugrhawati


H2A014002P

Telah Disetujui Oleh Pembimbing:

dr. M. Setiadi, Sp.THT-KL, Msi. Med

Tanggal: Juni 2019


LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : An. T
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 11 tahun
Alamat : Bendosari
No. RM : 131174
Tanggal Pemeriksaan : 20 Juni 2019

1. Anamnesis (alloanamnesis)
Keluhan Utama :
Kemasukan kapas cotton bud pada telinga kanan sejak satu hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Telinga kanan kemasukan kapas cotton bud sejak satu hari yang lalu.
Sebelumnya pasien sedang mengorek telinga menggunakan cotton bud, tiba-tiba
pasien melapor ke ibunya ada sesuatu yang menyumbat telinganya. Ibu pasien
berusaha mengeluarkan dengan cotton bud, namun tidak berhasil. Pasien merasa
telinga kanan kurang mendengar Keluhan keluar darah dari liang telinga (-), nyeri
pada telinga (-), batuk pilek saat ini (-), Riwayat telinga berair (-)
2. Pemeriksaan
Status Generalis
Keadaan umum : Tidak tampak sakit
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
Pernafasan : 22 x/menit
Nadi : 98 x/menit
Suhu : 36,60C

3. Status Lokalis THT


Telinga
Telinga AD AS
Preaurikula Inspeksi Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Massa (-) Massa (-)
Palpasi Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Aurikula Inspeksi Bentuk Normal, Bentuk normal,
Simetris simetris
Hiperemis (-) hiperemis (-)
Palpasi Massa (-) massa (-)
Nyeri tekan tragus (-) Nyeri tekan tragus (-
Nyeri tarik (-) )
Nyeri tarik (-)
Retroaurikula Inspeksi Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Massa (-) Massa (-)
Palpasi Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Mastoid Inspeksi Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Massa (-) Massa (-)
Palpasi Nyeri Ketok (-) Nyeri Ketok (-)
Canalis auditori externa Inspeksi Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Serumen (-) Serumen (-)
Edem (-) Edem (-)
Massa (-) Massa (-)
Corpus alienum (+) Corpus alienum (-)
Membran timpani Inspeksi Intak (+) Intak (+)
Warna putih mutiara Warna putih mutiara
(+) (+)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Bulging (-) Bulging (-)
Refleks cahaya (+) Refleks cahaya (+)

Hidung dan sinus paranasal


Dekstra Sinistra
Hidung
Warna kulit Sama dengan kulit sekitar Hiperemis
Massa (-) (-)
Lesi (-) (-)
Deformitas (-) (-)
Sinus Paranasal
Nyeri tekan (-) (+)
Rinoskopi Anterior
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sekret (-) (-)
Massa (-) (-)
Konka Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Septum Deviasi (-) Deviasi (-)
Corpus alienum (-) (-)

Orofaring dan Mulut

Pemeriksaan Keterangan
Penampakan luar Trismus (-)
Mulut/bibir Jejas (-), massa (-), sianosis (-), simetris
Mukosa Warna sama dengan sekitar, lesi (-), darah (-),
hiperemis (-), massa (-), stomatitis (-)
Gigi geligi Caries (-)
Lidah Simetris, papil atrofi (-), stomatitis (-)
Palatum Hiperemis (-), jejas (-), massa (-)

a. Tenggorok
1. Tonsil
Tonsil Dextra Sinistra
Ukuran T1 T1
Warna Sama dengan sekitar Sama dengan sekitar

Permukaan Rata Rata


Kripte Melebar (-) Melebar(-)
Detritus (-) (-)

2. Uvula : Simetris, hiperemis (-)


3. Arcus faring : Hiperemis (-), granulasi (-)
4. Nasofaring : Pemeriksaan Rinoskopi Posterior tidak dilakukan.
5. Laringoskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Kepala dan leher
Pemeriksaan Keterangan
Kepala Bentuk mesosefal
Wajah Allergic shiner (-), allergic salute (-), allergic
crease (-)
Leher anterior Pembesaran limfa leher (-), benjolan (-)
Leher lateral Pembesaran limfa leher (-), benjolan (-)

3.4 Resume
Telinga kanan kemasukan kapas cotton bud sejak satu hari yang lalu.
Sebelumnya pasien sedang mengorek telinga menggunakan cotton bud, tiba-tiba
pasien melapor ke ibunya ada sesuatu yang menyumbat telinganya. Ibu pasien
berusaha mengeluarkan dengan cotton bud, namun tidak berhasil. Pasien merasa
telinga kanan kurang mendengar Keluhan keluar darah dari liang telinga (-), nyeri
pada telinga (-), batuk pilek saat ini (-), Riwayat telinga berair (-).
Pada pemeriksaan fisik ditemukan kapas cotton bud di liang telinga kiri,
membrane timpani utuh pada telinga kanan dan sulit dinilai pada telinga kiri.
Liang telinga kiri nampak hipremis. Pemeriksaan hidung, kerongkongan dan
leher dalam batas normal.

Diagnosis banding :
a. corpus alienum (kapas cotton bud)
b. serumen telinga

Diagnosis kerja : corpus alienum (kapas cotton bud)


 Terapi : irigasi, suction
 Evaluasi Auris sinistra setelah pengeluaran corpus alienum : liang telinga
lapang, tidak ada tanda-tanda inflamasi, perdarahan, abrasi liang telinga,
membran timpani utuh, reflek cahaya (+)
 Edukasi:
- Lindungi anak dari upaya memasukkan benda asing ke liang telinga,
hidung, atau tenggorok. Awasi anak ketika bermain.
- Ketika ada benda asing masuk, jangan ada tindakan yang dilakukan sendiri
oleh pasien atau keluarga. Segera dibawa ke pusat layanan kesehatan
terdekat.
- Setelah tindakan, apabila ada tanda-tanda inflamasi seperti nyeri, kemerahan
pada telinga atau adan sekret yang keluar dari teringa segera kembali ke
dokter.
 Prognosis : Quo ad vitam: bonam
Quo ad sanam: bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi telinga

Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, telinga dalam (Gambar 1).

Gambar 1. Anatomi Telinga6`

2.1.1 Telinga luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf s dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar dan dua
pertiga bagian dalam terdiri dari tulang, dengan panjang 2,5 cm-3 cm. Liang telinga
memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan tulang sejati di bagian medial.
Seringkali terdapat penyempitan liang telinga pada perbatasan antara tulang dan
tulang rawan ini. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak
kelenjar serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang
telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya dijumpai sedikit kelenjar serumen.7
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat obliq terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membran sharpnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran
propia). Pars flaksida terdiri dari dua lapisan, yaitu bagian luar yang merupakan
lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam yang dilapisi oleh sel kubus
bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis
tambahan dibagian tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit
serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian
dalam. 7

Membran timpani dibagi dalam empat kuadran dengan menarik garis searah
dengan prosesus longus maleuus dan garis yang tegak lurus terhadap garis itu di
umbo, sehingga didapatkan bagian anterior superior, posterior superior, anterior
inferior dan posterior inferior.7

Tulang pendengaran di dalam telinga saling berhubungan. Prosesus longus


maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus
melekatpada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan
koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.7

2.1.2 Telinga tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas luar adalah membran timpani,
batas depan tuba eustachius, batas bawah vena jugularis, batas belakang Aditus ad
antrum, kanalis fasialis pars vertikalis. Batas atas telinga tengah adalah tegmen
timapani atau meningen sedangkan batas dalamnya adalah kanalis semisirkularis
horizontal, kanalis fasialis, oval window, round window dan promontorium. 7

Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah


dengan nasofaring. Fungsi tuba adalah untuk ventilasi, drainase sekret dan proteksi
(menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah). Ventilasi
merupakan fungsi tuba untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu
sama dengan tekanan tekanan udara luar. Tuba Eustachius terdiri atas tulang rawan
pada dua pertiga kearah nasofaring dan sepertiga terdiri atas tulang. Pada anak, tuba
lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih horizontal dari tuba orang dewasa.
Panjang tuba orang dewasa adalah 37,5 mm dan pada anak dibawah 9 bulan adalah
17,5 mm.7,8

2.1.3 Telinga dalam

Telinga dalam terdiri atas koklea dan vestibuler yang terdiri dari kanalis
semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan
perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. Kanalis semisirkularis saling
berhubungan secara tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala
vestibuli di sebelah atas, dan skala timpani di bagian bawah serta skala media atau
duktus koklearis di bagian tengah. Skala vestibuli dan timpani berisis perilimfa dan
skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut membran vestibuli atau
Reissner’s membran, sedangkan dasar skala media disebut membran basalis. Diatas
membran basalis terletak organ corti. Pada skala media terdapat bagian yang
berbentuk lidah yang disebut membran tektoria dan pada membran basal terdapat sel
rambut dalam, sel rambut luar dn kanalis corti, yang membentuk organ corti.7

2.2 Benda Asing Telinga

2.2.1 Defenisi

Benda asing dalam adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam
tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing di telinga merupakan
masalah yang sering ditemukan oleh dokter THT, dokter anak dan dokter layanan
primer terutama di pelayanan gawat darurat. Benda asing yang ditemukan di liang
telinga dapat sangat bervariasi, baik berupa benda mati atau benda hidup. 3,4 Kejadian
tersering adalah pada telinga bagian luar. Jika tidak ditatalaksana dengan baik, maka
dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi seperti perforasi membran timpani,
gangguan pendengaran dan edema pada liang telinga.1,3,9

2.2.2 Epidemiologi

Benda asing di telinga merupakan kasus yang sering ditemukan pada instalasi
gawat darurat THT. Insidennya mencapai 11% untuk semua kasus benda asing
termasuk di hidung dan tenggorok. Benda asing di liang telinga paling sering terjadi
pada anak usia < 5 tahun, sedangkan pada dewasa lebih jarang terjadi. Dalam
pelayanan darurat THT dari sebuah rumah sakit tersier di Sao Paulo, terdapat 15.640
kasus dalam periode waktu Februari 2010 sampai Januari 2011. Benda asing
menyumbang 827 kunjungan, atau 5,3% dari semua kasus. Pasien memiliki usia rata-
rata 19,8 tahun dan usia rata-rata 8 tahun. Insiden lebih besar ditemukan pada
individu yang berusia < 8 tahun dengan insiden puncak pada usia 3 tahun.1,2,4,9
Dari 827 pasien yang dilibatkan dalam penelitian, 386 adalah perempuan
(46,7%) dan 441 adalah laki-laki (53,3%), dengan rasio perempuan dan laki-laki 1,14
: 1,00. Kebanyakan benda asing (94,8%) terletak di telinga, hidung atau tenggorokan.
Lokasi benda asing pada kelompok pasien sebagian besar berada di telinga (64,4%),
diikuti oleh fossae hidung (19,5%), dan orofaring (8,9%). Lokasi benda asing yang
sulit di tentukan adalah sebanyak 2,9% kasus.1

2.2.3 Etiopatogenesis

Benda asing yang masuk ke liang telinga dapat berupa benda mati organik dan
non organik, atau benda hidup. Pada anak kecil sering ditemukan kacang hijau,
manik, mainan, karet penghapus dan terkadang baterai. Pada orang dewasa yang
relatif sering ditemukan adalah kapas cotton bud yang tertinggal, potongan korek api,
patahan pensil, kadang-kadang ditemukan serangga kecil seperti kecoa, semut atau
nyamuk.3
Faktor-faktor yang berperan dalam masuknya benda asing di liang telinga
adalah keinginan untuk mengeksplorasi rongga-rongga tubuh (orifisium) terutama
pada anak. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak dari
benda-benda yang berisiko masuk ke liang telinga. Faktor lainnya antara lain rasa
ingin tahu (curiosity), iritasi karena otalgia, ketertarikan pada benda-benda kecil,
retardasi mental dan ADHD. Sementara pada dewasa biasanya disebabkan karena
kecelakaan/ ketidaksengajaan.3,9

2.2.4 Manifestasi Klinis

Pasien dewasa pada umumnya dapat mengatakan kepada pemeriksa bahwa


ada sesuatu dalam telinganya. Sementara pada anak, berdasarkan usianya, mungkin
dapat mengetahui bahwa ada benda asing dalam telinganya atau muncul dengan
keluhan nyeri telinga atau telinga berair. Pasien mungkin dapat merasakan
ketidaknyamanan dan keluhan mual atau muntah jika ada serangga yang hidup di
liang telinga. Gejala lainnya dapat berupa gangguan pendengaran atau rasa penuh di
liang telinga.10
Pada pemeriksaan fisik, temuan dapat bervariasi tergantung benda dan lama
waktu benda tersebut sudah berada di liang telinga. Benda asing yang baru saja
masuk ke dalam telinga biasanya muncul tanpa kelainan selain adanya benda asing
tersebut yang terlihat secara langsung atau dengan otoskopi. Nyeri atau perdarahan
dapat terjadi pada benda yang melukai liang telinga atau jika terjadi ruptur membran
timpani akibat usaha pasien yang memaksakan pengeluaran benda tersebut. Jika
sudah terlambat, dapat ditemukan eritema, pembengkakan dan sekret berbau dalam
liang telinga.10
Berdasarkan penelitian oleh Yaroko gejala klinis yang paling banyak
dikeluhkan adalah nyeri telinga (56,9%) diikuti oleh keluarnya darah (8,6%). Dua
gejala tersebut muncul karena tekanan langsung oleh benda asing atau akibat trauma
dalam mengeluarkan benda asing. Mudahnya terjadi nyeri dan tauma karena secara
alamiah liang telinga sempit, dikelilingi tulang, banyak mengandung vaskular dan
sangat sensitif.9

2.2.5 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tidak ada


pemeriksaan laboratorium ataupun radiologi yang direkomendasikan sebagai
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik adalah alat diagnostik yang utama.
Otoskop dapat digunakan sambil menarik pinna ke arah posterosuperior. Pada pasien
yang dicurigai terdapat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan
audiometri nada murni. CT scan dapat dilakukan untuk menentukan lokasi dan
komplikasi akibat benda asing.10,11

2.2.6 Penatalaksanaan

Benda asing di liang telinga harus dikeluarkan. Liang telinga luar terdiri dari
bagian tulang rawan dan bagian tulang yang dilapisi oleh lapisan tipis dari kulit dan
periosteum. Bagian tulang sangat sensitif karena kulit hanya memberikan sedikit
bantal yang melapisi periosteum. Dengan demikian, upaya mengeluarkan benda asing
dapat sangat menyakitkan. Selain itu, liang telinga luar menyempit di bagian
perhubungan antara bagian tulang rawan dan bagian tulang. Benda asing dapat
menjadi tersangkut di tempat tersebut sehingga meningkatkan kesulitan pada saat
dikeluarkan. Upaya untuk mengeluarkan benda asing dapat mendorongnya lebih jauh
ke dalam liang telinga dan tersangkut di titik yang sempit tersebut. Selain itu,
membran timpani dapat rusak akibat penekanan benda asing yang terlalu dalam atau
akibat peralatan yang digunakan selama proses pengangkatan. Oleh sebab itu,
visualisasi yang adekuat, peralatan yang memadai, pasien yang kooperatif, dan
kemampuan dokter adalah kunci untuk mengangkat benda asing.5,11

Pengeluaran benda asing di telinga merupakan suatu prosedur umum yang


dilakukan di departemen emergensi. Pengeluaran benda asing menjadi terindikasi
harus segera dilakukan tiap ditemukan benda asing yang tampak jelas terlihat pada
pemeriksaan liang telinga dan tidak dtemukan komplikasi lain. Adanya perforasi
membran timpani, kontak benda asing dengan membran timpani, atau visualisasi
inkomplit dari liang telinga menjadikan kasus benda asing ditelinga harus segera
dikonsulkan ke departemen emergengi dari THT-KL untuk pengeluaran benda asing
melalui prosedur operasi mikroskopik dan spekulum.12

Pada kasus-kasus tertentu, seperti baterai, konsultasi ke konsul cito ke


departemen THT-KL harus segera dilakukan karena time-sensitive berkaitan dengan
nekrosis likuefaksi dapat menyebabkan perforasi membrane timpani dan komplikasi-
komplikasi lain lebih lanjut. Irigasi pada kasus seperti ini tidak direkomendasikan
karena dapat mempercepat proses nekrosis.12

Tidak ada indikasi khusus pasien dengan benda asing di telinga untuk dirawat
inap. Kadang-kadang, tatalaksana untuk atasi nyeri atau mual diperlukan. Pada pasien
dengan benda asing di telinga berupa serangga memerlukan perhatian khusus. Iritasi
serta komplikasi lain seperti sengatan atau gigitan dapat terjadi jika serangga masih
hidup di liang telinga. Oleh karenanya serangga tersebut harus dimatikan dulu dengan
meneteskan mineral oil atau lidokain 2% ke liang telinga. Penggunaan krim EMLA
dilaporkan memberikan hasil yang efektif sama dengan anastesi lokal untuk
membunuh serangga di liang telinga.10,13

Pasien dengan benda asing di telinga diharapkan menghindari makan dan


minum selama 8 jam. Beberapa kasus benda asing di telinga memerlukan sedasi
untuk mengeluarkan benda asing tersebut dengan aman. Sedasi lebih aman diberikan
jika pasien puasa selama 8-12 jam.13

Alat-alat yang perlu dipersiapkan untuk tatalaksana benda asing di telinga


yaitu:12

- Otoskop (dengan lensa yang removeable)


- Otoskop mikroskopik
- Spekulum telinga
- Lampu kepala
- Forsep Bayonet
- Forsep Aligator
- Right-angle hook
- Spuit
- Angiokateter nomor 20 gauge
- Basin
- Peralatan suction
- Magnet untuk benda asing berupa logam

Untuk tatalaksana, pasien dewasa diposisikan dalam keadaan duduk. Pina


ditarik superior-posterior meluruskan liang telinga untuk visualisasi optimal benda
asing. Pada pasien anak, orang tua memangku anaknya dengan mengapit kedua
kakinya dan menahan tangan serta kepalanya agar pada anak yang tidak koperatif
tidak terjadi trauma ketika pengeluaran benda asing. Pina pada pasien bayi ditarik
posterior bahkan inferior untuk visualisasi liang telinga.12

Anastesi lokal tidak rutin dilakukan dan juga tidak dianjurkan pada kasus tanpa
komplikasi karena bersifat invasif dan innervasi yang kompleks di dalam liang
telinga. Lokal anastesi diperlukan untuk kasus dengan benda asing berupa serangga di
telinga untuk mematikannya.10,12

Teknik-teknik untuk mengeluarkan benda asing di telinga yaitu melalui teknik


ekstraksi mekanis, irigasi, dan suction. Teknik yang digunakan pada pasien dapat
variatif pada tiap pasien tergantung dengan jenis benda asing pada pasien, lokasi,
serta riwayat kesehatan telinga pasien. Benda asing organik yang mampu menyerap
air, riwayat telinga berair pada pasien adalah beberapa kontraindikasi dari metode
irgasi. Serangga, materi organik, serta benda asing yang berpotensi rapuh dan pecah
menjadi beberapa bagian lebih sering dikeluarkan dengan metode suction
dibandingkan dengan forsep. Serangga yang masih hidup harus dimatikan terlebih
dahulu dengan mineral oil, lidokain 2%, atau krim EMLA.10,12

1. Ekstraksi Mekanis

Pada pasien dengan benda asing yang keras dan bundar di liang telinga dan
pasien kooperatif serta mampu mempertahankan posisinya, benda asing dapat
dikeluarkan dengan ekstraksi mekanis. Pemeriksa telinga dengan otoskop sebelum
melakukan tindakan untuk menilai lokasi benda asing serta untuk menilai liang
telinga. Gunakan hook melalui spekulum telinga dan fiksasi tangan yang melakukan
tindakan pada kepala pasien untuk meminimalisir trauma apabila pasien melakukan
gerakan yang tiba-tiba, capai benda asing dengan melewatkan hook di celah antara
benda asing dan liang telinga. Secara gentle, perlahan-lahan tarik hook untuk
mengeluarkan benda asing dari telinga.12,14

Penggunanan forsep Aligator atau forsep Bayonet sangat efektif untuk benda
asing di telinga yang lunak seperti kapas atau kertas. Masukkan forsep melalu
otoskop dengan lensa yang telah dilepas. Usahakan forsep tidak menyentuh dinding
liang telinga Setelah mencapai kapas atau kertas, secara gentle cengkram dengan
forsep, tahan selama 10 detik, lalu tarik ke luar perlahan-lahan. Kadang-kadang
modifikasi forsep dengan memberikan beberapa tetes cyanoacrylate (lem super)
memberikan hasil efektif untuk mengeluarkan benda asing yang lunak, bersih, dan
kering. Cyanoacrylate dapat dikeluarkan secara manul setelah 24-48 jam setelah
terjadi deskuamasi epitel liang telinga. Jika lengket dan melekat pada membran
timpani, segera rujuk ke spesialis THT-KL untuk tatalaksana lebih lanjut. Untuk
benda asing yang keras dan besar, penggunaan forsep Aligator tidak dianjurkan
karena malah akan mendorong benda asing semakin dalam.10,12,14
Jika benda asing itu logam, instrument yang kita gunakan dapat dimagnetisasi
dahulu. Hal ini untuk mempermudah menggapai logam tersebut dan stabil ketika
dikeluarkan.13

Setiap selesai tindakan nilai kembali liang telinga tersebut dengan otoskop.
Penilaian ini penting untuk mendeteksi adanya komplikasi paska tindakan.12

Salah Benar

Gambar 2. Ekstraksi mekanis benda asing di telinga.15

2. Irigasi

Irigasi merupakan metode terbaik untuk mengeluarkan benda asing yang tidak
teralu lengket dengan dinding liang telinga. Metode ini juga minimal invasif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan irigasi adalah ada/tidak
perforasi pada membran timpani pasien (keluhan telinga berair), cairan yang
digunakan untuk mengirigasi, serta tindakan irigasi dan posisi pasien. Tindakan
irigasi menjadi kontraindikasi pada pasien dengan riwayat perforasi pada membrane
timpani. Cairan yang digunakan dapat berupa air steril atau saline yang telah
dihangatkan sesuai suhu tubuh pasien agar tidak memicu vertigo.12,14
Tindakan irigasi menggunakan spuit yang telah dihubungkan dengan
angioakateter nomor 20 gauge. Posisikan pasien secara aman dan nyaman. Lindungi
lokasi sekitar telinga dengan benda asing dengan kain agar tetap kering. Tempatkan
basin di bawah telinga dengan benda asing untuk mengumpulkan cairan atau benda
asing yang diharapkan keluar. Secara gentle, posisikan ujung angiokateter tadi pada
liang telinga luar (jangan terlalu dalam) dan injeksikan cairan sampai benda asing
tersebut keluar. Setelah keluar evaluasi kembali liang telinga.12,14

Foreign body

Irrigation bottle

Gambar 3. Ekstraksi benda asing dengan metode irigasi.16

3. Suction
Suction adalah pilihan yang tepat untuk mengekstraksi benda asing di telinga
yang rapuh dan mudah terpecah menjadi beberapa bagian seperti serangga kecil yang
telah mati atau beberapa materi organic. Setelah mesin suction dihidupkan, kateternya
dimasukkan perlahan melalui otoskop dengan lensa removable dan lakukan terus
sampai benda asing tersedot atau jika lebih besar benda asing tersebut melekat pada
ujung kateter. Setelah itu keluarkan kateter dan evaluasi liang telinga, apakah masih
ada benda asing atau komplikasi yang terjadi setelah tindakan tadi.12

Ketika sedang melakukan salah satu dari tindakan di atas terjadi komplikasi
seperti benda asing terdorong lebih ke dalam, ada perdarahan, edem, atau nyeri pada
telinga semakin bertambah, maka hentikan tindakan dan segera konsulkan pasien
kepada Spesialis THT-KL. Pengulangan tindakan pada kasus-kasus dengan
komplikasi seperti yang disebutkan di atas cendrung akan menimbulkan infeksi,
perforasi, ada comorbid lainnya.12

Tidak ada indikasi pemberian antiobiotik profilak untuk pasien yang diekstraksi
benda asing tanpa komplikasi. Jika ada tanda-tanda infeksi atau abrasi liang telinga
pasien dapat diberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan
kortikosteroid seperti kortisporin (hidrokortison/neomisin/polimiksin) 5 tetes/hari
selama 5-7 hari.10,12

2.2.7 Komplikasi

Komplikasi berat dapat terjadi di sebanyak 22% dari kasus yang di temukan,
dan morbiditas terkait dengan benda asing oleh karena itu, benda asing harus di
tangani secara benar. Komplikasi yang sering ditemukan adalah laserasi liang telinga,
perforasi membran timpani dan otitis eksterna.1,8

Penanganan yang tidak tepat akan dapat menimbulkan pendarahan, trauma


pada liang telinga, trauma pada membran timpani dan tulang-tulang pendengaran. Hal
ini akan menambah angka kesakitan pada pasien, sehingga akan memerlukan
tindakan eksplorasi dalam general anastesi untuk mengangkat benda asing tersebut.
Marques seperti dikutip Figueiredo menyatakan kurangnya pengalaman dalam
manajemen benda asing di telinga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya komplikasi iatrogenik.5,8

Perforasi membran timpani tanpa kelainan di telinga tengah akan


menyebabkan dua efek berbeda pada pendengaran. Pertama adalah pengurangan luas
membran timpani yang merupakan pusat pengerahan tenaga ke telinga tengah
sehingga mengurangi gerakan tulang pendengaran. Makin besar perforasi makin
berkurang permukaan membran sebagai pengumpul tenaga suara, akhirnya suara
hanya ditampung di kuadran posterior sisa membran timpani tempat tulang-tulang
pendengaran atau sisa tulang-tulang pendengaran berada. Efek kedua terhadap
pendengaran oleh perforasi adalah akibat energi suara yang lansung ke tingkap bulat
tanpa dihambat oleh membran timpani. Efek itu akan semakin besar sebanding
dengan besarnya perforasi.5

Tidak semua komplikasi terjadi secara tiba-tiba setelah ekstraksi benda asing.
Biasanya tanda-tanda komplikasi dapat muncul dalam 1 minggu setelah ekstraksi.
Edukasi pasien untuk segera kembali ke dokter jika ada tanda-tanda seperti nyeri
pada telinga, kemerahan, demam, atau ada sekret yang keluar.12,13

Anda mungkin juga menyukai